MEKANISME PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERSPEKTIF DEMOKRASI SKRIPSI UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM PADA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Oleh Farid Mustofa NIM 8111409220 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi berjudul Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Prespektif Demokrasi oleh pembimbing untuk diajukan pada sidang skripsi. hari : tanggal : Pembimbing I Menyetujui, Pembimbing II Dr. Martitah, M.Hum. Drs. Sartono Sahlan, M.H. NIP 196205171986012001 NIP 195308251982031003 Mengetahui Pembantu Dekan Bidang Akademik Drs. Suhadi, S.H., M.Si. NIP 195308251982031003 ii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang pada tanggal... Panitia : Ketua Sekretaris Drs. Sartono Sahlan, M.H. Drs. Suhadi, S.H., M.Si. NIP 195308251982031003 NIP 195308251982031003 Penguji Utama Drs. Sutrisno PHM. M.Hum. NIP. 195112181979031001 Penguji I Penguji II Dr. Martitah, M.Hum. Drs. Sartono Sahlan, M.H. NIP 196205171986012001 NIP 195308251982031003 iii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa skripsi ini hasil karya (penelitian dan tulisan) sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik seluruhnya atau sebagian. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 1 Maret 2013 Farid Mustofa NIM. 8111409220 iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Luqman: 31) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap (QS. Al Insyirah: 6-8). PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orang tua ku tercinta, Muchlas dan Hanifah, yang memberi dukungan dan doa yang tiada henti. 2. Kakak-kakak ku, Siti Aisyah dan Syahida tercinta 3. Teman-teman Fakultas Hukum UNNES Angkatan 2009, terimakasih atas persahabatan yang kalian berikan. 4. Almamater v
PRAKATA Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarakkaatuh Dengan memanjatkan puji syukut kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Prespektif Demokrasi. Penulis menyadari bahwa penulisan ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, terutama kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Sartono Sahlan, M.H. Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. Suhadi, S.H., M.Si. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang 4. Dosen dan Staf Akademika Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. 5. Dr. Martitah, M.Hum. pembimbing I yang telah sabar dalam membimbing, mengarahkan, memberikan petunjuk, kritik, serta saran dalam menyelesaikan skripsi. vi
6. Drs. Sartono Sahlan, M.H. pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, memberikan kritik, saran dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini menjadi lebih baik. 7. Kedua orang tua serta adik-adikku yang selalu memberikan dukungan dan doa, serta teman-teman satu angkatan yang telah membantu memberikan semangat dalam penelitian ini hingga selesai dengan lancar. 8. Semua pihak yang telah membantu dengan sukarela yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut limpahkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan pengetahuan, wawasan yang semakin luas bagi pembaca. Wassalamu alaikum Warohmatulloohi Wabarokkatuh. Semarang, 1 Maret 2013 Farid Mustofa NIM. 8111409220 vii
ABSTRAK Farid, Mustofa. 2013. Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta Prespektif Demokrasi. Skripsi, Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dr. Martitah, M.Hum., Pembimbing II : Drs. Sartono Sahlan, M.H. Kata Kunci: Demokrasi, Penetapan, Otonomi khusus. Selama ini Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pemilihan kepala daerah dengan sistem penetapan. Dikaji dari UUD 1945 Pasal 18 ayat 4 pemilihan gubernur dilakukan secara demokratis dimana pemerintahan termasuk di dalamnya pemilihan kepala daerah merupakan pilihan dari rakyat. Adapun sistem yang ada di DIY menggunakan sistem penetapan yang dianggap tidak sesuai dengan sistem demokrasi yang dianut Indonesia dikarenakan jabatan kepala daerah hanya dapat dijabat oleh Sultan Hamengku Buwono dan wakil kepala daerah hanya dapat dijabat oleh Raden Paku Alam yang lebih mirip dengan sistem monarki. Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis dimana mengambil Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai tempat penelitian, pengumpulan data dan informasi dari responden. Hasil dari wawancara serta dari referensi buku, dan UU, maka sistem penetapan merupakan salah satu cara alternatif yang digunakan negara Indonesia sebagai pengganti sistem pemilihan di DIY dikarenakan alasan historis serta berdasarkan UUD 1945 Pasal 18B (1), jika dilihat dari prespektif demokrasi sistem penetapan telah sesuai dengan nilai demokratis itu sendiri karena kesejahteraan di DIY sendiri telah terjamin. Sedangkan perbedaan mekanisme Daerah Istimewa Yogyakarta dengan daerah lainnya adalah didalam sistem pemilihan di DIY menggunakan sistem penetetapan yang prosesnya dilakukan oleh DPRD dan kemudian ditetapkan oleh presiden sedangkan daerah lainnya menggunakan pemilihan umum kepala daerah sebagai cara untuk memilih kepala daerah mereka. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mekanisme pemilihan kepala daerah di DIY sudah sesuai dengan sistem demokrasi dikarenakan Indonesia menganut sistem demokrasi pancasila yang menjadikan permusyaratan sebagai hal utama dalam menentukan pimpinan untuk rakyat sesuai dengan sila ke 4 yang isinya Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan pancasila serta di dalam UUD 1945 ayat 18B (1) telah dijelaskan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa. Mengacu pada UU No. 13 Tahun 2012 Hal yang membedakan dalam mekanisme pemilihan kepala daerah dengan daerah lainnya adalah tidak adanya pemilihan kepala daerah dikarenakan di Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan sistem penetapan serta jabatan kepala daerah hanya dapat dijabat oleh keturunan Sultan Hamengku Buwono sedangkan wakil kepala daerah hanya bisa dijabat oleh keturunan Raden Paku Alam. viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN KELULUSAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR SINGKATAN... xii DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 3 1.3 Batasan Masalah... 4 1.4 Rumusan Masalah...... 5 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 5 1.7 Sistematika Penulisan... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9 2.1 Konsep Negara Hukum... 9 2.2 Sejarah dan jenis Demokrasi... 15 ix
2.2.1 Demokrasi Pancasila... 17 2.3 Pemerintahan yang baik / good governance... 19 2.4 Otonomi Daerah... 22 BAB III METODE PENELITIAN... 25 3.1 Dasar Penelitian... 25 3.2 Variable Penelitian... 26 3.3 Lokasi Penelitian... 26 3.4 Fokus Penelitian.... 26 3.5 Sumber Data... 27 3.6 Alat dan tehnik pengumpulan data... 28 3.7 Keabsahan Data... 29 3.8 Model Analisis Data... 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 33 4.1 Gambaran umum Daerah Istimewa Yogyakarta... 33 4.2 Sistem Penetapan ditinjau dari Prespetif Demokrasi... 34 4.2.1 Tabel Perbandingan.... 34 4.2.2 Penjelasan Tabel... 35 4.3 Mekanisme Pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta... 39 4.3.1 Sistem Penetapan... 40 4.3.2 Proses Penetapan dan Pelantikan... 41 4.3.2.1 Bagan Proses Pelantikan... 41 4.4 Perbedaan Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah,,... 43 4.4.1 Bagan perbedaan Mekanisme Pemilihan.... 43 x
4.4.2 penejelasan Bagan..... 44 BAB V PENUTUP... 47 5.1 Simpulan... 47 5.2 Saran... 48 DAFTAR PUSTAKA... 50 LAMPIRAN LAMPIRAN... 53 xi
DAFTAR SINGKATAN BKND : Badan Komite Nasional Daerah DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah HB : Hamengku Buwono PEMILUKADA : Pemilihan Umum Kepala Daerah PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia RUU : Rancangan Undang Undang DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta UUD : Undang Undang Dasar UU : Undang Undang OTODA : Otonomi Daerah KPUD : Komisi Pemilihan Umum Daerah SEKDA : Sekretariat Daerah xii
DAFTAR BAGAN Bagan Halaman 4.2.1 Tabel Perbandingan... 34 4.3.2.1 Bagan Proses Pelantikan.... 41 4.4.2 Bagan perbedaan Mekanisme Pemilihan.... 43 xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Surat Keputusan Dekan Tentang Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi..... 54 2. Instrumen Penelitian dan Biodata... 55 3. Surat Ijin Penelitian dari KESBANGPOLINMAS... 56 4. Surat Ijin Penelitian ke KPUD Provinsi DIY... 57 5. Surat Ijin Pemelitian ke DPRD Provinsi DIY... 58 6. Surat Ijin Penelitian ke SEKDA provinsi DIY.... 59 7. Amanat 5 September 1945... 60 8. Amanat 30 Oktober 1945..... 62 9. Piagam kedudukan 6 september 1945..... 63 10. UU No.13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta... 64 xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berasal dari dua kerajaan yang telah memiliki status negara bagian sejak dari masa penjajahan Belanda sampai pada masa penjajahan Jepang yaitu Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman yang kemudian menjadi provinsi yang memiliki status istimewa atau otonomi khusus yang terdapat di Indonesia. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 berdasarkan amanat kesultanan pada tanggal 5 September 1945 Dictum 1 yaitu Bahwa Negeri Yogyakarta Hadinigrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia hal ini menyatakan bahwa Sultan Hamengku Bowono IX dan Paku Alam VIII memutuskan untuk menjadi bagian istimewa dari Indonesia serta sesuai dengan amanat 5 September 1945 Dictum 2 Bahwa kami sebagai Kepala Daerah memegang segala kekuasaan dalam Negeri Yogyakarta hadiningrat, dan oleh karena itu berhubungan dengan dewasa ini segala urusan pemerintahan dalam Negeri Yogyakarta Hadiningrat mulai saat ini berada ditangan kami dan kekuasaankekuasaan lainnya kami pegang seuruhnya maka jabatan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah tetap dipegang oleh Sultan dan Paku Alam, untuk pertanggungjawaban diatur dalam amanat 5 September 1945 Dictum 3 bahwa 1
2 perhubungan antara Negeri Yogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia, bersifat langsung dan kami bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia. yang berarti bahwa Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Tidak lama setelah dikeluarkannya amanat Kesultanan dan amanat Kadipaten Paku Alam, Presiden Negara Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Soekarno memberikan Piagam Kedudukan yang sebenarnya dikeluarkan pada tanggal 19 Agustus 1945 tetapi setelah ada negosiasi dengan wakil Kesultanan Yogyakarta yang menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yaitu Pangeran Puroboyo tentang kesanggupan Kesultanan untuk berdiri di belakang Republik yang baru dua hari maka piagam ini akhirnya diberikan pada tanggal 6 September 1945 setelah diumumkannya amanat 5 september 1945. Piagam kedudukan berisi ini sebagai jaminan status khusus bagi kedua kepala kerajaan tersebut sebagai imbalan karena mau bergabung dengan Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober 1945 Sultan Hamengku Bowono IX dan Raden Paku XIII mengeluarkan amanat bersama atau yang dikenal dengan dekrit kerajaan bersama yang berisi tentang penyerah kekuasaan legislatif kepada Badan Komite Nasional Daerah Yogyakarta yang telah membentuk Badan Pekerja yang diserahi sebagai Badan Legislatif yang turut serta menentukan jalannya haluan pemerintahan daerah serta bertanggung jawab kepada Badan Komite Nasional Daerah Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 26 November 2010 terjadi polemik tentang jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tetap
3 dijabat oleh Sultan dan Paku Alaman ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan statemen dalam rapat terbatas kabinet untuk membahas Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta yang menyatakan bahwa tidak boleh ada suatu sistem monarki yang bisa bertabrakan dengan Demokrasi. Hal ini berdasarkan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Gubernur dipilih secara demokratis, bukan dengan cara pengangkatan seperti yang selama ini terjadi di Yogyakarta tetapi hal ini dibantah oleh masyarakat daerah Istimewa Yogyakarta dengan dasar Pasal 18B ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa. Pertentangan ini penting kiranya untuk dikaji secara mendalam baik dari persfektif historis maupun persfektif konstitusi. 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan UU Nomer 13 tahun 2012 tentang keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dinyatakan bahwa salah satu keistimewaan yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat pada mekanisme pemilihan kepala daerah langsung melalui pilkada melainkan menggunakan sistem penetapan. Hal ini dianggap tidak sesuai dengan sistem demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia. Di dalam UU Nomer 32 tahun 2004 pemilihan kepala daerah dilakukan secara demokratis yaitu dengan cara diadakannya Pemilihan Kepala Daerah yang biasa disebut PILKADA secara berkelanjutan oleh Komisi Pemilihan Daerah atau KPUD
