BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI, NARKOTIKA DAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA NARKOTIKA. 2.1 Pengaturan Hukum tentang Tindak Pidana Narkotika dalam Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1976

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 "... yang melindungi

BAB III PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: dilakukan oleh anak-anak, antara lain : bentuk penanggulangan secara preventif yaitu :

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara Hukum dimana setiap kegiatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional. bius (Chloric Ether atau Chloroform), yang dipergunakan hingga sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalisasi adalah suatu proses pengancaman suatu perbuatan yang dilarang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan penyalahgunaan narkotika saat ini sudah sangat

NAPZA. Trainer : Lina Asisten : Sela, Tito

Penanggulangan Anak Sebagai Kurir Narkotika Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. hakim di sidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan dapat menangkal. tersebut. Kejahatan narkotika (the drug trafficking

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan rasa kekhawatiran yang mendalam pada masyarakat. Berbagai

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Terkait Rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan suatu cara yang diberikan pemerintah untuk dapat memberikan kesempatan hidup yang lebih bagi penyalah guna narkotika. Rehabilitasi sendiri adalah pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu (semula), atau Rehabilitasi juga dapat diartikan sebagai perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misalnya pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat dalam masyarakat. 1 Atau rehabilitasi sendiri adalah suatu proses pemulihan kepada seseorang yang memiliki penyakit parah supaya orang tersebut memiliki kondisi yang baik secara fisik mapun psikologisnya Pengaturan terkait rehabilitasi ini telah diatur didalam pasal 54 Undang Undang nomor 35 tahun 2009 tentang nerkotika yang berisi sebagai berikut : Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Pemberian rehabilitasi ini dikususkan kepada mereka yang diketegorikan sebagai pecandu dan korban penyalah guna selain itu terkait 1 Achmad Dzulfikar Musakkir.Skripsi. Efektivitas Program Rehabilitasi Medis Dan Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat-Obat Terlarang Dalam Perspektif Sosiologi Hukum. (Makasar:Unhas.2016) hlm 40 13

pemberian rehabilitasi ini juga diatur dalam UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 103 ayat 1 yang beriisi 1. Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat: a. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani *pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jikapecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika; atau b. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan danl atau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika. Rehabilitasi ini dianggap sebagai masa hukuman hal ini sejalan dengan pasal 103 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang mana rehabilitasi dihitung sebagai menjalani satu hukuman hal tersebut berisi sebagai berikut: Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi PecanduNarkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a di perhitungkan sebagai masa menjalani hukuman. a. Jenis jenis rehabilitasi Jenis jenis rehabilitasi berdasarkan pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 tentang narkotika Rehabilitasi yang berisi sebagai berikut: Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. 14

Dalam hal ini berdasarkan pasal 1 ayat 16 dan 17 Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika rehabilitasi yang dimaksud dengan rehabilitasi sosial dan rehabilittasi medis adalah sebagai berikut: Pasal 16 Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika. Pasal 17 Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. b. Tinjauan Umum Terkait Penyalahguna Narkotika. a. Penyalah Guna Definisi penyalah guna berdasarkan pasal 1 ayat 15 Undang- Undang Nomor.35 tahun 2009 tentang narkotika adalah sebagai berikut : Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Dalam hal ini Penyalahgunaan narkotika merupakan bentuk penyimpangan, tindakan atau perbuatan dari orang-orang yang tidak berhak, tidak berwenang menggunakan atau mengedarkan narkotika,oleh karena itu perlu pengaturan bagi penyalahguna narkotika. 15

Bila pengguna narkoba tidak diatur, dapat memberikan dampak buruk,yaitu ketagihan atau kecanduan pada si pemakai. 2 ketergatungan atau kecanduan sendiri berdasarkan Pasal 1 Ayat 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2415/Kemenkes/Per/XII/2011 Tentang Rehabilitasi Medis Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika berisi sebagai berikut; Ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang menimbulkan gejala fisik dan psikis. Jika kita melihat kembali pada tujuan rehabilitasi adalah untuk membebaskan seseorang dari ketergantungan narkotika, dalam hal yang berdasarkan pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika yang berhak memperoleh rehabilitasi adalah pecandu dan korban penyalah guna. Dalam hal ini berdasarkan pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor.35 tahun 2009 tentang narkotika yang beriisi : Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. 2 Gultom,Maidin.2012.Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Prempuan.PT.Refika Aditama hal 122 16

