Program Kali Bersih (Prokasih)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

Peraturan Daerah Provinsi Bali. Nomor 7 Tahun Tentang. Usaha Penyediaan Sarana Wisata Tirta DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD

Deskripsi Kegiatan. Short List 5. Kelembagaan 5.10.(6)

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 18 TAHUN 1995 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BUPATI LOMBOK TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2012 NOMOR 17 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

Fakta. Apa yang terjadi. Latar belakang. Knowledge Management Forum 2017 Surabaya, April

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN : BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA KELURAHAN.

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gubernur Jawa Barat;

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kebutuhan serta kompleksitas permasalahan yang ada saat ini.

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI

6.10.(2) Surabaya. Paguyuban Sinoman Arek Suroboyo (PSAS)

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB V PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TENGAH

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPALA DESA PEJAMBON KABUPATEN BOJONEGORO

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BREBES

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA BANJARMASIN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G SISTEM PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR PENGUKURAN KINERJA ESELON 3 - TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 18 TAHUN 2002 (18/2002) TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PENANGGULANGAN PENCEMARAN UDARA SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Transkripsi:

4.10.(2) Program Kali Bersih (Prokasih) Surabaya Tipe Kegiatan : Penataan Lingkungan Inisiatif dalam manajemen Perkotaan : Kerjasama antar berbagai pihak dalam mewujudkan kebersihan dan keindahan sungai kota dan pinggirannya Tempat dan Skala Kegiatan : Kotamadya Dati II Surabaya Pelaku Utama : Pemeritah, Swasta, Angkatan Laut dan Masyarakat Deskripsi Kegiatan Surabaya berada di tepi pantai mempunyai banyak anak sungai. Salah satu sungai besarnya adalah Sungai Kalimas. Dahulu Kalimas merupakan prasarana yang vital bagi kehidupan masyarakat Surabaya. Namun dengan pembangunan yang cukup pesat, muncul berbagai kegiatan industri dan perdagangan, bertambahnya jumlah penduduk serta berbagai aktivitas masyarakat lainnya menyebabkan Kalimas sangat rentan pencemaran. Dari mulai limbah industri dan limbah domestik (rumah tangga) menyebabkan kualitas air menjadi rendah dan di beberapa ruas sungai menjadi kotor, kurang terawat. Untuk mengatasi pencemaran air sungai Monumen Kapal Selam (Monkasel) Pasopati yang berada di Jl. Pemuda tepi Kalimas Surabaya. Monkasel ini merupakan wujud kerjasama yang baik antara Pemda dan AL dalam mendukung Prokasih. tersebut, dibentuklah sebuah badan penanggulangan yang disebut dengan program Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup. Program ini dimotori oleh Bagian Lingkungan Hidup (BLH) Kotamadya Surabaya. Dalam program tersebut terdapat beberapa program di antaranya adalah Program Kali Bersih yang meliputi anak-anak sungai Kalimas. Program Kali Bersih ini dimulai pada 1984 dan dilaksanakan secara berkelanjutan hingga saat ini. Kegiatan penanggulangan pencemaran air sungai ini sangat kompleks, sehingga untuk mempermudahnya, Walikotamadya Daerah Tingkat II Surabaya secara khusus menuangkannya dalam SK tentang siapa saja yang terlibat di dalamnya. Instansi yang terlibat cukup banyak dan mengalami beberapa kali perombakan anggota tim kerja Prokasih. Di samping adanya perubahan keanggotaan, program Kali Bersih juga mempunyai beberapa kendala kelembagaan sebagai akibat kurangnya SDM, kendala peraturan, kendala sarana dan prasarana serta kendala dalam hal pendidikan masyarakat yang masih rendah. Contoh lain dari kendala yang dihadapi adalah adanya tumpang tindih dalam pekerjaan 36