4 disetiap daerah otonom yang ada di Indonesia tetapi ada beberapa daerah yang mempunyai keistimewaan atau otonomi khusus seperti Daerah Papua, Aceh, DKI, dan Daerah Istismewa Yogyakarta. Setiap daerah yang memiliki keistimewaan atau daerah otonomi khusus mempunyai perbedaan yang beragam sesuai dengan historis dan aturan lain yang mengatur tentang keistimewaan yang terdapat pada daerah otonomi khusus diluar UU Nomer 32 Tahun 2004. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang menjadi bahan penelitian yaitu dalam pemilihan kepala daerah dan wakil Daerah Istimewa Yogyakarta yang notabenenya sampai saat ini tidak mengalami perubahan atau pergantian pemegang kekuasaan, yang seakan akan menganut sistem pemerintahan monarki dimana pemegang kekuasaanya raja beserta keturunannya yang tidak memberi kesempatan untuk masyarakat umum untuk menjadi kepala daerah. Hal ini bertolak belakang dengan sistem Demokrasi yang dianut oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Apakah Pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah sesuai dengan sistem Demokrasi yang ada di Indonesia? 2. Bagaimanakah Perbedaan Mekanisme Pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan daerah otonom lainnya?
5 1.5 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Berdasarkan permasalahan diatas tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui mekanisme dalam pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menganut sistem Demokrasi yang ada di Indonesia 2. Untuk mengetahui perbedaan mekanisme pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Daerah Otonom yang lain. 1.5.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu : 1. Kegunaan Teoritis Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti khususnya terhadap sistem pemerintahan yang dianut Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pemilihan kepala daerah. 2. Kegunaan Praktis Dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat mengetahui tentang berbagai persoalan yang dihadapi dalam pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berkaitan dengan pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta apakah sudah sesuai dengan sistem Demokrasi sehingga dapat dicari solusi dan
6 penyelesaian dalam sengketa antara pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memberikan kemudahan dalam memahami tugas akhir serta memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, sistematika tugas akhir dibagi menjadi tiga bagian. Adapun sistematikanya adalah : 1.6.1 Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi mencakup halaman sampul depan, halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar table, dan daftar lampiran. 1.6.2 Bagian Isi Skripsi Bagian isi skripsi mengandung lima (5) bab yaitu, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan serta penutup. BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka, berisi tentang teori yang memperkuat penelitian seperti teori efektifitas dan efisiensi, teori partisipasi, teori akuntabiliitas dan hal hal yang berkenaan dengan itu.
7 BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang lokasi penelitian, alat dan bahan yang digunakan, variable penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data dan pengolahan data. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas tentang mekanisme pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam prespektif demokrasi. Pada bab ini juga bisa diketahui mengenai kekhususan serta perbedaan mekanisme pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan daerah otonom lain. BAB V: PENUTUP SKRIPSI Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan diatas. 1.6.3 Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar pustaka dan lampiran. Isi daftar pustaka merupakan keterangan sumber literatur yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk mendapatkan data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Negara Hukum Sejak zaman city-state (negara kota) di era Yunani kuno, keberadaan negara dikontrol melalui aturan yang disepakati bersama oleh rakyat Yunani. Norma atau nomos mengendalikan kekuasaan negara. Maka Yunani telah sejak dulu mengenal adanya nomokrasi, yakni kekuasaan negara yang dikendalikan oleh norma/aturan. Ide nomokrasi ini identik dengan konsep kedaulatan hukum, bahwa hukum memegang peranan tertinggi dalam kekuasaan negara, yang dibayangkan sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma/aturan/hukum. Sesungguhnya yang dianggap sebagai pemimpin dalam penyelenggaraan negara adalah norma/aturan/hukum itu sendiri. Dalam perkembangannya, kedaulatan hukum menjelma menjadi konsep negara hukum. Pada zaman modern, konsep negara hukum di Eropa Kontinental dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman rechtsstaat. Sedangkan dalam tradisi Anglo-Saxon, konsep negara hukum dikembangkan atas kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan The Rule of Law. Selain itu, negara hukum juga dapat dibagi ke dalam negara hukum formil (demokrasi abad XIX) dan negara hukum materil (demokrasi abad XX). Peran pemerintahan dalam negara hukum formil dibatasi. Artinya, pemerintah (negara) hanya menjadi pelaksana segala keinginan rakyat yang dirumuskan para wakilnya di 8
