BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah dareah merupakan organisasi atau lembaga yang salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pembangunan nasional serta menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya banyak disadari oleh masyarakat di Indonesia. Kesadaran

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah dareah merupakan organisasi atau lembaga yang salah satu tugas untuk menjalakan aktivitas didaerah, khususnya didaerah pemerintah masing-masing. Selain melaksanakan roda pemerintahan, tugas lainnya yaitu melaksanakan kegiatan pembangunan daerah dan melayani warga. Dalam membiayayi pembangunan daerah, upaya yang di lakukan adalah memaksimalkan dana daari PAD, diantaranya ialah pajak, lainnya dari PAD yang sah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, retribusi daerah yang dapat di manfaatkan untuk memperbesar kemampuan penerimaan PAD serta memicu pertumbuhan ekonomi daerah. Keberhasilan pemerintah daerah dilihat dari tingginya PAD, dan PAD yang tinggi dapat membiayayi kebutuhan daerah yang lebih tinggi lagi. Dan, penyelenggaraan dalam otonomi daerah tidak akan maksimal apabila terjadi penurunan PAD. PAD ini yaitu sumber dana pembiayaan pembangunnan daerah, namun dalam kenyatanya PAD belum maksimal dalam memberikan sumbangan untuk pemerintah daerah. Dengan cara memaksimalkan dan meningkatkan PAD yang asalnya dari pendapatan asli daerah merupakan langkah yang dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan PAD. Menguatkan pendapatan pada pajak merupakan salah satu caranya. Dasar 1

2 hukum pendapatan asli daerah (PAD) terdapat dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Berdasarkan kewenangan pemungutannya, pajak dapat digolongkan menjadi dua, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (pajak pusat), dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah (pajak daerah). Pajak daerah merupakan kewenangan yang pemungutannya berada pada pemerintah daerah, baik pada pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota. Seperti yang ditentukan didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 91 tahun 2010 tentang jenis pajak daerah yang dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah atau di bayar sendiri oleh wajib pajak. Pasal 2 ayat (1) menjelaskan jenis pajak terdiri dari pajak provinsi dan pajak kabupaten kota. Jenis pajak provinsi tediri dari pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bemotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan dan pajak rokok. sedangkan pajak kabupaten kota adalah pajak hotel, pajak rentoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung wallet, pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan dan pajak bea perolehan ha katas tanah dan bangunan. Kabupaten Bekasi memiliki potensi pajak yang tinggi, PAD kabupaten bekasi memaksimalkan PAD nya dari penerimaan pajak daerah.

3 Penerimaan Pajak Kabupaten bekasi memberikan sumbangan PAD paling tinggi dari 3 tahun terakhir. Penerimaan dari sektor pajak terus meningkat ini bisa di lihat dari data berikut ini. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kabupaten Bekasi Tahun 2016-2018 No Tahun Pajak Daerah Target Realisasi Persentase 1 2016 1,262,805,750,000.00 1,316,960,749,555.00 104.29% 2 2017 1,326,171,600,000.00 1,381,595,121,017.00 104.32% 3 2018 1,327,102,469,100.00 1,490,436,106,514.00 112.31% Data di atas menunjukan bahwa terjadi peningkatan pendapatan dari tahun 2016 ke tahun 2017 sekitar 0,3%, selanjutnya dari tahun 2017 ke tahun 2018 terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu 7,99%. Ini membuktikan bahwa penerimaan pajak air tanah di kabupaten bekasi sangat dimaksimalkan. Peraturan derah kabupaten bekasi nomor 1 tahun 2011 tenatang pajak daerah pada pasal 2 menjelaskan jenis pajak daerah terdiri dari pajak hotel, pajak restroran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (bphtb). Dari berapa penerimaan pajak tersebut dalam 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2016-2018 salah satu penerimaan pajak yang tidak mencapai target yaitu pajak air tanah.

4 Air yang berada di bawah permukaan tanah dan berada dilapisan tanah disebut air tanah. Pemanfaatan dan pengambilan air tanah yang di pungut pajaknya merupakan Pajak Air Tanah. Pajak ini merupakan salah satu pajak yang prospektif dimasa yang akan datang. Setiap tahunnya pemanfaatan air tanah ini selalu meningkat. Dalam penggunannya air tanah sering di gunakan oleh masyarakat untuk kehidupan sehari hari. Dan digunakan oleh pihak pengusahan untuk kepetingan industri. Kabupaten Bekasi menjadi salah satu kawasan industry terbesar di Asia Tenggara. Kabupaten Bekasi menjadi kabupaten yang memiliki peluang besar dari segi ekonomi. Hal ini diperkuat dengan berbagai prestasi investasi yang diterima. Pada tahun 2017, nilai ekspor di kawasan Cikarang mampu bersaing dengan Batam. Sebanyak 2.125 unit pabrik dari 25 negara berada di daerah itu. Berdasarkan laporan tempo.co, kawasan tersebut mampu menyumbang 22-45 % volume ekspor nasional. Sedangkan berdasarkan laporan dakta.com total investasi penanaman modal asing dan dalam negeri di wilayah kabupaten Bekasi sebesar Rp. 41.556.383.392.790. ini merupakan yang terbesar di Jawa Barat. Kemajuan indrustri seharusnya menjadi sumber potensial pendapatan daerah untuk pebangunan serta pemerataan ekonomi masyarakat. Namun hal ini berbading terbalik dengan permasalahan yang terjadi salah satunya yaitu Perolehan pajak air tanah di kawasan industry tidak memeuhi target yang di tetapkan, Pelayanga surat peringatan pun di keluarkan untuk perusahan-perusahan yang bandel yang belum membayar

