PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AWAL TERHADAP CO- GASIFICATION BATUBARA-TEMPURUNG KELAPA PADA REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP KERJA PADA REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

Studi Eksperimen Konversi Biomassa menjadi SynGas Pada Reaktor Bubbling Fluidized Bed Gasifier

STUDI EKSPERIMEN CO-GASIFIKASI BATUBARA- TEMPURUNG KELAPA DENGAN VARIASI EQUIVALENCE RATIO(ER) PADA REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

Studi Eksperimen Gasifikasi Pada Reaktor Fluidized Bed Dengan Bahan Bakar Ampas Tebu

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BED TERHADAP SYNGAS YANG DIHASILKAN BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

PENGARUH UKURAN BAHAN BAKAR TERHADAP HASIL GAS REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN DISTRIBUTOR UDARA JENIS PLAT

Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Kerja Reaktor Bubble Fluidized Bed Gasifire

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi. dalam proses pembakaran limbah biomassa adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

PENGARUH KOMPOSISI BIOMASSA SERBUK KAYU DAN BATU BARA TERHADAP PERFORMA CO-GASIFIKASI REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan

PENGARUH DISTRIBUSI UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE

Pengaruh Kecepatan Udara Terhadap Kerja Reaktor Bubble Fluidized Bed Gasifire

PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

TUGAS AKHIR PENGARUH PENGGUNAAN FILTER DENGAN MEDIA ARANG TEMPURUNG KELAPA, ZEOLIT DAN SILICA GEL TERHADAP GAS YANG DIHASILKAN DARI REAKTOR GASIFIKASI

PENGARUH DISTRIBUTOR UDARA PADA TUNGKU GASIFIKASI UPDRAFT

PEMBERSIH GAS DENGAN MEDIA BONGGOL JAGUNG, ZEOLIT, SERBUK GERGAJI DARI REAKTOR FLUIDIZED BED GASIFIER

SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI BIOMASSA SERBUK KAYU DAN BATU BARA TERHADAP PERFORMANSI PADA CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE DENGAN PENGISIAN ULANG 2 KALI

PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU TIPE DOWNDRAFT

PENGARUH KOMPOSISI BIOMASSA SERBUK KAYU DAN BATU BARA TERHADAP PERFORMA CO-GASIFIKASI REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER

PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL BUTIRAN BIOMASSA TERHADAP LAJU SIRKULASI PADAT PADA SISTEM COLD MODEL DUAL REACTOR FLUIDIZED BED

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

SKRIPSI VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN JERAMI PADI PADA TEKNOLOGI CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED TERHADAP GAS HASIL GASIFIKASI

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

PENGARUH JUMLAH NOZEL DISTRIBUTOR TERHADAP KINERJA FLUIDIZED BED GASIFIER

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah menjadi masalah bagi sebagian besar masyarakat. indonesia, di daerah perdesaan banyak sekali sampah organik kebun

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SERUTAN KAYU JATI

SKRIPSI VARIASI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN LIMBAH BAMBU TERHADAP PERFORMANSI CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED OLEH :

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

SKRIPSI PERFORMANSI CO-GASIFIKASI DOWNDRAFT DENGAN VARIASI KOMPOSISI BAHAN BAKAR TEMPURUNG KELAPA DAN BATU BARA

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

KINERJA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR TONGKOL JAGUNG DENGAN KECEPATAN UDARA 3.0, 4.0, 5.0 m/s

SKRIPSI PERFORMANSI CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED BATU BARA DAN LIMBAH BAMBU DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN BAHAN BAKAR

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT KONTINU

ABSTRAK LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN...

REKAYASA BURNER TUNGKU GASIFIKASI BIOMASSA DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG DAN KETINGGIAN PENYANGGA PADA BURNER

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional.

