BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inggris, yaitu Effectiveness of the Legal Theory, bahasa Belanda disebut

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil

Pasal 48 yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara Hukum. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

MANFAAT DAN JANGKA WAKTU PENAHANAN SEMENTARA MENURUT KITAB UNDANG HUKUM ACARA PIDANA ( KUHAP ) Oleh : Risdalina, SH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberlakuan Undang-undang nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum yang menjunjung tinggi keadilan serta

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEBAGAI PEMBERI KETERANGAN AHLI DAN SAKSI DALAM KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pengaruhnya sangat luas. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

I. PENDAHULUAN. prinsip hukum acara pidana yang mengatakan peradilan dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 perubahan ketiga.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Selanjutnya disebut KUHP), dan secara

A. Penerapan Bantuan Hukum terhadap Anggota Kepolisian yang. Perkembangan masyarakat, menuntut kebutuhan kepastian akan

BAB IV. A. Bantuan Hukum Terhadap Tersangka Penyalahgunaan Narkotika. Dalam Proses Penyidikan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

NASKAH PUBLIKASI KEKUTAN PEMBUKTIAN BUKTI ELEKTRONIK DALAM PERSIDANGAN PIDANA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Efektifitas Hukum Istilah teori efektifitas hukum berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu Effectiveness of the Legal Theory, bahasa Belanda disebut dengan Effectiviteit van de Juridische Theorie, bahasa Jermannya yaitu Wirksamkeit der Rechtlichen Theorie. Tujuan dari pengaturan perundangundangan sudah pasti untuk ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, baik untuk aparatur Negara ataupun masyarakat biasa tanpa pandang bulu karena semua orang sama dimata hukum. Akan tetapi terkadang peraturan yang ada justru tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuanya atau dapat dikatakan tidak efektif dalam pelaksanaanya. Biasanya disebabkan karena ketidak jelasan daru peraturan perundang-undangannya itu sendiri atau kabur, selai itu bisa jadi karena aparat hukumnya yang tidak tegas dalam menegakkan peraturan tersebut, atau dari masyarakatnya yang memamg tidak mau menaati peraturan yang ada, senginnga membuat suatu pengaturan perundang- undanagn tersebut mendaji tidak efektif. Hans Kelsen menyajikan definisi tentang efektifitas hukum, efektifitas hukum adalah apakah orang pada kenyataannya berbuat menurut suatu cara untuk menghindari sanksi yang diancamkan oleh norma hukum atau bukan, dan apakah sanksi tersebut benar dilaksanakan bila syaratnya 16

terpenuhi atau tidak terpenuhi 1. adapun beberapa teori-teori hukum yang dijelaskan oleh para ahli yaini menurut Lawrence M Friedman mengemukakan 3 unsur yang harus diperhatikan dalam penegakan hukum. 2 Ketiga unsur tersebut meliputi struktur, substansi dan budaya hukum. 1. Pengertian struktur hukum terdiri dari: a. Jumlah dan ukuran pengadilan yurisdiksinya. b. Bagaimana mengajukan banding dari satu pengadilan ke pengadilan lainnya. c. Bagaimana legislatif diatur. 2. Pengertian zat meliputi: a. Norma dan perilaku masyarakat dalam sistem hukum. b. Produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang berada dalam sistem hukum adalah keputusan-keputusan yang mereka buat dan aturanaturan baru yang mereka terapkan. 3. Budaya hukum sebagai sikap dan nilai yang ada hubungannya dengan hukum dan sistem hukum. Budaya hukum dibagi menjadi dua, yaitu: a. Budaya hukum eksternal. b. Budaya hukum internal 1 Hans Kelsen.2006.Teori Umum Tentang Hukum dan Negara.Bandung.Penerbit Nusa Media hlml.38 2 Lawrence M Friedman.Op.cit.Hal 7 17

Teori Efektivitas hukum adalah teori yang mempertimbangkan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan serta penerapan dan penegakan hukum. Efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5(lima) faktor, yaitu: 1. Faktor Hukumnya itu sendiri (Undang-Undang) 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum hukum 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. 3 Yang dimaksud pada poin pertama yaitu untuk mengetahui sejauh mana hukum itu dapat berjalan dengan baik atau tidaknya kembali lagi kepada regulasi yang mengaturnya. Poin kedua yakni terkait dengan kinerja dari aparat hukum yang menjadi salah satu komponen penting efektif atau tidaknya hukum tersebut, disini sudah jelas bahwa aparat yang diharapkan tentu saja yang profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penegak hukum. Poin ketiga berkaitan dengan tersedianya sarana dan 3 Soerjono Soekanto,1983, Penegakan hukum, bina cipta, Bandung, hlm.80 18

prasarana dalam menunjang kinerja dari penegak hukum sebagai alat yang digunakan untuk mencapai efektifitas hukum itu sendiri. Selanjutnya pada poin keempat berkenaan dengan masyarakat dimana dalam melihat seberapa efektif hukum tersebut perlu dilihat juga dimana hukum itu diberlakukan dan diterapkan seperti apa lingkungan dari masyarakat itu sendiri. Dan yang terakhir pada poin kelima yakni kita harus melihat seperti apa kebudayan dalam pergaulan hidup itu sendiri dalam rangka seberapa efektif penerapan hukum tersebut. Teori efektifitas hukum yang dikemukakan Soerjono Soekanto sangat relevan dengan teori yang dikemukakan oleh Romli Atmasasmita yaitu bahwafaktor-faktor yang menghambat efektivitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikapmental aparatur penegak hukum (Hakim, Jaksa, Polisi dan pe nasihat Hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang sering diabaikan. 4 Dari apa yang telah di paparkan diatas terkait dengan efektivitas, penulis berpendapat bahwa efektifitas yang dibhas dalam penelitian penulis ialah efektivitas hukum, yaitu dimana kita dapat melihat peraturan perundangundangan atau hukum tertulis yang dibuat kemudian ada atau tidaknya perubahan dari diterapkannya hukum tersebut kepada masyarakat. Efektivitas pun di pengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat tidak berjalan dengan lancar sebuah efektivitas hukum itu. 4 Romli Atmasasmita, 2001, Reformasi Hukum, Hak asasi manusia & Penegakan hukum, Mandar maju, Bandung, hlm.55 19

B. Tinjauan Umum Mengenai Lalu Lintas Didalam Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas didefinisikan sebagai ( gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas, sedangkan yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang, atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung ). Menurut Subekti lalu lintas adalah ( Segala penggunaan jalan umum dengan suatu alat pengangkut. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional sebagai upaya untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lalu lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan potensi dan perananya untuk menciptakan keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan, ketertiban berlalu lintas dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pembangan ilmu pengetahuan, serta mengurangi tingkat angka kecelakaan ). 5 Lalu lintas adalah kegiatan kendaraan, orang atau binatang yang lewat atau bergerak di jalan. Permasalahan dalam lalu lintas adalah keseimbangan antara kapasitas jaringan jalan dengan jumlah kendaraan dan orang yang melintasi jalan tersebut. Jika kapasitas jaringan jalan hampir jenuh, apalagi terlampaui, akan terjadi kemacetan. Masalah ini sering disebut sebagai angkutan. 6 5 Subekti. 1983.Kamus Hukum. Jakarta.Pradnya Paramita. hlm. 74 6 Suwardjoko P. Warpani, Pengelolaan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, (Bandung: Penerbit ITB,2002) 20

Terdapat tiga komponen yang tidak bisa ditinggalkan saat berbicara tentang lalu lintas yaitu : a. Manusia Manusia disini merupakan komponen yang tidak boleh terlewatkan, karena manusia sebagai pengemudi atau pun sebgai pejalan kaki dijalan dngan keadaan yang tidak sama atau dengan kondisi yang berbeda-beda tiap individu. b. Kendaraan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( UU LLAJ ) tentang lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan adalah Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor. Kendaraan juga berkaian dengan apa yang kita kemudikan yang digunakan atau dikendarai oleh manusia itu sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indinesia Tahun 1993 Tentang Kendaraan jenis kendaraan bermotor terbagi menjadi : 1. Sepeda Motor 2. Mobil Penumpang 3. Mobil Bus 4. Mobil Barang 5. Kendaraan Khusus c. Jalan 21

Jalan adalah prasarana transportasi darat, termasuk semua bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan peralatan yang digunakan untuk transportasi, yang terletak di atas tanah, di atas tanah, di bawah tanah dan/atau di air dan di atas air, kecuali rel kereta api, jalan raya, dan jalan raya. kabel (2004 Jalan Raya No. 38 Tahun). Klasifikasi jalan raya didasarkan pada penggunaan jalan raya, kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan raya. Menurut ketentuan 24 spesifikasi infrastruktur jalan, grade jalan dibagi menjadi jalan bebas hambatan, jalan bebas hambatan, jalan sedang dan jalan kecil. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan). 7 d. Sarana dan prasaana lalu lintas Menurut pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung. 7 Gunawan, A. S. (2019). Pengaruh Perilaku Pengendara Sepeda Motor, Karakterristik Lalu Lintas, Kondisi JalandanKonsentrasi Pengendara Terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pada Ruas Jalan Majapahit Semarang. Skripsi. 22

C. Sarana Prasarana Lalu Lintas Pengertian sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Sedangkan pengertian adalah suatu penunjang agar dapat terlaksananya subuah proses. Pun dalam pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan bahwa Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung. Salah satu prasarana dalam lalu lintas adalah alat pengawas dan pengamanan jalan yang dimaksud adalah pengunan elektronik sesuai dengan pasal 272 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi : (1) Untuk mendukung kegiatan penindakan pelanggaran di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat digunakan peralatan elektronik. Alat elektonik yang dimaksud salah satunya adalah rekaman dari Closed Circuit Television (CCTV), ini menjadikan CCTV sebagai bagian dari prasarana yang mana fungsinya sudah jelas untuk menunjang adany sarana itu sendiri. 8 a. Closed Circuit Television (CCTV) Merupakan CCTV (Closed Circuit Television) merupakan sebuah 8 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pasal 272 23

perangkat kamera video digital yang digunakan untuk mengirim sinyal ke layar monitor di suatu ruang atau tempat tertentu. Hal tersebut memiliki tujuan untuk dapat memantau situasi dan kondisi tempat tertentu, sehingga dapat mencegah terjadinya kejahatan atau dapat dijadikan sebagai bukti tindak kejahatan yang telah terjadi.awalnya, gambar dari kamera CCTV hanya dikirim ke ruang pemantauan tertentu melalui kabel, membutuhkan pengawasan langsung oleh operator/petugas keamanan, dan resolusi gambar rendah, yaitu 1 gambar setiap 12,8 detik. Namun dengan perkembangan teknologi yang pesat saat ini, banyak kamera CCTV yang menggunakan sistem teknologi modern. Sistem kamera digital closed-circuit television saat ini dapat dioperasikan atau dikendalikan oleh komputer pribadi atau telepon genggam, selama ada komunikasi internet atau akses GPRS dapat dipantau kapan saja dan di mana saja. Dari adanya rekaman CCTV ini dapat dilakukan penegakan hukum salah stunya adalah tilang elektronik atau biasa di sebut dengan E-tilang yang mana dapat menjerat pelanggar lalu lintas yang terekam oleh CCTV tersebut yang kemudian akan diproses lebih lanjut. b. Tindak Pidana Lalu Lintas Tinak Menurut Moeljatno dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana, istilah tindak pidana diterjemahkan menjadi suatu perbuatan yang dilarang oleh undang-undang larangan, disertai dengan ancaman (sanksi) dalam bentuk kejahatan tertentu, terhadap siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh aturan dan harus dihukum, tetapi pada saat 24

yang sama ingat bahwa larangan itu untuk suatu perbuatan, yaitu suatu keadaan atau peristiwa tertentu. Melalui tindakan orang. Meskipun ancaman pidana ditujukan kepada orang yang menyebabkan kejadian tersebut. 9 Selaras dengan apa yang di katakan oleh Moeljatno, Lamintang dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undangundang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. 10 telah dilakukan dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. 11 Dari pendapat para ahli tersebut penulis dapat mengartikan bahwasannya pengertian dari tindak pidana itu adalah segala sesuatu yang telah diatur dalam undang-undang tatapi dilanggar dan oleh sebab itu maka atas perbuatan pelangarannya tersebut pelanggar tersebut harus mempertanggung jawabkan apa yang ia lakukan, baik itu secara sengaja atau pun tidak. Sedangkan yang dimaksud dengan Tindak pidana lalu lintas sendiri ialah sebuah tindak pelanggaran yang dilakukan dengan tidak mematuhi peraturan perundang-undangan yang mana mengatur tentang lalu lintas. Adapun beberapa Tindak pidana lalu lintas yang sering terjadi di masyaraat. 10 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 54. 11 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia,(Bandung: Sinar Baru, 1994), hal. 172. 25

Sesuai Pasal 106 Berbunyi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan wajib memenuhi ketentuan yang terccantum dalam pasal tersebut. D. Teori Penegakan Hukum Memahami hukum merupakan hal utama yang perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum membahas penegakan hukum itu sendiri. Hukum merupakan landasan dalam melaksanakan suatu penegakan hukum. Berikut beberapa pengertian hukum menurut para ahli, antara lain: Menurut E. Utrecht: Hukum adalah seperangkat petunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur ketertiban dalam suatu masyarakat yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar. dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah dari masyarakat itu. Menurut Immanuel Kant: Hukum adalah keseluruhan kondisi kehendak bebas orang untuk dapat menyesuaikan diri dari kehendak bebas orang lain, dengan mengikuti kaidah kemerdekaan. Menurut Thomas Hobbes : Hukum adalah perintah dari orang yang mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan memaksakan perintahnya. 21 1. Penegakan Hukum Penegakan hukum merupakan tugas eksekutif dalam struktur kelembagaan negara modern, dan dilaksanakan oleh birokrasi dari eksekutif dimaksud, atau yang disebut birokrasi penegakan hukum. Eksekutif dengan birokrasinya merupakan bagian dari mata rantai untuk mewujudkan rencana 26

yang tercantum dalam peraturan (hukum) sesuai dengan bidang-bidang yang ditangani (welfare state). Penegakan hukum menurut pendapat Soerjono Soekanto Merupakan kegiatan mengkoordinir hubungan antara nilai-nilai yang tertuang dalam kaidah, cara pandang yang kokoh dan diwujudkan dalam sikap, sebagai rangkaian tahapan akhir penafsiran nilai, guna terciptanya kehidupan sosial yang damai. 12 Penegakan adalah proses usaha untuk melaksanakan atau benarbenar menjalankan norma-norma hukum sebagai kode etik lalu lintas atau hubungan hukum antara masyarakat dan kehidupan berbangsa. Dari segi subjek, penegakan hukum dapat menjadi subjek luas atau dapat dipahami sebagai upaya untuk menegakkan hak subjek dalam arti sempit. Secara umum, proses penegakan hukum mencakup semua badan hukum dalam hubungan hukum yang berbeda. Siapa pun yang menerapkan aturan normatif atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan standar hukum saat ini berarti mereka memperkenalkan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari sudut pandang fundamental, penegakan hukum hanya berkaitan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum tertentu untuk menjamin dan menjamin berjalannya supremasi hukum secara normal. Dalam proses memastikan bahwa hukum ditegakkan, jika perlu, izinkan aparat penegak hukum untuk menggunakan kekuatan paksa. 13 Sementara itu dalam penegakan hukum pastilah terdapat aparat 12 Soerjono Soekanto,1983, Penegakan hukum, bina cipta, Bandung, hlm 03 13 Asshiddiqie,J. (2013). Penegakan Hukum. diakses dari http://www. jimly. com/makalah/namafile/56/penegakan_hukum. pdf pada tanggal, 3. 27

hukum yang berberan sebagai penegak hukumnya adalah sebagai berikut : a. Advokat b. Advokat Advokat atau pengacara merupakan salah satu penegak hukum di Indonesia yang mana mendampingi, membantu, membela seseorang sebagai tersangka, terdakwa atau orang yang dilukai atau saksi yang sedang berhadapan dengan perkara hukum;. Keberadaan advokat sebagai penegak hukum terdapat dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 yang didalamnya menyatakan bahwa Advokat mempunyai status sebagai alat penegakan hukum yang bersifat bebas dan mandiri dimana dirinya mendapat jaminan penuh dari hukum serta perlindungan dari peraturan perundang undangan. c. Kepolisian Kepolisian merupakan unsur penting sebagai aparat penegak hukum Didalam pasal 2 Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 yang mengupas tentang kepolisian dimana didalamnya menyatakan bahwa: "Kepolisian adalah sebagai fungsi pemerintah negara dibidang pemeliharaan keamanan, pengayoman, keselamatan, perlindungan, kedisiplinan, ketertiban. Kenyamanan masyarakat, dan sebagai pelayanan masyarakat secara luas. Adapun tugas dari kepolisian terdapat dalam Pasal 13Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: 1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 2. menegakkan hukum; dan 28

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. d. Kehakiman Hakim adalah hakim Mahkamah Agung dan hakim badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada lingkungan peradilan khusus. Sebagai hakim menjalankan tugasnya di pengadilan, pengadilan memiliki tugas dan kewajiban untuk mendengar, mengadili, dan mengadili suatu perkara yang telah diajukan ke pengadilan. Sesuai dengan Seni. 1 butir 8 UU no 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Jelaskan bahwa hakim adalah pejabat pengadilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. e. Kejaksaan Mengenai jaksa telah diatur dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2004 yang didalamnya menyatkan bahwaa " Kejaksaaan merupakan salah satu bagian terpenting dilembaga eksekutif yang selamanya akan tunduk padaa presiden, tetapi kejaksaan memiliki fungsi lain yaitu sebagai bagian dari lembaga yudikatif yang juga berkaitan dengan tindak pidana hukum dan kejahatan seseorang yang sedang dalam putusan pengadilan. f. Petugas Pembina Narapidana/Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Sesuai dengan kutipan dari pasal 1 angka 3 UU no. 12 tahun 1995 bahwa LAPAS sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan berbagai 29

macam pembinaan dan perbaikan moral serta prilaku para narapidana dan senmua yang termasuk anak didi lembaga pemasyarakata Lembaga Pemasyarakatan adalah lembaga yang berada di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang memiliki misi pembinaan terhadap narapidana. Narapidana adalah pelaku tindak pidana yang telah kehilangan kemerdekaannya (penjara) dan sedang menjalani pidana di LAPAS. 1. Pembuktian dan Alat bukti Pembuktian adalah perbuatan membuktikan atau memperlihatkan bukti, melakukan sesuatu kebenaran, melaksanakan, menandakan menyaksikan dan meyakinkan.pembuktian dapat dikatakan menjadi tahap yang paling penting dalam menentukan proses peradilan pidana yang dikarenakan pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti atau tidaknya seorang terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan oleh penuntut umum. Tata cara pembuktian tersebut dimuat dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Menurut Subekti yang berpandangan bahwa membuktikan adalah upaya untuk meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan. 14 Sedangkan menurut Andi Hamzah, teori dalam sistem pembuktian, yakni sebagai berikut: a. Sistem atau teori berdasarkan berdasarkan Undang- 14 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Liberty), Yogyakarta, 2006, hlm 135 30

undang secara psoitif (positive wetteljik bewijstheorie) b. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim saja (conviction intimec. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis (laconviction raisonnee) d. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan Undang-undang secara negatif (negatief wettellijk bewijs theotrie). Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yangdibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan. 15 Ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang didakwakan. 16 Dalam proses pembuktian, tentu juga harus adanya bukti yang bersangkutan sesuai yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 184 Ayat (1) : Bukti tersebut dalah sesuatu hal (peristiwa dan sebagainya) yang cukup untuk memperlihatkan kebenaran sesuatu hal (peristiwa dan sebagainya).edangkan alat bukti sendiri bahwa evidence (bukti) memiliki arti, yaitu informasi yang memberikan dasar-dasar yang mendukung suatu keyakinan bahwa beberapa bagian atau keseluruhan fakta itu benar. Dalam sistem KUHAP, barang bukti (corpus delicti) itu sendiri bukan merupakan suatu alat bukti, melainkan merupakan bukti tambahan terhadap alat-alat bukti yang sah menurut KUHAP, yaitu sebagai bukti tambahan terhadap alat bukti keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. 17 ayat Istilah alat pembuktian yang terdapat dalam rumusan Pasal 197 (1) huruf d KUHAP mencakup alat bukti dan barang bukti. 15 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 256-257 16 M.Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali: Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm 273. 17 Undang-Undang Hukum Acara Pidana Pasal 184 Ayat (1) 31

Hubungan antara alat bukti dengan barang bukti dalam sistem KUHAP, yaitu alat bukti merupakan alat untuk menerangkan keterkaitan suatu barang bukti dalam suatu perkara pidana. Dengan demikian barang bukti merupakan alat pembuktian yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan perlu diterangkan mengenai keterkaitannya dengan suatu perkara pidana oleh suatu alat bukti. Prof. Andi Hamzah mengatakan, : barang bukti dalam perkara pidana adalahbarang bukti mengenai mana delik tersebut dilakukan (objek delik) dan barang dengan mana delik dilakukan (alat yang dipakai untuk melakukan delik), termasuk juga barang yang merupakan hasil dari suatu delik. ayat Adapun alat bukti yang sah sebagaimana diatur didalam pasal 184 (1) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yakni sebagai berikut: a. Keterangan sakasi b. Keterangan ahli c. Surat d. Petunjuk e. Keterangan terdakwa Selain dampak positif, perkembangan zaman saat ini juga akan memberikan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah pola kejahatan yang semakin maju dan kompleks. Jika dari segi alat bukti, digunakan saat sidang yakni yang tercantum dalam KUHP yang mana telah mengatur hal-hal tersebut tetapi tidak mengatur mengenai berkembangnya zaman.beberapa pasal dalam KUHAP tidak ada hubungannya dengan situasi 32

saat ini dan perlu direvisi. Oleh karena itu, KUHAP harus disesuaikan dengan keadaan saat ini, karena menurut penafsiran Pasal 184 KUHAP hanya memberikan lima (lima) alat bukti yang sah. sebagai alat bukti untuk membuktikan kesalahan pelaku. 18 Hal ini telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya tentang keberadaan rekaman CCTV yang merupakan salah satu bentuk dokumen elektronik dalam beberapa hukum positif yang ada di Indonesia yang masih berlaku. Pertama, KUHAP tidak mengakui keberadaan rekaman CCTV ini karena keterbatasan sifat dalam pasal 184 KUHAP, yang membatasi alat bukti di persidangan. Perkembangan zaman yang tak terbendung telah melahirkan aturan-aturan di luar KUHAP yang memperhatikan keabsahan alat bukti lain selain yang dimaksud dalam Pasal 184. 19 Penggunaan closed-circuit television sebagai alat bukti dalam Hukum Acara Pidana Indonesia erat kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XIV/2016 tanggal September 7, 2016. Tak terpisahkan. Televisi sirkuit tertutup termasuk dalam pengertian informasi elektronik dan berkas elektronik dalam alinea pertama dan alinea keempat Pasal 1 UU Teknologi Informasi, merupakan alat bukti yang sah dalam hukum acara yang berlaku, sehingga dapat digunakan 18 Yenny, A.S.,Purba,C.S., & Lipi, L. (2017). Kedudukan Closed Circuit Television Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara Pidana.Jurnal Hukum Media Bhakti,1(2), 170-181. 19 Juniarta, I. B. G. A. (2018). Legalitas Rekaman Circuit Closed Television (CCTV) Dalam Proses Pembuktian di Persidangan. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal), 7(1), 36-50. 33

sebagai alat bukti dalam perkara pidana. hukum acara. Proses penyidikan, penuntutan, dan persidangan diatur dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 44 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). 34