BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penunjang untuk memulai beroperasinya mesin diesel ialah udara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB XI DIRECT MONOEVRING SYSTEM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR REKALKULASI MESIN DIESEL 4-TAK MULTI SILINDER

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PESAWAT PESAWAT BANTU DI KAPAL

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GLOSSARY STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG JASA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

F. Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 1. Prinsip Kerja

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB XII INDIRECT MAMOEVRING SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI STARTING UDARA TEKAN DENGAN MOTOR PNEUMATIK PADA MESIN INDUK KMP.BONTOHARU

Pengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

Gambar struktur fungsi solenoid valve pneumatic

APLIKASI SISTEM INFORMASI DAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KAMAR MESIN KAPAL MOTOR PENUMPANG PT. X

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB IV SISTEM PENGEREMAN LOKOMOTIF

PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN JASA KEPELABUHAN DAN BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KAB. MERAUKE BULAN JANUARI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1975 TENTANG PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Mesin diesel merupakan sistem penggerak utama yang banyak digunakan

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... vii LANDASAN TEORITIS TENTANG PERANAN GURU BK

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA DAN PERHITUNGAN SISTEM PNEUMATIK PADA PENGGUNAAN MINIATUR FURNITURE MULTIFUNGSI

BAB I PENDAHULUAN [REALISASI SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK] BAB I PENDAHULUAN

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

Komponen Sistem Pneumatik

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

BAB II JAWABAN-JAWABAN TUGAS MANDIRI TPK V & IV

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

INSTALASI PERMESINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi laut yang sangat penting dalam dunia perdagangan adalah kapal, karena kapal merupakan alat transportasi yang dapat mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dengan menempuh jarak yang jauh dan biaya yang relatif murah. Saat ini penggerak kapal sangat beragam, mulai dari tenaga manusia (pendayung),layar dan diesel, untuk saat ini penggerak diesel digunakan sebagai mesin penggerak utama di kapal. Mesin diesel juga di gunakan sebagai mesin penggerak utama di atas kapal. Motor diesel di atas kapal sangat penting, dimana motor diesel dalam operasinya ditujukan untuk kelancaran operasional dalam pelayaran. Salah satu penunjang untuk memulai beroperasinya mesin diesel ialah udara Udara merupakan salah satu penunjang kelancaran operasi untuk mesin diesel, dimana udara merupakan langkah awal untuk memulai mesin beroperasi. Sistem udara penjalan di atas kapal dihasilkan oleh mesin bantu yang disebut kompresor yang memakai tenaga listrik dari generator. Udara pe njalan di atas kapal yang dihasilkan oleh kompresor diteruskan ke botol angin. Di dalam botol, udara tersebut bertekanan 25-30 bar (dua puluh lima sampai tiga puluh bar). Bahwa untuk mesin digerakkan langsung tanpa reduction gear atau gear box harus dapat distart 12 (dua belas) kali tanpa 1

2 mengisi lagi, sedangkan untuk mesin-mesin dengan gear box dapat distart 6 (enam) kali. Udara dari bejana udara minimal 17 (tujuh belas) bar karena bila tekanan udara dibawahnya, maka udara tersebut tidak mampu menekan piston kebawah. Katup tekan di bejana udara dibuka penuh, maka udara akan keluar ke main starting valve. Setelah udara tersebut direduksi tekanannya hingga 9-10 (sembilan sampai sepuluh) bar. Bila handle start ditekan ke bawah, maka udara keluar dari system sebagian masuk dulu ke distributor valve dan sebagian lagi ke cylinder head air starting valve. Udara start ini diatur oleh distributor valve dengan tekanan sepuluh bar mana yang bekerja pada proses expansi hanya ada satu silinder yang bekerja. Pada saat peneliti praktek di PT. Karya Sumber Energy, yaitu merupakan perusahaan yang sedang berkembang di Indonesia. Salah satu tempat peneliti praktek tepatnya di kapal MV. KT 02 pada tahun 2016-2017, kapal MV. KT 02 merupakan kapal jenis bulk carrier. Dengan kurun waktu 1 tahun peneliti berlayar di kapal MV. KT 02, memuat batu bara didua tempat yaitu di Kalimantan tepatnya di Tanjung Bara dan Muara Satui kemudian bongkar muatan di PLTU Suralaya,Banten. Dan kendala yang peneliti jumpai adalah mesin induk tidak dapat di start ketika udara penjalan telah di supply saat disaat melakukan maneuver menuju PLTU, hal ini sangat menggangu dan membahayakan proses maneuver kapal maupun keselamatan crew kapal. Peneliti menyadari dan memahami bahwa dalam kelancaran pengoperasian suatu mesin, terutama bagian-bagian yang membantu pengoperasian awal mesin induk yaitu yang berhubungan dengan

