HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Hasil Penelitian Perencanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATACARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI BANDUNG BARAT

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 43 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Paul H. Landis dalam (Syachbrani, 2012) Desa adalah suatu Wilayah

salinan KEPALA DESA JAMBESARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA JAMBESARI NOMOR 1 TAHUN 2018

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa dengan pemerintahannya selama ini tidak mengalami perubahan yang cukup berarti.

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

SALINAN KEPALA DESA OLEHSARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA OLEHSARI NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

KEPALA DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DESA SIWALANPANJI KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2016

KEPALA DESA SELOMARTANI KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DESA SELOMARTANI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. menjadi 4 bagian pemukiman. Untuk pribumi atau suku asli yang berasal dari

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

3. Camat adalah pimpinan dan koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

IV. GAMBARAN UMUM. Pembangunan desa merupakan bagian dari pembagunan daerah nasional. Undang

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Tahun 2005 Tentang Desa, alokasi dana desa merupakan bagian dari dana. pembagiannya untuk desa secara proporsional 1.

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA KELURAHAN

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 2 TAHUN 2016 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN KEPALA DESA NITA NOMOR 4 TAHUN 2015

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Republik. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan ( SAP ) yang telah diterima secara umum.

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Lampiran II :Peraturan Bupati Sumenep Nomor : Tahun 2015 Tanggal :

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Desa Sampetan berada di wilayah Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Desa di lereng Gunung Merbabu ini berjarak sekitar 35 km dari pusat kota Kabupaten Boyolali. Desa Sampetan terletak di sebelah timur lereng Gunung Merbabu dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Desa ini berhawa sejuk dan bertanah subur sehingga mendukung sektor pertanian dan perkebunan sebagai mata pencaharian utama masyarakat. Selain itu, Desa dengan merupakan dengan dengan wilayah terluas adalah Desa Sempetan dengan luas 1055,048 Ha atau sebesar 17,58 persen. Terdapat 26 Dukuh, 4 Dusun, 6 RW, dan 33 RT di Desa Sempetan dengna total penduduk 6.099 (Badan Pusat Statistik Boyolali, 2021). Seperti pada wilayah di Kecamatan Gladagsari pada umumnya, sebagian besar penduduk di Desa Sampetan merupakan petani dan peternak. Hal tersebut dikarenakan wilayah desa yang terletak di pegunungan, sehingga bertani dan beternak menjadi mata pencaharian utama penduduk desa. Hal lainnya yang menarik adalah Desa Sampetan mendapatkan dana desa tertinggi dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Gladagsari dikarenakan luasan desa yang jauh lebih luas dibandingkan desa lainnya dan potensi yang cukup baik di desa tersebut. Hasil Penelitian Perencanaan Sebagai langkah awal dalam mengimplementasikan suatu pembangunan dibutuhkan terlebih dahulu suatu perencanaan yang matang, sebagaimana yang di atur dalam peraturan mentri dalam negri no. 114 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan Desa disebutkan bahwa perencanaan pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dengan mempertimbangkan potensi wilayah di desa. Aspek perencanaan bertujuan untuk menyusun rencana kegiatan serta menetapkan alokasi anggaran sesuai dengan rencana kegiatan yang dibutuhkan. Maka dari itu, aspek ini penting untuk diperhatikan sebelum menggunakan dana yang ada. Proses perencanaan anggaran juga menjadi salah satu bagian penting dalam pengelolaan dana desa di Desa Sampetan. Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dilakukan dengan melalui musyawarah desa. Musyawarah tersebut melibatkan unsur pemerintah desa, badan 12

permusyawaratan desa, tokoh agama, PKK dan tokoh masyarakat lainya yang merujuk pada Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) seperti pada Gambar 1. Hal tersebut disampaikan oleh Kepada Desa sebagai berikut: Penyusunan APBDes dilakukan dengan musyawarah yang melibatkan berbagai macam unsur masyarakat, dari mulai pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pihak-pihak lainnya yang tercatat di dalam RPKDes Di dalam proses perencanaan tersebut, dilakukan penganggaran dana untuk berbagai macam kegiatan desa. Program-program yang ada dalam Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa, Bidang Pembangunan Desa, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Pembinaan Masyarakat Desa, Bidang Penanggulangan Becana Dan Keadaan Mendesak. Salah satu bagian penting di dalam kegiatan desa adalah pembangunan infrastruktur, seperti penjelasan dari Kepala Desa sebagai berikut: Pembangunan infrastruktur desa bertujuan untuk memperlacar mobilitas dalam rangka mendukung perekonomian khususnya para petani untuk memperlancar transportasi dalam mengolah lahan maupun menjual hasil panen Definisi lain infrastruktur menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015, infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem, perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. Pemerintah melakukan beberapa investasi kapital pubik yang berupa infrastruktur seperti jalan, jambatan, dan sistem pembangunan. Pemerintah juga melakukan investasi human capital seperti pendidikan, ketrampilan, yang dimiliki seseorang hal ini dilakukan untuk meningkatkan perekonomian negara. (Mankiw, 2003). Selain itu menurut Hapsari (2011) infrastruktur berpengaruh secara signifikan dan efektif terhadap perekonomian masyarakat. Informasi yang telah didapatkan melalui wawancara maupun melalui data yang tersaji dalam tabel dan gambar dapat disimpulkan bahwa dalam APBDes tahun 2022 yang menjadi fokus utama pemerintah desa adalah memperbaiki infrastruktur dan membangun desa. 13

Gambar 1 Alur/Tahapan Penyusunan RKP Tahapan penyusunan RKP Desa Sampetan sudah sesuai dengan acuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pelaksanaan Tahapan yang juga penting di dalam proses pengelolaan dana desa adalah pelaksanaan anggaran dana desa tersebut. Sekretaris Desa menjelaskan bahwa pelaksanaan anggaran dana desa berjalan dengan baik dan juga melibatkan seluruh unsur di dalam masyarakat desa. Seperti penjelasam berikut: Pelaksanaan dilakukan dengan melibatkan anggota masyarakat dengan menerapkan gotong royong. Masyarakat ikut andil di dalam pelaksanaan dengan melalui karang taruna, PKK, dan tokoh-tokoh penting masyarakat lainnya Selain itu, pengaturan pada proses pelaksanaan anggaran dana desa juga telah ditetapkan berdasarkan pada peraturan yang berlaku. Aturan tersebut ditetapkan agar penggunaan dana tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan. Maka dari itu, proses pelaksanaan anggaran harus melalui beberapa langkah seperti tahapan perencanaan penyusunan, survey harga. pelaksanaan dan laporan realisasi penggunaan dana. Proses pelaksanaan anggaran tersebut pada dasarnya berjalan dengan lancar di Desa Sampetan karena telah melibatkan pihak yang dibutuhkan dan juga melaksanakan sesuai tata aturan yang ada. Kendala yang muncul adalah berupa kendala saat proses penyusunan atau survey harga, dikarenakan banyaknya acuan harga yang membuat terhambat pada saat proses pelaksanaan. Naik turunnya harga dipasaran menjadi 14

pertimbangan dan harus dimusyawarahkan untuk dapat menentukan harga yang nantinya akan dijadikan pedoman untuk penganggaran. Kabupaten Boyolali diapit oleh dua gunung yaitu Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Jenis tanah yang terdapat di desa tersebut adalah jenis tanah andosol coklat, tanah andosol coklat merupakan jenis tanah liat yang akan menjadi licin jika terkena air. Hal ini akan menghambat kegiatan jika sedang musim hujan dikarenakan tanah akan sulit untuk dilalui. Dikarenakan letak Desa Sampetan ini berada dilereng Gunung Merbabu medan di desa tersebut cukup sulit untuk dilalui sehingga banyak kegiatan-kegiatan warga ataupun perangkat desa terhambat dikarenakan kondisi tersebut. Salah satunya adalah proses pelaksanaan anggaran (Pemerintah Boyolali, 2020). Pelaksanaan merupakan tahap suatu kebijakan dilaksanakan maksimal dan dapat mencapai tujuan kebijakan itu sendiri. Berdasar pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dijelaskan bahwa Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Kepala Desa. Kepala Desa menyampaikan jika: Manfaat yang dirasakan jika pelaksanaan pembangunan berjalan sesuai dengan yang direncanakan adalah memperlancar transportasi ekonomi, membuat lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat, tercapainya tujuan kesejahteraan masyarakat desa. Penatausahaan Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Uraian tentang penatausahaan keuangan daerah mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) asas umum penatausahaan keuangan daerah; (b) pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah; (c) penatausahaan penerimaan; dan (d) penatausahaan pengeluaran. Berdasarkan keterangan dari Kepala Desa, proses penatausahaan dilakukah oleh bendahara desa, seperti penjelasan berikut: 15

Bendahara desa bertugas untuk mencatat seluruh pengeluaran dan pemasukan dana desa dan proses pencatatan harus disesuaikan dengan setiap kegiatan penggunaan dana yang dilakukan. Proses pencatatan keuangan desa tersebut telah dilakukan secara manual (offline) maupun online yang langsung terhubung dengan sistem dari pusat. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan arahan dan peraturan dari Sistem Keuangan yang diterapkan oleh Kementrian Keuangan. Bendahara membuat laporan pertanggungjawaban administratif dan fungsional yang berisi rekapitulasi saldo kas pada bendahara pengeluaran. Laporan ini dilampiri dengan buku kas umum, laporan penutupan kas, dan laporan pertanggungjawaban dari bendahara pengeluaran pembantu. Selain itu bendahara pengeluaran juga membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan UP dan penggunaan TU dengan mengumpulkan bukti-bukti penggunaan UP/TU. Secara keseluruhan laporan pertanggungjawaban administratif dan fungsional bendahara pengeluaran sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku hanya saja penyampaian pertanggungjawabannya sering tidak sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan dalam permendagri yaitu paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan Pelaporan juga menjadi proses penting di dalam pengelolaan dana desa. Proses pelaporan dilakukan untuk melihat apakah dana desa yang telah dianggarkan telah diterapkan secara optimal dan tepat sasaran. Proses pelaporan keuangan di Desa Sampetan diawali dengan pelaporan dari bendahara ke Kepala Desa. Seperti disampaikan oleh Bendahara Desa sebagai berikut: Saya (bendahara desa) melaporkan seluruh pengeluaran dan pendapatan desa yang tercatat dalam laporan keuangan kepada Kepala Desa Proses pelaporan dilakukan dengan menggunakan berbagai macam dokumen terkait seperti dokumen perencanaan, RAB, nota/ kwitansi/foto pelaksanaan kegiatan, dan dokumen pencairan. Bendahara desa bertugas untuk membuat semua rincian rencana anggaran dari hasil rapat seperti format yang telah ditentukan seperti yang ada pada Gambar 2 dan Tabel 1. Semua rencana anggaran jika sudah dibuat oleh bendahara akan diperiksa oleh ketua pelaksana, sekertaris, dan kepala desa dan jika sudah sesuai akan disetujui. Seperti pada Gambar 3. Laporan Anggaran tersebut diperuntukan untuk meminta dana kepada Kementrian keuangan seperti yang disampaikan oleh kepala desa: 16

Berbentuk laporan Yang Berisi Dokumen Mulai dari perencanaan, RAB, Nota/ Kwitansi /Foto Pelaksanaan Kegiatan dan Dokumen Pencairan. Gambar 2 Belanja Desa Sampetan 2022 Tabel 1 Rincian Anggaran Pembangunan Desa No Jenis Kegitan Vol Biaya dan Sumber Biaya Jumlah(Rp) Sumber 1 Pengerasan Jalan Desa 1 40.000.000,- APBDes 2 Pengerasan Jembatan Desa 1 77.056.500,- APBDes 3 Peningkatan prasarana Desa(Gorong-gorong) 1 101.335.576,- APBDes 4 Pembangunan/Rehab rumah tidak layak huni 1 60.000.000,- APBDes 5 Pipanisasi 30.000.000,- APBDes 6 Pemeliharaan sistem pembuangan air limbah 37 6.287.200,- APBDes 7 Pembangunan penerangan jalan 2 25.002.00,- APBDes 17

Gambar 3 Laporan RAB Bendahara Desa yang Telah Disetujui Pertanggungjawaban Setiap penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan agar penggunaan tidak dilakukan secara semena-mena. Proses pertanggungjawaban penggunaan dana juga dilakukan di dalam proses pengelolaan dana desa di Desa Sampetan. Proses pertanggungjawaban tersebut dilakukan dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti penjelasan dari Kepala Desa sebagai berikut: Proses pertanggunggjawaban selalu di lakukan Berdasarkan Perkembangan dan Perubahan Undang Undang Yang Ada Setelah rencana anggaran disetujui kemuadian bendahara bertugas untuk membuat laporan pertanggungjawaban yang akan diserahkan kepada Kementrian Keuangan. Laporan Pertanggungjawaban tersebut harus sesuai format yang telah dibuat oleh kementrian. Hasil Laporan tersebut juga harus disetujui oleh kepala desa. Hasilnya sesuai seperti Gambar 4. Pelaporan anggaran tersebut disampaikan secara online dan offline oleh bendahara yang sepenuhnya merupakan tanggung jawab kepala desa. Laporan ini bermaksud untuk melihat apakah rencana awal sesuai dengan pelaksanaan yang dilakukan. 18

Gambar 4 Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa yang Telah Disetujui Partisipasi Masyarakat Partisipasi berarti mengambil keputusan publik secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang akan terpengaruh dengan keputusan tersebut. Partisipasi merupakan elemen penting dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD). Partisipasi masyarakat dapat mendukung tugas pemerintah untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, mengatur agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat Kurrohman (2015). Adisasmita (2011) mengatakan bahwa partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program/proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam masyarakat lokal. Secara konkrit (operasional) partisipasi dapat diamati melalui beberapa komponen sebagai berikut: 1. Adanya ruang partisipasi dari lembaga-lembaga politik dan sosial kemasyarakatan dalam pelaksanaan pemerintahan serta penentuan keputusan publik; 2. Adanya upaya-upaya konkrit untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat secara menyeluruh dan kontinyu; 19

3. Melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya pemberdayaan terhadap perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan serta dalam kehidupan bermasyarakat; 4. Menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangkan kebebasan pers dan dalam hal mengemukakan pendapat bagi seluruh komponen masyarakat, sepanjang dilakukan dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai etika dan profesionalisme kerja yang tinggi. Pengelolaan dana desa juga harus melibatkan masyarakat, Hal tersebut dikarenakan masyarakat merupakan pihak yang seharusnya menikmati atau merasakan manfaat dari pelaksanaan atau penggunaan dana desa tersebut, di Desa Sampetan, partisipasi masyarakat sudah dilakukan sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan, seperti penjelasan dari Kepala Desa sebagai berikut: Masyarakat diwakili oleh pimpinan lembaga atau tokoh masyarakat dapat ikut serta dalam proses perencanaan hingga pengawasan pelaksanaan Selain itu, masyarakat secara umum juga dapat memberikan kritik dan saran terhadap pengelolaan dana desa yang telah dilakukan. Hal tersebut juga disampaikam oleh kepala desa sebagai berikut: Masyarakat dapat memberikan saran, dan jika saran tersebut baik maka akan di bawa ke tingkat musyawarah yang lebih tinggi Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa hasil penelitian ini telah difokuskan pada implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur pada lingkup Desa Sampetan, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali. Dari perencanaan diperoleh hasil observasi dan wawancara dengan menggunakan pola terstruktur dan tidak terstruktur terhadap unsur yang terlibat di Desa Sampetan, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali sebagai informan, penulis dapat menjelaskan bahwa implementasi kebijakan pembangunan infrastruktur dalam tahap perencanaannya sepenuhnya terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut didukung dengan memperhatikan terhadap sikap masyarakat yang kurang dalam mengikuti musyawarah Perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebagai langkah awal daripada implementasi pembangunan infrastruktur. Namun secara garis besar, perencanaan telah berjalan sebagaimana prosedur yang berlaku. Dalam perspektif pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Desa Sampetan, dimana dari hasil wawancara tahap perencanaan sampai pelaksanaan pembangunan Desa di Desa Sampetan bahwa tingkat keikut sertaan masyarakat Desa Sampetan sudah baik. Hal tersebut didukung 20

dengan memperhatikan masyarakat yang mau bergabung untuk dipekerjakan dalam pembangunan Desa. Namun ada beberapa kendala utama yang dirasakan yaitu kendala saat proses penyusunan atau survey harga, dikarenakan banyaknya acuan harga yang membuat terhambat pada saat proses pelaksanaan. Pada aspek penatausahaan implementasi pembangunan infrastruktur dikategorikan sudah baik. Hal tersebut didukung bahwa bendahara sudah mengusai seluruh proses pengeluaran serta pemasukan dana yang ada. Selain itu bendahara juga sudah mengusai pencatatan dana desa secara online maupun offline yang telah ditetapkan oleh Kementrian kuangan. Pada aspek pelaporan, pengawasan juga di kategorikan sudah cukup baik karena pemerintah kecamatan tidak hanya turun langsung memantau tapi sekaligus mengawasi jalannya MusrengbangDes. Selain itu, masyarakat juga turut serta mengawasi pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Namun demikian, masih perlu peningkatan disegala sisi. Laporan pertanggungjawaban dana sudah dilakukan secara baik. Hal ini di tujukan dengan proses pertanggungjawaban yang selalu dilakukan berdasarkan perkembangan serta perubahan undang-undang yang telah ditetapkan. Pengelolaan dana desa juga harus melibatkan masyarakat setempat, hal tersebut dikarenakan masyarakat merupakan pihak yang sedang difasilitasi oleh pemerintah untuk mempermudah proses perekonomian yang mereka lakukan. Dengan kata lain masyarakat adalah pihak yang paling tahu kebutuhan apa yang harus dipenuhi oleh desa agar proses perekonomian mereka dapat berjalan dengan lancar. Di Desa Sampetan masyarakat sudah ikut berpartisipasi dari proses perencanaan, masyarakat diwakili oleh pimpinan lembaga atau tokoh masyarakat yang ikut serta dalam perencanaan hingga pengawasan pelaksanaan. 21