STATUS PEKERJAAN DAN SKOR WHO - ASSIST PADA KLIEN PROGRAM REHABILITASI PENYALAHGUNA ZAT DI RSUP SANGLAH, BALI Luh Nyoman Alit Aryani

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

REHABILTASI PADA NAPZA

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

ABSTRAK PERILAKU BUNUH DIRI PADA KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

Karakteristik Demografi Pasien Depresi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali Periode

SAGUNG PUTRI PERMANA LESTARI MURDHANA PUTERE

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

17. Keputusan Menteri...

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT DI KLINIK PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB IV PENUTUP. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet

Hubungan Self Hypnotherapy pada Persentase Relapse (kekambuhan) Pengguna NAPZA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

Indonesia Nomor 5211); 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 9.

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba, keterusan hingga menyebabkan ketergantungan yang berpotensi

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

I KOMANG AGUS SETIAWAN

Kualitas Hidup Klien Terapi Metadon di Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Sandat RSUP Sanglah

4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Tiara Sundari Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

JURNAL KENDALA DAN UPAYA REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI (BNNP) YOGYAKARTA

Methadon sejak 1972 disetujui FDA telah terbukti secara klinis mengurangi jumlah orang kecanduan opiat dengan efek samping jangka panjang terbatas

MENGHILANGKAN RACUN NAPZA DARI TUBUH KLIEN

BEDA PERSEPSI DOKTER PUSKESMAS INTEGRASI DAN NON INTEGRASI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIAYA RIIL DAN ANALISIS KOMPONEN BIAYA YANG MEMPENGARUHI BIAYA RIIL PADA KASUS SKIZOFRENIA RAWAT INAP DI RSJ SAMBANG LIHUM

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

Ni Putu Diah Prabandari, I Made Sukarja, Ni Luh Gde Maryati Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PADA PASIEN HIV/AIDS DI YAYASAN SPIRIT PARAMACITTA DENPASAR

REFLEKSI KASUS GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL dan PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PADA NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NAPZA DI KLINIK METADON LP KEROBOKAN

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Terapi Adiksi yang Efektif, NIDA (National Institute on Drug Abuse, 1999) menunjuk 13 prinsip dasar terapi efektif berikut:

Addiction.

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

2012, No.1156

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

Transkripsi:

1 STATUS PEKERJAAN DAN SKOR WHO - ASSIST PADA KLIEN PROGRAM REHABILITASI PENYALAHGUNA ZAT DI RSUP SANGLAH, BALI Luh Nyoman Alit Aryani Latar belakang : Ada beberapa faktor yang menentukan manifestasi dan perjalanan klinis dari suatu penyalahgunaan zat. Salah satu faktor yang penting adalah status pekerjaan seseorang. Penelitian tentang topik ini kurang di Bali. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan korelasi antara status pekerjaan dan tingkat penggunaan zat pada klien yang menjalani rehabilitasi di RSUP Sanglah Bali. Metode : Data dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medis dan wawancara klien yang aktif di Klinik Terapi Methadone Sandat, RSUP Sanglah, sebagai salah satu Program Rehabilitasi Rawat Jalan Penyalahguna Zat Heroin di dalam periode antara 1 Januari sampai 30 Juni 2016. Diperlukan data demografi berfokus pada status pekerjaan dan penilaian World Health Organization s Alcohol Smoking Substance Use Involvement Screening and Test (WHO-ASSIST). Data status pekerjaan dan penilaian WHO - ASSIST akan dianalisis secara statistik untuk potensi korelasi. Hasil : Penelitian ini sedang berlangsung, dan hasilnya belum didiskusikan. Kami memperkirakan klien yang bekerja memiliki penilaian WHO - ASSIST yang lebih baik dibandingkan yang tidak bekerja. Kesimpulan : Belum ada Kata kunci : status pekerjaan, penyalahgunaan zat, WHO - ASSIST 1) Residen Psikiatri, Fakultas kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar 2) Psikiater, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar EMPLOYMENT STATUS AND WHO-ASSIST SCORES AMONG SUBSTANCE ABUSE CLIENTS UNDERGOING REHABILITATION IN SANGLAH HOSPITAL, BALI, Luh Nyoman Alit Aryani Background: Multiple factors determine the clinical presentation and course of one s substance abuse. One factor that might be of importance is one s employment status. Research about this particular topic in Bali, however, has been lacking. This research was therefore conducted to determine the possible correlation between employment status and degree of substance use among clients undergoing rehabilitation in Sandat Methadone Maintenance Therapy clinic, Sanglah Hospital Bali. Methods: Data were collected retrospectively from the medical record of active clients in Sandat Methadone Maintenance Therapy clinic, Sanglah Hospital, Bali during the period that lasts between 1 January and 30 June 2016. Demographic data with focus to employment status and World Health Organization s Alcohol Smoking Substance Use Involvement Screening and Test (WHO-ASSIST) scores are inquired. Employment status and WHO-ASSIST scores data are to be analyzed statistically for potential correlation. Results: This research is still ongoing, and results are yet to be discussed. We expect clients who are employed to have better WHO-ASSIST scores than the ones who don t. Conclusions: To be disclosed. Keywords: employment status, substance use, WHO-ASSIST 1) Psychiatrist, Faculty of Medicine Udayana University/Sanglah General Hospital

