PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

FORMULIR TATA CARA PENGAWASAN JALAN FORMULIR A.1. PENGAWASAN SISTEM JARINGAN JALAN, SISTEM PEMROGRAMAN, DAN SISTEM PENGANGGARAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN POHON PADA SISTEM JARINGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 03/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN FUNGSI JALAN DAN STATUS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 02/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM JARINGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JALAN KHUSUS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 02/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN RUANG DI DALAM BUMI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 16/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMERIKSAAN BERKALA BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 17/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 18/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SISTEM PENGELOLAAN DATABASE JALAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FORMULIR TATA CARA PENGAWASAN JALAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBATASAN ANGKUTAN BARANG PADA RUAS JALAN PROVINSI RUAS JALAN SAKETI-MALINGPING-SIMPANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 20/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang J

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN, REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum; MEMUTUSKAN:

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 17/PRT/M/2012 TENTANG

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.581,2012

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 90 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2014

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG

PEMPROVSU AKUI 584,301 KM JALAN PROVINSI RUSAK

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 061 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 8 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

Transkripsi:

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Tata Cara Pengawasan Jalan; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;

6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum; 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2010 tentang Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian Bagian Jalan; 10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 2. Penyelenggaraan Jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan. 3. Penyelenggara Jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya. 4. Pengawasan Jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan. 5. Sistem Jaringan Jalan adalah suatu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.

6. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disingkat LAKIP adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga. 7. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum. Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman tata cara: a. pengawasan jalan secara umum; b. pengawasan jalan nasional; c. pengawasan jalan provinsi; d. pengawasan jalan kabupaten/kota; dan e. pengawasan jalan desa. (2) Tata cara pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan. Pasal 3 Lingkup Peraturan Menteri ini mencakup pengawasan jalan secara umum terhadap seluruh status jalan, serta pengawasan jalan nasional, pengawasan jalan provinsi, pengawasan jalan kabupaten/kota, dan pengawasan jalan desa. BAB II PENGAWASAN JALAN SECARA UMUM Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Pengawasan jalan secara umum meliputi: a. kegiatan evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan; b. pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan; dan c. pemenuhan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.

(2) Kegiatan evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. evaluasi dan pengkajian sistem jaringan jalan; b. evaluasi dan pengkajian sistem pemrograman; c. evaluasi dan pengkajian sistem penganggaran; d. evaluasi dan pengkajian standar konstruksi; dan e. evaluasi dan pengkajian manajemen pemeliharaan dan pengoperasian jalan. (3) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan pengendalian ruang manfaat jalan agar tetap berfungsi. (4) Pengendalian ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan terhadap ketersediaan dokumen izin, serta dispensasi pemanfaatan dan penggunaan bagian-bagian jalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Pengawasan jalan terhadap pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan terhadap ketersediaan dokumen penetapan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Bagian Kedua Kegiatan Evaluasi dan Pengkajian Pelaksanaan Kebijakan Penyelenggaraan Jalan Pasal 5 (1) Evaluasi dan pengkajian sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a meliputi pengaturan sistem jaringan jalan menurut fungsi jalan dan status jalan. (2) Pengaturan sistem jaringan jalan menurut fungsi jalan dan status jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi dokumen prosedur penyusunan, proses penetapan, dan sistem jaringan jalan. Pasal 6 (1) Evaluasi dan pengkajian sistem pemrograman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b meliputi sistem pemrograman penanganan jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Sistem pemrograman penanganan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi prosedur penyusunan, penetapan, dan dokumen program penanganan jalan. Pasal 7 (1) Evaluasi dan pengkajian sistem penganggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c meliputi sistem penganggaran penanganan jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Sistem penganggaran penanganan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi prosedur penyusunan, penetapan, dan dokumen penganggaran penanganan jalan. Pasal 8 Evaluasi dan pengkajian standar konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d berupa pemenuhan dokumen sistem manajemen mutu. Pasal 9 (1) Evaluasi dan pengkajian manajemen pemeliharaan dan pengoperasian jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e meliputi perencanaan, organisasi, dan tata cara pemeliharaan dan pengoperasian jalan. (2) Evaluasi dan pengkajian manajemen pemeliharaan dan pengoperasian jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap ketersediaan dokumen perencanaan, organisasi, dan tata cara pemeliharaan dan pengoperasian jalan. Bagian Ketiga Prosedur Pengawasan Jalan Secara Umum Pasal 10 Pengawasan jalan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan dilakukan melalui pengawasan dokumen dan pengawasan lapangan. Pasal 11 (1) Pengawasan dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 meliputi: a. evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan; b. pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan; dan c. penetapan standar pelayanan minimal jalan.

