BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI PASIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Jiwa dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014, adalah suatu keadaaan yang dimana individu dapat berkembang dengan baik secara fisik, mental, spiritual, serta social sehingga setiap individu dapat menyadari kemampuannya, dapat bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitas setiap individu. Dan jika dalam kondisi perkembangannya tidak sesuai dengan individu tersebut maka dapat disebut gangguan jiwa (Stuart, 2016) Gangguan Jiwa merupakan gangguan pada pola perilaku maupun pola psikologis yang akan ditunjukan oleh individu distress, disfungsi, dan dapat menurunkan kualitas kehidupan individu (Stuart, 2016). Gangguan jiwa merupakan reaksi yang tidak beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal, dapat dibuktikan dengan pikiran, emosi, dan perilaku individu yang tidak sesuai dengan budaya setempat dan sangat mengganggu masyarakat serta lingkungan kerja. Gangguan jiwa yang paling serius dan kronis adalah skizofrenia. (Townsend & Morgan, 2017). Gangguan Jiwa di Indonesia masih terbilang sangat tinggi, karena dari hasil Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas, prevalensi pada gangguan jiwa atau gangguan mental emosional pada usia remaja 15 tahun ke atas sebanyak 6.0% dan pada tahun 2018 terdapat peningkatan menjadi 9,8%. Pada remaja terdapat peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar 1,7% menjadi 7% di tahun 2018 pada Skizofrenia nya (Barimbing, M.A, 2020). Skizofrenia merupakan masalah psikologis yang dapat mempengaruhi kerja otak besar yang menyababkan gangguan pada pola pikiran, wawasan, emosi, serta perilaku. Seorang yang mengidap skizofrenia ini akan lebih sering menunjukkan gejala psikotik, misalnya delusi dengan ciri khas yang berupa gangguan perasaan akan kemegahan dan juga halusnasi seperti melihat atau mendengar sesuatu yang tidak dialami oleh sekitar (Gamayanti, 2016). Gejala pada penderita skizofrenia ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala negatif atau gejala yang tidak nyata [www.upnvj.ac.id www.library.upnvj.ac.id www.respository.upnvj.ac.id] 1

2 meliputi kehilangan motivasi atau menjadi apatis, serta mengalami depresi yang tidak ingin ditolong. Sedangkan pada gejala negatif atau gejala yang dialami nyata pada penderita meliputi waham, delusi, serta halusinasi (Pardede et al., 2013). Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori atau adanya suatu objek tanpa ada rangsangan eksternal, gangguan persepsi sensori juga dapat meliputi seluruh panca indra. Penderita gangguan jiwa ini akan merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada seperti sensasi palsu berupa suara, penglihatan, bau-bau an, serta indra penciuman (Yusuf & Nihayati, 2015). Halusinasi adalah suatu gejala pada gangguan jiwa yang dimana individu ini mengalami perubahan sensori, dan individu akan mengalami sensasi palsu berupa penglihatan, pendengaran, perabaan, atau pengecepan. Oleh karena itu, individu ini akan merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Muhith, 2015). Hasil penelitian oleh (Kumala, 2019) tentang jenis halusinasi yang paling dominan pada klien dengan skizofrenia hebefrenik di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (60,4%) yang mengalami halusinasi pendengaran, sedangkan pada halusinasi penglihatan yang disertai pendengaran sebanyak (7%). Jadi halusinasi yang dominan yaitu halusinasi pada pendengaran (60,4%). Maka dari itu disarankan pada perawat rumah sakit untuk melakukan strategi pelaksanaan terhadap klien yang mengalami halusinasi, seperti membina hubungan saling percaya, mengontrol halusinasi, mengenal apa itu halusinasi, melatih klien untuk rutin mengonsumsi obat. serta mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi, pemberian strategi pelaksanaan yang tepat sangatlah diperlukan pada klien halusinasi untuk menghindari dampak yang akan ditimbukan. Dampak yang akan ditimbulkan jika halusinasi tidak segera diatasi adalah klien akan kehilangan kontrol dirinya, klien dalam situasi ini dapat melakukan bunuh diri, menyakiti orang lain, atau membahayakan lingkunga. Penanganan yang tepat harus segera diperlukan untuk meminimalisir efek yang akan ditimbulkan oleh klien halusinasi ini. Dari banyaknya angka pada kejadian halusinasi, semakin jelas bahwa klien halusinasi sangat membutuhkan peran perawat untuk membantu klien mengontrol halusinasinya (Handayani et al., 2013).

