MEDIA INFORMASI KERUGIAN NEGARA Potret Penanganan Kerugian Negara di Kementerian Keuangan dan Laporan Penyelesaian Kerugian Negara 2013 di Kementerian Keuangan Tahun Anggaran Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan INTEGRITAS - PROFESIONALISME - SINERGI - PELAYANAN - KESEMPURNAAN
Tim Penyusun Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan SUMIYATI Kepala Bagian Perbendaharaan, Biro Perencanaan dan Keuangan VIGO WIDJANARKO Kepala Sub Bagian Tututan Ganti Rugi dan Penagihan, Biro Perencanaan dan Keuangan HALIM PERMADI; FRANK SINATRA. Bagian Perbendaharaan, Biro Perencanaan dan Keuangan : BA UL ULLUM; ANDHIKA JEFRI; YURISTA CHRISTINA RAFAEL; BUDI SANTOSO; ZAENAL SEKTY WIJAYA; ERWIN RIADI. Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga Buku Media Informasi Kerugian Negara dapat diselesaikan dengan baik. Media Informasi Kerugian Negara ditulis dengan tujuan untuk memberikan gambaran/protret penanganan kerugian negara dan juga sebagai laporan penyelesaian kerugian negara pada Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2013. Sebagaimana diketahui bahwa kasus kerugian negara yang terjadi di Kementerian Keuangan semakin meningkat setiap tahunnya, dan mengingat peran Biro Perencanaan dan Keuangan yang salah satu tugasnya menindaklanjuti penyelesaian kerugian negara maka diperlukan data dan informasi perkembangan penanganan kasus yang terjadi. Strategi penyelesaian kerugian negara juga perlu ditempuh untuk mempercepat penyelesaian kerugian negara terutama terhadap kasus yang kompleks dan butuh penanganan khusus. Selain itu, dalam rangka meminimalisir terjadinya kerugian negara perlu dilakukan upaya pencegahan (preventif) dengan cara memberikan pemahaman peraturan kepada satuan kerja dan juga melalui pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang dilakukan oleh masing pejabat/pegawai sesuai dengan kewenangannya. Media Informasi Kerugian Negara disusun sebagai bahan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai realisasi pelaksanaan tugas penyelesaian kerugian negara TA 2013 dan rencana kerja yang akan dilakukan pada tahun 2014. Semoga buku ini dapat digunakan sebaik-baiknya bagi pihak pihak yang memerlukan informasi penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan. Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan Media Informasi Kerugian Negara baik dari segi konten maupun redaksinya untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi sempurnanya penyusunan buku berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Jakarta 2014 TIM PENYUSUN
Daftar Isi 1. Profil Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara... 2. Grand Design Penyelesaian Kerugian Negara Kementerian Keuangan... 3. Seputar Peraturan Penyelesaian Kerugian Negara... 4. Laporan Utama... 4.a. Profil Kerugian Negara... 4.b. Perkembangan Penanganan Kasus Kerugian Negara Lingkup Kementerian Keuangan TA 2013... 4.c. Perbandingan Penanganan Kasus Kerugian Negara Kementerian Keuangan Dari Tahun Ke Tahun... 5. Reportase (Kinerja 2013)... 5.a. Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Mekanisme Penyelesaian Kerugian Negara... 5.b. Studi Banding BPK dan Kemenkumham... 5.c. Monitoring dan Evaluasi Penyelesaian Kerugian Negara... 5.d. Kegiatan Rekonsiliasi Data Kerugian Negara... 5.e. Kinerja TPPKN Tahun 2013... 6. Agenda Kerja 2014... 6.a. Kegiatan Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara... 6.b. Upaya Pencegahan (Tindakan Preventif)... 6.c. Pelaksanaan Kegiatan Penyelesaian Kerugian Negara... 6.d. Monitoring dan Evaluasi... 7. Kendala Penyelesaian Ganti Kerugian Negara... 7.1. Implementasi Perhitungan ex-officio Pada Bendahara Penerima... 7.2. Kerugian Negara Akibat Pelanggaran Ikatan Dinas... 7.3. Kerugian Negara Akibat Perbuatan Pihak Ketiga... 8. Opini... 8.1. Efektivitas Penyelesaian Kerugian Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan... 8.2. Efektivitas Penagihan Kerugian Negara Yang Telah Dilimpahkan ke PUPN... 8.3. Perlunya Sinkronisasi Implementasi UU Tipikor dan UU Perbendaharaan Negara Guna Kelancaran Penyelesaian Kerugian Negara... 8.4. Perlunya Asuransi Kendaraan Dinas... 9. Review Peraturan... 9.1. KMK Nomor 21/KMK.01/2012 Tentang Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan... 9.2. Pembayaran Kerugian Negara Terhadap Pegawai Yang Telah Pensiun... 9.3. Penghapusan Barang Milik Negara (BMN) Akibat Hilangnya BMN... 01 02 03 06 06 08 13 20 20 21 23 24 27 28 28 29 32 34 35 35 36 37 37 37 39 40 42 44 44 47 48
Media Informasi Kerugian Negara 1. Profil Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara Subbagian Tuntutan Ganti Rugi dan Penagihan (Budi Santoso, Yurista C. Rafael, Zaenal Sekty Wijaya, Frank Sinatra, Andika Jefri, Erwin Riadi). Dalam rangka penyelesaian kerugian negara di lingkup Kementerian Keuangan, Menteri Keuangan dibantu oleh Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara (TPPKN) yang terdiri dari Pejabat di berbagai unsur terkait seperti Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro SDM, Biro Hukum dan Biro Perlengkapan. Pembentukan TPPKN, merupakan amanah dari beberapa ketentuan, yaitu: a. Pasal 4 ayat (1) Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara; b. Pasal 4 ayat (1) PMK Nomor 193/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara Di Lingkungan Departemen Keuangan; dan c. Bab VII KMK Nomor 508/KMK.01/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara Bukan kekurangan Perbendaharaan di lingkungan Departemen Keuangan. TPPKN di lingkungan Kementerian Keuangan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 421/KM.1/1999 tanggal 20 Agustus 1999 dan ditetapkan kembali pembentukannya setiap tahun sebagaimana terakhir ditetapkan melalui KMK Nomor 186/ KM.1/2013 tanggal 28 Maret 2013 tentang Pembentukan Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara di lingkungan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2013. TPPKN mempunyai tugas strategis dan bersifat urgent, yang dibentuk dalam rangka Media Informasi Kerugian Negara 01
membantu Menteri Keuangan dalam menetapkan penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan. Secara Umum TPPKN Kementerian Keuangan mempunyai tugas yaitu : 1. Melakukan penelaahan kasus-kasus kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan hasil kajian kasus dan verifikasi dokumen/bukti pendukung yang dilakukan oleh Biro Perencanaan dan Keuangan dalam rangka penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang terjadi pada tahun berjalan maupun tahuntahun sebelumnya; dan 2. Memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan dalam rangka penyelesaian tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan kepada pegawai negeri/bendahara yang bersalah/lalai. 2. Grand Design Penyelesaian Kerugian Negara Kementerian Keuangan Berdasarkan Pasal 10 ayat (3) Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2006, BPK diberikan kewenangan untuk memantau penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh pemerintah, pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh BPK dan pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sasaran pemantauan ganti kerugian negara/daerah yang dilakukan oleh BPK meliputi: 1. Kepatuhan instansi untuk membentuk Tim Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah (TPKN/D), kinerja dan ketepatan waktu dalam penyelesaian kerugian negara/daerah. 2. Pelaksanaan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah: a. terhadap pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain oleh pemerintah; b. terhadap bendahara, pengelola BUMN/ BUMD dan pengelola keuangan negara lainnya yang ditetapkan oleh BPK; dan c. terhadap pihak ketiga yang telah ditetapkan oleh pengadilan. 3. Proses penyelesaian ganti kerugian negara/ daerah yang belum dapat ditetapkan, maupun yang masih berupa indikasi kerugian negara/ daerah dari hasil pemeriksaan BPK dan APIP yang harus segera diproses penyelesaiannya oleh instansi yang bersangkutan. Dalam rangka mendukung program BPK tersebut, Pemerintah telah menyusun beberapa perangkat yang membidangi kerugian negara. Pada Kementerian Keuangan, sesuai PMK 184/ PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, salah satu unit yang diberikan kewenangan adalah Biro Perencanaan dan Keuangan. Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan rencana jangka menengah, jangka pendek, strategis, dan rencana kerja tahunan, mengolah, menelaah, dan mengkoordinasikan perumusan kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan Kementerian, penyusunan anggaran Kementerian, pengelolaan dan pembinaan perbendaharaan Kementerian, dan melaksanakan sistem akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan Kementerian. Fungsi pembinaan perbendaharaan Kementerian Keuangan khususnya penyelesaian kerugian Negara pada Biro Perencanaan dan Keuangan, dilaksanakan oleh Subbagian Tuntutan Ganti Rugi dan Penagihan Bagian Perbendaharaan. Subbagian dimaksud mempunyai tugas penyiapan bahan pertimbangan dan mengikuti pelaksanaan penyelesaian masalah ganti rugi dan penagihan. Sesuai data pada Biro Perencanaan dan Keuangan, sampai dengan tanggal 31 Desember Tahun 2013, jumlah kasus yang dalam proses penanganan sebanyak 117 kasus dengan nilai saldo Rp 16.402.187.894,19. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat pelanggaran yang terjadi relatif cukup besar. Selama tahun 2013, Biro Perencanaan dan Keuangan telah mengidentifikasi ha-hal utama yang menjadi kendala dalam proses penyelesaian kerugian negara, antara lain: 1. Rendahnya Tingkat Kesadaran (awareness) dan Pemahaman tentang Mekanisme Penyelesaian Ganti Kerugian Negara; 2. Belum adanya SOP tentang mekanisme penyelesaian kerugian negara terutama pada instansi vertikal; 3. Belum Terbitnya Peraturan Pemerintah Terkait Ganti Kerugian Negara Non-Bendahara; 4. Secara umum, pada objek Bendahara, kesulitan dalam hal pembuktian. Hal tersebut dikarenakan Bendahara tidak melakukan pembukuan dan lemahnya pengawasan dari atasan langsung Bendahara; dan 5. Kerugian negara yang disebabkan oleh pihak ketiga (pencurian, perampokan, dll) yang kasusnya telah dilimpahkan kepada Kepolisian belum mendapatkan penyelesaian secara optimal. 02 Media Informasi Kerugian Negara
Secara umum, sesuai amanah dari Pasal 60 ayat (1) UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, penyelesaian kerugian negara diutamakan pada level Satuan Kerja sehingga ke depan, Biro Perencanaan dan Keuangan akan lebih mengoptimalkan koordinasi dengan Unit Eselon I (Sekretariat) terutama tentang pemberian pemahaman baik dari sisi konsep maupun mekanisme penyelesaian kerugian negara. Hal tersebut dimaksudkan agar fungsi pembinaan dan penanganan terhadap instansi di bawahnya dapat dilakukan secara tepat dan cepat. Dari sisi Biro Perencanaan dan Keuangan sendiri, tanpa meng-overlap tugas dan fungsi yang ada pada PMK 184/PMK.01/2010, akan lebih mengoptimalkan beberapa peranan penting, yaitu: a. Perumusan dan penyusunan konsep peraturan tentang kerugian negara lingkup Kemenkeu; b. Perumusan konsep pertimbangan kepada BPK untuk keperluan kebijakan BPK atas penyelesaian kerugian negara oleh Bendahara; c. Perumusan konsep pertimbangan penyelesaian kerugian negara untuk disampaikan kepada Unit Eselon I pemohon, berupa konsep pertimbangan tindak lanjut penyelesaian kerugian negara, pendapat atas kendala penyelesaian kerugian negara yang dihadapi oleh Satuan Kerja dan konsep pertimbangan pemberian bantuan penghitungan jumlah kerugian negara/daerah; d. Pemberian konsultasi atas penyelesaian kerugian negara kepada Unit Eselon I; e. Pemberian bahan monitoring pelaksanaan dan tindak lanjut pemantauan penyelesaian ganti kerugian negara/daerah kepada para pemeriksa (BPK dan Itjen); f. Menyelenggarakan fungsi kepaniteraan kerugian negara dalam rangka membantu Tim Pertimbangan Penyelesaian Kerugian Negara melaksanakan kewenangan untuk memberikan pertimbangan penilaian dan/atau penetapan ganti kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; dan g. Menyusun kompilasi Laporan Hasil Pemantauan Penyelesaian Ganti Kerugian Negara untuk disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, yang pada akhirnya akan disampaikan kepada TPPKN. 3. Seputar Peraturan Penyelesaian Kerugian Negara Regulasi atau ketentuan yang mengatur TP/TGR tidak terkodifikasi dalam satu peraturan perundangan namun terdapat dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Hal ini terlihat dari tersebarnya aturan mengenai TP/TGR dalam paket Undang-Undang Keuangan Negara. Pada UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa Setiap pejabat negara, pegawai negeri bukan bendahara, dan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik langsung maupun tidak langsung merugikan negara wajib mengganti kerugian negara tersebut.selanjutnya aturan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Di dalam struktur UU Nomor 1 Tahun 2004, tidak ditemukan pengertian TP/TGR secara khusus, yang ada adalah pengertian kerugian negara/daerah pada Pasal 1 angka 22, yakni: kerugian negara/ daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Teknis penyelesaian kerugian negara diatur pada pada Bab XI Pasal 59 sampai dengan Pasal 67. Pada pasal-pasal tersebut diatur bahwa pengenaan ganti kerugian negara terhadap bendahara ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sedangkan pengenaan ganti kerugian negara terhadap pegawai non bendahara ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kerugian negara terbagi menjadi 2 jenis yakni: a. Kerugian negara yang dilakukan oleh pejabat negara dan pegawai negeri non bendahara (Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi). b. Kerugian negara yang dilakukan oleh bendahara (Kerugian Negara Kekurangan Perbendaharaan/Tuntutan Perbendaharaan). Dasar hukum penyelesaian kerugian negara yang dilakukan bendahara mengacu pada Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Terhadap Bendahara. Pengaturan lebih rinci terkait hal tersebut di Kementerian Keuangan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara di Lingkungan Departemen Keuangan. Adapun terkait penyelesaian kerugian negara terhadap non bendahara masih mengacu Media Informasi Kerugian Negara 03
pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 508/ KMK.01/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara Bukan Kekurangan Perbendaharaan di Lingkungan Departemen Keuangan. Secara umum tahapan penyelesaian kerugian negara dapat dilihat pada bagan pada bagian berikut ini. KERUGIAN NEGARA Melanggar Hukum Baik Sengaja maupun Lalai Force Majeur Pejabat/Pegawai Negeri Bukan Bendahara Bendahara KMK Nomor 508/KMK.01/1999 PMK Nomor193/PMK.01/2009 Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 Tahapan: Pelaporan : Kepala Kantor/Satuan Kerja melaporkan kepada Menteri Keuangan up. Sekretaris Jenderal tembusan BPK (7 hari) Upaya Damai : Dibayar langsung lunas Dibayar dengan diangsur (24 bulan) Proses Tuntutan Ganti Rugi (TGR): Pemberitahuan Ganti Rugi (Menkeu) Pembebanan Ganti Rugi oleh Menkeu (3 bulan) Putusan Tingkat Banding (Presiden) Proses Penagihan Paksa: Diserahkan ke DJKN (PUPN) Tahapan: Pelaporan : Sesuai Peraturan BPK Nomor 3/2007 Penyelesaian melalui SKTJM: SKTJM (40 hari) bila dinyatakan salah (jaminan disimpan Kepala Kantor untuk dan atas nama TPKN) Proses Tuntutan Perbendaharaan: Pembebanan sementara (Menkeu) sita jaminan (7 hari) (Dalam hal pengajuan sita jaminan Menkeu melimpahkan kewenangannya kepada Kepala Kantor/Satuan kerja) Penetapan batas waktu untuk mengupayakan pembelaan (BPK) Pembebanan oleh BPK pelaksanaan sita eksekusi (7 hari jangka waktu pelunasan, pemotongan 50% penghasilan s.d lunas) Proses Penagihan Paksa : Diserahkan ke DJKN (PUPN) Penyelesaian Administrasi Kekurangan Uang Dari Perhitungan Bendahara Penghapusan Kekurangan Uang Dari Perhitungan Bendahara. (Bendahara ditetapkan tidak bersalah oleh BPK) Peniadaan Selisih (Bendahara ditetapkan bersalah oleh BPK) Tahapan: Pelaporan : Atasan Langsung Bendahara/ Kepala Satuan Kerja melaporkan kepada Pimpinan Instansi (dhi. Menteri Keuangan) dan memberitahukan ke BPK (7 hari) Menteri Keuangan membentuk TPKN (Membantu Pimpinan Instansi dalam memproses penyelesaian kerugian negara terhadap bendahara yg pembebanannya akan ditetapkan oleh BPK) Menteri Keuangan menyampaikan laporan hasil verifikasi kerugian negara kepada ketua BPK paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterima dari TPKN. BPK mengeluarkan : SKTJM (40 hari) bila dinyatakan salah Proses Tuntutan Perbendaharaan: Pembebanan sementara (Menkeu) Penetapan batas waktu untuk mengupayakan pembebanan (BPK) Pembebanan oleh BPK (7 hari jk pelunasan, pemotongan 50% penghasilan s.d lunas) Proses Penagihan Paksa : Diserahkan ke DJKN (PUPN) 04 Media Informasi Kerugian Negara
Secara umum kerugian negara yang terjadi di lingkungan Kementerian Keuangan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Kerugian negara yang disebabkan oleh perbuatan manusia yakni kerugian negara yang disebabkan oleh kesengajaan, kelalaian, kealpaan, kesalahan, dan di luar kemampuan si pelaku seperti kerugian negara berupa akibat kehilangan motor, mobil maupun barang inventaris kantor. Kerugian negara seperti ini dapat dimintakan pertanggungjawaban ganti kerugian negara. 2. Kerugian negara yang disebabkan oleh kejadian alam atau suatu keadaan di luar dugaan atau di luar kemampuan manusia (force majeure). Kerugian daerah yang disebabkan oleh kejadian alam atau suatu keadaan di luar dugaan atau di luar kemampuan manusia (force majeure) tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atau tidak dapat dituntut untuk mengganti kerugian negara, seperti yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir dan kebakaran, serta proses alamiah seperti membusuk, mencair, menyusut, menguap, mengurai dan dimakan rayap. Untuk menunjang kelancaran penyelesaian kerugian negara setiap satuan kerja/pimpinan organisasi wajib melaksanakan penatausahaan berkas kasus kerugian negara yang terjadi secara tertib, teratur dan kronologis. Secara ketentuan juga telah diterbitkan Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-85/ PB/2011 tentang Penatausahaan Piutang Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian/ Lembaga. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi) merupakan salah satu jenis PNBP. Adapun penatausahaan piutang secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Membuat daftar kerugian negara. 2. Menyimpan dan mengamankan seluruh berkas/dokumen yang terkait dengan kerugian negara. 3. Pembayaran kerugian negara menggunakan akun 423921 Estimasi pendapatan pelunasan piutang non bendahara dan 423922 Estimasi pendapatan pelunasan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara (masuk TP/TGR) Bendahara. 4. Membuat Surat Penagihan (SPn) kepada penanggung jawab kerugian negara. 5. Membuat surat pemindahan penagihan apabila penanggung jawab kerugian negara pindah/ mutasi ke satuan kerja lain dan tanggung jawab penagiahan menjadi kewajiban satuan kerja yang baru. 6. Bekerja sama dengan PT Taspen untuk memotong uang pensiun apabila terdapat penanggung jawab kerugian negara yang telah pensiun namun kerugian negara belum terselesaikan sepenuhnya. 7. Melaporkan tindak lanjut perkembangan penyelesaian kerugian negara secara berjenjang kepada Menteri/Pimpinan. Salah satu kerugian negara yang menjadi concern adalah kerugian negara yang diakibatkan oleh pelanggaran ikatan dinas atau wajib kerja. Kasus pelanggaran ikatan dinas/wajib kerja makin marak terjadi dilingkungan Kementerian Keuangan. Padahal ganti kerugian negara yang dikenakan kepada pelaku tergolong cukup besar. Untuk pelanggaran ikatan dinas program Diploma STAN mengacu kepada KMK No. 289/KMK.014/2004 tentang Ketentuan Ikatan Dinas Bagi Mahasiswa Program Diploma Bidang Keuangan Di Lingkungan Departemen Keuangan. Ketentuan ini mengatur masa wajib kerja yang lamanya 3x masa pendidikan plus satu tahun serta besaran ganti rugi yang dibebankan yakni untuk Diploma I sebesar Rp10.000.000,00, Diploma III sebesar Rp 30.000.000 dan Diploma IV sebesar Rp 50.000.0000,00. Besarnya ganti rugi yang harus dibayar dihitung berdasarkan perbandingan antara sisa masa wajib kerja dilaksanakan dari masa wajib kerja yang harus dilaksanakan dikali dengan besarnya ganti rugi. Mengacu pada Perpres Nomor 12 Tahun 1961 tentang Pemberian Tugas Beladjar dan Keputusan Menteri Pertama Nomor 224/MP/1961 tentang peraturan pelaksanaan tentang pemberian tugas beladjar di dalam dan di luar negeri, dinyatakan bahwa besaran sanksi ganti rugi yang dikenakan kepada pegawai yang tidak melaksanakan wajib kerja lebih besar lagi. Ketentuan ganti ruginya adalah mengembalikan biaya pendidikan yang telah dikeluarkan ditambah denda 100%, atau dengan kata lain apabila ada pegawai yang tidak melaksanakan wajib kerja setelah mendapatkan beasiswa tugas belajar ganti rugi yang dikenakan adalah dua kali biaya pendidikan. Melihat semakin meningkatnya kasus-kasus kerugian negara akibat pelanggaran ikatan dinas/wajib kerja kiranya perlu dilakukan upaya preventif pencegahan kasus kerugian negara dan tertib administrasi pegawai yang masih melaksanakan ikatan dinas/wajib kerja, agar apabila terjadi kasus dapat dengan mudah ditangani oleh satuan kerja. Media Informasi Kerugian Negara 05
4. Laporan Utama 4.a. Profil Kerugian Negara Proses penyelesaian kerugian negara yang telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan, secara garis besar terdiri dari dua proses yaitu proses Tuntutan Ganti Rugi (TGR) untuk kerugian negara non bendahara dan proses Tuntutan Perbendaharaan (TP) untuk kerugian yang disebabkan kekurangan perbendaharaan. Jumlah nilai kerugian negara yang dilaporkan kepada Menteri Keuangan u.p. Sekretaris Jenderal s.d. 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp16.402.187.894,19 dengan jumlah kasus sebanyak 117 kasus. Dari 117 kasus tersebut 89% merupakan kasus yang diproses dengan proses TGR dan 11 % merupakan kasus yang diproses dengan proses TP. Sementara itu dari segi nilai kerugian negara, 83% nilai kasus yang diproses dengan proses TGR dan 17% nilai kasus yang diproses dengan proses TP. Tabel 1 Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Kementerian Keuangan s.d 31 Desember 2013 No Jenis Penyelesaian Kerugian Negara Jumlah Kasus Nilai Kerugian Negara (KN) (Rp) 1 Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 104 13.583.869.226,19 2 Tuntutan Perbendaharaan (TP) 13 2.818.318.668,00 Jumlah 117 16.402.187.894,19 Keterangan : - Sesuai database, Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal Kerugian negara yang diproses baik melalui TGR maupun TP diselesaikan melalui tahapan-tahapan yang dapat diklasifikasikan menjadi 6 tahapan, yaitu tahap Upaya Penagihan, Proses Penagihan di DJKN, Proses di BPK, Penghapusan Secara Bersyarat, Proses di Kejaksaan, dan Banding Presiden. Dari tahapan-tahapan tersebut, kasus kerugian negara paling banyak diselesaikan pada tahap Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) sebesar 41.8% dari total jumlah kasus. Sedangkan dari segi besarnya nilai kerugian negara, nilai kerugian negara yang paling tinggi ada pada tahap penagihan secara paksa oleh DJKN sebesar 33.6% dari total nilai kerugian negara. 06 Media Informasi Kerugian Negara
Tabel 2 Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Per Tahapan Penanganan s.d 31 Desember 2013 No. Jenis Penanganan Jumlah Kasus NIlai KN (Rp) 1. Banding ke Presiden 14 2.629.988.087,17 2. Proses di Kejaksaan 1 3.153.701.011,79 Proses di BPK: 3. a. Pemeriksaan atas laporan verifikasi 3 1.059.673.013,00 b. Rekomendasi penghapusan bersyarat 1 689.247.512,40 4. Dilimpahkan penagihannya ke DJKN 36 5.517.711.541,99 5. Proses Penghapusan secara bersyarat di DJKN 2 50.463.537,00 Dalam Upaya Penagihan: 6. a. SKTM 49 1.717.648.681,00 b. SPGR/SKPGR 4 248.500.000,00 c. Kasus yang dalam proses pembahasan (kasus yang dokumen tidak lengkap atau kasus lama) 7 1.335.254.509,84 TOTAL 117 16.402.187.894,19 Keterangan : 1. SKTM : Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak; 2. SPGR : Surat Pemberitahuan Ganti Rugi; 3. SKPGR : Surat Keputusan Pembebanan Ganti Rugi. Saat ini Kementerian Keuangan memiliki 11 Unit Eselon I. Data kasus kerugian negara yang telah dilaporkan kepada Menteri Keuangan, pada masing-masing unit eselon I sebagai berikut: Media Informasi Kerugian Negara 07
Tabel 3 Penyelesaian Kasus Kerugian Negara Per Unit Eselon I s.d 31 Desember 2013 No Unit Jumlah Kasus NIlai KN (RP) 1 SETJEN 11 1,968,625,183.40 2 DJA 2 25,000,000.00 $ 169,062.78 3 DJP 39 1,208,017,420.00 4 DJBC 14 5,034,916,108.63 5 DJPB 26 3,304,434,388.75 6 DJKN 14 1,425,750,940.37 7 DJPK 0-8 DJPU 0-9 ITJEN 2 56,022,100.00 10 BKF 0 11 BPPK 9 270,478,836.00 $ 85,998.58 Total*) 117 16,402,187,894.19 Keterangan : *) Nilai kurs tengah Bank Indonesia per 31 Desember 2013 U$ 1 = Rp12.189.00 Dari data tersebut, unit yang mengelola jumlah kasus terbanyak adalah DJP (39 kasus), namun unit yang mengelola nilai kerugian negara terbesar adalah DJBC (Rp. 5,034,916,108.63). 4.b. Perkembangan Penanganan Kasus Kerugian Negara Lingkup Kementerian Keuangan TA 2013 Pada TA 2013 perkembangan kasus kerugian negara dapat terlihat dari jumlah kasus yang telah terselesaikan. Kasus kerugian negara yang terselesaikan pada TA 2013 sebanyak 26 kasus (22.2 % dari total jumlah kasus TA 2013) dengan nilai pemulihan kerugian negara sebesar Rp 551.895.002,00 (3.44% dari total nilai kasus TA 2013). Dari 26 kasus yang terselesaikan tersebut, 1 kasus TP terselesaikan karena berdasarkan hasil verifikasi BPK dinyatakan bendahara bersangkutan tidak bersalah. Sedangkan 25 kasus lainnya terselesaikan karena pelunasan penggantian kerugian negara. 08 Media Informasi Kerugian Negara
Tabel 4 Kasus Kerugian Negara Yang Terselesaikan Per Unit Eselon I s.d 31 Desember 2013 NO. Unit Jumlah kasus Telah diselesaikan (Lunas/Tidak Bersalah/ Dihapuskan Bersyarat) Total Realisasi/ Angsuran s.d. 31 Desember 2013**) Jml Rp Jml Rp Rp 1 SETJEN 11 1,968,625,183.40 1 26,050,000.00 75.182.818,00 2 DJA 2 1,863,667,623.31 *) - - - 3 DJP 39 1,208,017,420.00 13 176,000,000.00 359.425.883,54 4 DJBC 14 5,034,916,108.63 4 164,804,989.00 666.875.257,00 5 DJPB 26 3,304,434,388.75 6 143,790,013.00 722.225.754,00 6 DJKN 14 1,425,750,940.37 1 23,250,000.00 241.140.511,73 7 DJPK - - - - - 8 DJPU - - - - - 9 ITJEN 2 56,022,100.00 1 18,000,000.00 18.000.000,00 10 BKF - - - - - 11 BPPK 9 1,205,769,292.58 *) - - 28.898.453,54 TOTAL 117 16,402,187,894.19 26 551,895,002.00 2.111.748.677,81 Keterangan : *) Nilai kurs tengah Bank Indonesia per 31 Desember 2013 U$ 1 = Rp12.189,- **) Nilai total realisasi s.d. 31 Desember 2013 telah termasuk nilai kasus yang terselesaikan (lunas/tidak bersalah/psbdt) Perkembangan penyelesaian kerugian negara pada TA 2013 juga dapat dilihat dari pergerakan tahapan pengurusan kasus dibandingkan dengan TA 2012. Beberapa kasus yang bergerak tahapan pengurusannya, adalah sebagai berikut: 1. Satu Kasus kerugian negara akibat pelanggaran ikatan dinas pada DJA dengan nilai kerugian negara sebesar $16,9062.78. Pada TA 2012 tahapan pengurusan masih pada tahap SPGR dan di TA 2013 telah sampai pada tahap banding ke Presiden yang saat ini masih menunggu jawaban dari Presiden. 2. Dua kasus pada DJP. a. Satu kasus kerugian negara akibat penggelapan PPh 21 dengan nilai kerugian negara sebesar Rp 35.000.000,00. Kasus ini merupakan kasus lama yang telah tercatat pada Laporan Perkembangan Kerugian Negara sejak tahun 1998 dan tidak terdapat perkembangan penyelesaiannya karena penanggung jawab kerugian negara tidak dapat ditemukan. Pada TA 2013, berdasarkan tindak lanjut Biro Perencanaan dan Keuangan serta DJP, maka penanggung jawab kerugian negara dapat ditemukan dan tahapan pengurusan kerugian negara meningkat menjadi tahap SKTM. b. Satu kasus kerugian negara akibat kehilangan kendaraan dinas roda empat dengan nilai kerugian negara sebesar Rp96.000.000,00. Kasus ini adalah kasus Media Informasi Kerugian Negara 09
yang terjadi pada tahun 2003 dan diketahui berdasarkan temuan BPK terhadap LK DJP tahun 2010. Penanggung jawab kerugian negara telah pensiun. Kasus ini belum dilaporkan kepada Menteri Keuangan. Pada TA 2013 kasus, berdasarkan tindak lanjut Biro Perencanaan dan Keuangan serta DJP, kasus dapat dilaporkan kepada Menteri Keuangan dan telah mendapatkan persetujuan PT TASPEN untuk melakukan pemotongan pensiun guna pelunasan ganti kerugian negara yang terjadi. 3. Satu kasus pada DJPB. Perkembangan satu kasus pada DJPB di TA 2013 adalah kasus tuntutan perbendaharaan yang telah mendapatkan putusan hasil verifikasi dari BPK dimana bendahara diputuskan tidak bersalah dengan nilai kerugian negara sebesar Rp30.640.013,00. 4. Dua kasus pada DJKN. Dua kasus pada DJKN yang berkembang pada TA 2013 adalah: a. Satu kasus kekurangan perbendaharaan dengan nilai Rp 707.660.446,00 yang telah diketahui sejak tahun 2008; dan b. Satu kasus kekurangan perbendaharaan dengan nilai Rp 321.372.554,00 yang telah diketahui sejak tahun 2011. Namun kedua kasus tersebut belum dapat diproses karena kesulitan untuk mendapatkan kelengkapan berkas sebagai bahan verifikasi BPK. Pada TA 2013 berdasarkan tindak lanjut Biro Perencanaan dan Keuangan serta DJKN, kedua kasus tersebut dapat diserahkan kepada BPK untuk selanjutnya diproses di Majelis Tuntutan Perbendaharaan. 5. Satu kasus pada BPPK. Satu kasus di BPPK dengan nilai Rp367.788,36 dan $85.998.58 berkembang pengurusannya dari tahap SKPGR menjadi tahap penagihan paksa oleh DJKN pada TA 2013. Kasus kerugian negara juga diklasifikasikan berdasarkan jenis kasus yang terjadi. Pada TA 2013 jenis kasus yang terjadi (jenis pelanggaran/ kelalaian/hal yang menyebabkan kerugian negara) tidak ada pertambahan jenis. Perkembangan terjadi hanya pada jumlah kasus pada tiap-tiap jenis kasus yang ada. 10 Media Informasi Kerugian Negara
Tabel 5 Perkembangan Kerugian Negara Berdasarkan Jenis Kasus Kerugian Negara s.d 31 Desember 2013 A. Jenis Kasus Kerugian Negara Melalui Mekanisme TP No Jenis Kasus Kerugian Negara Jumlah Kasus Nilai Kasus Akumulasi Angsuran s.d. 31 Desember 2013 Sisa Saldo (Rp) (Rp) (Rp) 1 Tidak Dapat Mempertanggung Jawabkan Dana 1 802,627,671.00-802,627,671.00 2 Penyalahgunaan Saldo TKPKN 4 677,904,173.00 178,062,949.00 499,841,224.00 3 Penggunaan Dana Bendaraha Tidak Sesuai Dengan Aturan 1 3,500,000.00-3,500,000.00 4 Pembayaran Gaji Pensiun Tidak Sesuai Aturan 2 229,176,150.00 33,141,822.00 196,034,328.00 5 Penggelapan Uang Bendahara 1 23,150,274.00 2,227,272.73 20,923,001.27 6 Ketekoran Kas Karena Pencurian Merusak Brangkas 1 30,640,013.00 30,640,013.00-7 Penyimpangan Pengurusan Piutang Negara 3 1,051,320,387.00 166,381,572.00 884,938,815.00 TOTAL 13 2.818.318.668,00 410,453,628.73 2,407,865,039.27 Media Informasi Kerugian Negara 11