5 pajak air tanah nya. Terapat sekiatar 2000-3.000 pabrik di satu kawasan dan ini merupakan Potensi industri di Kabupaten Bekasi itu sangat besar. Faktanya hanya sekitar 300 pabrik yang membayar pajak air tanah. Terdapat beberapa perusahan yang menggunakan air tanah sebagai pendukung bisnisnya. Tercatat dalam LKPJ Bupati Bekasi 2018, disebutkan beberapa perusahaan tersubut adalah Bekasi Fajar Industrial Estate, Lippo Cikarang, Puradelta Lestari (GIIC), Jababeka, dan PT Multi Karya Hasil Prima (Merunda Center). Lalu kawasan industry terpadu Indonesia China (KITIC), Megapolitan Manunggal industrial Development (MM2100),Kawasan East Jakarta Industrial Park (EJIP), Hyundai Inti Development, Globel Dharma Nusantara. Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Air Tanah di Kabupaten Bekasi Tahun 2015-2018 bisa dilihat sebagai berikut: Tabel.1.1 Target Dan Realisasi Penermaan Pajak Air Tanah Kabupaten Bekasi Periode 2015-2018: No Tahun Target Realisasi Sisa Target Persentase 1 2015 4.500.000.000 5.282.050.526 782,050,526 117,3 % 2 2016 4.050.000.000 3.776.964.444-273,035,556 93% 3 2017 4.050.000.000 3.286.645.468-3,286,644,680 81% 4 2018 4.050.000.000 3.766.311.346-3,762,261,346 92% Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi Data tersebut menunjukan bahwa pada tahun 2015 target penerimaan pajak tercapai bahkan melebihi target dengan persentasi 117,3%. Kemudian di tahuan selanjutnya 2016-2017 terjadi penurunan penerimaan pajak cukup signifikan dengan persentasi 93% dan 81% dan tahun

6 sealnjutnya yaitu tahun 2018 terjadi peningkatan penerimaan pajak tetapi masih belum mencapai target dengan persentasi 92%. Mengingat kabupaten Bekasi merupakan kawasan industry terbesar seasia seharunya Penerimaan pajak air tanah memiliki potensi yang sangat besar. Tetapi kompensasi pemerintah kabupaten Bekasi sangat jauh dari harapan. Seharusnya pajak air tanah dikabupaten bekasi memiliki potensi yang sangat besar karena setiap industri yang berdiri tentunya membutuhkan air untuk menjalankan usahanya. Bedasarkan laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah pajak air tanah kabupaten Bekasi memiliki potensi yang tinggi dalam penerimaannya namun belum bisa tercapai masalah tersebut harus segara di cari solusinya. Proses izin yang terlewat, nilai perolehan air yang rendah dan pencatatan yang tidak benar merupakan akar persoalan dari pajak air tanah ini sehingga menyebabkan rendahnya penerimaan pajak air tanah. Sementara itu, Kepala badan pendapatan daerah ( BAPENDA ) kabupaten Bekasi, Juhandi mengakui, dalam hal pemungutan pajak air tanah, pihaknya masih terkendala masalah perizinan. Sehingga meskipun ada objek pajak, namun pihaknya tetap harus memungut yang diperkuat dengan Peraturan Bupati. Meski demikian, dalam hal ini pihaknya masih terkendala masalah pengawasan yang begitu luasnya Kabupaten Bekasi secara geografis. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat di katakan pajak air tanah merupakan PAD yang cukup potensial untuk di tingkatkan. Hal ini,

7 tentunya membuat kantor badan pendapatan daerah sebagai pengembn tanggng jawab penerimaan pajak air tanah harus dapat bekerja lebih keras. Jumalah penerimaan pajak air tanah harus secepatnya di ambil langkahlangkah evaluasi dan analisa seperti ekstensifikasi dan intensifikasi oleh BAPEDA untuk mencapai jumlah penerimaan yang lebih meningkat sehingga penerimaan pajak air tanah bisa optimal. Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan diatas yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Optimalisasi Pemungutan Pajak Air Tanah Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2015-2018 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas peneliti menentukan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Masih banyak perusahaan yang belum terdaftar sebagai wajib pajak air tanah. 2. Belum adanya solusi untuk mengoptimalkan pemungutan pajak air tanah sehingga target dan realisasi penerimaan pajak air tanah di kabupaten bekasi masih belum tercapai. 3. Kurangnya pengawasan dalam proses pemungutan pajak air tanah di kabupaten Bekasi.

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, bahwasanya rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak air tanah di badan pendapatan daerah kabupaten Bekasi tahun 2015-2018? 2. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan pemungutan pajak air tanah di badan pendapatan kabupaten Bekasi? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah daerah kabupaten Bekasi dalam mengoptimalkan pemungutan pajak air tanah? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan pajak air tanah di badan pendapatan daerah kabupaten Bekasi tahun 2015-2018. 2. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan pemungutan pajak air tanah di kabupaten Bekasi. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah kabupaten bekasi dalam mengoptimalkan pemungutan pajak air tanah.

9 E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil Penelitian ini diharpakan dapat menambah wawasan keilmuan untuk pengembangan dibidnag intelektual dibidang akademis sehingga dapat menerapkan teori-teori yang ada, khususnya bagai mahasiswa Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis Penelitian ini bisa Menambah Pengetahuan, pengalaman serta mengetahui informasi pemahaman yang lebih rinci mengenai teori yang berkaitan dengan penelitian dan bisa di dapat dengan kenyataan yang ada dilapangan mengenai pajak daerah khususnya pajak air tanah. b. Bagi Intansi Penelitian ini bisa menjadi Bahan Masukan Sebagai Bahan Evaluasi dan menilai mengenai kebijakan yang sedang dilaksanakan dalam ranngka lebih menyempurnakannya. Pelaksanaan pemungutanan pajak di kabupaten bekasi diharapkan bisa lebih dimaksimalkan lagi. c. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pelaksanaan pemungutan pajak dan dapat

10 membantu dalam menemukan solusi dari masalah yang ada, dalam ruang lingkup penerimaan pajak semoga masyarakat dapat lebih memahami dalam pelaksanaan pemungutan pajak. F. Kerangka pemikiran Penggunaan teori yang dilakukan oleh peneliti ini akan dijadikan sebagai kajian teori untuk menjawab rumusan masalah. Teori ini akan memudahkan peneliti untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan optimalisasi pemungutan pajak air tanah di wilayah Kabupaten Bekasi. Berkaitan dengan pembahasan masalah dan pemecahannya diperlukan anggapan dasar yang dilandaskan dengan teori yang relevan tentang optimalisasi. Optimalisasi adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien menurut W.J.S Poerwadarminta (dalam Utomo 2013:12). Optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila dalam perwujudannya secara efektif dan efisien. Optimalisasi pemungutan pajak air tanah adalah mengukur hubungan antar hasil pungutan pajak air tanah dengan potensi atau target penerimaan pajak air tanah yang telah di tentukan. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur Optimalisasi pemungutan pajak air tanah adalah teori Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menurut Ardian Sutedi (2008:100) Secara umum, upaya yang perlu

11 dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat di lakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Memperluas basis penerimaan 2. Memperkuat proses pemungutan 3. Meningkatkan pengawasan 4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan 5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik Pemilihan teori ini karena sesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam optimalisasi pemungutan pajak air tanah di kabupaten bekasi yang masih belum maksimal dalam pemungutannya, karena bisa dilihat dari target dan realisasi penerimaan pajak air tanah dikabupaten bekasi masih belum tercapai, dan bahkan ada yang menurun. Tidak tercapainya ini dikarenakan banyak perusahan yang tidak tercatat sebagai wajib pajak dan banyak perusahaan yang menunggak. Apabila pelaksanaan Optimalisasi pemungutan pajak ini bisa berjalan dengan baik tentunya Penerimaan pajak ait tanah dikabupaten bekasi akan tercapai bahkan melebihi target. Berdasarkan kerangka

12 pemikiraan yang telah di kemukakan di atas, maka dapat di gambarkan sebagai berikut. Gambar 1.1 Gambaran Kerangka Pemikiran Optimalisasi Pemungutan Pajak Air Tanah di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2015-2018 Optimalisasi ( Adrian Sutedi 2008:100) 1. Memperluas basis penerimaan 2. Memperkuat proses pemungutan 3. Meningkatkan pengawasan 4. Meningkatakan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan 5. Menignkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik G. Proposisi Berdasarkan Kerangka Pemikiran di atas, peneliti menyusun proposisi sebagai berikut: Optimalisasi pemungutan pajak air tanah di badan pendapatan daerah kabupaten Bekasi tahun 2015-2018 akan lebih optimal apabila di lakukan dengan cara-cara optimalisasi intensifkasi pemungutan pajak daerah dan retrbusi daerah yaitu memperluas basis peneriman, memperkuat proses pemungutan, meningkatakan pengawasan, meningkatkn efisinsi adminstrasi dan menkan biyaya pemungutan dan meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanan yang lebih baik.