(2) Dokumen evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi dokumen: a. penetapan sistem jaringan jalan; b. sistem pemrograman penanganan jalan; c. sistem penganggaran penanganan jalan; d. standar konstruksi jalan; dan e. manajemen pemeliharaan dan pengoperasian jalan. (3) Dokumen penetapan sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi dokumen proses penetapan dan penetapan sistem jaringan jalan. (4) Dokumen sistem pemrograman penanganan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi dokumen proses pemrograman dan program penanganan jalan. (5) Dokumen sistem penganggaran penanganan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi dokumen proses penganggaran dan pengesahan anggaran penanganan jalan. (6) Dokumen standar konstruksi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi dokumen perencanaan teknis dan pelaksanaan jalan. (7) Dokumen manajemen pemeliharaan dan pengoperasian jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e meliputi dokumen perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan, serta pengoperasian jalan. Pasal 12 (1) Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) sampai dengan ayat (5) dilaksanakan dengan menilai kesesuaian terhadap kriteria sebagaimana dimuat pada Formulir A.1 dalam lampiran. (2) Pemeriksaan dokumen standar konstruksi jalan terkait dengan perencanaan teknis jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) meliputi pemenuhan terhadap dokumen/kegiatan perencanaan teknis jalan sebagaimana dimuat pada Formulir A.2 dalam lampiran. (3) Pemeriksaan dokumen standar konstruksi jalan terkait dengan pelaksanaan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) meliputi pemenuhan terhadap dokumen sebagaimana dimuat pada Formulir A.3 dalam lampiran.

(4) Pemeriksaan dokumen perencanaan dan pelaksanaan pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (7) meliputi pemenuhan dokumen teknis pemeliharaan jalan sebagaimana dimuat pada Formulir A.4 dalam lampiran. (5) Pemeriksaan dokumen pengoperasian jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (7) meliputi pemenuhan dokumen teknis pengoperasian jalan sebagaimana dimuat pada Formulir A.5 dalam lampiran. (6) Pemeriksaan dokumen tentang pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b meliputi pemenuhan dokumen pemanfaatan dan penggunaan bagian-bagian jalan sebagaimana dimuat pada Formulir A.6 dalam lampiran. (7) Pemeriksaan dokumen penetapan standar pelayanan minimal ruas dan jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c meliputi pemenuhan kriteria standar pelayanan minimal sebagaimana dimuat pada Formulir A.7 dalam lampiran. (8) Ketentuan mengenai Pemeriksaan Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (7) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 13 (1) Pengawasan lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilakukan terhadap jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota dan jalan desa terpilih. (2) Pengawasan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pemeriksaan kesesuaian dokumen kinerja pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan dengan implementasi di lapangan; b. pemeriksaan kesesuaian dokumen kinerja pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan dengan kondisi di lapangan; dan c. pemeriksaan kesesuaian dokumen standar pelayanan minimal dengan kinerja jalan.

BAB III PENGAWASAN JALAN NASIONAL, JALAN PROVINSI, JALAN KABUPATEN/KOTA, DAN JALAN DESA Bagian Kesatu Umum Pasal 14 (1) Pengawasan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa meliputi evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan, serta pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan. (2) Evalusi kinerja penyelenggaraan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi evaluasi kinerja pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pembangunan. (3) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengendalian jalan masuk, penjagaan ruang manfaat jalan agar tetap berfungsi, dan pencegahan terhadap gangguan fungsi jalan. Bagian Kedua Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Jalan Pasal 15 Evaluasi kinerja pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pembangunan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) meliputi penetapan rencana kinerja, pengukuran kinerja, analisis kinerja, serta pelaporan kinerja pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pembangunan jalan. Bagian Ketiga Pengendalian Fungsi dan Manfaat Hasil Pembangunan Jalan Pasal 16 (1) Pengendalian jalan masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) ditujukan agar suatu ruas jalan arteri dan kolektor memenuhi fungsinya sesuai dengan yang direncanakan. (2) Jalan masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas akses lalu lintas untuk memasuki suatu ruas jalan.

(3) Pengendalian jalan masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap pemenuhan atas kriteria perencanaan teknis jalan termasuk ketentuan jarak antar jalan masuk sesuai dengan fungsi jalan. Pasal 17 (1) Penjagaan ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) ditujukan agar fungsi jalan, keselamatan pengguna jalan, dan keamanan konstruksi jalan tidak terganggu akibat adanya bangunan dan jaringan utilitas, iklan dan media informasi, bangun-bangunan, dan bangunan gedung di dalam ruang manfaat jalan. (2) Penjagaan ruang manfaat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap pemenuhan atas ketentuan peraturan Menteri mengenai pemanfaatan dan penggunaan bagian-bagian jalan. Pasal 18 (1) Pencegahan gangguan atas fungsi jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) ditujukan agar fungsi jalan tidak terganggu akibat perbuatan yang mengganggu fungsi jalan dan/ atau konstruksi jalan serta membahayakan pengguna jalan. (2) Pencegahan gangguan atas fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. pemenuhan atas izin, dispensasi, rekomendasi, dan Analisa Dampak Lalu Lintas; b. memberikan peringatan; dan c. melaporkan terjadinya gangguan kepada kepolisian. Bagian Keempat Prosedur Pengawasan Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten/Kota, Dan Jalan Desa Pasal 19 (1) Pengawasan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dilakukan melalui pemeriksaan dokumen dan pengawasan lapangan. (2) Pemeriksaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan dokumen evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan, serta dokumen pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan.

(3) Pemeriksaan dokumen evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui pemeriksaan LAKIP. (4) Pemeriksaan dokumen pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. pemeriksaan dokumen pengendalian jalan masuk; b. pemeriksaan dokumen penjagaan ruang manfaat jalan agar tetap berfungsi; dan c. pemeriksaan dokumen pencegahan terhadap gangguan fungsi jalan. (5) Pengawasan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk memeriksa kesesuaian keadaan lapangan terhadap dokumen pemeriksaan pada ruas jalan terpilih. Pasal 20 (1) Pemeriksaan dokumen LAKIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) dilaksanakan dengan menilai kesesuaian terhadap kriteria sebagaimana dimuat pada Formulir B.1 dalam lampiran. (2) Pemeriksaan dokumen pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) dilaksanakan dengan menilai kesesuaian terhadap dokumen/kegiatan sebagaimana dimuat pada Formulir B.2 dalam lampiran. (3) Pengawasan lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (5) dilakukan dengan memeriksa kesesuaian dokumen LAKIP yang dituangkan dalam Formulir B.1 dan dokumen pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan yang dituangkan dalam Formulir B.2 terhadap kondisi di lapangan. BAB IV WEWENANG Pasal 21 (1) Wewenang pengawasan jalan secara umum ada pada Menteri. (2) Wewenang pengawasan jalan secara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengawasan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan desa. (3) Wewenang pengawasan jalan secara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jalan kabupaten/kota dan jalan desa dapat dilakukan oleh Gubernur berdasarkan penetapan Menteri.

(4) Pengawasan jalan nasional merupakan kewenangan Menteri. (5) Pengawasan jalan provinsi merupakan kewenangan Gubernur. (6) Pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa merupakan kewenangan Bupati. (7) Pengawasan jalan kota merupakan kewenangan Walikota. Pasal 22 (1) Pengawasan jalan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan pengawasan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. (2) Pengawasan jalan secara umum untuk jalan kabupaten/kota dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur. (3) Pengawasan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5) dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur. (4) Pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (6) dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Bupati. (5) Pengawasan jalan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (7) dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Walikota. BAB V PELAPORAN, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI Bagian Pertama Pelaporan Pasal 23 (1) Pejabat yang melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) membuat dan menyampaikan laporan hasil pengawasan jalan secara umum dan hasil pengawasan jalan nasional kepada Menteri. (2) Pejabat yang melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) membuat dan menyampaikan laporan hasil pengawasan jalan secara umum kepada Menteri melalui Gubernur. (3) Pejabat yang melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) membuat dan menyampaikan laporan hasil pengawasan jalan provinsi kepada Gubernur.

(4) Pejabat yang melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) membuat dan menyampaikan laporan hasil pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa kepada Bupati. (5) Pejabat yang melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5) membuat dan menyampaikan laporan hasil pengawasan jalan kota kepada Walikota. (6) Laporan hasil pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan tembusannya kepada instansi pengawas internal Kementerian. (7) Laporan hasil pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan tembusannya kepada instansi pengawas internal Pemerintah Provinsi. (8) Laporan hasil pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan tembusannya kepada instansi pengawas internal Pemerintah Kabupaten. (9) Laporan hasil pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disampaikan tembusannya kepada instansi pengawas internal Pemerintah Kota. Pasal 24 (1) Laporan hasil pengawasan jalan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) sekurang-kurangnya memuat tentang: kegiatan evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan, pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan, pemenuhan standar pelayanan minimal yang ditetapkan, serta rekomendasi. (2) Laporan hasil pengawasan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3), jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4), dan jalan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5) sekurang-kurangnya memuat tentang evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan, dan pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan, serta rekomendasi.