Selain pecandu narkoba yang direhabilitasi juga terdapat korban penyalah guna berdasarkan Pasal 1 Ayat 6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2415/Kemenkes/Per/XII/2011 Tentang Rehabilitasi Medis Pecandu, Penyalahguna dan Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/ atau diancam untuk menggunakan Narkotika. Ciri ciri penyalah guna narkotika adalah sebagai berikut: 3 1. Terjadinya perubahan perilaku a. Prestasi di tempat kerja atau di sekolah mendadak menurun, tidak menyelesaikan tugas, membolos,; b. Pola tidurnya berubah : pagi hari sulit dibangunkan dan malam begadang; c. Berkurang Selera makan; d. Banyak menghindari pertemuan dengan keluarga lainnya karena takut ketahuan menggunakan. e. Banyak menolak diajak makan bersama sama oleh anggota keluarga lainnya dan mengurung diri dikamar ; f. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga g. lainnya dibandingkan dengan sebelumnya; h. kelompok pertemanan berubah. 2. Tanda - tanda fisik 3 Irawan,Nata.2018.Awas Narkoba Masuk Desa.Jakarta:BNN Nasional 17

Tanda -tanda ini biasanya terlihat saat terjadi keadaan putus zat atau saat intoksikasi, sesuai dengan digunakanya jenis Narkoba. 3. Ditemukannya narkoba atau alat untuk menggunakan narkoba a. Narkoba (dalam bentuk Kristal,lintingan ganja,pil, serbuk) yang mungkin dapat dijumpai di laci meja,lembaran buku,tas,kaset dll; b. Alat untuk menggunakan narkoba seperti:gulungan uang,kertas timah, jarum suntikdll Disisi lain kecanduan narkotika dapat dilihat dari : 4 1. Dampak fisik, gangguan pada sistem syaraf (neurologis) seperti: mengalami kejang, berhalusinasi, memiliki gangguan kesadaran, terdapat kerusakan syaraf tepigangguan pada kulit, seperti: penanahan, alergi, eksim, gangguan pada paaru-paru, seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesulitan bernafas, sakit kepala, mual-mual, suhu tubuh meningkat, dan sulit tidur. Selain itu juga akan berdampak pada kesehatan sistem reproduksi seperti perubahan periode mesntruasi pada remaja prempuan dan mengangu hormon seksual 2. Dampak psikologinya adalah kerja menjadi lamban, ceroboh, tegang dan gelisah, kepercayaan diri hilang, apatis, pengkhayal, penuh curiga, tingkah laku yang brutal, sulit kosentrasi, sering kesal dan tertekan, 4 Anindia Prestiawani Rizki.skripsi.( Rehabilitasi Sosial Bagi Penyalahgunaan Narkoba Di Natura Addiction Center Jakarta Selatan).(Jakarta:UIN.2018)hal:32 18

cenderung menyakiti diri, memberikan rasa tidak aman sampai bisa bunuh,mental terganggu, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan, merepotkan dan menjadibeban keluarga serta terganggunya pendidikan dan suram masa depan Dampak sosial yang ditimbulkan gangguan mental, anti sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan sekitar, merepotkan dan menjadi beban keluarga, pendidikan menjadi terganggu serta masa depan menjadi suram Selain ciri ciri atau dampak dapak yang diberikan oleh narkotika dalam hal ini penggunaan narkotika sendiri memliki tahapan tahapan dalam penggunaan narkotika sebagai berikut: 5 1. Pertama dimulai dari kebiasaan merokok dana tau meminum meminuman keras 2. Tahap coba coba dan ingin tahu 3. Tahap rekreasi dan fun 4. Tahap regular 5. Tahap dependent 6. Tahap chaotic Semakin muda mereka kebiasaan merokok dana tau meminum meninuman keraas maka potensi untuk menyalahgunakan narkotika akan semakin besar. 6 Dilanjutkan pada tahap coba coba dan ingin tahu yang 5 Sri suryawati.(et.al.).2015.ugm mengajak raih prestasi tanpa narkoba.yogyakarta.gadjah Mada Universty press hal:50 6 Ibid hal 48 19

dikarenakan sense of curiousity (rasa ingin tahu). 7 Hal senada juga disampaikan oleh dr. Dharmawan, didalam pemakaian narkotika terdapat beberapa tahapan. Mula-mula mereka hanya coba-coba (experimental use) dengan alasan untuk mencari rasa nyaman, menghilangkan rasa susah, enak atau sekedar rasa ingin tahu. Sebagian tidak meneruskan sebagai pecandu namun sebagian yang merasa nyaman dengan pemakaian narkotika akan meneruskannya menjadi social use. Ada yang bersifat situasional use, menggunakan narkotika saat stress, kecewa, sedih, sampai saat ini mereka masih bisa mengendalikan hasrat untuk menggunakan narkotika. 8 b. Narkotika 1. Definisi narkotika Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika,Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya. 9 Definisi narkotika Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang- Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika berisi sebagai berikut: Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang 7 Ibid hal 48 8 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, 2003, Hlm 7 9 Ibid., irawan nata hal 8 20

dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini. Sehubungan dengan pengertian narkotika. yang berasal dari Bahasa yunani, yaitu narcosis yang memiliki arti narkose atau menidurkan, yaitu suatu zat atau obat-obatan yang membiuskan sehingga tidak merasakan apa-apa. 10 Disisi lain terdapat pendapat atau difinisi lain terkait pengertian narkotika yaitu : Definisi lain dari Biro Bea dan Cukai Amerika serikat dalam buku Narcotic Identification Manual, sebagaimana dikutip Djoko Prakoso, Bambang Riyadi, dan Mukhsin menjelaskan. Bahwa yang dimaksud dengan narkotika ialah candu, ganja, kokain, zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut, yakni morphine, heroin, codein, hasisch, cacin. Dan termasuk juga narkotika sintesi yang menghasilkan zat-zat, obat-obat yang tergolong dalam Hallucinogen dan Stimulant. 11 Narkotika menurut Soedjono Dirdjosisworo adalah sejenis zat yang bila dipergunakan (dimasukkan dalam tubuh) akan membawa pengaruh terhadap tubuh si pemakai, pengaruh tersebut berupa merangsang, menimbulkan khayalan-khayalan (halusinasi) dan menenangkan. 12 10 Gultom,maidin.op.cit.hal:121 11 Achmad Dzulfikar Musakkir,Skripsi: Efektivitas Program Rehabilitasi Medis Dan Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat-Obat Terlarang Dalam Perspektif Sosiologi Hukum. (makasar:unhas,2016).hal:hal:26 12 Soedjono Dirdjosisworo, 1990.Hukum tentang Narkotika di Indonesia, Bandung:Karya Nusantara, hlm.9. 21

Selain itu Darda Syahrizal menjelaskan perihal narkotika sebagai berikut: Narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap perubahan kesadaran atau membuat terjadinya penurunan kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, digunakan untuk analgesik, antipasmodik, dan premedikasianestesi. 13 Oleh karena sifatnya yang berbahaya jika dikonsumsi tanpa pengawasan dari pihak yang berwenang oleh karena negara indonesia melarang penggunaa narkotika, yang mana hal tersebut diatur didalam Undang- Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. 2. Golongan-golongan Narkotika Dalam hal terkait golongan golongan narkotika di Indonesia di atur dalam pasal 6 ayat 1 yaitu berikut : a. Narkotika Golongan I Narkotik Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. b. Narkotika Golongan II; Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapatdigunakan dalam terapi 13 Chartika Junike Kiaking. Penyalahgunaan Narkotika Menurut Hukum Pidana Dan Undang- Undang.Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Lex Crimen Vol. Vi/No. 1/Jan-Feb/2017 Hlm:1 22

danlatau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. c. Narkotika Golongan III. Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi danlatau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Selain itu menurut pembuatanya narkotika dibagi menjadi dalam 3 (tiga) golongan yaitu: 14 1. Narkotika alam, adalah narkotika yang berasal dari olahan tanaman yang dikelompokan dari 3 (tiga) jenis tanaman yaitu: a. Opium yaitu berasal dari olahan getah dari buah tanaman paparef somni ferum b. Kokaina yaitu berasal dari tanaman koka c. ganja atau mariyuana atau atau Conabis sutira termasuk hashish ataupun hashish oil. 2. Narkotika semi sintetis yaitu narkotika yang dibuat dari alcohol opium dengan inti penanthem dan berkhasiat sebagai narkotika,contoh heroin 3. Narkotika sintentis,narkotika ini diperoleh melalui proses kimia dengan menggunakan bahan kimia,sehingga diperoleh suatu 14 Gultom,Maidin.2012.Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Prempuan.PT.Refika Aditama hal:123 23

