PERBANDINGAN VARIASI DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR OTTO ENGINE BE50

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN PERUBAHAN DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN BE50

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

PENGARUH CAMPURAN METANOL TERHADAP PRESTASI MESIN

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi

ANALISA VARIASI BENTUK JET NEEDLE KARBURATOR PADA MOTOR4 TAK 125 CC BERBAHAN BAKAR E 100 DENGAN SISTEM REMAPPING PENGAPIAN CDI

Spesifikasi Bahan dan alat :

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI ELEKTRODA BUSI TERHADAP PERFORMA MOTOR BENSIN TORAK 4 LANGKAH 1 SILINDER HONDA SUPRA-X 125 CC

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGGUNAAN PORT FUEL INJECTION (PFI) SEBAGAI SISTEM SUPLAI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN DUA-LANGKAH SILINDER TUNGGAL

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

BAB II LANDASAN TEORI

Jurnal Teknik Mesin UMY

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Kata kunci: campuran bioetanol-bensin, indikator kinerja mesin, emisi gas buang.

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

KAJIAN UNJUK KERJA MESIN BENSIN TOYOTA TIPE KE20F DENGAN VARIASI PENAMBAHAN TEKANAN DAN SUHU UDARA MASUK PADA KARBURATOR

Pengaruh Ignition Timing Mapping Terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Engine SINJAI 650 CC Berbahan Bakar Pertalite RON 90

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

I. PENDAHULUAN. Katakunci : Electronic Control Unit, Injection Control, Maximum Best Torque (MBT), Ignition Timing, Bioetanol E100.

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI SUDUT BUTTERFLY VALVE PADA PIPA GAS BUANG TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BENSIN 4 LANGKAH

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

Abstract. Keywords: Performance, Internal Combustion Engine, Camshaft

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20

KATA PENGANTAR. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Medan Area. Dalam hal ini Tugas Sarjana yang penulis buat dengan judul ANALISA

UNJUK KERJA MESIN BENSIN 4 SILINDER TYPE 4G63 SOHC 2000 CC MPI

BAB II DASAR TEORI Motor Bakar Empat Langkah [4].

Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin Dengan Turbojet Accelerator

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

I. PENDAHULUAN. Kata kunci - Bioetanol, Electronic Control Unit, Honda CB150R, rasio kompresi, RON.

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

OLEH : DADANG HIDAYAT ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST., MT.

PENGARUH KATALITIK KONVERTER KUNINGAN TERHADAP PENURUNAN EMISI HC DAN CO MESIN OTTO MULTI SILINDER. Oleh, Samuel P.

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI KONFIGURASI MAINJET DAN SLOWJET KARBURATOR MOTOR BENSIN SATU SILINDER 97 CC

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. t 1000

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

: ENDIKA PRANNANTA L2E

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

ANALISA PERFORMA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH 1 SILINDER FUEL INJECTION 125 CC TERHADAP VARIASI CAMPURAN PERTAMAX-ETANOL (E10-E30) SKRIPSI

M.Mujib Saifulloh, Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

Uji Unjuk Kerja dan Durability 5000 Km Mobil Bensin 1497 Cc Berbahan Bakar Campuran Bensin-Bioetanol

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

STUDY PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETHANOL TERHADAP UNJUK KERJA MESIN MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

Karakteristik Emisi Gas Buang Kendaraan Berbahan Bakar LPG untuk Mesin Bensin Single Piston

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE

UJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN CAMPURAN ZAT ADITIF-PREMIUM (C1:80, C3:80, C5:80)

ASPEK TORSI DAN DAYA PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN PREMIUM METHANOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS PADA MESIN SEPEDA MOTOR DITINJAU DARI ASPEK DAYA dan TORSI

PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM, HIDROGEN DAN ETANOL 96% TERHADAP PERFOMANSI DAN EMISI GAS BUANG MESIN GENSET OTTO

Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak perbedaan antara motor bensin dan motor diesel antara lain:

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

Studi Eksperimental Pengaturan Waktu Pengapian Pada Mesin 4 Langkah 1 Silinder Berbahan Bakar E25

ABSTRAK. : I Made Sumaryanta

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

UPAYA PENINGKATAN DAYA MOTOR DENGAN MERUBAH BESARNYA LUBANG KELUARAN GAS BUANG

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Karakterisasi dan Pengembangan Awal Sistem Kontrol pada Mesin Otto Satu Silinder Empat Langkah Berkapasitas 65 cc

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

Analisis emisi gas buang dan daya sepeda motor pada volume silinder diperkecil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMASANGAN SUPERCHARGER TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR BENSIN SATU SILINDER

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PERBANDINGAN VARIASI DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR OTTO ENGINE BE50 Hendry Yoshua Nanlohy Laboratorium Termodinamika dan Motor Pembakaran Dalam Jurusan Teknik Mesin Universitas Sains Dan Teknologi Jayapura Papua email : henly_ustj@yahoo.com Abstrak Jika dilihat dari karakterisitk fisika dan kimia, maka campuran bahan bakar bioethanol dan bensin memiliki peluang yang besar untuk digunakan sebagai bahan bakar. Campuran bahan bakar ini diharapkan dapat mereduksi terjadinya polusi udara yang dihasilkan oleh bensin. Penelitian ini membahas tentang pengaruh dari variasi derajat pengapian terhadap efisiensi termal, konsumsi bahan bakar pada motor bensin. Penelitian menggunakan mesin 125 cc Honda Kharisma SI dan dilakukan pada kondisi setengah bukaan katup dengan variasi derajat pengapian dari 9 o, 12 o, 15 o BTDC.Penelitian menunjukkan bahwa waktu pengapian optimal bensin adalah pada 9 o BTDC dan BE50 pada 12 o BTDC. Kinerja mesin berbahan bakar BE50 pada waktu pengapian optimal jika dibandingkan dengan bahan bakar bensin pada kondisi optimalnya menghasilkan SFC 4,06%, η th 5,61%, EC turun 22,84%. Kata kunci : Bioethanol, derajat pengapian, efisiensi termal, konsumsi bahan bakar. Abstract Comparation study of ignition angle to thermal efficiency and fuel comsuption of Otto Engine BE50. Bioethanol blended in premium gasoline have great chances viewed from phisical/chemical charactheristic. Hope that the use of bioethanol as fuel can reduce air pollution level produced by gasoline. This experiment will discuss the effect of ignition to peformance and exhaust emission on the use of gasoline-bioethanol blended as fuel. Peformance search are specific fuel consumption, and thermal efficency. Experiment warked on half open trotthle with variating ignation timing to 9, 12 and 15 degrees BTDC. Blend composition used 50% bioethanol volume in premium gasoline. A 125 cc Honda Kharisma SI engine was used. The result demonsrated that optimal ignition timing for gasoline is 9 degree BTDC, and on BE50 is 12 degree BTDC. Key words : Bioethanol, ignition timing, termal efficiency, sfc. 1. Pendahuluan Penelitian tentang penggunaan bahan bakar ethanol dengan waktu pengapian yang konstan untuk digunakan pada kendaraan bermotor sudah pernah dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Syamsul Hadi tahun 1989 menggunakan komposisi volume ethanol 5%,10%,15% dan 20%. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ethanol yang dicampur dengan bensin akan meningkatkan angka oktan dan mengurangi emisi CO dan UHC. Penelitian untuk komposisi 30 % ethanol dengan variasi waktu pengapian pernah dilakukan oleh G E Andrew, PhD dan F M Salih, BSc, PhD dari Universitas Leeds. Hasilnya adalah penurunan emisi didapat dengan memajukan waktu pengapiannya. Dengan waktu pengapian yang lebih maju, emisi NOx menurun secara signifikan. Penelitian ini akan menggunakan mesin Honda Kharisma 125 cc empat langkah berbahan bakar bensin dengan bioethanol50%. Penggunaan bahan bakar bensin-bioethanol akan menyebabkan menurunnya unjuk kerja mesin. Oleh 211

karena itu, salah satu cara yang diupayakan untuk meningkatkan unjuk kerja mesin adalah dengan menentukan range derajat waktu pengapian yang optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pengapian dan untuk menentukan range waktu pengapian optimum dari pemakaian bahan bakar bensin-bioethanol pada otto engine 4 langkah terhadap effisiensi termal (η th ), konsumsi bahan bakar (sfc) dibandingkan dengan bahan bakar bensin. Waktu Pengapian Untuk mendapatkan tenaga yang maksimal dari engine maka campuran udara-bahan bakar terkompresi harus memberikan tekanan yang maksimal pada awal langkah ekspansi, sehingga pembakaran harus dimulai sebelum piston mencapai TDC (top death centre). Hal ini dilakukan karena terjadi jeda (time lag) antara pencetusan bunga api (spark) dengan awal terjadinya pembakaran bahan bakar dan juga tergantung sifat pembakarannya (combustion properties) masingmasing bahan bakar mempunyai waktu tertentu untuk mengakhiri proses pembakaran. Akibatnya adalah tekanan maksimum tidak dapat dihasilkan pada saat volume ruang bakar minimum (TDC) sehingga muncul time losses. Pengaturan waktu pengapian yang tepat merupakan hal yang penting karena masing-masing engine memiliki waktu pengapian optimal pada kondisi standarnya. Jika pencetusan bunga api terlalu cepat (soon) maka akhir pembakaran akan terjadi sebelum langkah kompresi selesai sehingga tekanan yang dihasilkan akan melawan arah gerakan piston yang berakibat pada penurunan tenaga yang dihasilkan, hal ini disebut direct losses. Dan sebaliknya jika pencetusan bunga api terlalu lambat (late) maka piston sudah melakukan langkah ekspansi sebelum terbentuk tekanan yang tinggi akibatnya tenaga yang dihasilkan tidak maksimal. Berikut ini adalah beberapa hal yang mempengaruhi waktu pengapian (ignition timing): 1. Kecepatan engine Dengan naiknya kecepatan engine maka laju pembakaran akan naik sehingga waktu penyalaan harus lebih lambat. 2. Campuran bahan bakar-udara Semakin kaya campuran bahan bakar udara maka pembakaran akan lebih cepat. Sehingga waktu penyalaan harus dilambatkan mendekati TDC. 3. Bagian beban operasi Persentase beban operasi diatur dengan bukaan katup (throttle). Pada beban-beban sebagian waktu penyalaan harus dimajukan. 4. Tipe bahan bakar Ignition delay akan bergantung jenis bahan bakar yang digunakan. Untuk mendapatkan tenaga yang maksimal maka pada bahan bakar dengan laju pembakaran yang lambat waktu pengapian harus dimajukan. Sifat Campuran Bensin-Ethanol Alkohol ringan seperti ethanol merupakan senyawa yang mudah menarik air dan larut dalam air dalam segala perbandingan. Untuk itu dalam system distribusi bahan campuran bensin-ethanol harus benar-benar kering atau bebas dari kontaminasi air. Apabila campuran bensin-ethanol mengalami kontak yang telah melebihi batas toleransinya maka terjadi separasi sebagian ethanol akan terekstrak oleh air sehingga akan terbentuk dua fasa dengan sifat berbeda. Fasa bagian atas lebih kaya akan hidrokarbon dan fasa bagian bawah lebih kaya akan ethanol dan air. Lapisan bagian bawah yang kaya akan ethanol dan air ini tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar karena dapat mematikan mesin sat mencapai karburator. Disamping itu campuran bensin-ethanol dapat menyebabkan korosi yang serius terhadap baja, logam-logam yang umum digunakan sebagai bahan karburator dan komponen engine lainnya. Toleransi air dalam suatu system alcohol-hidrokarbon adalah jumlah maksimum air di dalam campuran yang dapat larut pada temperatur tertentu. Toleransi air dari campuran bensin-alkohol tergantung pada temperatur, jenis dan konsentrasi alcohol serta karakteristik bensin terutama kandungan aromatiknya. q Pengaruh Temperatur terhadap Nilai Toleransi Air. Kecenderungan toleransi air akan naik dengan q kenaikan temperature. Pengaruh Jenis dan Kadar Alkohol terhadap Toleransi Air. Jenis dan jumlah senyawa alkohol yang dipakai sebagai bahan pencampur di dalam bensin dapat mempengaruhi nilai toleransi terhadap air. Dengan naiknya kadar alkohol yang ditambahkan ke dalam bensin akan menaikkan nilai toleransi air. q Pengaruh Karakteristik Bensin Khususnya Kandungan Aromatik terhadap Toleransi Air Semakin besar kandungan aromatik maka toleransi terhadap air akan semakin naik pula. 2. Metode Penelitian Alat uji dan alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Otto engine Honda Kharisma 125 cc, Dinamometer, Timbangan torsi GCM, Strobotester, Motor Vehicle Exhaust Gas Analyzer, Tabung Ukur 250 ml, Thermohigrometer, Digital Stop Watch, Blower. 212

Prosedur Penelitian 1. Pengecekan terhadap kondisi kerja mesin pada waktu pengapian 9 o, 12 o, 15 o BTDC. 2. Mengkopel engine dengan water brake dynamometer beserta timbangan torsi yang dibutuhkan. 3.. ± 5 menit engine dijalankan pada kondisi standar dengan bahan bakar, pada putaran 4000 rpm s/d 7500 rpm dan blower dihidupkan untuk pendinginan engine agar menghindari terjadinya over heat. 4. Menaikkan putaran engine sampai kondisi half open throtlle tercapai. 5. Pembebanan dilakukan dengan mengatur bukaan katup air secara perlahan-lahan hingga 7500 rpm dan mencatat konsumsi bahan bakar, temperatur gas buang ( o C), emisi CO (%) dan HC (ppm) serta waktu (detik) untuk pemakain 10 ml bahan bakar. 6. Ulangi langkah ke enam dengan terlebih dahulu menurunkan putaran mesin sebesar 500 rpm. Langkah ini dilakukan sampai putaran mesin mencapai 4000 rpm. 7. Setelah itu pengujian dilakukan dengan melakukan perubahan variasi igniton timing yang berbahan bakar bensin bioethanol dengan langkah 1 s/d 7 dan waktu pembakarannya dimajukan tiap 3 derajat. 8. Akhir pengujian dari tiap variasi, maka engine dimatikan dengan cara katup air ditutup secara perlahan-lahan, setelah itu bukaan katup karburator dikembalikan pada kondisi idle kemudian engine dan blower dimatikan. 9. Data hasil pengujian dihitung untuk mengetahui besarnya efisiensi termal yang dihasilkan oleh engine dengan berbagai variasi ignition timing dan jenis bahan bakar. 3. Analisa dan Pembahasan Analisa η th, SFC ( Bensin ). Effisiensi termal merupakan ukuran besarnya pemanfaatan energi yang terkandung di dalam bahan bakar untuk dirubah menjadi daya efektif. Tingginya nilai effisiensi termal dihasilkan oleh pembakaran di dalam ruang bakar yang semakin sempurna. Hasil percobaan dengan bahan bakar bensin untuk semua waktu pengapian ditunjukkan pada gambar 1. Terlihat secara umum bahwa dengan bahan bakar bensin effisiensi termal maksimum didapat pada waktu pengapian 9 o BTDC dan minimum pada 15 o BTDC. Artinya pada waktu pengapian 9 o BTDC bahan bakar yang disemprotkan ke ruang bakar akan efektif digunakan untuk membangkitkan daya. kompresi, sehingga heat loss rendah. Hal ini ditunjukkan dengan spesific fuel consumption (sfc) dengan waktu pengapian 9 o BTDC yang rendah, seperti ditunjukan gambar 2 efisiensi termal dan spesific fuel consumption dihubungkan dengan persamaan berikut : η th 632,5 = 100% sfc Q Dari grafik terlihat bahwa harga sfc dengan waktu pengapian 9 o BTDC lebih rendah dari sfc dengan waktu pengapian 12 o dan 15 o BTDC. Berarti dengan waktu pengapian 9 o BTDC, bahan bakar yang dikonsumsi engine untuk menghasilkan daya sebesar EFISIENSI % 27 26 25 24 23 22 21 20 19 Gambar 1. Efisiensi termal pada variasi waktu pengapian terhadap putaran dengan bahan bakar bensin bensin 1 hp dalam waktu 1 jam akan lebih sedikit dari pada dengan waktu pengapian 12 o dan 15 o BTDC sehingga effisiensi termal lebih besar. Analisa SFC (BE50) BENSIN Dari grafik pada gambar 3 terlihat bahwa besarnya harga konsumsi bahan bakar, sfc dengan waktu pengapian 12 o BTDC lebih rendah dari sfc dengan waktu pengapian 9 o dan 12 o BTDC. Berarti dengan waktu pengapian 12 o BTDC, maka bahan bakar yang dikonsumsi oleh engine untuk menghasilkan daya sebesar 1 hp dalam waktu 1 jam akan lebih sedikit dari pada dengan waktu pengapian 9 o dan 15 o BTDC sehingga effisiensi termal lebih besar. Dengan waktu pengapian yang mendekati TDC berarti mengurangi jumlah gas yang terbakar selama langkah 213

0.360 BENSIN 30 BE50 0.340 28 BSFC kg/hp jam Gambar 2. Sfc pada variasi waktu pengapian terhadap putaran dengan bahan bakar bensin SFC kg/hp jam 0.320 0.300 0.280 0.260 0.240 0.380 0.360 0.340 0.320 0.300 0.280 0.260 0.240 0.220 Gambar 3. Sfc pada variasi waktu pengapian terhadap putaran dengan bahan bakar BE50. Analisa Effisiensi Termal PENGARUH WAKTU PENGAPIAN TERHADAP SFC 3000 9 BTDC Grafik pengaruh variasi waktu pengapian terhadap effisiensi termal untuk bahan bakar BE50 ditunjukkan pada gambar 4. Effisiensi termal maksimum dicapai antara waktu pengapian 12 o BTDC dimana pada saat itu daya yang dihasilkan maksimum. Sedangkan effisiensi termal minimum berada pada waktu pengapian 9 o BTDC. Walapun pada waktu pengapian 9 o BTDC daya yang dihasilkan lebih kecil jika dibandingkan dengan bensin pada kondisi standar. EFISIENSI % 26 24 22 20 18 16 Gambar 4. Efisiensi pada variasi waktu pengapian terhadap putaran mesin bahan bakar BE50 dibandingkan dengan bensin Namun BE50 mempunyai effisiensi termal yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh lower heating value BE50 yang rendah, yaitu 8427,86 kcal/kg sehingga EC dengan bahan bakar BE50 rendah. 4. Kesimpulan 1. Waktu pengapian optimal bensin adalah pada 9 o BTDC dan BE50 waktu pengapian optimalnya adalah 12 o BTDC. 2. Kinerja mesin berbahan bakar BE50 pada waktu pengapian optimal dibandingkan dengan bahan bakar bensin pada kondisi optimalnya adalah sebagai berikut : o SFC 4,06%. o η th 5,61%. o EC turun 22,84%. 3. Hasil di atas menandakan bahwa penambahan Bioethanol 50% pada bahan bakar bensin dapat digunakan dengan merubah waktu pengapian dan posisi jarum skep pada karburator. 4. Jika menggunakan bahan bakar BE50, maka waktu pengapian dirubah menjadi 12 o BTDC dan jarum skep di karburator pada posisi satu dari bawah. Daftar Pustaka BENSIN AFDC (Alternative Fuels Data Center ) 2005, Facts On Alternative Fuels U.S Department of Energy. Hendry Yoshua Nanlohy Dan Djoko Sungkono KW, Aplikasi Biopetrol Ethanol Dari Nira Kelapa Pada Spark Ignition Engine, Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana 2007, ITS Surabaya 214

Bechtold, Richard L., 1952, Alternative Fuels Guide Book, Properties, Storage, Dispensing and Vehicle Facility Modification. Dody Surawijaya, (2002). Pengaruh Waktu Pengapian Terhadap Unjuk Kerja Dan Emisi Gas Buang Pada Motor Empat Langkah HONDA CB 125 CC Berbahan bakar Bensin Ethanol., ITS Surabaya Hendry Yoshua Nanlohy, ( 2007 ). Pengaruh Variasi Kompresi Dan Penggunaan Bensin-Etanol Terhadap Unjuk Kerja Dan Emisi Gas Buang Pada Motor Empat Langkah. Jurnal Teknologi 323-330, UNPATTI Ambon. Heywood, J. B., 1989, Internal Combustion Engine Fundamental, MC Graw-Hill Book Company, Singapore. Hendry Yoshua Nanlohy,Pengaruh Variasi Choke Karburator Terhadap Performance Otto Engine Satu Silinder Berbahan Bakar Biopetrol Ethanol. Prosiding Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan 2007 ( SENTA 2007 ), ITS Surabaya. Powel, T., Racing Experiences With Methanol and Ethanol-Based Motor Fuel Blends, SAE Paper 750124. 215