(3) Laporan hasil pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada penyelenggara jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal berakhirnya pemeriksaan. Bagian Kedua Evaluasi Pasal 25 (1) Menteri melakukan evaluasi atas hasil pengawasan jalan secara umum dan pengawasan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1). (2) Gubernur melakukan evaluasi atas hasil pengawasan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3). (3) Bupati melakukan evaluasi atas hasil pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4). (4) Walikota melakukan evaluasi atas hasil pengawasan jalan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5). (5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk rekomendasi disampaikan kepada pejabat penyelenggara jalan nasional yang ditunjuk. (6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk rekomendasi disampaikan kepada pejabat penyelenggara jalan provinsi yang ditunjuk. (7) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) termasuk rekomendasi disampaikan kepada pejabat penyelenggara jalan kabupaten dan jalan desa yang ditunjuk. (8) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) termasuk rekomendasi disampaikan kepada pejabat penyelenggara jalan kota yang ditunjuk. (9) Pejabat penyelenggara jalan yang ditunjuk wajib mempublikasikan hasil evaluasi pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) kepada umum.

Bagian Ketiga Tindak Lanjut Rekomendasi Pasal 26 Pejabat penyelenggara jalan yang ditunjuk wajib melaksanakan tindak lanjut rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) sampai dengan ayat (8). BAB VI LANGKAH PENANGANAN ATAS PELANGGARAN PEMANFAATAN BAGIAN-BAGIAN JALAN Pasal 27 (1) Penyelenggara jalan wajib melakukan langkah-langkah penanganan atas terjadinya pelanggaran terhadap pemanfaatan bagian-bagian jalan selain peruntukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Langkah-langkah penanganan atas terjadinya pelanggaran terhadap pemanfaatan bagian-bagian jalan selain peruntukannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa peringatan dan pelaporan terjadinya gangguan kepada kepolisian. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 28 (1) Pembiayaan untuk kegiatan pengawasan jalan secara umum dan jalan nasional dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (2) Pembiayaan untuk kegiatan pengawasan jalan provinsi dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi. (3) Pembiayaan untuk kegiatan pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten. (4) Pembiayaan untuk kegiatan pengawasan jalan kota dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 1 Februari 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd AMIR SYAMSUDIN Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2012 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, ttd DJOKO KIRMANTO BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 138 Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Kepala Biro Hukum, ttd Ismono

FORMULIR TATA CARA PENGAWASAN JALAN A.1. Pengawasan Sistem Jaringan Jalan, Sistem Pemrograman, dan Sistem Penganggaran A.1.1. Sistem Jaringan Jalan A.1.2. Sistem Pemrograman dan Penganggaran A.2. Pengawasan Dokumen Perencanaan A.3. Pengawasan Dokumen Pelaksanaan Konstruksi A.4. Pengawasan Perencanaan dan Pelaksanaan Pemeliharaan A.4.1. Pemeliharaan Swakelola A.4.2. Pemeliharaan Dikontrakkan A.5. Pengawasan Pengoperasian Jalan A.6. Pengendalian Fungsi dan Manfaat Hasil Pembangunan Jalan A.7. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal B.1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah B.2. Pengendalian Fungsi dan Manfaat Hasil Pembangunan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN JALAN FORMULIR TATA CARA PENGAWASAN JALAN FORMULIR A.1. PENGAWASAN SISTEM JARINGAN JALAN, SISTEM PEMROGRAMAN, DAN SISTEM PENGANGGARAN A.1.1. SISTEM JARINGAN JALAN KRITERIA SISTEM a) FUNGSI b) STATUS c) Spesifikasi Prasarana Jalan d) KELAS Penggunaan Jalan e) 1. Nomor SK 2. Tanggal SK 3. Pejabat Pengesah 4. Panjang Jalan yang Ditetapkan 5. Pedoman Penetapan 6. Pelaksanaan Penetapan Catatan: 1. Nomor SK diisi nomor SKnya. 2. Tanggal SK diisi tanggal SKnya. 3. Pejabat Pengesah diisi nama dan jabatan. 4. Panjang Jalan yang Ditetapkan diisi dalam kilometer. 5. Pedoman Penetapan diisi Ada/ Tidak Ada. 6. Pelaksanaan Penetapan diisi kesesuaian dengan pedoman penetapan. a) Sistem adalah Sistem Jaringan Jalan Primer. b) Fungsi adalah Jalan Arteri, Jalan Kolektor, Jalan Lokal dan Jalan Lingkungan. c) Status adalah Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten/Kota dan Jalan Desa d) Kelas berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana meliputi Jalan Bebas Hambatan, Jalan Raya, Jalan Sedang dan Jalan Kecil. e) Kelas berdasarkan penggunaan jaleliputi Kelas I, Kelas II, Kelas III dan Kelas Khusus.