TUGAS AKHIR PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SERUTAN KAYU JATI

PENGARUH VARIASI PEMANASAN AWAL UDARA DAN PENAMBAHAN UDARA BANTU PADA REAKTOR TERHADAP PERFORMA KOMPOR GASIFIKASI SEKAM PADI TOP LIT UPDRAFT (TLUD)

STUDI GASIFIKASI BERBAHAN BAKAR BRIKET BATUBARA TERHADAP TEMPERATUR PEMBAKARAN

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

PENGARUH VARIASI DESAIN DISTRIBUTOR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

REKAYASA BURNER TUNGKU GASIFIKASI BIOMASSA DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG DAN KETINGGIAN PENYANGGA PADA BURNER

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE DENGAN PENGISIAN ULANG 2 KALI

PENGARUH PENGGUNAAN FILTER DENGAN MEDIA ARANG TEMPURUNG KELAPA, ZEOLIT DAN SILICA GEL TERHADAP GAS YANG DIHASILKAN DARI REAKTOR GASIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

6/23/2011 GASIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH JUMLAH NOZEL DISTRIBUTOR TERHADAP KINERJA FLUIDIZED BED GASIFIER

RANCANG BANGUN TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE BAHAN BAKAR SEKAM PADI

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

STUDI EKSPERIMENTAL KOMPOSISI CAMPURAN ARANG TEMPURUNG KELAPA (CHAR) DENGAN BED MATERIAL TANAH LIAT PADA DUAL REAKTOR FLUIDIZED BED

STUDI GASIFIKASI BERBAHAN BAKAR SEKAM PADI DENGAN VARIASI ISOLATOR DENGAN KECEPATAN UDARA 7,6 M/S

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA DAN PENAMBAHAN UDARA BANTU PADA REAKTOR TERHADAP PERFORMA KOMPOR GASIFIKASI UPDRAFT DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT KONTINU

PENGARUH VARIASI PEMANASAN AWAL UDARA DAN PENAMBAHAN UDARA BANTU PADA REAKTOR TERHADAP PERFORMA KOMPOR GASIFIKASI SEKAM PADI TOP LIT UPDRAFT (TLUD)

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan suatu penyebab pencemaran lingkungan dan. polusi udara. Penanganan yang kurang tepat dapat memicu terjadinya hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Konsumsi Ekspor Impor Gambar 1.1 Grafik konsumsi dan produksi minyak di Indonesia (Kementrian ESDM, 2011) 1

PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER

PENGARUH ISOLATOR TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT

PENGARUH KOMPOSISI BIOMASSA DAN BATUBARA TERHADAP PERFORMANSI CO-GASIFIKASI SIRKULASI FLUIDIZED BED

BAB I PENDAHULUAN. Energi alternatif yang dapat diperbarui salah satunya adalah. pengolahan sampah organik. Di Indonesia sering sekali kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA DAN PENAMBAHAN UDARA BANTU PADA REAKTOR TERHADAP PERFORMA KOMPOR GASIFIKASI UPDRAFT DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

Transkripsi:

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by UMS Digital Library - Selamat datang di UMS Digital Library PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AWAL TERHADAP CO- GASIFICATION BATUBARA-TEMPURUNG KELAPA PADA REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh : ICHSAN MULYADI D 200 130 186 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