karena banyaknya instansi yang terlibat dan belum ada aturan yang jelas yang menjelaskan tentang pembagian tugas dalam prokasi ini. Tetapi melalui Prokasih, paling tidak dapat dilihat hasilnya antara lain; air menjadi bersih sehingga kadar air menjadi lebih baik dengan kadar limbah atau polutan berkurang, ikan jarang yang mati dan juga membuka peluang sebagai tempat rekreasi keluarga karena di bantaran Kalimas juga terdapat taman bermain. Selain yang telah disebutkan di atas, dengan adanya Prokasih sehingga Kalimas menjadi bersih dan dapat digunakan sebagai olahraga dayung yaitu dengan perahu naga. Kebun TOGA yang dikelola oleh kelurahankelurahan se Surabaya menghiasi sepanjang tepi kalimas untuk turut mendukung Prokasih. Bantaran sungai di cat seragam (kegiatan ini adalah kegiatan swadaya masyarakat setempat). Masayarkat yang sedang menikmati wisata sungai dengan menaiki perahu naga di Jl. Ketabang Kali, yang bersebrangan dengan Kantor DPRD KMS Pelaksanaan Kegiatan Proses Pembentukan Prokasih Masalah Pencemaran air di sepanjang DAS Kali Surabaya sebenarnya sudah memperoleh tanggapan secara serius dari pemerintah sejak 1975. Pada saat itu DAS Kali Surabaya sedang tercemar oleh limbah industri dan ketika itu pemerintah dalam hal ini Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur belum memiliki aparatur yang secara khusus menangani masalah pencemaran lingkungan hidup. Untuk itu dalam upaya menangani masalah pencemaran di DAS Kali Surabaya, dibentuk suatu tim yang terdiri dari aparat beberapa instansi yang terkait dengan masalah pencemaran tersebut yang dipimpin oleh aparat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD), penyebab pencemaran tersebut dari sektor industri. Tim ini bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap industri-industri dalam rangka pengendalian pencemaran air di DAS Kali Surabaya, yaitu dengan melaksanakan SK Gubernur KDH TK I Jatim No. 21 tahun 1977 tentang pengawasan terhadap industri-industri dalam rangka pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Tim inilah nantinya akan menjadi tim KPPLH dan dalam perkembangannya terus melakukan penyempurnaan-penyempurnaan. Sebagai kelanjutan dari upaya pengendalian yang dilakukan pada tahun 1975, pada tahun 1977 dilakukan upaya penanggulangan pencemaran air yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri di sepanjang DAS Kali Surabaya dengan dikeluarkannya SK Gubernur KDH TK I Jatim No. 144 tahun 1977 tentang penutupan sementara seluruh DAS Kali Surabaya untuk kegiatan industri baru atau perluasan kegiatan yang sudah ada (lama) yang banyak menggunakan air kali Surabaya dan atau membuang air bekas ke kali Surabaya yang dapat menimbulkan kosentrasi pencemaran berat. 37

Tim ini bekerjasama dengan ITS Surabaya melakukan penyusunan standard dan kriteria kualitas air buangan industri yang kemudian ditetapkan dalam SK Gubernur KDH TK I Jatim no. 43. Tahun 1978. Sehubungan dengan hal ini diwajibkan kepada setiap perusahaan industri di Jatim yang proses produksinya mengeluarkan atau membuang limbah industrinya ke sungai dan atau di daerah perairan lainnya harus mengusahakan buangan limbah industrinya memenuhi kriteria air buangan. Selanjutnya standard kualitas tersebut juga menjadi syarat ijin dalam pendirian perusahaan serta ijin-ijin yang lain bagi perusahaan/industri. Karena permasalahan pencemaran lingkungan hidup semakin berkembang sejalan dengan perkembangan permasalahan di masing-masing sektor yang terkait, maka tim khusus yang menangani masalah pencemaran lingkungan hidup dibentuk pada tahun 1975. Pada tahun 1982 dilakukan penyempurnaan dalam hal keanggotaan dan dinamakan Komisi Pengendalian dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup (KPPLH) melalui SK Gubernur KDH TK I Jatim no. 186 tahun 1982. Dengan demikian KPPLH sebenarnya telah dibentuk sejak tahun 1975 hanya saja pada saat itu belum dinamakan KPPLH dan baru tahun 1982 dinamakan KPPLH dengan disertai adanya penyempurnaan keanggotaan. Antara tahun 1975 hingga 1990-an KPPLH ini banyak mengalami perombakan dan penyempurnaan terutama dalam hal keanggotaannya. Pada tahun 1990 melalui SK Gubernur No. 48 tahun 1990 dilakukan penyempurnaan dengan menambahkan wakil dari kepolisian dan kejaksaan tinggi serta asisten Teritotial Kodam. Perubahan selanjutnya adalah melalui SK Gubernur KDH TK I Jatim No. 35 tahun 1993 yaitu dengan pembentukan empat tim kerja, salah satunya adalah tim kerja Program Kali Bersih (PROKASIH). Oleh karena masalah pencemaran air dirasakan semakin mendesak untuk segera ditangani maka pada tahun 1989 Menteri KLH bekerja sama dengan Depdagri dan Pemda dari daerah-daerah yang dinilai mengalami pencemaran air yang cukup berat, mengadakan rapat kerja untuk merumuskan langkah pemecahan bersama atas pencemaran sungai. Dari pertemuan tersebut telah disepakati untuk membuat Program Kali Bersih dengan memilih beberapa aliran sungai yang ditetapkan sebagai prioritas sasaran Prokasih di wilayah masing-masing. Untuk selanjutnya Prokasih dilanjutkan dan dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing. Pelaksanaan Prgram Kegiatan utama Prokasih terfokus pada upaya menurunkan atau mengurangi jumlah beban zat pencemar yang masuk ke sungai. Tahap awal dilakukan terhadap industri yang telah mempunyai andil dalam mencemari air sungai. Jenis industri yang diprioritaskan adalah yang mempunyai beban pencemaran yang tinggi baik industri kecil, menengah maupun besar. Tahap selanjutnya adalah memberi pengarahan dan penyuluhan baik pada kalangan industriawan maupun masyarakat sekitar sungai untuk tetap menjaga sungai agar tetap bersih dengan tidak membuang limbahnya ke sungai. Bagi industri yang membuang limbahnya ke sungai, harus melalui tahap-tahap sampai kandungan zat pencemar di bawah ambang batas yang dapat dibuang ke sungai. Pengarahan dan instruksi ini dilakukan hingga tingkat kecamatan dan kelurahan. Masing-masing lurah memberikan himbauan dan isntruksi kepada para warga melalui RW/RT agar lebih meningkatkan upaya pembersihan sungai dan saluran air lainnya. Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah tingkat kelurahan itu sendiri adalah menanami bantaran sungai dengan tanaman TOGA, sementara yang dilakukan oleh masyarakat 38