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan penggunaan NAPZA saat ini sudah menjadi masalah bersama. Semua lapisan masyarakat melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengatasi masalah ini. Kita yang bergerak di bidang kesehatan, terutama petugas kesehatan di sarana pelayanan kesehatan tentu menjadi ujung tombak dalam melakukan upaya-upaya tersebut. Fasilitas kesehatan pun diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan bagi pasien dengan gangguan penggunaan NAPZA.(Viora, 2013) Salah satu modalitas terapi bagi pecandu dengan ketergantungan opioida adalah terapi rumatan metadon. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Indonesia dimulai sejak tahun 2003 di Jakarta dan Bali. Melalui program ini diharapkan dapat mengurangi resiko terkait penyakit infeksi (HIV/AIDS, Hepatitis) memperbaiki kesehatan fisik dan psikologis, mengurangi perilaku kriminal, memperbaiki fungsi sosial pasien. (Utami, 2013) World Health Organization ( WHO ) Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening Test ( ASSIST ) adalah kuesioner yang layak untuk semua tingkat masalah atau penggunaan zat berisiko pada orang dewasa. ASSIST terdiri dari delapan pertanyaan yang mencakup tembakau, alkohol, ganja, kokain, ATS ( termasuk ekstasi ) inhalansia, sedatif, halusinogen, opioid dan obat lain. Skor yang dihasilkan digunakan untuk memberikan umpan balik kepada klien tentang penggunaan narkoba dan risiko yang terkait, serta mengatur strategi untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan zat. Rehabilitasi ditujukan sebagai pembekalan bagi para klien sebelum kembali kepada lingkungan sosial dimana dia berada pada awalnya. Namun yang dikhawatirkan manakala yang bersangkutan bebas dan kembali hidup dalam masyarakat, ia akan dipaksa untuk menghadapi berbagai masalah seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan yang halal dan mendapatkan hunian yang layak, serta stigma dari lingkungan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi klien untuk terus menjauhi NAPZA, kemungkinan salah satunya dengan status bekerja.

3 Mengintegrasikan intervensi berbasis okupasi dalam kehidupan individu dapat menimbulkan perbaikan kecil tapi signifikan dalam pemulihan dari gangguan terkait zat adiktif (Wasmuth, 2016). Penelitian tentang hal ini sangat jarang dilakukan di Indonesia sehingga kami tertarik untuk melakukan penelitian ini. Rumusan Permasalahan Apakah terdapat hubungan antara status pekerjaan dan skor WHO ASSIST pada klien program rehabilitasi Program Terapi Ruatan Metadon (PTR Sandat RSUP Sanglah Denpasar? Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan dan skor WHO ASSIST pada klien program rehabilitasi PTRM Sandat RSUP Sanglah Denpasar. Manfaat Penelitian 1) Dapat memberikan kontribusi untuk berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Ilmu Kedokteran Jiwa. 2) Memberi informasi kepada peneliti, klien, keluarga klien dan masyarakat untuk membantu klien memiliki pekerjaan yang halal sebagai salah satu terapi okupasional yang mendukung klien bertahan untuk tidak kembali lagi menyalahgunakan zat. TINJAUAN PUSTAKA Ketergantungan atau kecanduan adalah suatu pola maladaptif dari penggunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), yang menimbulkan hendaya atau kesukaran yang berarti secara klinis seperti timbulnya toleransi dan gejala putus zat sehingga terjadi kesulitan untuk menghentikan penggunaan zat tersebut (Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, 2011). Menurut International Classification of Disease (ICD) 10, ketergantungan adalah keadaan terganggunya fungsi kognitif, perilaku dan gejala fisiologis yang menunjukkan seseorang terus menggunakan NAPZA meski secara klinis nyata

4 menimbulkan masalah. Hal ini ditandai dengan keinginan yang kuat untuk terus menggunakan, sulit mengendalikan, mengabaikan kegiatan yang lain yangpenting dalam hidup seperti pekerjaan, hubungan sosial, rekreasi karena hampir seluruh waktu tersita kegiatan terkait penggunaan NAPZA, toleransi di mana kadar zat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan efek yang sama seperti sebelumnya dan gejala putus zat ketika zat dihentikan (World Health Organization, 2015). Terdapat dua jenis ketergantungan yaitu ketergantungan secara fisik dan psikis. Pada ketergantungan fisik terjadi penyesuaian pada tubuh terhadap suatu keadaan yang bila dihentikan akan menimbulkan adanya gangguan fisik hebat yang dikenal dengan gejala putus zat atau withdrawal syndrome. Pada ketergantungan psikis timbul perasaan senang yang disertai dengan keinginan yang kuat untuk menggunakan zat atau yang disebut craving (Sargo & Subagyo, 2014). Berdasarkan jenis bahan yang digunakan terdapat beberapa jenis ketergantungan, yaitu ketergantungan zat atau bukan zat. Ketergantungan zat yang dimaksud adalah ketergantungan dengan menggunakan zat seperti narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya seperti kafein, nikotin. Ketergantungan bukan zat yang dimaksud adalah ketergantungan dengan game online, internet, judi, makanan, seks, pornografi (Sadock et al, 2015). Tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba : 1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut. 2. Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini,

5 pecandu menjalani berbagai program diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps (langkah pendekatan) 3. Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja dan berada di bawah pengawasan. Berikut ini bagan penanganan ketergantungan obat dengan berbagai fasenya : (Maramis, Willy F dan Maramis, Albert A, 2009) SEBELUM MASUK RUMAH SAKIT Pemeriksaan Penilaian Persiapan DETOKSIFIKASI Penghentian obat Metadon Klorpromazin Pengembalian pola tidur REHABILITASI 1) Psikoterapi 2) Terapi kerja 3) Perancangan perawatan sesudahnya PERAWATAN SESUDAHNYA Psikoterapi Kerja sosial Bimbingan vokasional dan penempatan Hostel Badan sosial Rohaniawa n Perkumpula n Badan pelayanan masyarakat

6 Salah satu penanganan dalam bagan tersebut adalah terapi kerja, yakni dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada klien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil dalam hal itu dan berguna baginya untuk mencari nafkah kelak. (Maramis, Willy F dan Maramis, Albert A, 2009) Salah satu penyebab terjadinya penyalahgunaan NAPZA adalah karena tidak adanya pekerjaan. Oleh karena itu diharapkan dari terapi kerja ini dapat membantu mengembalikan kepercayaan diri pada klien, serta dapat hidup bermasyarakat kembali seperti sebelumnya, dapat mencari nafkah yang halal sehingga mencegah klien post rehabilitasi tersebut untuk kembali relaps. METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian : 1. Variabel tergantung : nilai/ skor WHO ASSIST 2. Variabel Bebas : Status pekerjaan Defenisi Operasional : 1. Status pekerjaan merupakan status hukum dan klasifikasi seseorang dalam pekerjaan baik sebagai karyawan atau bekerja pada usaha mereka sendiri ( wiraswasta ). Dalam prakteknya, teridentifikasi sebagai pengusaha besar, pengusaha kecil, wiraswasta tanpa karyawan, pekerja keluarga yang tidak dibayar kontribusi tenaga kerja untuk sebuah peternakan keluarga atau bisnis, mitra dalam kemitraan didefinisikan secara hukum, magang dan supervisor, serta karyawan biasa. 2. Nilai / skor WHO ASSIST merupakan kuesioner yang layar untuk semua tingkat masalah atau penggunaan zat berisiko pada orang dewasa. ASSIST ( V3.1 atau V3.0 ) terdiri dari delapan pertanyaan yang mencakup tembakau, alkohol, ganja, kokain, ATS ( termasuk ekstasi ) inhalansia, sedatif, halusinogen, opioid dan obat lain. Skor risiko disediakan untuk setiap substansi, dan skor dikelompokkan menjadi : resiko rendah, risiko sedang atau beresiko tingg. Skor risiko menentukan tingkat intervensi yang direkomendasikan ( pengobatan seperti biasa, intervensi singkat atau

7 intervensi singkat ditambah rujukan untuk pengobatan spesialis. Skor yang dihasilkan dan digunakan untuk memberikan umpan balik kepada klien tentang penggunaan narkoba dan risiko yang terkait, serta membantu strategi untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan zat. Populasi dan Sampel Populasi yang dipakai adalah semua klien yang datang kontrol rawat jalan di PTRM Sandat RSUP Sanglah periode Januari Juli 2016 Sampel adalah semua klien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Kriteria inklusi : 1) Semua klien yang datang control di PTRM Sandat RSUP Sanglah periode Januari Juli 2016. 2) Bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan. Kriteria eksklusi : Klien yang tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini dengan menandatangani surat persetujuan. Adapun metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan data tertulis dalam rekam medis. Data yang didapat dikumpulkan kemudian dilakukan analisis statistik dengan bantuan program SPSS versi 17.0. Metode Analisis yang digunakan adalah studi deskriptif dan metode analitik komparasi membandingkan dua kelompok yaitu bekerja dan tidak bekerja terhadap nilai WHO ASSIST, dengan analisa Independen T-Test.

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Gambaran karakteristik subyek penelitian berdasarkan status pekerjaan Karakteristik Status Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Umur 38,2 ± 8 37,8 ± 9 Jenis kelamin Laki-laki 9 (100%) 11(100%) Perempuan 0% 0% Pendidikan SD 4 (44,4%) 1 (9,1%) SMP 1 (11,1%) 0 (0%) SMK/SMA 4 (44,4%) 6 (54,6%) Sarjana 0 (0%) 4 (36,36%) Status Perkawinan Menikah 6 (66,7%) 11 (100%) Tidak menikah 3 (33,3%) 0 (0%) Sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 klien semuanya berjenis kelamin laki-laki dengan rata-rata umur pada yang tidak bekerja yaitu 38,2 dan yang bekerja yaitu 37,8. Klien sebagian besar sudah menikah dan hanya ada 3 orang yang tidak menikah. Tabel 2. Hasil analisa perbandingan nilai WHO-ASSIST berdasarkan status pekerjaan Variabel Status Pekrjaan Beda Tidak Bekerja Rerata Bekerja 95%CI Nilai p Tembakau 22,5 ± 6,1 11,4 ± 5,3 11,1 5,2-16,4 0,00 Alkohol 9,5 ± 7,8 3,2 ± 5,4 6,3 0,01-12 0,04 Kanabis 2,1 ± 3,2 0,0 ± 0,0 2,1-4,2 4,5 0,09 Stimulan 15,3 ± 6,8 7,2 ± 1,2 14,5 8,3-19 0,00 Sedativa 13,2 ± 12,0 2,4 ± 3,4 10,8 1,4-22 0,02 Opioid 18,1 ± 11,4 1,0 ± 1,3 17,1 8,2-25 0,00 Hasil penelitian didapatkan nilai yang signifikan ( p < 0,05 ) pada klien pengguna tembakau, alkohol, stimulan, sedativa dan opioid. Pada pengguna kanabis didapatkan hasil yang tidak signifikan, kemungkinan disebabkan oleh karena

9 jumlah klien yang memakai kanabis sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa terapi okupasi berpengaruh terhadap pengurangan tingkat pemakaian zat pada klien rehabilitasi rumatan metadon. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penggunaan terapi okupasi pada pengguna zat di Amerika. Intervensi berbasis okupasi, intervensi yang menggabungkan kinerja suatu pekerjaan di bidang pekerjaan, rekreasi, dan partisipasi sosial telah digunakan untuk mengobati gangguan terkait zat adiktif. Sementara itu pada suatu studi didapatkan intervensi partisipasi sosial menimbulkan hasil yang lebih baik daripada kontrol, dengan menggunakan ASI (Addiction Severity Index). (Wasmuth, 2016) PENUTUP Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh status bekerja sebagai salah satu terapi okupasi terhadap penurunan tingkat keparahan penggunaan zat yang ditunjukkan dengan nilai WHO-ASSIST yang lebih rendah. Saran : Lebih meningkatkan motivasi untuk bekerja sebagai salah satu terapi okupasi terhadap pasien gangguan jiwa khususnya gangguan penggunaan zat. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, 2011. Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Napza. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Rogers,R et al. 2014. Using the Alcohol, Smoking and Substance Involvement Screening Test (ASSIST) to Determine Substance Abuse Prevalence in the RI Trauma Population. Rhode island medical journal, 42-44 Sadock, B.J., Sadock, V.A.; Ruiz,P., 2015. Substance Use and Addictive Disorders. In Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11 th ed. Philadelphia : Wolters Kluwer. Pp.1140-240 Sargo,S.S.; Subagyo,R., 2014. Farmakoterapi Penyalahgunaan Obat dan Napza. Surabaya : Airlangga University Press.

10 Stoffel, V. C., & Moyers, P.A. 2004. An evidence-based and occupational perspective of interventions for persons with substance-use disorders. American Journal of Occupational Therapy, 58, 570 586 Utami, D.S. 2013. Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan Metadona. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. Hal 1 Viora, E. 2013. Terapi Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Metamfetamin, MDMA dan Ganja. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI & Australia Aid. hal.2-3 Wasmuth, S. 2016. Occupation-Based Intervention for Addictive Disorders: A Systematic Review. Journal of Substance Abuse Treatment, 62, 1-9 World Health Organization, 2015. International Classification of Diseases-10. [online] World Health Organization. Available at : http://www.who.int/classifications/icd/en/