i

ii

iii

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AWAL TERHADAP CO- GASIFICATION BATUBARA-TEMPURUNG KELAPA PADA REAKTOR BUBBLING FLUIDIZED BED GASIFIER ABSTRAK Biomassa merupakan salah satu energi alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sifatnya dapat diperbaharui. Batubara biasanya digunakan sebagai bahan bakar utama dalam proses gasifikasi karena memiliki karbon dan nilai kalor yang cukup tinggi, namun di sisi lain batubara memiliki tingkat polusi yang cukup besar jika digunakan terus menerus. Gasifikasi merupakan sistem konversi bahan bakar padat untuk dirubah menjadi gas yang mampu bakar. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara co-gasification, dimana sistem ini adalah pencampuran dua bahan bakar atau lebih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur awal terhadap temperatur rata-rata reaktor, waktu penyalaan api, nyala efektif api, dan nilai kalor. Penelitian ini menggunakan biomassa tempurung kelapa dicampur dengan batubara pada variasi temperatur awal operasi 400 o C; 450 o C; dan 500 o C. Reaktor yang digunakan adalah reaktor bubbling fluidized bed dengan diameter 160 mm dan tinggi 1230 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi variasi temperatur awal yang digunakan maka semakin cepat waktu penyalaan api dan waktu nyala efektif api semakin pendek. Hal ini terjadi pada variasi temperatur awal 500 o C, dengan waktu penyalaan api pada menit ke-15 dan waktu nyala efektif selama 10 menit. Jumlah kalor tertinggi didapatkan pada variasi temperatur awal 400 o C dengan jumlah total kalor sebesar 740,693 kj. Kata kunci: Co-Gasifikasi, Fluidized Bed Gasification, Biomassa, Batubara ABSTRACT Biomass is one of alternative energy replacement fossil fuels that are renewable. Coal is usually used as the main fuel in the gasification process because it has high carbon and calorific values, but on the other hand coal has a considerable amount of pollution if used continuously. Gasification is a solid fuel conversion system that can be turned into a flammable gas. To overcome this problem can be done with co-gasification, where the system is mixing two or more fuels. The purpose of this research is to know the influence of the initial temperature at reactor average temperature, ignition time, flame effective, and calorific value. This research used coconut shell biomass mixed with coal at the initial temperature variation of 400 o C; 450 o C; and 500 o C. The reactor used was a bubbling fluidized bed reactor with a diameter of 160 mm and a height of 1230 mm. The results showed that the higher the initial temperature variations used the faster the firing time and the effective flame time the shorter the fire. This occurs in the initial temperature variation of 500 o C, with a start time of fire at 15 minutes and an effective flame time of 10 minutes. The highest amount of heat was obtained at the initial temperature variation of 400 o C with a calorific value of 740,693 kj. Keywords: Co-Gasification, Fluidized Bed Gasification, Biomass, Coal 1

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi saat ini telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia di seluruh dunia. Hampir semua sektor industri membutuhkan energi sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara juga berkaitan erat dengan ketersediaan sumber energi. Oleh karean itu, permintaan akan energi telah menjadi sesuatu yang substansial dan berkelanjutan. Saat ini sumber energi terbarukan seperti panas bumi, matahari, angin, biomassa, dan air menjadi pilihan energi yang dapat dieksplorasi. Namun belum semua sumber energi tersebut telah mendapat sentuhan untuk dimanfaatkan secara optimal. Untuk memenuhi kebutuhan energi dunia saat ini, sebagian besar sumber energi yang digunakan adalah sumber energi fosil. Di sisi lain, tingginya laju konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak) hasil pengolahan Minyak Bumi tidak diikuti dengan meningkatnya laju produksinya. Hal ini membuat pemerintah harus mengimpor BBM dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi minyak bumi adalah dengan memanfaatkan sumber energi lain yang cadangannya masih tersedia cukup banyak namun kurang dimanfaatkan, yaitu batubara. Dimana untuk saat ini sebesar 79,5 % dari produksi batubara di Indonesia adalah untuk keperluan ekspor. Selain batubara, sumber energi lain yang yang dapat digunakan sebagai energi alternatif adalah biomassa. Sebagai negara agraris, potensi biomassa di Indonesia sangatlah besar. Berbagai macam limbah hasil pertanian maupun kehutanan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Selain itu, pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi masih sangat terbatas. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi peneliti dalam mengembangkan teknologi yang dapat memanfaatkan sumber energi biomassa. Penggunaaan biomassa sebagai sumber energi selain dapat 2

mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil juga dapat mengurangi jumlah limbah yang menumpuk akibat tidak dimanfaatkan kembali. Salah satu limbah biomassa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar adalah tempurung kelapa. Teknologi yang dapat digunakan untuk mengonversi sumber energi batubara dan biomassa adalah dengan metode gasifikasi. Gasifikasi merupakan proses termokimia yang mengkonversi bahan bakar padat menjadi bahan bakar gas. Batubara maupun biomassa yang sudah menjadi bahan bakar gas mempunyai kelebihan dibandingkan batubara yang masih berbentuk padat karena penggunaannya akan lebih fleksibel sehingga dapat dimanfaatkan pada beberapa teknologi. Penggunaan dua jenis bahan bakar pada teknologi gasifikasi disebut dengan cogasification. Gasifikasi batubara dan biomassa yang memiliki karakteristik yang berbeda cukup menarik untuk diteliti. Batubara di satu sisi mempunyai kandungan fixed carbon yang tinggi dan tidak mudah terbakar, sedangkan pada biomassa memiliki kandungan volatile matter yang tinggi sehingga mudah terkonversi menjadi gas. Gasifikasi sendiri dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis antara lain : arah aliran/moving bed (downdraft dan updraft), gas yang diperlukan untuk proses gasifikasi (oksigen dan uap) dan metode fluidisasi (entrained bed dan fluidized bed). Fluidized bed gasification adalah metode gasifikasi dengan memfluidisasi partikel bahan bakar dengan gas pendorong seperti udara ataupun oksigen. Sedangkan fluidisasi adalah proses dimana benda padat halus (partikel) diubah menjadi fase yang berkelakuan seperti fluida cair melalui kontak dengan gas atau cairan (Kunii dan Levenspiel, 1969). Beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk mengetahui parameter-parameter yang berpengaruh terhadap performa maupun efisiensi dari reaktor fluidized bed. Reyaldo (2016), melakukan pengujian dengan judul Pengaruh Temperatur Udara Terhadap Kinerja Tungku Tipe Downdraft dengan 3

bahan bakar sekam pada. Dalam penelitian ini menggunakan temperatur udara masuk kedalam tungku dengan variasi yaitu udara biasa (30 ⁰ C), 40 ⁰ C, 50 ⁰ C dan 60 ⁰ C. Hasil penelitian menunjukkan temperatur udara berpengaruh terhadap temperatur pembakaran rata-rata gas hasil gasifikasi. Temperatur pembakaran rata-rata tertinggi yaitu 560 C pada temperatur udara 50 C dan terendahnya 511 C pada temperatur 30 C. Temperatur udara berpengaruh terhadap waktu nyala efektif yang dihasilkan. Nyala efektif paling lama yaitu pada temperatur 60 o C selama 24 menit dan yang paling pendek pada temperatur 30 o C selama 20 menit. Temperatur udara berpengaruh terhadap lama penyalaan dari tungku ini. Lama penyalaan tercepat yaitu pada temperatur 60 o C selama 5 menit dan lama penyalaan paling lambat pada temperatur 30 o C selama 10 menit. Santosa (2015), melakukan pengujian menggunakan crossdraft gasifer dengan bahan bakar sekam padi. Hasil dari penelitian menunjukkan variasi temperatur awal udara sangat berpengaruh terhadap temperatur pembakaran, nyala efektif serta efisiensi thermal tungku yang dihasilkan. Semakin tinggi temperatur awal udara maka semakin tinggi pula temperatur pembakaran yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin tinggi temperatur awal udara maka akan semakin pendek nyala efektif yang didapatkan dan pemanasan awal udara tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu penyalaan awal tungku. Riskitianto (2017) melakukan penelitian dengan memvariasikan kecepatan udara yang masuk kedalam reaktor gasifikasi tipe fluidized bed dengan variasi kecepatan udara yang digunakan adalah 1 m/s, 1,5 m/s, 2 m/s, kemudian mengambil data percobaan meliputi temperatur reaktor, jumlah kalor yang dihasilkan dan waktu nyala efektif. Penelitian yang dilakukan oleh Riskitianto (2017) masih memiliki kekurangan yaitu pengaruh variasi temperature awal terhadap proses gasifikasi tipe reaktor fluidized bed. Maka dari itu pada penelitian ini menggunakan variasi temperatur awal dengan proses co-gasification 4

batubara-tempurung kelapa yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap temperatur rata-rata reaktor, waktu penyalaan api, nyala efektif api dan nilai kalor pada tungku gasifier tipe reaktor fluidized bed. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Alat Gasifikasi Tipe Reaktor Fluidized Bed Co-Gasification Dengan Biomassa Batubara- Tempurung Kelapa Temperatur Awal 400 0 C Temperatur Awal 450 0 C Temperatur Awal 500 0 C Pengambilan Data Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan Pembuatan Laporan Selesai Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 5