setempat adalah membersihkan dan menanami tanaman hias dan pohon di bantaran sungai yang ada di wilayahnya. Selain itu, kegiatan bersih-bersih Kalimas juga dilakukan secara besar-besaran dan melibatkan berbagai pihak misalnya Armada RI Kawasan Timur (ARMATIM) yang membantu pasukan katak dan perahu mesin (boat), Harian Pagi Jawa Pos yang membantu publikasi dan sosialisasi kepada masyarakat luas melalui media massa, sekolahan-sekolahan, organisasi kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan serta berbagai lapisan masyarakat lainnya. Partisipasi masyarakat mulai meningkat tajam setelah Program ini memperlihatkan hasilnya dan keprihatinan masyarakat sendiri atas keadaan sungainya. Tampak pada gambar Monumen Kapal Selam (Monkasel) Pasopati berada di tepi Kalimas Surabaya. Program ini terbukti menurunkan tingkat pencemaran air sungai termasuk Kalimas. Untuk Kali Surabaya peningkatan kualitas air sungai ditandai dengan semakin jarangnya masyarakat yang terkena penyakit kulit karena mandi di air sungai serta semakin berkurangnya ikan yang mabuk dan mati akibat air sungai yang tercemar. Bukan itu saja, program ini mampu menjadikan air sungai menjadi bersih, tanaman enceng gondok dan sampah yang memenuhi beberapa ruas sungai mulai hilang, bantaran sungai menjadi terawat dan hijau serta munculnya prakarsa dan peran serta aktif masyarakat untuk turut menjaga kebersihan dan keindahan bantaran sungai. Monitoring Monitoring dituangkan dalam laporan tahunan dan disusun setiap bulan Januari oleh Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Daerah Propinsi DATI II Jatim sebagai koordinator proyek. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir 1995 telah dilakukan sidak bersama antara instansi, pejabat dan pengusaha. Sidak ini merupakan sanksi-sanksi administratif yang ketat pada pelanggar. Pada sidak itu bertujuan untuk melihat outlet buangan industriindustri di sungai Kalimas. Pada akhirnya kegiatan ini akan memberikan opini dan persepsi pada masyarakat industri tentang pengaruh limbah industri pada kualitas air sungai Kalimas. Dalam kesempatan tersebut dilakukan penandatanganan pernyataan kesanggupan para industriawan untuk menjaga kualitas air sungai. Manfaat dan Keuntungan kegiatan serta faktor-faktor pelaksanaannya Manfaat yang dihasilkan lebih berupa tidak adanya kerusakan lingkungan, kali menjadi bersih dan bebas dari bahan pencemar. Kemudian masyarakat sangat jarang mengotori sungai Kali Mas. Terbukanya peluang untuk pariwisata seperti saat ini; terdapat Monumen Kapal Selam (Monkasel), Taman Bermain, Jogging track dan Perahu Naga juga merupakan manfaat lain dihasilkan. Dengan demikian secara tidak langsung cost recovery dihasilkan melalui retribusi karcis masuk lokasi wisata sungai yang alokasinya bukan khusus dimasukkan untuk membiayai program kali bersih tapi sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu, dengan adanya Program Kali Bersih dapat melakukan kegiatan pembersihan kali yang melibatkan beberapa instansi dan masyarakat secara terpadu dan massal. Keadaan sungai yang bersih dengan kadar polutan yang rendah dapat digunakan sebagai bahan baku untuk PDAM dan Perum Jasa Tirta. 39

Pelaksanaan Prokasih ini juga menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kota yang bersih dan terciptanya rasa kebersamaan yang mulai terjalin antara ARMATIM Ujung Surabaya, Pemda KMS, Masyarakat, organisasi kemasyarakatan dan pemuda serta media massa untuk menggalang upaya pembersihan Kali Mas. Taman Bermain yang berlokasi di Jl. Ketabang Kali tepi Kalimas yang dibangun oleh Kotamadya Surabaya (KMS). Kendala-Kendala Dalam perkembanggannya, program penanggulangan pencemaran lingkungan hidup khususnya Program Kali Bersih ini mengalami kendala-kendala, yaitu : a. Kendala kelembagaan. Ini berkaitan dengan kurangnya kemampuan sumber daya manusia baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam rangka mendukung kegiatan operasional kegiatan di lapangan. Misalnya saja keterbatasan kemampuan teknis yang menyebabkan sering terjadinya kelambatan penyelesaian permasalahan di lapangan. b. Kendala peraturan. Ini berkaitan dengan masih kurangnya peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai pelaksanaan, landasan hukum dan pembebanan sanksi bagi para pelanggar prokasih. c. Sarana dan prasarana automatic sampling dan mobile unit laboratorium belum dimiliki. Akibatnya adalah kecepatan dan ketepatan dalam menangani identifikasi kasus pencemaran di lapangan dalam rangka upaya hukum tidak dapat dicapai. Sarana tersebut penting karena dengan alat itu dapat diperoleh akurasi data yang dapat menjamin legalitas dan keabsahannya. Kabsahan ini berkaitan dengan upaya hukum untuk menindak pelanggar Prokasih. d. Terjadi benturan dan tumpang tindih antar bagian terutama dalam pelaksanaan di lapangan. Hal ini disebabkan masalah administratif dan koordinasi yang masih kurang. e. Beberapa daerah tertentu di wilayah pinggir Kali Mas yang masyarakatnya masih berpendidikan rendah dengan tingkat kesadaran akan kebersihan sungai yang kurang. Masyarakat ini seringkali dengan seenaknya membuang sampah atau limbah domestik ke sungai. Kendala ini sering dihadapi oleh petugas lapangan yang mengadakan penyuluhan tentang prokasih. Hal-hal yang dapat dipelajari Suatu program dapat berjalan dengan baik apabila program tersebut mendapat dukungan dari semua pihak (stakeholders). Kerjasama/kemitraan antar berbagai stakeholders dalam penanganan Kalimas bersih di Kotamadya Surabaya merupakan stimulan bagi pelaksanaan, pemeliharaan maupun pengadaan kegiatan serupa. Kesamaan kepentingan merupakan kunci keberhasilan kegiatan ini. 40