9 perhubungan antara Negeri Yogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia, bersifat langsung dan kami bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia. yang berarti bahwa Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Tidak lama setelah dikeluarkannya amanat Kesultanan dan amanat Kadipaten Paku Alam, Presiden Negara Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Soekarno memberikan Piagam Kedudukan yang sebenarnya dikeluarkan pada tanggal 19 Agustus 1945 tetapi setelah ada negosiasi dengan wakil Kesultanan Yogyakarta yang menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yaitu Pangeran Puroboyo tentang kesanggupan Kesultanan untuk berdiri di belakang Republik yang baru dua hari maka piagam ini akhirnya diberikan pada tanggal 6 September 1945 setelah diumumkannya amanat 5 september 1945. Piagam kedudukan berisi ini sebagai jaminan status khusus bagi kedua kepala kerajaan tersebut sebagai imbalan karena mau bergabung dengan Indonesia. Pada tanggal 30 Oktober 1945 Sultan Hamengku Bowono IX dan Raden Paku XIII mengeluarkan amanat bersama atau yang dikenal dengan dekrit kerajaan bersama yang berisi tentang penyerah kekuasaan legislatif kepada Badan Komite Nasional Daerah Yogyakarta yang telah membentuk Badan Pekerja yang diserahi sebagai Badan Legislatif yang turut serta menentukan jalannya haluan pemerintahan daerah serta bertanggung jawab kepada Badan Komite Nasional Daerah Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 26 November 2010 terjadi polemik tentang jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang tetap
10 dijabat oleh Sultan dan Paku Alaman ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan statemen dalam rapat terbatas kabinet untuk membahas Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta yang menyatakan bahwa tidak boleh ada suatu sistem monarki yang bisa bertabrakan dengan Demokrasi. Hal ini berdasarkan Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Gubernur dipilih secara demokratis, bukan dengan cara pengangkatan seperti yang selama ini terjadi di Yogyakarta tetapi hal ini dibantah oleh masyarakat daerah Istimewa Yogyakarta dengan dasar Pasal 18B ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu bahwa negara mengakui dan menghormati satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa. Pertentangan ini penting kiranya untuk dikaji secara mendalam baik dari persfektif historis maupun persfektif konstitusi. 1.7 Identifikasi Masalah Sesuai dengan UU Nomer 13 tahun 2012 tentang keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dinyatakan bahwa salah satu keistimewaan yang dimiliki Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat pada mekanisme pemilihan kepala daerah langsung melalui pilkada melainkan menggunakan sistem penetapan. Hal ini dianggap tidak sesuai dengan sistem demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia. Di dalam UU Nomer 32 tahun 2004 pemilihan kepala daerah dilakukan secara demokratis yaitu dengan cara diadakannya Pemilihan Kepala Daerah yang biasa disebut PILKADA secara berkelanjutan oleh Komisi Pemilihan Daerah atau KPUD
11 disetiap daerah otonom yang ada di Indonesia tetapi ada beberapa daerah yang mempunyai keistimewaan atau otonomi khusus seperti Daerah Papua, Aceh, DKI, dan Daerah Istismewa Yogyakarta. Setiap daerah yang memiliki keistimewaan atau daerah otonomi khusus mempunyai perbedaan yang beragam sesuai dengan historis dan aturan lain yang mengatur tentang keistimewaan yang terdapat pada daerah otonomi khusus diluar UU Nomer 32 Tahun 2004. 1.8 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah yang menjadi bahan penelitian yaitu dalam pemilihan kepala daerah dan wakil Daerah Istimewa Yogyakarta yang notabenenya sampai saat ini tidak mengalami perubahan atau pergantian pemegang kekuasaan, yang seakan akan menganut sistem pemerintahan monarki dimana pemegang kekuasaanya raja beserta keturunannya yang tidak memberi kesempatan untuk masyarakat umum untuk menjadi kepala daerah. Hal ini bertolak belakang dengan sistem Demokrasi yang dianut oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1.9 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 3. Apakah Pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah sesuai dengan sistem Demokrasi yang ada di Indonesia? 4. Bagaimanakah Perbedaan Mekanisme Pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan daerah otonom lainnya?
