ب س م االله الر ح من الر ح ي م



dokumen-dokumen yang mirip
ب س م االله الر ح من الر ح ي م

+#45 64/78 9!" :;#", +; #< +!"

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 72/DSN-MUI/VI/2008 Tentang SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA IJARAH SALE AND LEASE BACK

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Konversi Akad Murabahah

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 76/DSN-MUI/ VI/2010. Tentang SBSN IJARAH ASSET TO BE LEASED

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Mudharabah Musytakarah

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL Nomor: 42/DSN-MUI/V/2004 Tentang SYARI AH CHARGE CARD بطاقة الا ي تمان والحسم الا جل ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

GG(%#C 4FCDE")-"& J H)I Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi la

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

DAFTAR PUSTAKA. Al-Bugha, Musthafa Dib Buku Pintar Transaksi Syariah. Jakarta: PT. Mizan Publika.

(dari mengambil riba), maka bagiannya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang me

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Mudharabah Musytarakah Asuransi

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7"; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

Obligasi Syariah Ijarah

Pedoman Umum Asuransi Syariah

uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia b

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang HAWALAH BIL UJRAH

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 59/DSN-MUI/V/2007 Tentang OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH KONVERSI

الر ح ي م الر ح من االله ب س م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021)

b. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta 10320

المضارع الماضي الا مر

Maktabah Abu Salma al-atsari

Tabarru' pada Asuransi Syari'ah

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

KEMENTRIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG FAKULTAS SYARIAH

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

Pedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL

DI BULAN SUCI RAMADHAN

Dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kep

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 57/DSN-MUI/V/2007 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) DENGAN AKAD KAFALAH BIL UJRAH

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI LEGEN. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama Tentang Praktek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

Oleh : Syaikh Salim bin Ied al-hilali

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

BAGAIMANA MENGOBATI KESURUPAN?

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

ب س م ا الله الر ح م ن الر ح ي م

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

!"#$#% & '() *%&+, # #-.#(/' 01 '*234%& #:

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

PENETAPAN PRODUK HALAL

dan 3 ماضي juga dapat di-tashrif (diubah) berdasarkan kata ganti, baik dalam bentuk المزيد

Transkripsi:

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 69/DSN-MUI/VI/2008 Tentang SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional, setelah: Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong pengembangan ekonomi dan pasar keuangan syariah dalam negeri diperlukan adanya instrumen investasi berbasis syariah untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana-dana masyarakat; b. bahwa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Pemerintah dapat menerbitkan surat berharga berbasis syariah dalam rangka menunjang kesinambungan fiskal dan memperluas sumber pembiayaan negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam haruf a dan huruf b, Dewan Syari ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memandang perlu menetapkan fatwa tentang Surat Berharga Syariah Negara untuk dijadikan pedoman. Mengingat : 1. Firman Allah SWT., antara lain: a. QS. An-Nisaa [4]: 29 ي ا ا ي ه ا ا لذ ي ن ا م ن و ا لات ا ك لو ا ا م و ا ل كم ب ي ن كم ب ا لب اط ل ا لا ا ن ت كو ن ت ج ار ة ع ن ت ر اض م ن كم... Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu. b. QS. Al-Baqarah [2]: 275 ا لذ ي ن ي ا ك لو ن الر ب ا لا ي قوم و ن ا لا كم ا ي قوم ا لذ ي ي ت خ ب طه الش ي طا ن م ن ا لم س ذل ك ب ا ن ه م قا لوا ا ن م ا ا لب ي ع م ث ل الر ب ا و ا ح ل ال له ا لب ي ع و ح ر م الر ب ا فم ن ج اء ه م و ع ظ ة م ن ر ب ه فان ت ه ى ف له م ا س لف و ا م ر ه ا لى ال له و م ن ع اد ف ا و لي ك ا ص ح اب الن ار ه م ف يه ا خ ال د و ن

