WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2022 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALUKU TENGGARA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2015

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

12/04/2013. Oleh Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

SURAT EDARAN Nomor: 18 /SE/M/2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LARANGAN MENERIMA/MEMBERI ATAU GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MEDAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL


Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG IVIAHA ESA KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 71 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGADAAN BARANG DAN JASA

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang P

BUPATI KARAWANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGELOLA PENGADAAN BARANG/JASA DAERAH

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor : 995/BAN-PT/AK/2017 Jakarta, 21 Februari 2017 Lampiran : 1(satu) berkas : Kode Etik Asesor

2016, No NonDepartemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Nom

Transkripsi:

SALINAN WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2022 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pengaturan Benturan Kepentingan di Pemerintah Kota Yogyakarta, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap Peraturan tersebut; b. bahwa dalam rangka menuju tata kelola pemerintahan yang bebas korupsi, adil, dan transparan diperlukan kondisi yang bebas dari Benturan Kepentingan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 24); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali yang terakhir dengan Undang-

-2- Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6757); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 6718); 6. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Benturan Kepentingan adalah situasi di mana setiap Penyelenggara Daerah di Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi setiap keputusan dan/ atau tindakannya. 2. Penyelenggara Daerah adalah walikota, wakil walikota, dan pejabat pemerintah daerah. 3. Pegawai adalah aparatur sipil negara di Pemerintah Kota Yogyakarta. 4. Penyedia Jasa Lainnya Orang Perseorangan adalah orang perseorangan yang diperoleh melalui proses pengadaan penyedia jasa dan mengikatkan diri melalui kontrak untuk jangka waktu tertentu guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah/Unit kerja. 5. Gratifikasi adalah kegiatan memberi atau menerima hadiah dalam bentuk uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket

-3- perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cumacuma, hiburan, cinderamata, serta fasilitas lainnya melalui sarana elektronik maupun non elektronik. 6. Hubungan Afiliasi adalah hubungan yang dimiliki oleh Penyelenggara Daerah dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, perkawinan, pertemanan, maupun hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan tertentu. 7. Unit Kerja adalah Unit Kerja pada Perangkat Daerah. 8. Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut PD adalah unsur pembantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. 9. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah Badan Usaha Milik Daerah pada Pemerintah Kota Yogyakarta. 10. Walikota adalah Walikota Yogyakarta. 11. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 12. Daerah adalah Kota Yogyakarta. Pasal 2 Peraturan Walikota ini disusun untuk memberikan pemahaman, pencegahan, dan penanganan Benturan Kepentingan di Pemerintah Daerah. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya peraturan Walikota ini sebagai berikut: a. sebagai kerangka acuan bagi PD/Unit Kerja /BUMD untuk memahami, mencegah, dan mengatasi Benturan Kepentingan; b. menciptakan budaya pelayanan publik yang memahami, mencegah, dan mengatasi situasi Benturan Kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja pejabat yang bersangkutan; c. mencegah terjadinya pengabaian pelayanan publik dan kerugian negara; d. menegakkan integritas; dan e. menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Pasal 4 Ruang lingkup peraturan ini meliputi sumber, jenis, prinsip, dan tata cara penanganan Benturan Kepentingan.

-4- BAB II SUMBER BENTURAN KEPENTINGAN Pasal 5 Sumber penyebab Benturan Kepentingan antara lain: a. penyalahgunaan wewenang, yaitu Penyelenggara Daerah membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundangundangan; b. perangkapan jabatan, yaitu seorang Penyelenggara Daerah menduduki dua atau lebih jabatan publik sehingga tidak bisa menjalankan jabatannya secara profesional, independen dan akuntabel; c. Hubungan Afiliasi; d. Gratifikasi, yaitu kegiatan memberi atau menerima hadiah dalam bentuk uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cumacuma, hiburan, cinderamata, serta fasilitas lainnya melalui sarana elektronik maupun non elektronik; dan e. kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan Penyelenggara Daerah yang disebabkan karena struktur dan budaya organisasi. BAB III JENIS BENTURAN KEPENTINGAN Pasal 6 Jenis Benturan Kepentingan yang terjadi di Pemerintah Daerah antara lain: a. kebijakan yang berpihak akibat pengaruh/hubungan dekat/ketergantungan/pemberian Gratifikasi; b. pemberian izin yang diskriminatif; c. pengangkatan Pegawai dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perseorangan berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/rekomendasi/pengaruh dari pejabat pemerintah; d. pemilihan partner/rekanan kerja berdasarkan keputusan yang tidak professional; e. melakukan komersialisasi pelayanan publik; f. penggunaan asset dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; g. menjadi bagian dari pihak yang diawasi; h. melakukan pengawasan tidak sesuai dengan norma, standar dan prosedur; i. menjadi bawahan pihak yang dinilai; j. melakukan pengawasan atas pengaruh pihak lain; k. melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain;