12 1.10 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 2.5.1 Tujuan Berdasarkan permasalahan diatas tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 3. Untuk mengetahui mekanisme dalam pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menganut sistem Demokrasi yang ada di Indonesia 4. Untuk mengetahui perbedaan mekanisme pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Daerah Otonom yang lain. 2.5.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu : 1. Kegunaan Teoritis Menambah pengetahuan bagi masyarakat umumnya dan bagi peneliti khususnya terhadap sistem pemerintahan yang dianut Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pemilihan kepala daerah. 2. Kegunaan Praktis Dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat mengetahui tentang berbagai persoalan yang dihadapi dalam pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berkaitan dengan pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta apakah sudah sesuai dengan sistem Demokrasi sehingga dapat dicari solusi dan
13 penyelesaian dalam sengketa antara pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.11 Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memberikan kemudahan dalam memahami tugas akhir serta memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, sistematika tugas akhir dibagi menjadi tiga bagian. Adapun sistematikanya adalah : 1.11.1 Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi mencakup halaman sampul depan, halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar table, dan daftar lampiran. 1.11.2 Bagian Isi Skripsi Bagian isi skripsi mengandung lima (5) bab yaitu, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan serta penutup. BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka, berisi tentang teori yang memperkuat penelitian seperti teori efektifitas dan efisiensi, teori partisipasi, teori akuntabiliitas dan hal hal yang berkenaan dengan itu.
14 BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang lokasi penelitian, alat dan bahan yang digunakan, variable penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data dan pengolahan data. BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis membahas tentang mekanisme pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam prespektif demokrasi. Pada bab ini juga bisa diketahui mengenai kekhususan serta perbedaan mekanisme pemilihan kepala daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan daerah otonom lain. BAB V: PENUTUP SKRIPSI Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang diuraikan diatas. 1.11.3 Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar pustaka dan lampiran. Isi daftar pustaka merupakan keterangan sumber literatur yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk mendapatkan data dan keterangan yang melengkapi uraian skripsi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai sebagai upaya dalam bidang Ilmu Pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2004 : 24) Metode pada hakikatnya merupakan prosedur dalam memecahkan suatu masalah dan untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah, kerja seorang ilmuwan akan berbeda dengan kerja seorang awam. Seorang ilmuwan selalu menempatkan logika serta menghindarkan diri dari pertimbangan subyektif. Sebaliknya bagi awam, kerja memecahkan masalah lebih dilandasi oleh campuran pandangan perorangan ataupun dengan apa yang dianggap sebagai masuk akal oleh banyak orang (Sunggono, 2006:43). Metode penelitian digunakan penulis dengan maksud untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Adapun metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah Metode Kualitatif dengan pendekatan Yuridis Sosiologis. Metode ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut : 3.1. Dasar Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum dengan spesifikasi penelitian kualitatif. Menurut Bagman (dalam Moleong) yang dimaksud penelitian kualitatif adalah 15
16 prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 1990:3). 3.2. Variable Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (1998:99) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.hal ini senada dengan pendapat Ibnu Hajar (1999:156) yang mengartikan variabel adalah objek pengamatan atau fenomena yang diteliti. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1982:437) variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Variabel dalam penelitian ini adalah objek pengamatan dalam penelitian yaitu mekanisme dalam pemilihan kepala daerah di Daerah istimewa Yogyakarta sudah sesuai dengan sistem Demokrasi di Indonesia. 3.3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Mengacu pada lokasi ini bisa wilayah tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat yang khusus menangani masalah dalam lokasi penelitian ini adalah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Komisi Pemilihan Umum Daerah Provinsi DIY, Sekretariat Daerah Provinsi DIY, masyarakat sekitar yang tinggal di DIY. 3.4. Fokus Penelitian Penentuan fokus dalam suatu penelitian memiliki dua tujuan, Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian, maka yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut.