EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II LANDASAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

Heroe Poernomo 1) Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II LANDASAN TEORI

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

Analisa Performansi Pengkondisian Udara Tipe Window dengan Penambahan Alat Penukar Kalor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

Refrigerant. Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya merupakan proses pemindahan energi panas yang terkandung di dalam ruangan tersebut.

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 4

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

Maka persamaan energi,

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Pengaruh Aplikasi Refrigeran Hidrokarbon Terhadap Performansi Mobile Air Conditioning

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

ROTASI Volume 7 Nomor 4 Oktober

EFEK TEMPERATUR PIPA KAPILER TERHADAP KINERJA MESIN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUHPENGGUNAAN EJEKTOR SEBAGAI PENGGANTI KATUP EKSPANSI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA SIKLUS REFRIGERASI PADA MESIN AC

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

PENGARUH KECEPATAN PUTAR POROS KOMPRESOR TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN AC

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

PENGARUH ALAT EKSPANSI TERHADAP TEMPERATUR DAN TEKANAN PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

Transkripsi:

EFEK RASIO TEKANAN KOMPRESOR TERHADAP UNJUK KERJA SISTEM REFRIGERASI R 141B Kristian Selleng * * Abstract The purpose of this research is to find the effect of compressor pressure ratio with respect to performance of refrigeration system that is used refrigerant R 141B with water cooling on and condensor. The performance of refrigeration system is represented by heat transfer on and condensor. This research used experiment method. The result of this research indicates that is no effect of compressor pressure ratio to heat transfer on, on the contrary there is increasing compressor pressure ratio due to decreasing of heat transfer on condensor. Keyword: Refrigerant 1. Pendahuluan Mesin refrigerasi dirancang untuk mengkondisikan udara dalam suatu ruangan misalnya tempat bekerja, tempat penyimpanan bahan makanan ataupun bahan tertentu yang memerlukan pengkondisian udara. Oleh karena itu maka rancangan mesin refrigerasi diharapkan menghasilkan mesin untuk mengkondisikan ruangan yang memiliki temperatur, kelembaban serta distribusi udara yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap proses serta peralatan yang dipergunakan di dalam ruangan tersebut. Berdasarkan tujuan perancangan dari sistem refrigerasi tersebut di atas, maka aspek teknis dari mesin yang sangat dominan dalam menentukan performansi sangat ditentukan oleh komponen utama dari mesin pendingin yang terdiri atas: kondensor,, kutub ekspansi dan kompressor serta faktorfaktor lain seperti sistem pendinginan kompressor maupun. Di samping parameter yang disebutkan di atas maka unjuk kerja sistem refrigerasi juga sangat dipengaruhi oleh rasio tekanan kompressor yang mengkompressi uap refrigeran dalam sistem refrigerasi. Analisis tentang efek rasio tekanan kompressor terhadap unjuk kerja sistem refrigerasi yang direpresentasikan oleh perpindahan kalor di dalam maupun di dalam kondensor dimaksudkan untuk melihat karakteristik dari relasi parameter tersebut. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian tentang efek rasio tekanan terhadap unjuk kerja sistem refrigerasi dengan menggunakan mesin Refrigerasi R633 yang menggunakan refrigerant R 141 B. Tujuan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efek rasio tekanan kompressor terhadap unjuk kerja mesin refrigerasi yang direpresentasikan oleh besarnya laju perpindahan kalor air pendingin di dan kondensor. Sementara kontribusi yang diharapkan pada penelitian ini adalah dapat memberikan informasi ilmiah tentang efek rasio tekanan kompressor terhadap unjuk kerja mesin refrigerasi, sehingga penetapan tekanan kerja dapat diatur untuk mendapatkan unjuk kerja yang optimal. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Siklus refrigerasi Siklus refrigerasi pada mesin pendingin R633 mengikuti diagram Molier dari refrigerant R 141B yang diperlihatkan pada Gambar 1.. Dalam siklus refrigerasi ada 4 proses termodinamis yang penting yaitu: penguapan, kompressi, pengembunan dan ekspansi. Proses D-A Siklus DA adalah proses pengauapan refrigerant di dalam. Evaporator adalah salah satu alat penukar kalor yang memiliki peranan * Staf Pengajar Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu

Efek Rasio Tekanan Kompresor Terhadap Unjuk Kerja Sistem Refrigerasi R-141B penting di dalam siklus refrigerasi yaitu mendinginkan media atau daerah disekitarnya. Evaporator yang digunakan di sini adalah jenis basah. Evaporator jenis basah, sebagian besar dari terisi oleh cairan refrigerant. Proses penguapannya terjadi seperti pada ketel uap. Gelembung refrigerant yang terjadi karena pemanasan akan naik, pecah pada permukaan cairan atau terlepas dari permukaannya. Sebagian refrigerant kemudian masuk ke dalam akumulator yang memisahkan uap dari cairan. Maka cairan yang ada dalam bentuk uap sajalah yang masuk ke dalam kompressor. Bagian refrigerant cair yang dipisahkan di dalam akumulator akan masuk kembali ke dalam, bersama-sama dengan refrigeran cair yang berasal dari kondensor. Tabung terisi oleh cairan refrigeran, cairan refrigerant menyerap kalor dari air pendingin yang mengalir di dalam pipa. Uap refrigerant yang terjadi dikumpulkan di bagian atas sebelum masuk ke kompressor. Selama proses penguapan berlangsung refrigerant berubah fasa dari cair menuju ke uap dan setelah menjadi uap secara keseluruhan (uap super panas) maka selanjutnya refrigerant tersebut siap diisap untuk dinaikkan tekanannya di dalam kompressor. Selama proses perubahan dari cair ke uap, refrigerant berada dalam keadaan isobar dan isotermal. Untuk menguapkan refrigerant tersebut maka refrigerant didinginkan oleh air pendingin yang mengalir di dalam pipa pendingin. Proses A-B Siklus A-B adalah proses kompressi di dalam kompressor. Uap refrigerant tersebut dinaikkan temperatur dan tekanannya secara politropik. Namun karena prosesnya mendekati kompressi adiabatik (isentropis), maka dalam perhitungan dengan mengguanakan Diagram Moiler proses kompressi tersebut dianggap adiabatik. Apabila uap refrigerant diisap masuk dan dikompressikan di dalam silinder kompressor mesin refrigerasi, maka perubahan tekanan gas refrigeran terjadi sesuai dengan perubahan volume yang diakibatkan oleh gerak yang mengakibatkan naiknya tekanan refrigerant. Selain tekanan uap refrigerant yang naik akibat kompressi di dalam kompressor selama langkah kompressi, temperaturnya pun akan naik. Laju kenaikan temperatur tersebut tergantung dari jenis refrigerant yang digunakan. Untuk proses kompressi adiabatik, antara temperatur dan tekanan uap refrigerant dapat ditentukan berdasarkan persamaan: [k 1]/ k T 2 / T 1 = [ P 2 / P 1 ]...[1] Dimana: T 1 dan T 2 adalah temperatur sebelum dan sesudah kompressi P 1 dan P 2 adalah tekanan sebelum dan sesudah kompressi Dari persamaan [1] dapat disimpulkan bahwa makin tinggi harga konstanta adiabatik [k] dari uap refrigerant maka makin tinggi pula kenaikan temperatur yang terjadi dalam proses kompressi tersebut. Gambar 1. Diagram Molier dari siklus Refrigerasi MEKTEK TAHUN IX NO.1,JANUARI 2007 23

Proses B-C Siklus BC adalah proses kondensasi [pengembunan] di dalam kondensor. Pada akhir langkah kompressi, tekanan dan temperatur bertambah disertai dengan bertambahnya entalpi dari refrigerant tersebut. Selama mengalami pengembunan akibat melepaskan panas ke udara sekitarnya melalui media pendingin air di dalam pipa, maka uap refrigerant berangsur-angsur menjadi embun [cair]. Selama proses ini berlangsung maka tekanan dan temperatur refrigeran dipertahankan konstan sampai seluruhnya menjadi cair super dingin. Kalor yang dikeluarkan di dalam kondensor adalah jumlah kalor yang diperoleh dari udara yang mengalir melalui [kapasitas pendinginan], dan kerja [energi] yang diberikan oleh kompressor kepada fluida kerja [refrigeran]. Proses C-D Siklus CD adalah proses ekspansi [penurunan tekanan di dalam katub ekspansi]. Cairan refrigeran super dingin mengalami penurunan tekanan pada entalpi konstan. Proses penurunan tekanan dari cairan refrigerant ini dimaksudkan untuk memudahkan penguapan kembali di dalam. Katub ekspansi yang digunakan adalah katub ekspansi termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrigerant, yaitu agar derajat super panas uap refrigerant di dalam dapat diusahakan konstan. 2.2 Perhitungan perpindahan kalor dan rasio tekanan kompressor Perpindahan kalor pada Laju perpindahan kalor air pendingin di dalam, Q e dihitung dengan menggunakan persamaan: Q e = m e. c p. ( t 1 t 2 )...(2) Dimana: m e = adalah mass flowrate air pedingin c p = adalah kapasitas panas pada tekanan konstan dari air pendingin t 1 = adalah temperatur air pendingin masuk t 2 = adalah temperatur air pendingin keluar Perpindahan kalor pada kondensor Laju perpindahan kalor air pendingin di dalam kondensor, Q c dihitung dengan menggunakan persamaa: Q c = m c. c p. ( t 3 t 4 )..(3) Dimana: m c = mass flowrate air pendingin c p = kapasitas panas pada tekanan konstan dari air pendingin t 3 = temperatur air pendingin masuk t 4 = temperatur air pendingin keluar Rasio kompressor Rasio tekanan kompressor dihitung denga persamaan berikut: Dimana: p c p e r p = ( p c / p e ) (4) = tekanan kondensor = tekanan 3. Metode Penelitian 3.1 Mesin dan peralatan yang digunakan Mesin dan peralatan yang digunakan adalah 1 Unit refrigerasi R 633 dengan mesin refrigeran R 141B (Gambar 2 ) meliputi: Kompressor hermetic ½ PK Kondensor dengan cooling area 0,032 m 2 Evaporator Flooded type, cooling area 0,032 m 2 Istrument pendukung yang digunakan adalah: Pressure gauge : 2 buah (range 100 sampai 250 kn m -2 ) Termometer : 5 buah ( range 0 sampai 50 o C ), 2 buah ( range -10 sampai 110 O C ) Flow meter : 2 buah ( range 0 sampai 50 g/s ) 3.2 Prosedur penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan prosedur kerja sebagai berikut: Unit Siklus refrigerasi R633 dijalankan pada kondisi normal da laju alira air pendigin pada diatur sehingga tekanan berada di bawah tekanan atmosfir. 24

Efek Rasio Tekanan Kompresor Terhadap Unjuk Kerja Sistem Refrigerasi R-141B Udara yang ada di dalam sistem dibuang melalui venty air Mesin refrigerasi tersebut dijalankan beberapa menit untuk mencapai kondisi temperatur operasi normal kemudian dicatat semua temperatur sistem, tekanan dan mass flow air pendingin, juga dicatat laju kondensasi pada koil pendingin kondensor. Kurangi laju aliran air pendingin kondensor hingga tekanan kondensor meningkat sekitar 5 10 kn /m 2. Ulangi peningkatan tekanan kondensor ke kondisi yang dapat terbaca pada meteran pengukur laju aliran air kondensor, atau tekanan kondensor mencapai 200 kn/m 2. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Data hasil eksperimen Data hasil eksperimen yang didapatkan dari hasil percobaan dengan menggunakan mesin unit refrigerasi pada tekanan atmosfir lokal: 101 kn/m 2 disajikan pada tabel 1. Dengan menggunakan formula (2), (3), (4) maka didapatkan besarnya nilai-nilai Q e, Q c dan r p yang disajikan pada tabel 2. Selanjutnya nilai-nilai pada Tabel 2 di atas diplotkan dalam grafik dalam bentuk hubungan : rasio tekanan kompressor dengan Laju perpindahan kalor pada, kemudian hubungan rasio tekanan kompressor dengan Laju perpindahan kalor pada kondensor. Grafik-grafik tersebut dibuat untuk melihat efek/pengaruh antara antara variabelvariabel tersebut. Hubungan antara rasio tekanan kompressor dengan Laju perpindahan kalor pada digambarkan pada Gambar 2, sementara hubungan antara rasio tekanan kompressor dengan Laju perpindahan kalor pada kondensor diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 2. Mesin Refreigerasi R 633 Tabel 1. Data hasil eksperimen pada Tekanan atmosfir lokal 101 kn/m 2 Nomor uji 1 2 3 4 5 Tekanan Ukur Evap. p e gauge (kn/m 2 ) -67-68 -68-69 -68 Tekanan abs. Evap.p e abs (kn/m 2 ) 34 33 33 32 33 Temperatur, t 5 ( O C) 7.0 3.5 3.5 3.5 3.5 MEKTEK TAHUN IX NO.1,JANUARI 2007 25

Tabel 1 (lanjutan) Nomor uji 1 2 3 4 5 Laju aliran massa air evap. m e (gm/s) 20 20 20 20 20 Temperatur air masuk evap. t 1 ( O C) 27 27 27 27 27 Temperatur air keluar evap. t 2 ( O C) 25.5 25.5 25.5 25.5 25.5 Tekanan ukur kond. p c gauge, (kn/m 2 ) -40-30 -20- -11 5 Tekanan abs. Kond. p c abs (kn/m 2 ) 61 71 81 90 106 Temperatur kondensor, t 6, ( O C) 14.5 20 23.4 27.5 30.5 Laju aliran massa air Kond. m c (gm/s) 50 10 5 2 1 Temeperatur air masuk Kond. t 4 ( O C) 27 27 27 27 27 Temperatur air keluar Kond. t 3 ( O C) 29.5 30.5 31.5 32.5 34 Tabel 2.Hasil estimasi nilai Q e, Q c dan r p Perpindahan kalor pada Evap. Q e (w) 125.4 125.4 125.4 125.4 125.4 Perpindahan kalor pada Kond. Q c (w) 527.5 146.3 94.05 45.98 29.26 Rasio tekanan kompressor, r p 1.941 2.151 2.454 2.813 3.212 Perpindahan kalor pada evap., watt 145 135 125 115 105 95 85 75 1.5 2 2.5 3 3.5 Rasio tekanan kompressor, rp Gambar 3. Grafik hubungan antara rasio tekanan kompressor dengan Laju perpindahan kalor pada 26

Efek Rasio Tekanan Kompresor Terhadap Unjuk Kerja Sistem Refrigerasi R-141B 600 Laju perpindahan kalor pada Kondensor, Qe, watt 500 400 300 200 100 0 1.8 2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 Rasio tekanan kompressor, rp Gambar 4. Grafik hubungan antara rasio tekanan kompressor dengan laju perpindahan kalor pada kondensor Berdasarkan grafik pada Gambar 3, terlihat bahwa tidak ada pengaruh rasio tekanan kompressor terhadap Laju perpindahan kalor pada. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan rasio tekanan pada kompressor tidak mempengaruhi energi yang hilang ke air pendingin. Selanjutnya pada Gambar 4 terlihat bahwa terdapat pengaruh signifikan rasio tekanan kompressor terhadap Laju perpindahan kalor pada kondensor dimana naiknya rasio tekanan kompressor mengakibatkan turunnya Laju perpindahan kalor pada kondensor. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan rasio tekanan kompressor menurunkan kerugian/kehilangan energi pada kondensor, namun hal ini perlu dibatasi karena akan berakibat pada tidak efektifnya fungsi pendingin pada kondensor. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil eksperimen dan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Rasio tekanan kompressor tidak berpengaruh terhadap Laju perpindahan kalor pada Rasio tekanan kompressor berpengaruh terhadap laju perpindahan kalor pada kondensor, dimana peningkatan rasio tekanan kompressor menurunkan laju perpindahan kalor pada kondensor. 6. Daftar Pustaka Arismunandar, Wiranto, 1981, Penyegar Udara, PT. Pradnja Paramita, Jakarta Holman, J.P., 1997, Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jakarta P.A. Hilton, 1997, Experimental Opearting and Maintanance Manual Refrigeration Cycle DemonstrasionUnit R633, Horsebridge, England Patabang, Daud, Kristian Seleng, 2003, Efek Temperratur Evasporasi dan Kondensasi terhadap Laju Refrigerant dan Luaran Kalor pada Sistem Pendingin, Majalah Ilmiah Mektek Tahun V no. 12. Joel Rayner, nd., Basic Engineering Thermodynamic in SI Unit, Longman Group Limited MEKTEK TAHUN IX NO.1,JANUARI 2007 27