2.2 Intalasi Penelitian Gambar 2. Intalasi Penelitian Keterangan : 1) Blower 8) Filter 2) Katup Pengatur Udara 9) Tabung Lpg 3) Anemometer 10) Burner 4) Plenum 11) Saluran Buang 5) Distributor 12) Pembuangan Tar 6) Reaktor Gasifikasi 13) Kompor 7) Manometer U 14) Panci Air 2.3 Alat dan Bahan Penelitian - Alat 1) Reaktor Gasifikasi 5) Timbangan Analog 2) Termocouple Reader 6) Gelas Ukur 3) Anemometer 7) Manometer U 4) Stopwatch - Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa bahan 6

bakar biomassa tempurung kelapa, batubara dan pasir silika ukuran mesh 40. Dalam setiap satu kali percobaan proses penelitian, bahan yang digunakan masing-masing sebanyak 1,5 kg tempurung kelapa, 0,5 kg batubara dan 0,8 kg pasir silika. 2.4 Tahapan Penelitian Adapun tahapan penelitan sebelum melakukan pengambilan data antara lain sebagai berikut : 1) Memasukan partikel bed (pasir silika) dengan ukuran mesh 40 ke dalam reaktor fluidized bed gasifier sebesar 0,8 kg. 2) Menimbang berat awal tabung gas LPG yang akan digunakan memanaskan bed (pasir silika) didalam reaktor. 3) Menyalakan burner kemudian menghidupkan blower untuk memanaskan pasir didalam reaktor sampai temperatur 400 C; 450 C; dan 500 C. Setelah temperatur yang diinginkan sudah tercapai, matikan burner. 4) Memasukkan bahan bakar pengujian ke dalam reaktor, dimana bahan bakar yang digunakan adalah tempurung kelapa sebanyak 1,5 kg dan batubara 0,5 kg. 5) Mengatur jumlah udara yang masuk ke dalam reaktor dengan katup pengatur. 6) Mengatur kecepatan udara rata-rata pada saluran masuk distributor. 7) Mencatat data temperatur bed, temperatur reaktor, temperatur air dan temperatur nyala api pada thermocouple reader setiap 5 menit. 8) Mengukur nilai kalor dari gas yang dihasilkan dengan menggunakan sisa pendidihan air sebagai asumsi. 9) Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air. 10) Mengukur massa tabung gas LPG setelah proses pengujian berlangsung. 11) Mengulangi langkah 1-10 dengan variasi temperatur awal yang berbeda. 7

12) Menganalisa dan membandingkan hasil percobaan pada variasi temperatur awal. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Temperatur Rata-rata Reaktor Gambar 3 menunjukkan perbandingan profil temperatur ratarata reaktor pada 4 titik pengukuran reaktor (T bed,t 1,T 2 dan T 3 ) dengan 3 variasi temperatur awal 400 0 C; 450 0 C; dan 500 0 C. Dari 3 variasi temperatur awal tersebut, profil temperatur reaktor pada masing-masing titik berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan pada masing-masing titik terdapat perbedaan tahapan gasifikasi (drying, pyrolisis, gasification, combustion). Pada variasi temperatur awal 400 0 C, temperatur rata-rata tertinggi pada titik T bed,t 1,T 2 dan T 3 masing-masing adalah 489,46 0 C; 240,18 0 C; 162,43 0 C; 120,3 0 C. Kemudian, pada variasi temperatur awal 450 0 C temperatur rata-rata tertinggi pada titik T bed,t 1,T 2 dan T 3 masing-masing adalah 527,84 0 C; 258,81 0 C; 187,85 0 C; 150,80 0 C. Sedangkan pada variasi temperatur awal 500 0 C, temperatur rata-rata tertinggi pada titik T bed,t 1,T 2 dan T 3 masing-masing adalah 554,38 0 C; 283,60 0 C; 193,42 0 C; 163,07 0 C. Temperatur reaktor merupakan salah satu aspek penting dalam proses gasifikasi. Hal ini dikarenakan gasifikasi merupakan reaksi endotermik, sehingga kalor yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar dalam reaktor akan mempengaruhi gas yang dihasilkan dari gasifikasi. Besarnya variasi temperatur awal berpengaruh terhadap profil temperatur reaktor. Semakin tinggi temperatur awal yang digunakan, maka temperatur rata-rata pada masing-masing titik reaktor akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin besar kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran bahan bakar didalam reaktor dan kalor sensibel udara panas yang masuk keruang pembakaran menginduksi peningkatan temperatur dalam ruang 8