B. Jenis Kasus Kerugian Negara Melalui Mekanisme TGR No. Jenis Kasus Kerugian Negara Jumlah Kasus Nilai Kasus Akumulasi Angsuran s.d. 31 Desember 2013 Sisa Saldo (Rp) (Rp) (Rp) 1 Kehilangan Kendaraan Dinas 57 1,724,984,102.00 726,281,459.63 998,702,642.37 2 Pelanggaran Ikatan Dinas 10 3,330,721,753.04 46,749,999.00 3,283,971,754.04 3 Penerbitan Bilyet Giro atas APBN 1 1,500,000,000.00 96,289,711.00 1,403,710,289.00 4 Tuntutan Pihak Ketiga Atas Pembatalan Kontrak Proyek Dengan Rekanan 2 102,178,692.00-102,178,692.00 5 Pemalsuan SPM Satker Kementerian Agama 1 679,007,672.00 310,479,976.00 368,527,696.00 6 Penggunaan Uang Negara Tidak Sesuai Ketentuan 2 330,108,018.00 23,834,545.45 306,273,472.55 7 Penyalahgunaan Uang Negara 22 4,491,874,765.31 121,311,300.00 4,370,563,465.31 8 Mark-up Harga Pengadaan Tanah 1 145,000,000.00-145,000,000.00 9 Menerima Jaminan Import Barang Tidak Sesuai Ketentuan 1 235,738,671.84 24,000,000.00 211,738,671.84 10 Penerbitan Dokumen Tanpa Jaminan 1 754,897,146.00 296,200,000.00 458,697,146.00 11 Pemalsuan SPMKP Pajak 1 186,075,300.00 2,100,000.00 183,975,300.00 12 Kehilangan Uang Negara 1 85,983,106.00 39,245,058.00 46,738,048.00 13 Kehilangan Barang Inventaris Kantor 4 17,300,000.00 14,803,000.00 2,497,000.00 TOTAL 104 13,583,869,226.19 1,701,295,049.08 11,882,574,177.11 12 Media Informasi Kerugian Negara
4.c. Perbandingan Penanganan Kasus Kerugian Negara Kementerian Keuangan Dari Tahun Ke Tahun Pergerakan penanganan kerugian negara pada Kementerian Keuangan dapat dilihat dari perkembangannya dari tahun ke tahun. Perbandingan dapat dilihat dari sudut pandang jumlah kasus, besarnya nilai kasus, jenis kasus dan lain-lain. Dengan mengetahui perbandingan perkembangan kasus kerugian negara di Kementerian Keuangan dari tahun ke tahun dapat membantu pihak-pihak terkait untuk memahami hal-hal apa yang perlu ditindaklanjuti dan hal-hal apa yang sudah berjalan dengan baik dan perlu ditingkatkan lagi. Tabel 6 Perbandingan Nilai Kerugian Negara dan Nilai Penyelesaian Kerugian Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan Periode TA 2008 S.D. TA 2013 Kasus Terselesaikan Sisa Nilai (Lunas/Tidak Nilai KN No Periode Tahun Kasus Bersalah/Dihapuskan KN Bersyarat) Rp Rp Rp 1 2 4 5 6 1. 2008 10,785,680,435.90 334,191,571.75 10,451,488,864.15 2. 2009 10,724,272,841.15 751,220,300.00 9,973,052,541.15 3. 2010 11,123,573,735.15 130,900,000.00 10,992,673,735.15 $ 85,998.58 $ 85,998.58 4. 2011 11,911,474,405.15 455,350,000.00 11,456,124,405.15 $ 85,998.58 $ 85,998.58 5. 2012 12,173,552,216.15 1,207,252,853.00 10,966,299,363.15 $ 255,061.36 $ 255,061.36 6. 2013 13,293,244,977.15 551,895,002.00 12,741,349,975.15 $ 255,061.36 $ 255,061.36 Catatan: Pada TA 2010 dan TA 2011 terdapat KN dengan mata uang Dolar Amerika sebesar $85.998.58 Pada TA 2012 dan TA 2013 terdapat KN dengan mata uang Dolar Amerika sebesar $255.061,36 Media Informasi Kerugian Negara 13
Tabel 7 Perbandingan Jumlah Kerugian Negara dan Jumlah Penyelesaian Kerugian Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan Periode TA 2008 S.D. TA 2013 Berdasarkan Tabel 6, nilai kerugian negara meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan nilai penyelesaiannya fluktuaktif. Nilai penyelesaian terbesar pada TA 2012 dikarenakan terdapat penyelesaian atas 3 kasus dengan nilai yang cukup signifikan. Nilai penyelesaian terendah pada TA 2010 dikarenakan jumlah kasus yang terselesaikan juga paling rendah di TA 2010 (lihat Tabel 7). Dari segi jumlah kasus kerugian negara yang terjadi dan jumlah kasus kerugian negara yang terselesaikan (Tabel 7), keduanya konsisten mengalami kenaikan pada tiga tahun terakhir. Jumlah penyelesaian kasus tertinggi pada TA 2013. Namun hal ini tidak sejalan dengan total nilai yang terselesaikan pada TA 2013, karena pada TA 2013 nilai yang kasus-kasus yang terselesaikan tidak terlalu signifikan. Data di atas mengindikasikan bahwa kesadaran dan pengetahuan satker di Kementerian Keuangan terhadap adanya proses Tuntutan Ganti Rugi untuk menyelesaikan kerugian negara juga meningkat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya laporan dan pengurusan kasuskasus kerugian negara yang terjadi. Di lain sisi, data di atas juga perlu menjadi perhatian karena dengan meningkatnya jumlah dan nilai kerugian negara dari tahun ke tahun, maka perlu ditinjau kembali, apakah pengelolaan aset dan pengawasan keuangan di satker-satker Kementerian Keuangan telah berjalan optimal. Untuk menjawab hal ini tentunya perlu dilakukan peninjauan kembali atas data-data yang ada dari sudut pandang lain yang lebih mendetail. 14 Media Informasi Kerugian Negara