2 Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. c. QS. Al-Baqarah [2]: 278: ي ا ا ي ه ا ا لذ ين ا م ن و ا ات قو ا ال له و ذر و ا م ا ب ق ي م ن الر ب ا ا ن كنت م م و م ن ين Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orangorang yang beriman. d. QS. Al-Maidah [5]: 1 ي ا ا ي ه ا ا لذ ي ن ا م ن و ا ا و فو ا ب ا لع قو د... Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu 2. Hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain: a. Hadits riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ad-Daruquthni dari Sa`d Ibn Abi Waqqash (teks Abu Dawud), ia berkata: كن ا ن كر ي الا ر ض ب م ا ع لى الس و اق ي م ن الز ر ع و م اس ع د ب ا لم اء م ن ه ا فن ه ان ا ر س و ل االله ص لى االله ا ن ن كر ي ه ا ب ذه ب ا و ف ض ة. ع لي ه و ا ل ه و س لم ع ن ذل ك و ا م ر ن ا Dulu kami menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertanian yang tumbuh di pinggir selokan dan yang tumbuh di bagian yang dialiri air; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak. b. Hadits Nabi riwayat Thabrani dari Ibnu Abbas: كا ن س ي د ن ا ا لع ب اس ب ن ع ب د ا لم ط لب ا ذا د فع ا لم ا ل م ض ار ب ة ا ش ت ر ط ع لى ص اح ب ه ا ن لا ي س لك ب ه ب ح ر ا و لا ي ن ز ل ب ه و اد ي ا و لا ي ش ت ر ي ب ه د اب ة ذات كب د ر طب ة فا ن فع ل ذل ك ض م ن فب ل غ ش ر طه ر س و ل

3 االله ص لى االله ع لي ه و ا ل ه و س لم ف ا ج از ه عن ابن عباس). (رواه الطبراني فى الا وسط Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya. c. Hadits Qudsi riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW berkata: ا ن االله ت ع ا لى ي قو ل: ا ن ا ثال ث الش ر ي كي ن ص اح ب ه فا ذا خ ا ن ا ح د ه م ا ص اح ب ه خ ر ج ت م ن ب ي ن ه م ا. م ا لم ي خ ن ا ح د ه م ا Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka. d. Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Amr bin Auf: ا لا ا لم س ل م ين ب ي ن ج اي ز الص لح و ا لم س ل م و ن ع لى ش ر وط ه م ا لا ح ر ام ا ا ح ل ا و ح لا لا ح ر م ص لح ا شر طا ح ر م ح لا لا ا و ا ح ل ح ر ام ا. Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. 3. Kaidah Fiqih: الا ص ل ف ى ا لم ع ام لات الا ب اح ة ا لا ا ن ي د ل د ل ي ل ع لى ت ح ر ي م ه ا. Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. ت ص ر ف الا م ام ع لى الر ع ي ة م ن و ط ب ا لم ص لح ة Tindakan Imam [pemegang otoritas] terhadap rakyat harus mengikuti mashlahat. (Al-Suyuthi, Al-Asybah wa al-nazha ir, tahqiq: Muhammad al-mu tashim bi Allah al-baghdadi, [Beirut: Dar al-kitab al- Arabi, 1987], 233) Memperhatikan : 1. Fatwa-fatwa Dewan Syari ah Nasional MUI tentang Ijarah, Mudharabah, Istishna dan Musyarakah;