bakar, sehingga temperatur pada reaktor menjadi lebih tinggi. Pada masing-masing titik reaktor, temperatur rata-rata tertinggi diperoleh pada variasi temperatur awal 500ºC. Ketinggian Reaktor (mm) 700 600 500 400 300 200 100 0 0 100 200 300 400 500 600 Temperatur (⁰C) 400⁰C 450⁰C 500⁰C Gambar 3. Temperatur Rata-rata Reaktor 3.2 Penyalaan Api dan Nyala Efektif 35 30 31 27 Waktu (menit) 25 20 15 10 20 16 15 10 5 0 400⁰C 450⁰C 500⁰C Temperatur (⁰C) Penyalaan Api Nyala Efektif Gambar 4. Perbandingan Penyalaan Api dan Nyala Efektif Terhadap Variasi Temperatur Awal 9

Gambar 4 menunjukan perbandingan waktu penyalaan api dan nyala efektif api yang dihasilkan dari pengujian menggunakan variasi temperatur awal 400 o C; 450 o C; dan 500 o C. Pada variasi temperatur awal 400 o C didapatkan waktu penyalaan api pada menit ke-31 dan menghasilkan nyala efektif selama 20 menit. Pada variasi temperatur udara 450 o C didapatkan waktu penyalaan api pada menit ke-27 dan menghasilkan nyala efektif selama 16 menit. Kemudian pada variasi temperatur udara 500 o C didapatkan penyalaan api pada menit ke-15 dan menghasilkan nyala efektif selama 10 menit. Perbedaan waktu penyalaan api dan nyala efektif tersebut disebabkan karena kalor sensibel udara panas yang masuk keruang pembakaran menginduksi peningkatan temperatur diruang pembakaran, sehingga tempurung kelapa dan batubara yang digunakan sebagai bahan bakar terbakar lebih cepat. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur awal, maka waktu penyalaan api semakin cepat dan nyala efektif api semakin pendek dibandingkan temperatur awal yang lebih rendah. 3.3 Jumlah Total Kalor 800,000 740,693 700,000 600,000 Kalor (kj) 500,000 400,000 300,000 385,142 219,531 Jumlah Kalor 200,000 100,000 0,000 400⁰C 450⁰C 500⁰C Temperatur ( o C) Gambar 5. Perbandingan Jumlah Total Kalor Terhadap Variasi Temperatur Awal 10