-5- l. melakukan penilaian tidak sesuai norma, standar dan prosedur; m. menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai; n. penyelidikan dan penyidikan yang dapat merugikan pihak terkait karena pengaruh pihak lain; o. menjadi tim sukses salah satu calon Walikota/ Wakil Walikota dan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; p. mendukung dan memfasilitasi salah satu pasangan calon Walikota/ Wakil Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerahsebelum, selama dan sesudah masa kampanye; dan q. melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon Walikota/ Wakil Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebelum, selama dan sesudah masa kampanye. BAB IV PRINSIP DASAR PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN Pasal 7 (1) Penanganan Benturan Kepentingan dilakukan melalui perbaikan nilai, sistem, pribadi dan budaya. (2) Penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai prinsip: a. mengutamakan kepentingan publik; b. menciptakan keterbukaan penanganan dan pengawasan Benturan Kepentingan; c. mendorong tanggungjawab pribadi dan sikap keteladanan; dan d. menciptakan dan membina budaya organisasi yang menolak terjadinya Benturan Kepentingan. BAB V TAHAPAN DAN TATA CARA PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN Bagian Kesatu Tahapan Penanganan Pasal 8 (1) Tahapan dalam penanganan Benturan Kepentingan meliputi: a. penyusunan kerangka kebijakan penanganan Benturan Kepentingan; b. identifikasi situasi Benturan Kepentingan; c. penyusunan strategi penanganan Benturan Kepentingan; dan d. tindakan yang diperlukan apabila seorang Penyelenggara Daerah berada dalam situasi Benturan Kepentingan.

-6- (2) Penyusunan kerangka kebijakan penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mempunyai aspek pokok yang saling terkait dan perlu diperhatikan, yaitu: a. pendefinisian Benturan Kepentingan yang berpotensi membahayakan integritas instansi dan individu; b. komitmen pimpinan dalam penerapan kebijakan Benturan Kepentingan; c. pemahaman kesadaran yang baik tentang benturan kepentingan untuk mendukung kepatuhan dalam penanganan Benturan Kepentingan; d. keterbukaan informasi yang memadai terkait dengan penanganan Benturan Kepentingan; e. keterlibatan para stakeholder dalam penanganan Benturan Kepentingan; dan f. monitoring dan evaluasi kebijakan penanganan Benturan Kepentingan. (3) Identifikasi situasi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan terhadap situasi yang termasuk dalam kategori Benturan Kepentingan. (4) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus konsisten dengan ide dasar berbagai situasi kepentingan pribadi dan Hubungan Afiliasi Penyelenggara Daerah yang dapat menimbulkan Benturan Kepentingan. (5) Penyusunan strategi penanganan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. penyusunan kode etik; b. pelatihan, arahan serta konseling dengan memberi contoh praktis dan langkah untuk mengatasi situasi Benturan Kepentingan; c. deklarasi Benturan Kepentingan; dan d. dukungan kelembagaan. (6) Tindakan yang diperlukan apabila seorang Penyelenggara Daerah berada dalam situasi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi: a. pengurangan (divestasi) kepentingan pribadi Penyelenggara Daerah dalam jabatannya; b. penarikan diri (recusal) dari proses pengambilan keputusan PD/Unit Kerja/BUMD yang memiliki kepentingan; c. mutasi Penyelenggara Daerah ke jabatan lain yang tidak memiliki Benturan Kepentingan;