4 2. Pendapat para ulama tentang kebijakan pemerintah; antara lain: ي ج و ز ل لا م ام ا ن ي ت ص ر ف ف ي ا م و ال الد و لة ف ي م ا ي ر ى ف ي ه ا لم ص لح ة له م و م ن هذ ه ا لم ص ال ح ب ي ع ه ل ب ع ض ا م لاك ب ي ت م ال ا لم س ل م ي ن ل ت و ف ي ر ا للا م و ال ا ل كاف ي ة ل لا ن فاق ع لى م ص ال ح ه م و ح اج ات ه م ا لع ام ة لا ن ف ع ل الا م ام ا ذا كا ن م ب ن ي ا ع لى ا لم ص لح ة ف ي م ا ي ت ع لق ب الا م و ر ا لع ام ة لم ي ن ف ذ ش ر ع ا ا لا ا ذا و ا ف قه ا فا ن خ ا ل فه ا لم ي ن ف ذ. Imam (kepala negara, pemegang otoritas) boleh melakukan kebijakan terhadap kekayaan negara untuk hal-hal yang dipandangnnya mengandung maslahat bagi mereka (warga negara); di antara kemaslahatan tersebut adalah menjual sebagian kekayaan baitul mal (perbendaharaan negara) guna menghimpun dana yang cukup untuk membiayai kemaslahatan dan kebutuhan umum mereka. Hal itu mengingat bahwa kebijakan Imam, apabila didasarkan pada maslahat yang berhubungan dengan urusan umum, dipandang tidak sah menurut hukum Syariah kecuali jika sesuai dengan maslahah; jika tidak sesuai dengan maslahah maka kebijakan tersebut tidak sah (lihat Ibn Nujaim, al-asybah wa al-nazha ir, tahqiq: Abd al- Aziz Muhammad al-wakil, [al-qahirah: Mu assasah al-halabi, 1968], h. 124; Walid Khalid al-syayiji, al-madkhal ila al-maliyah al- Ammah al-islamiyah, [Yordan: Dar al-nafa is, 2005], h. 201-202). ي ج و ز ل لس ل طان ب ي ع ا ر اض ي ب ي ت ا لم ا ل... ا ن ي ت ص ر ف ف ي م ص ال ح ا لم س ل م ي ن لا ن ل لا م ام و لاي ة ع ام ة و له Sultan (kepala negara) boleh menjual tanah baitul mal karena imam (kepala negara, pemegang otoritas) memiliki kekuasaan umum; dan ia boleh melakukan kebijakan untuk kemaslahatan umat Islam (lihat Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-muhtar, [Beirut: Dar al-kutub al- Ilmiyah, 2003], jilid 6, h. 298). 3. Pendapat para ulama tentang mobilisasi dana untuk menutup defisit anggaran pemerintah (lihat, antara lain, Mundzir Qahf, al- Siyasah al-maliyah Dawruha wa Dhawabithuha fi al-iqtishad al- Islami, [Damsyiq: Dar al-fikr, 2006], h. 60-92); 4. Surat dari Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia No. S-158/PU/2008 tanggal 11 Pebruari 2008 tentang Permohonan Fatwa SBSN - Ijarah Sale and Lease Back; 5. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional MUI pada hari Kamis, 22 Jumadil Akhir 1429 H. / 26 Juni 2008.

5 MEMUTUSKAN Menetapkan : FATWA TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA Pertama : Ketentuan Umum 1. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat disebut Sukuk Negara adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian (حصة) kepemilikan aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. 2. Aset SBSN adalah obyek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara (BMN) yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan, maupun selain tanah dan/atau bangunan yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan dasar penerbitan SBSN. 3. Imbalan adalah semua pembayaran yang diberikan kepada Pemegang SBSN yang dapat berupa ujrah (uang sewa), bagi hasil, atau bentuk pembayaran lain sesuai dengan akad yang digunakan sampai dengan jatuh tempo SBSN. 4. Perusahaan Penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan untuk melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN. Kedua : Ketentuan Khusus 1. Akad yang digunakan dalam penerbitan SBSN dapat berupa: a. Ijarah; b. Mudharabah; c. Musyarakah; d. Istishna ; e. Akad lain sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Penggunaan akad-akad sebagaimana dimaksud dalam angka 1 butir a s.d. butir e, harus memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI terkait dengan masing-masing akad. 3. SBSN dapat diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit SBSN. 4. Penggunaan Aset SBSN harus sesuai dengan prinsip syariah. 5. Penggunaan dana hasil penerbitan SBSN tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah. 6. Pemindahan kepemilikan SBSN oleh pemegang SBSN di pasar sekunder harus mengikuti kaidah yang sesuai dengan sifat akad yang digunakan pada saat penerbitan. 7. Pemerintah wajib membayar imbalan serta nilai nominal atau dana SBSN kepada pemegang SBSN pada saat jatuh tempo sesuai akad yang digunakan. 8. Pemerintah boleh membeli sebagian atau seluruh SBSN sebelum jatuh tempo dengan mengikuti ketentuan dalam akad yang digunakan pada saat penerbitan. 9. Pemerintah atau Perusahaan Penerbit SBSN boleh menerbitkan kembali suatu seri SBSN.

6 Ketiga : Penutup 1. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan sesuai prinsip syariah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1429 H. 26 J u n i 2008 M. Ketua, DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Sekretaris, DR. K.H. M.A. SAHAL MAHFUDH DRS. H.M. ICHWAN SAM