3 Studi kasus pada penelitian ini dilakukan di ruang Merak Rumah Sakit Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Tempat dimana peneliti melakukan penelitian, terdapat 73 pasien yang dirawat dengan 69 (94,52%) klien memiliki diagnosa keperawatan utama adalah Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi di ruang Merak. Ada beberapa dari pasien yang sebelumnya sudah berobat tetapi pasien harus dirawat lagi. Sebelum pasien dirawat pasien terlebih dahulu akan masuk dari IGD kemudian setelah dari IGD pasien akan dimasukan ke ruang psikiater, diruang tersebut pasien harus di rawat inap 2 sampai 3 hari di ruang elang (psikiater), jika sudah pasien akan naik ke ruang Kaswari dimana ruang kaswari adalah ruang intermediate, diruang tersebut pasien akan dilihat kondisinya apakah sudah lebih komunikatif atau tidak, jika sudah klien akan diturunkan ke ruang merak, dimana diruang merak ini pasien sudah siap untuk dipulangkan kerumah. Dan seperti yang peneliti temukan diruang Merak banyak pasien yang mengalami masalah gangguan halusinasi, salah satu pasien mengatakan bahwa dirinya melihat bayangan atau dihantui oleh seseorang yang dimana pasien tersebut terdapat masalah halusinasi. Berdasarkan hasil penemuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa banyak pasien yang mengalami Gangguan Pesepsi Sensori Halusinasi. Dari data tersebut, dampak jika halusinasi itu sendiri tidak segera ditangani maka, pasien akan kehilangan kontrol pada dirinnya. Dimana pasien halusinasi ini dapat melukai atau mencederai dirinya sendiri, orang lain, serta lingkungannya. Dan jika pasien halusinasi ini berhubungan dengan orang lain maka reaksi pasien akan cendrung emosional yang ekstrem dan bahkan cenderung tidak stabil seperti, rasa takut, ansietas, maupun tremor. (Handayani et al., 2013). Maka dari itu peran perawat sangat penting untuk memperkecil dampak yang akan timbul, peran perawat yang dibutuhkan dalam menangani pasien penderita halusinasi ini yaitu membina hubungan saling percaya kepada pasien melalui komunikasi teraupetik yang baik dengan pasien halusinasi (Hidayah, 2015). Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan alat yang digunakan perawat Kesehatan jiwa sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan klien dengan masalah keperawatan halusinasi. Strategi Pelaksanaan adalah menerapkan standar asuhan yang berlaku pada klien dengan tujuan untuk mengurangi masalah perawatan Kesehatan jiwa yang perlu ditangani. Dalam masalah gangguan

4 halusinasi strategi pelaksaannya atau implementasi keperawatannya meliputi kegiatan dalam mengenal halusinasi, mengajarkan dan membantu klien dalam menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta dapat melakukan kegiatan yang telah terjadwal untuk mencegah atau mengontrol halusinasi (Susilawati1, 2016). Hasil penelitian (Andri et al., 2019) tentang Implementasi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi pada Pasien Skizofrenia, dapat disimpulkan bahwa klien halusinasi di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu, terdapat pengaruh pada pasien dalam memberikan implementasi atau penatalaksaan keperawatan serta pengendalian diri, jadi semakin baik pelaksanaan intervensi yang diberikan pada klien maka pengendalian diri klien halusinasi akan semakin cepat membaik, dan tidak akan menimbulkan masalah baru bagi klien. Pada kasus yang akan dibahas disampaikan bahwa pasien sudah 3 minggu dirawat dan sudah dilakukan upaya penyembuhan oleh perawat rumah sakit jiwa, tetapi mengapa hasilnya pasien tidak mengalami perubahan, karena perawat dimana tempat peneliti lakukan, mereka hanya memfokuskan pada obat dan Terapi Aktifitas Kelompok saja, mereka tidak memfokuskan pada setiap penderita yang ada di rumah sakit jiwa. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil kasus klien dengan masalah halusinasi dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn.S Dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran Di Ruang Merak Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan Jakarta Barat. I.2 Rumusan Masalah Dalam memberikan Asuhan Keperawatan dengan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) dapat terjadi dua respon yaitu pertama respon negative dimana pasien belum ada kemampuan untuk memahami cara mengontrol halusinasi, kedua respon positif dimana pasien sudah mampu memahami cara mengontrol halusinasi. Untuk dapat melakukan dengan mandiri setelah dilakukan SPTK kembali lagi dengan kemampuan masing-masing pasien ada yang melakukan nya dengan mandiri, ada juga psien yang harus diingatkan.

5 Berdasarkan pada uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien Tn.S dengan masalah utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran di ruang merak rumah sakit jiwa dr soeharto jakarta barat. I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan supaya penulis dapat mengeksplorasi secara mendalam gambaran pengalaman yang nyata pada klien dengan masalah utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran, serta penulis dapat memahami asuhan keperawatan apa saja yang harus diberikan pada klien masalah Halusinasi. I.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan agar penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan sebagai berikut : a. Mampu melakukan pengkajian data pada klien Tn.S dengan masalah utama Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran b. Mampu menganalisa dan menegakkan diagnosa pada klien Tn.S dengan masalah utama Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran. c. Mampu menyusun dan melakukan intervensi secara menyeluruh pada klien Tn. S dengan masalah utama Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran. d. Mampu mempelajari dan melakukan tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan pada klien Tn.S dengan Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran e. Mampu mempelajari dan melakukan caa mengevaluasi keaktifan asuhan keperawatan pada klien Tn.S dengan Halusinasi Penglihatann dan Pendengaran

6 I.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Manfaat Teoritis Dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi lebih serta dapat memecahkan masalah keperawatan jiwa tentang asuhan keperawatan pada klien yang memiliki masalah Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran. I.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Klien Asuhan Keperawatan yang diberikan diharapkan dapat digunakan untuk melatih klien dalam mengontrol atau mengendalikan halusinasinya, sehingga nanti tidak akan menimbulkan masalah atau dampak negatif bagi orang sekitarnya. b. Bagi Keluarga Diharapkan bagi keluarga penderita skizofrenia dengan masalah gangguan sensori persepsi halusinasi ini dapat mengetahui bagaimana cara merawat serta mengatasi klien setelah pulang dari Rumah Sakit Jiwa sehingga asuhan keperawatan akan mencapai tujuan yang diinginkan. c. Instansi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam melaksanakan praktik pelayanan keperawatan jiwa terkhususnya pada masalah gangguan halusinasi. d. Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat sebagai pengembangan kurikulum dalam keperawat jiwa dan dapat menambahkan kepustakaan pada Karya Tulis Ilmiah tentang praktik ilmu keperawatan dalam asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia yang mengalami gangguan sensori persepsi halusinasi. e. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan Asuhan Keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah gangguan sensori persepsi halusinasi.