hasil baru yang mempunyai efek narkotika seperti petheidine,metadon c. Tinjauan Umum Terkait Efektifitas Hukum. Efektifitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektifitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. 15 lalu jika kita berbicara terkait efektifitas hukum, maka kita bisa menggunakan teori dari Soerjono Soekanto yang menyatakan sebagai berikut bahwa derajat efektifitas suatu hukum ditentukan antara lain oleh taraf kepatuhan masyarakat terhadap hukum termasuk oleh para penegak hukumnya, Sehingga dikenal suatu asumsi bahwa taraf kepatuhan hukum yang tinggi merupakan suatu indikator berfungsinya suatu sistem hukum. 16 Kefektifan ini dapat dilihat dari 5 hal aspek yaitu berdasakan Soejorno Soekanto yaitu Faktor Undang-Undang, Faktor Penegak Hukum, Faktor Sarana atau Fasilitas, Faktor Masyarakat, Faktor Kebudayaan. 17 Berfungsinya hukum merupakan pertanda bahwa hukum tersebut telah mencapai tujuan hukum, yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungi masyarakat dalam pergaulan hidup. 18 15 Realizhar Adillah Kharisma Ramadhan.skripsi: Efektifitas Pelaksanaan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Sungguminasa). (makasar:unhas,2013) hal:10 16 Mangun,Ulang Sosiawan,dan tim.laporan akhir penelitian hukum: Efektifitas Peraturan Perundang-Undangan Kaitan Dengan Pembangunan Daerah Tertinggal.(Jakarta:KEMENKUHAM,2011)hal:6 17 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007),hlmn 8. 18 Ibid.,hal:6 24

Disisi lain menurut Menurut Lawrence M. Friedman ada tiga faktor yang mempengaruhi efektif atau tidaknya suatu perundang-undangan, yang kita sebut sebagai efektivitas hukum, yang mana ketiga faktor sebgai berikut: 19 1. Substansi Hukum Substansi hukum adalah inti dari peraturan perundang-undang itu sendiri. 2. Struktur Hukum Struktur hukum adalah para penegak hukum. Penegak hukum adalah kalangan penegak hukum yang langsung berkecimpung di bidang penegakan hukum tersebut. 3. Budaya Hukum. Budaya hukum adalah bagaimana sikap masyarakat hukum di tempat hukum itu dijalankan. Apabila kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dapat diterapkan maka masyarakat akan menjadi faktor pendukung. Namun bila masyarakat tidak mau mematuhi peraturan yang ada maka masyarakat akan menjadi faktor penghambat utama dalam penegakan peraturan yang dimaksud. Dalam hal ini peran masyaraat tentulah diperlukan yang harus kita perhatikan secara mendalam terkait efektifitas hukum adalah seberapa jauh aturan hukum tersebut ditaati oleh masyarakat atau seberapa jauh aturan tersebut tidak ditaati. Jadi jika masyarakat sudah melaksanakan aturan tersebut dengan baik maka dapat dikatakan bahwa aturan tersebut telah efektif. Seseorang dapat menaati suatu aturan dikarenakan beberapa alasan salah 19 Gerry Baihaqqi Nuswantoro.skripsi: Efektivitas Implementasi Rehabilitasi Medis Bagi Pecandu Narkotika Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Studi Di Badan Narkotika Nasional Kota Batu).(malang:UMM.2017) hal:16 25

satunya adalah kepentingan yang mana kepentingan tersebut terdiri dari compliance, identification, internalization yang mana ketiga hal ini merupakan bentuk jenis ketaatan. Menurut H.C. Kelman dalam buku Menguak Teori Hukum (legal theory) dan teori peradilan (judicialprudence) yang telah dipermudah oleh Achmad Ali jenis jenis ketaatan sebagai berikut : 20 a. Ketaatan yang bersifat Compliance, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan, hanya karena ia takut terkena sanksi. b. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang menaati aturan tertentu, hanya karena takut hubungan baiknya dengan pihak lain menjadi rusak. c. Ketaatan bersifat Internalization, yaitu jika seseorang menaati suatu aturan, benar-benar karena ia merasa bahwa aturan itu sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang dianutnya Jadi masyarakat akan menaati suatu aturan bisa dalam jenis Compliance,yang mana seseorang akan menaati suatu aturan karena aturan masyarakat merasa takut dengan saksi yang diberikan atau dijatuhkan, atau dalam bentuk identification atau internalization atau bahkan bisa lebih dari satu bentuk. Menaati aturan atau perundang undangan bukanlah satu-satunya parameter untuk dijadikan bahwa aturan tersebut efektif atau tidak jika kita berbicara mengenai aturan tersebut efektif atau tidak maka kita juga harus melihat 20 Atma Rio Putra, Skripsi: Penerapan Sanksi Rehabilitasi Terhadap Pengguna Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika (Studi Kasus Balai Rehabilitasi BNN Baddoka Makassar) (Makasar :Unhas,2016) hal.39 26

efekttifnya suatu aturan dilihat dari keingginan sepembuat Undang-undang yang mana faktor faktor undang-undang dapat dikatakan efektif adalah sebagai berikut : 21 a. Pengetahuan tentang substansi (isi) perundang-undangan b. Cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut c. Institusi yang terkait dengan ruang llingkup perundang-undangan di dalam masyarakatnya. d. Bagaimana proses lahirnya suatu perundang-undangan, yang tidak boleh dilahirkan secara tergesa-gesa untuk kepentingan instan (sesaat), yang diistilahkan oleh Gunnar Myrdall sebagai sweep legislation (undang-undang sapu), yang memiliki kualitas buruk dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain dari kedua sisi tersebut kita juga tidak boleh melupakan sisi penegakan hukum yang mana sisi tersebut tentulah memiliki peran yang besar supaya suatu aturan dapat ditaati oleh masyarakat. Dan untuk mewujudkann aturan yag ditaati tidaklah mudah. Salah satu masalah yang dihadapi dalam mewujudkan keefektifan hukum ini apabila terjadi apa yang dinamakan oleh Gunnar Myrdal sebagai selfdevelopment dimana hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan diterapkan teryata tidak efektif. 22 Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari pembentukan hukum,penegakan hukum,para pencari keadilan (justiablen), maupun golongan-golongan lain 21 Ibid.,hal;42 22 Soekanto,soerjono.1988.Pokok-Pokok Sosiologi Hukum.Jakarta:PT.RajaGrafindo hal:135 27

dalam masyarakat. 23 Disisi lain ada beberapa faktor yang dapat menghambat efektifitas hukum yaitu sebagai berikut; 24 1. Moal dan mental aparat terkait belum memadai. 2. Rendahnya kesejahteraam aparat dalam menangani masalah narkotika sehingga sering tergiur untuk bekerja sama dengan sindikat demi memperoleh uang. 3. Jumlah aparat yang kurang memadai dibandingkan dengan jumlah rakyat dan luas wilayah. 4. Profesionalisme aparat yang kurang memadai. 5. Fasilitas/peralatan yang masih kurang. 6. Koordinasi antar intsansi yang buruk. 7. kurangnnya pengetahuan masyarakat tentang narkotika. Jadi diperlukanya hubungan yang harmonis dan berkesinambungan dari masyarakat, pembuat undang-undang dan penegak hukum supa suatu aturan dapat belaku efektif. Setelah itu haruslah ada pengawasan peraturan tersebut pengawasan merupakan hal yang penting di terapkan dalam melihat efektifitas suatu aturan menurut George R. Terry mendefinisikan istilah pengawasan adalah Control is to determine what is accomplished, evaluate it, and apply corrective measures, if needed to ensure result in keeping with the plan. (Pengawasan adalah penentuan apa yang telah dicapai, mengevaluasi dan menerap kan tindakan korektif, jika 23 Ibid.,hal:135 24 Ibid,hal:44 28

perlu, me mastikan hasil yang sesuai dengan rencana). 25 Sedangkan menurut Bagir Manan memandang kontrol sebagai sebuah fungsi dan sekaligus hak, sehingga lazim disebut fungsi kontrol atau hak kontrol. Kontrol mengandung dimensi pengawasan dan pengendalian. Pengawasan yang bertaliandengan pembatasan dan pengendalian bertalian dengan arahan (directive). 26 Dalam hal pengawasan sebagai suatu cara untuk melihat bawasanya peraturan tersebut telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan selain itu juga bisa sebagai tolak ukur bawasanya aturan tersebut telah berhasil dan ditaati. 25 H. Achmad Fauzi, Fungsi Pengawasan Dprd Dalam Mewujudkan Pelaksanaan Pemerintahan Daerah Yang Baik,Jurnal Hukum Dan Dinamika Masyarakat Vol. 1 NO. 20141 2 APRIL hal:205 26 Isrok, Korelasi Antara Peraturan Daerah (Perda) Bermasalah Dengan Tingkat Investasi Ke Daerah, Jurnal Hukum No. 4 Vol. 16 Oktober 2009 hal:55 29