A.1.2. SISTEM PEMROGRAMAN DAN PENGANGGARAN 1. Pedoman Penyusunan Program dan Penganggaran 2. Penetapan RPJPN RPJPD 3. Penetapan RPJMN RPJMD 4. Penetapan RENSTRA 5. Berita Acara KONREG 6. Penetapan RKP/ RENJA RKPD 7. Berita Acara MUSRENBANG 8. Penetapan RKA 9. Pengesahan DIPA KRITERIA JALAN NASIONAL JALAN PROVINSI Ada/ Tidak Tanggal: Nomor: Tanggal: Nomor: Tanggal: Nomor: Tanggal: Nomor: Tanggal: Nomor: Tanggal Nomor: Tanggal: Nomor: Tanggal: Nomor: JALAN KABUPATEN DAN JALAN DESA JALAN KOTA

FORMULIR A.2. PENGAWASAN DOKUMEN PERENCANAAN NO. DOKUMEN/ KEGIATAN JALAN JEMBATAN KETERANGAN 1. Studi Kelayakan Ada/Tidak 2. Data/ Survei Ada/Tidak 3. Laporan Desain Ada/Tidak 4. Gambar Rencana Ada/Tidak 5. Rencana Anggaran Biaya Ada/Tidak 6. Pengesahan Ada/Tidak

FORMULIR A.3. PENGAWASAN DOKUMEN PELAKSANAAN KONSTRUKSI Nama Ruas : Nomor Ruas : NO. DOKUMEN JALAN JEMBATAN KETERANGAN 1. Kontrak Ada/Tidak 2. Serah Terima Pertama (PHO) Ada/Tidak 3. Serah Terima Akhir (FHO) Ada/Tidak

FORMULIR A.4. PENGAWASAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMELIHARAAN A.4.1. PEMELIHARAAN SWAKELOLA Nama Ruas : Nomor Ruas : NO. DOKUMEN PERENCANAAN DOKUMEN PELAKSANAAN KETERANGAN 1. Data/ Survei Ada/Tidak *) 2. Rencana Kegiatan Ada/Tidak *) Catatan: *) coret yang tidak perlu Laporan Pelaksanaan Ada/Tidak *) A.4.2. PEMELIHARAAN DIKONTRAKKAN Nama Ruas : Nomor Ruas : NO. DOKUMEN JALAN JEMBATAN KETERANGAN 1. Kontrak Ada/Tidak 2. Serah Terima Pertama (PHO) Ada/Tidak 3. Serah Terima Akhir (FHO) Ada/Tidak

FORMULIR A.5. PENGAWASAN PENGOPERASIAN JALAN NO. SEGMEN RUAS (KM s/d KM ) NAMA RUAS NOMOR RUAS PANJANG RUAS (Km) DOKUMEN LAIK FUNGSI JALAN (Ada/Tidak) 1. 2. 3. 4. dst...

FORMULIR A.6. PENGENDALIAN FUNGSI DAN MANFAAT HASIL PEMBANGUNAN JALAN NO. DOKUMEN PENGENDALIAN FUNGSI PENGENDALIAN MANFAAT Ada Tidak Ada Tidak 1. Izin 2. Dispensasi 3. Peringatan *) 4. Pelaporan *) 5. Penindakan *) Catatan: *) dalam hal izin/ dispensasi tidak ada

FORMULIR A.7. PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL NO. KRITERIA PENETAPAN SASARAN (%) PENCAPAIAN SASARAN (%) 1. Jaringan Jalan Aksesibilitas Mobilitas Keselamatan 2. Ruas Jalan Kondisi Kecepatan

FORMULIR B.1. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH NO. KRITERIA PENGATURAN PEMBINAAN PEMBANGUNAN PENGAWASAN 1. 2. Penetapan Kinerja Pencapaian Kinerja

FORMULIR B.2. PENGENDALIAN FUNGSI DAN MANFAAT HASIL PEMBANGUNAN NO. DOKUMEN/ KEGIATAN PENGENDALIAN JALAN MASUK PENJAGAAN RUANG MANFAAT JALAN AGAR TETAP BERFUNGSI PENCEGAHAN TERHADAP GANGGUAN FUNGSI JALAN Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak 1. Izin 2. Dispensasi 3. Rekomendasi 4. Andal Lalin 5. Peringatan 6. Pelaporan 7. Penindakan MENTERI PEKERJAAN UMUM, ttd DJOKO KIRMANTO Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Kepala Biro Hukum, ttd Ismono