Gambar 5 menunjukkan perbandingan jumlah total kalor yang berupa kalor sensibel dan kalor laten terhadap variasi temperatur awal 400 o C; 450 o C; dan 500 o C. Untuk kalor sensibel dipengaruhi oleh temperatur pendidihan air, sedangkan kalor laten dipengaruhi oleh sisa air setelah pendidihan. Karena kalor sensibel dan kalor laten yang dihasilkan dari ketiga variasi berbeda, maka total kalor yang dihasilkan dari ketiga variasi tersebut juga berbeda. Perbedaan signifikan terjadi pada kalor laten yang dihasilkan. Karena pada ketiga variasi tersebut jumlah air yang tersisa setelah mendidih berbeda. Hal ini mempengaruhi kalor laten yang dihasilkan karena jumlah air yang terkonversi menjadi uap bervariasi. Total kalor yang dihasilkan paling banyak yaitu pada variasi temperatur awal 400ºC dengan jumlah total kalor sebesar 740,693 kj. Kemudian nilai total kalor paling rendah yaitu pada variasi temperatur awal 500ºC dengan jumlah total kalor sebesar 219,531 kj. Semakin besar variasi temperatur awal yang digunakan hingga mendekati reaksi pembakaran maka akan mengurangi kualitas syngas yang dihasilkan, sehingga jumlah kalor yang dihasilkan kurang maksimal. 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Setelah melakukan pengujian, analisa dan pembahasan pada kinerja tungku gasifikasi tipe fluidized bed dengan variasi temperatur awal 400 o C; 450 o C; dan 500 o C maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Temperatur awal berpengaruh terhadap temperatur rata-rata reaktor. Semakin tinggi temperatur awal yang digunakan, maka temperatur rata-rata pada masing-masing titik reaktor akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin besar kalor yang dihasilkan pada proses pembakaran bahan bakar didalam reaktor dan kalor sensibel udara panas yang masuk keruang pembakaran menginduksi peningkatan temperatur dalam ruang bakar, sehingga temperatur 11

pada reaktor menjadi lebih tinggi. Pada masing-masing titik reaktor, temperatur rata-rata tertinggi diperoleh pada variasi temperatur awal 500ºC. 2) Temperatur awal berpengaruh terhadap lama waktu penyalaan yang dihasilkan saat proses gasifikasi. Waktu penyalaan api tercepat yaitu pada temperatur awal 500 o C menyala pada menit ke-15. Sedangkan waktu penyalaan api paling lambat yaitu pada variasi temperatur awal 400 o C menyala pada menit ke-31. 3) Temperatur awal berpengaruh terhadap waktu nyala efektif yang dihasilkan saat proses gasifikasi. Adapun nyala efektif paling lama yaitu terjadi pada variasi temperatur awal 400 o C selama 20 menit. Pada variasi temperatur awal 450 o C nyala efektif selama 16 menit. Dan nyala efektif paling sedikit terjadi pada variasi temperatur awal 500 o C selama 10 menit. 4) Temperatur awal berpengaruh terhadap jumlah kalor yang dihasilkan saat proses gasifikasi. Semakin tinggi variasi temperatur awal yang digunakan maka semakin kecil jumlah kalor yang dihasilkan, karena syngas yang dihasilkan dalam proses gasifikasi kurang berkualitas. Adapun jumlah kalor tertinggi yaitu terjadi pada variasi temperatur awal 400 o C dengan jumlah kalor 740,693 kj, dan jumlah kalor terendah terjadi pada variasi temperatur awal 500 o C dengan jumlah kalor sebesar 219,531 kj. 4.2 Saran Setelah melakukan pengujian, analisa dan pembahasan pada kinerja tungku gasifikasi tipe fluidized bed dengan variasi temperatur awal 400 o C, 450 o C, dan 500 o C, adapun beberapa saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebagai berikut : 1) Memperhatikan langkah pengujian secara teliti agar tidak terjadi perbedaan pada penetapan variabel. Seperti kondisi biomassa, kondisi tungku, dan waktu pelaksanaan tahap pengujian. 2) Untuk mencegah terjadinya kebocoran pada reaktor, maka setiap 12

percobaan diusahakan menggunakan sealer guna memperoleh hasil pembakaran yang maksimal. 3) Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat, maka diusahakan melakukan percobaan berulang-ulang pada setiap variasi yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Kunni. D. And Lavenspiel. O. 1969. Fluidization Engineering. Edisi 1. New York. Nopriyanza, P.W, Reyaldo. 2016. Pengaruh Temperatur Udara Terhadap Kinerja Tungku Tipe Downdraft. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta. Rizkitianto. Purnomo, Dwi Hadi. 2017. Pengaruh Variasi Kecepatan Udara Terhadap Kinerja Fluidized Bed Gasifier Pada Distributor Udara Jenis Nozel. Tugas Akhir. Progam Studi, Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Santosa, Giri. 2015. Pengaruh Pemanasan Awal Udara Terhadap Performa Crossdraft Gasifier dengan Bahan Bakar Sekam Padi. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta. 13