Kemungkinan-kemungkinan replikasi Untuk diterapkan di tempat atau daerah lain terutama pada daerah padat penduduk dan dilintasi sungai besar sebenarnya mudah dengan mempertimbangkan : 1. Ada political will yang baik dari Pemerintah Daerah setempat untuk memulai merancang program Kali Bersih dengan segala sumber daya yang mampu digunakan. 2. Menganggarkan dana yang relatif besar untuk mengawali program. 3. Program ini tidak hanya menitik beratkan pada sisi fisiknya saja oleh karena itu handaknya dirancang dan dipersiapkan aspek sosialnya. Aspek sosial ini berupa penyuluhan dan pendekatan pada masyarakat sehingga kesadaran untuk membersihkan sungai dan menjaganya supaya tetap bersih. Pemasaran sosial dan menggerakkan kesadaran serta inisiatif warga sampai di Pemerintahan tingkat Kelurahan dan diteruskan oleh RW/RT ini cukup penting diupayakan. Secara historis sungai memiliki peranan yang penting karena terdapat kaitan yang erat antara masyarakat dengan sungai. Akan tetapi terdapat bias pada pemahaman akan manfaat sungai itu sendiri. Sungai memang digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan, akan tetapi juga dipakai sebagai tempat membuang barang yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Prilaku masyarakat yang seperti inilah yang memerlukan waktu yang panjang untuk mengubahnya. Dalam mengubah prilaku ini diperlukan usaha untuk menyertakan masyarakat sekitar sungai pada khususnya dan Surabaya pada umumnya. 4. Menyediakan berbagai peralatan yang memadai untuk pelaksanaan program. 5. Menyediakan bahan terbuka yang dapat digunakan untuk kegiatan ekonomi produktif dan wisata sungai. 6. Menjalin hubungan dengan pihak industriawan dan swasta untuk mendukung program kebersihan sungai. 7. Menjalin hubungan dengan pihak akademisi dan lembaga swadaya masyarakat, khususnya yang berkecimpung di bidang penyehatan lingkungan dan teknik bangunan air. 8. Kondisi alam mendukung dalam arti sungainya tidak begitu curam dan badan sungai yang sejajar dengan tanah disekitarnya. 9. Agar tidak terjadi tumpang tindih antar bagian dalam pelaksanaan di lapangan, maka instansi terkait di dalamnya hendaknya tidak terlalu banyak, dan tugas serta kewenangan yang dibebankan tertulis dengan jelas. Nara Sumber : Ir. Andin Novrianto Staff Bagian Lingkungan Hidup Koordinator PROKASIH Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya Telp. 031 7405011 Referensi Lain : 41