-7- d. mengalih tugaskan tugas dan tanggung-jawab Penyelenggara Daerah yang bersangkutan; e. pengunduran diri Penyelenggara Daerah dari jabatan yang menyebabkan Benturan Kepentingan; dan f. pemberian sanksi bagi yang melanggarnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Tata Cara Penanganan Pasal 9 (1) Setiap Pegawai dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perseorangan yang mengalami kejadian/keadaan Benturan Kepentingan harus melaporkan kejadian/keadaan tersebut kepada atasan langsung. (2) Jika atasan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlibat dalam terjadinya Benturan Kepentingan, maka Pegawai dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perseorangan melaporkan kepada pimpinan PD/Unit Kerja/BUMD. (3) Setiap Pegawai dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perseorangan yang mengetahui adanya Benturan Kepentingan di Lingkungan PD/Unit Kerja/BUMD, harus melaporkan kejadian/keadaan tersebut kepada pimpinan PD/Unit Kerja dan BUMD. (4) Apabila pimpinan PD/Unit Kerja/BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terlibat dalam terjadinya Benturan Kepentingan tersebut, maka Pegawai dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perseorangan melaporkan kepada PD yang mempunyai fungsi pengawasan. (5) Masyarakat yang mengetahui/mengalami terjadinya Benturan Kepentingan dapat melaporkan atau memberikan keterangan adanya dugaan Benturan Kepentingan melalui sarana pengaduan masyarakat di Pemerintah Daerah. Pasal 10 (1) Laporan atau keterangan kejadian/keadaan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (3) dan ayat (5) disampaikan dengan melampirkan bukti terkait. (2) Atasan langsung/pimpinan PD/Unit Kerja/BUMD yang menerima laporan kejadian/keadaan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus langsung memeriksa kebenaran laporan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak laporan dugaan terjadinya praktek Benturan Kepentingan diterima.

-8- (3) Hasil pemeriksaaan yang dilakukan oleh Atasan langsung/pimpinan PD/Unit Kerja /BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam berita acara pemeriksaan dan dikirim Ke Walikota dengan tembusan PD yang mempunyai fungsi pengawasan. (4) Jika hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyebutkan laporan tidak benar, maka keputusan dan/ atau kebijakan yang berlaku tidak diubah. (5) Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyebutkan laporan benar, dalam jangka waktu 2 (dua) hari sejak pengumuman hasil pemeriksaan kebenaran, keputusan dan/ atau kebijakan yang mengandung Benturan Kepentingan ditinjau kembali. (6) PD yang mempunyai fungsi pengawasan yang menerima laporan adanya kejadian/keadaan Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) dan ayat (5) wajib menindaklanjuti sesuai dengan mekanisme yang berlaku untuk penanganan pengaduan. BAB VI IDENTIFIKASI DAN MEKANISME PENGENAAN SANKSI BENTURAN KEPENTINGAN Bagian Kesatu Identifikasi Pasal 11 (1) Setiap PD/Unit kerja/bumd harus mengidentifikasi Benturan Kepentingan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan. (2) Identifikasi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Kepala PD/Unit Kerja /BUMD. (3) Hasil identifikasi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada PD yang mempunyai fungsi pengawasan. Bagian Kedua Mekanisme Pengenaan Sanksi Pasal 12 Pelanggaran terhadap Benturan Kepentingan mengacu pada peraturan perundang-undangan.

-9- BAB VII MONITORING DAN EVALUASI BENTURAN KEPENTINGAN Pasal 13 (1) Setiap pimpinan PD/Unit Kerja /BUMD harus melakukan monitoring dan evaluasi identifikasi dan penanganan Benturan Kepentingan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (2) Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila terdapat perubahan hasil identifikasi Benturan Kepentingan pimpinan PD/Unit Kerja /BUMD harus merevisi keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2). (3) Hasil monitoring dan evaluasi identifikasi Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada PD yang mempunyai fungsi pengawasan. BAB VIII PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN BENTURAN KEPENTINGAN Pasal 14 (1) Pengendalian dan penanganan Benturan Kepentingan di setiap PD/Unit Kerja /BUMD menjadi tanggung jawab seluruh Pegawai dan Penyedia Jasa Lainnya Orang Perseorangan PD/Unit Kerja/BUMD. (2) Pengawasan dan penanganan Benturan Kepentingan di Pemerintah Daerah dilakukan oleh PD yang mempunyai fungsi pengawasan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Pada saat Peraturan Walikota ini mulai berlaku, maka Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pengaturan Benturan Kepentingan di Pemerintah Kota Yogyakarta (Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015 Nomor 17) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

-10- Pasal 16 Peraturan Walikota ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Yogyakarta Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 19 April 2022 WALIKOTA YOGYAKARTA, ttd HARYADI SUYUTI Diundangkan di Yogyakarta pada tanggal 19 April 2022 SEKRETARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA, ttd AMAN YURIADIJAYA BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022 NOMOR 40