3 udara penjalan, udara start di atas kapal perlu didukung oleh kesempurnaan proses kerja dari setiap bagian atau komponen, agar mesin dapat bekerja dengan optimal. Udara penjalan di MV. KT 02 secara umum yaitu saat udara bertekanan dialirkan dari tabung udara,selanjutnya distributor valve menggerakan plunyer untuk bekerja maka udara ini langsung menekan piston melalui air starting valve di cylinder head. Jadi udara tersebut melaksanakan kerja parallel, di samping mengatur ke distributor valve sekaligus untuk udara start mendorong piston ke bawah pada tekanan minimal 7 ( tujuh ) bar sesuai tekanan dalam botol angin. Tetapi pada kenyataannya saat pengoperasian mesin induk, udara yang berada dalam air recevoir dibawah 17 (tujuh belas bar) sehingga udara yang disupply dari botol angin tidak mampu menekan piston ke bawah. Kurangnya angin di dalam botol karena kerusakan pada salah satu komponen dari kompresor sehingga hanya satu kompresor yang bekerja dan membuat pengisian pada botol angin melambat. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengambil judul Identifikasi Pengaruh Udara Penjalan Terhadap Kinerja Mesin Induk di MV. KT 02 Dengan Metode Fault Tree Analysis dan Fishbone.

4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan kejadian pada latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana faktor penyebab mesin induk tidak dapat di start ketika udara penjalan telah di supply di kapal MV. KT 02? 2. Upaya apakah yang dilakukan untuk mengatasi mesin induk tidak dapat di start ketika udara penjalan telah di supply di kapal MV. KT 02? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab mesin induk tidak dapat di start ketika udara penjalan telah disupply di kapal MV. KT 02. 2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi mesin induk tidak dapat di start ketika udara penjalan telah disupply di kapal MV. KT 02. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan terhadap kegagalan supply udara pejalan secara tidak langsung akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan Mesin Induk sehingga dapat mengganggu proses pelayaran perlu didukung oleh kesempurnaan proses kerja dari setiap bagian. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis

5 a. Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan membantu pembaca agar bisa lebih mengerti dan meningkatkan pemahaman dalam memahami prinsip kerja sistem udara penjalan serta dapat diterapkan ilmunya. b. Dapat menambah perbendaharaan perpustakaan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang dan menjadi sumber bacaan maupun referensi bagi semua pihak yang membutuhkannya. 2. Manfaat praktis a. Sebagai panduan praktis tentang pemecahan masalah yang terjadi di atas kapal, yang berguna untuk kelancaran pengoperasian mesin induk. b. Sebagai masukan bagi Masinis atau perwira mesin di atas kapal dalam mengoperasikan permesinan di atas kapal. c. Dengan membaca skripsi ini dapat mengerti penyebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi udara penjalan terhadap kinerja mesin induk apabila terjadi di kapal nantinya dapat berupaya untuk menjaga kinerja udara penjalan mesin induk agar dapat bekerja secara maksimal untuk kelancaran dalam pengoperasian kapal sehingga keselamatan, ketepatan waktu sesuai jadwal yang ditetapkan. E. Sistematika Penulisan Untuk mencapai tujuan yang diharapkan serta memudahkan dalam pemahaman, dalam penyusunan dan penulisan kertas kerja ini peneliti

6 membagi kedalam 5 (lima bab), agar lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti serta mencapai tujuan yang diharapkan, maka sangat diperlukan sistematika dalam penelitiannya. Dimana bab yang satu dengan yang lainnya saling terkait sehingga tersusun sistematikanya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi tentang alasan dan pentingnya pemilihan judul skripsi, dalam latar belakang diuraikan pokok-pokok pikiran serta data pendukung mengenai pentingnya judul yang dipilih. Perumusan masalah yaitu uraian mengenai masalah yang diteliti berupa pertanyaan dan pernyataan. Tujuan penelitian berisi jawaban tentang perumusan masalah. Manfaat penelitian berisi tentang manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian bagi pihak pihak yang berkepentingan. Sistematika penelitian berisi susunan tata hubungan bagian skripsi yang satu dengan yang lain. Bab II Landasan Teori Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka, kerangka pikir penelitian dan definisi operasional. Tinjauan pustaka berisi teori atau pemikiran serta konsep yang melandasi judul penelitian yang

7 disusun sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan utuh kerangka pemikiran penelitian merupakan pemaparan penelitian. Bab III Metode Penelitian Bab ini terdiri dari waktu dan tempat penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Waktu dan tempat penelitian menerangkan lokasi dan waktu dimana dan kapan penelitian dilakukan. Metode pengumpulan data mengumpulkan data yang dibutuhkan. Teknik analisis data berisi mengenai alat dan cara analisis data yang digunakan dan pemilihan alat dan cara analisis harus konsisten dengan tujuan penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini peneliti akan mengidentifikasi pengaruh udara mesin penjalan terhadap kinerja mesin induk di MV. KT 02. Demi kelancaran operasional kapal. Bab V Penutup Sebagai hasil dari penulisan skripsi ini, maka akan diberikan sebuah kesimpulan dari akhir analisa dan saran-saran berdasarkan kesimpulan. Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup