BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG SUMUR RESAPAN

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

NOMOR :2 IAI{UN?OOT TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 14 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

~JaIcana PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 5 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 12A Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 06 TAHUN 2003 T E N T A N G IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

WALIKOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN BANGUNAN DI KAWASAN PANTAI TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER DAYA AIR DAN SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN DI KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LOKASI

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

NO.2/C 19 AGUSTUS 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PEMBERIAN IZIN UNDIAN (PROMOSI PRODUK BARANG/JASA)

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 22 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO Nomor 7 Tahun 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Transkripsi:

BUPATI SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG SUMUR RESAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya untuk melestarikan air tanah, yakni dengan membuat Sumur Resapan sebagai tempat untuk menampung dan menyimpan curahan air hujan sehingga dapat menambah kandungan air tanah; b. bahwa semakin banyak jumlah pembagunan mengakibatkan banyaknya tutupan permukaan tanah yang tidak dapat diresapi oleh air sehingga mengakibatkan terjadinya genangan air yang berpotensi menimbulkan banjir dan erosi; c. bahwa untuk mencegah penurunan kadar air tanah dan air permukaan tanah yang mengakibatkan bagian atasnya menjadi kering, tandus dan keropos, perlu di buat sumur resapan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Sumur Resapan; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik 1

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3838); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4161); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 344); 8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2014 tentang Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1394); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA dan BUPATI SUMBAWA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SUMUR RESAPAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sumbawa. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumbawa. 3. Bupati adalah Bupati Sumbawa. 4. Dinas adalah Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Sumbawa. 5. Dinas Terkait adalah Perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa yang memiliki fungsi menangani atau pengembangan sumber daya air, baik air bawah tanah maupun air permukaan. 6. Pembina Teknis adalah setiap unit/satuan kerja/perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa yang memberikan pelayanan kegiatan teknis yang berkaitan dengan pembuatan sumur resapan, baik kualitas maupun kuantitas air tanah sesuai bidang tugasnya masing-masing. 7. Lembaga Swadaya Masyarakat yang selanjutnya disingkat LSM adalah organisasi/lembaga yang dibentuk oleh masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh 2

organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitik beratkan pada pengabdian secara swadaya. 8. Bidang Tanah adalah daerah permukaan yang menampung limpas air hujan dapat berupa atap atau permukaan tanah yang timbul. 9. Permeabilitas Tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat dirembesi/ dilalui air. 10. Sumur Resapan adalah sistem resapan buatan yang dapat menampung air hujan yang langsung melalui atap atau pipa talang bangunan, dapat berbentuk sumur, kolam dengan resapan, saluran porous dan sejenisnya. 11. Tinggi Muka Air Tanah adalah kedalaman muka air tanah terhadap permukaan tanah. 12. Air Permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. 13. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 14. Penanggung Jawab Bangunan adalah pemilik/penyewa bangunan baik perorangan, swasta maupun instansi diberi kuasa atau hak untuk menempati atau mengelola bangunan. 15. Tanah Geluh/Lanau adalah jenis tanah yang dalam keadaan kering tidak terasa seperti berlemak dan mempunyai susut muai kecil serta daya ikat kecil. 16. Volume Sumur Resapan adalah volume tampungan sumur resapan yang merupakan bagian yang kosong sebelum diisi air hujan. 17. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan. Pasal 2 (1) Maksud dari pembuatan Sumur Resapan adalah sebagai sarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. (2) Tujuan dari pembuatan Sumur Resapan adalah untuk menampung, menyimpan dan menambah cadangan air tanah serta dapat mengurangi limpahan air hujan ke saluran pembuangan dan badan air lainnya, sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau dan sekaligus mengurangi timbulnya banjir. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini adalah: a. obyek dan subyek; b. sumber air sumur resapan; c. kewajiban pembuatan sumur resapan; d. persyaratan lokasi pembuatan sumur resapan; e. bentuk dan ukuran; f. konstruksi bangunan; 3

g. pembuatan dan perawatan; h. pembinaan, pengawasan dan penertiban; dan i. sosialisasi. BAB III OBYEK DAN SUBYEK Pasal 4 (1) Obyek pembuatan Sumur Resapan adalah Bidang Tanah (2) Subyek pembuatan Sumur Resapan adalah perorangan dan/atau instansi pemerintah maupun swasta yang akan atau sedang mendirikan/memiliki/menguasai bangunan yang menjadi Bidang Tanah. BAB IV SUMBER AIR SUMUR RESAPAN Pasal 5 Air yang diperbolehkan masuk ke dalam Sumur Resapan adalah air hujan yang berasal dari limpasan atap bangunan atau permukaan tanah yang tertutup oleh bangunan atau air lainnya yang sudah melalui Instalasi Pengelolaan Air Limbah dan sudah memenuhi standar Baku Mutu. BAB V KEWAJIBAN PEMBUATAN SUMUR RESAPAN Pasal 6 (1) Kewajiban pembuatan Sumur Resapan bagi perorangan dan badan hukum ditujukan kepada: a. setiap penanggung jawab bangunan yang menutup permukaan tanah; b. setiap pemohon dari pengguna sumur dalam; c. setiap orang dan/atau badan hukum yang mengambil air tanah dalam lebih dari 50 m (lima puluh meter); d. setiap pemilik bangunan berkonstruksi panjang dan/atau memanfaatkan air tanah dalam yang lebih dari 40 (empat puluh) meter; dan e. setiap usaha industri yang memanfaatkan air tanah permukaan. (2) Selain kewajiban pembuatan Sumur Resapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terhadap pengembang yang akan membangun di atas lahan lebih dari 5.000 m 2 (lima ribu meter persegi) diwajibkan menyiapkan 1,0% (satu koma nol perseratus) dari lahan yang akan digunakan untuk bangunan kolam resapan di luar perhitungan Sumur Resapan. (3) Terhadap kewajiban pembuatan Sumur Resapan bagi setiap pemilik bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), apabila lokasinya tidak memungkinkan, maka harus membangun di lokasi pengganti yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 7 (1) Setiap pemohon Izin Mendirikan Bangunan wajib membuat perencanaan dan pembuatan sumur resapan. 4

(2) Perencanaan dan pembuatan Sumur Resapan merupakan kelengkapan wajib izin Bangunan. (3) Pembuatan Sumur Resapan merupakan persyaratan untuk mendapatkan kutipan izin mendirikan bangunan. (4) Setiap bangunan yang telah berdiri dan belum memiliki Sumur Resapan wajib membuat Sumur Resapan susulan. (5) Izin penggunaan bangunan dapat diberikan apabila Sumur Resapan berfungsi dengan baik berdasarkan pemeriksaan Dinas terkait. Pasal 8 (1) Dinas dapat berkoordinasi dengan Dinas Terkait untuk membuat Sumur Resapan pada lokasi-lokasi tertentu. (2) Lokasi-lokasi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kawasan publik seperti jalan umum, fasilitas umum, instansi-instansi Pemerintahan dan Pemerintahan Daerah. Pasal 9 Bagi masyarakat yang tidak mampu membuat Sumur Resapan, Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi pembuatan Sumur Resapan secara komunal. BAB VI PERSYARATAN LOKASI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN Pasal 10 (1) Persyaratan lokasi pembuatan Sumur Resapan adalah sebagai berikut: a. Sumur Resapan harus dibuat di dalam areal bangunan yang bersangkutan; b. Saluran drainase yang menuju Sumur Resapan harus terpisah dari saluran limbah; c. Sumur Resapan harus dibangun di lokasi yang struktur tanahnya stabil dan/atau tidak terjal; dan d. Sumur Resapan harus dibuat diluar lokasi timbunan sampah, bekas timbunan sampah atau tanah yang mengandung bahan pencemar. (2) Selain persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bak kontrol yang dialiri air hujan dan tidak bercampur dengan air rumah tangga serta limbah lainnya dapat berfungsi sebagai Sumur Resapan. (3) Jarak minimal Sumur Resapan terhadap: a. tangki septik berjarak 2 (dua) meter; b. bidang resapan tangki septik/saluran air limbah/pembuangan sampah berjarak 5 (lima) meter; dan c. sumur air bersih sepanjang 2 (dua) meter. (4) Jarak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diukur dari tepi ke tepi. Pasal 11 (1) Apabila secara teknis lokasi pembuatan Sumur Resapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 tidak memenuhi persyaratan, perorangan dan badan hukum serta pemohon izin bangunan wajib memberikan kompensasi kepada Pemerintah Daerah. 5

(2) Bentuk kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. pembuatan sumur resapan dilokasi pengganti; b. penanaman pohon penghijauan dalam rangka konservasi sumber daya air; c. pembuatan teknologi lain pengganti sumur resapan; dan/atau d. kompensasi lain yang ditentukan oleh Dinas Terkait yang menangani pengembangan sumber daya air. BAB VII BENTUK DAN UKURAN Pasal 12 Bentuk dan ukuran Sumur Resapan adalah sebagai berikut: a. Sumur Resapan berbentuk segi empat atau lingkaran; b. diameter paling pendek 0,8 m (nol koma delapan meter) dan paling panjang 1,4 m (satu koma empat meter); c. diameter pipa masuk maupun pipa pelimpah 110 m (seratus sepuluh meter); dan d. kedalaman paling sedikit 1,5 m (satu koma lima meter) dan paling banyak 10 m (sepuluh meter) atau kedalaman muka air tanah. BAB VIII KONSTRUKSI BANGUNAN Pasal 13 Tipe konstruksi Sumur Resapan adalah sebagai berikut: a. Tipe I, kedalaman maksimal 1,5 m (satu koma lima meter), diameter penampung 0,8 m (nol koma delapan meter) sampai 1,4 m (satu koma empat meter), material pengisi berupa batu belah, dinding tanpa penguat, penutup terdiri dari plastik dan tanah; b. Tipe II, kedalaman maksimal 3 m (tiga meter), diameter penampung 0,8 m (nol koma delapan meter) sampai 1,4 m (satu koma empat meter), dinding terdiri atas pasangan bata tanpa diplester, material pengisi berupa batu belah setebal minimum 40 cm (empat puluh sentimeter) penutup pelastik beton bertulang; c. Tipe IIIA, kedalaman maksimal adalah muka air tanah, diameter penampung 0,8 m (nol koma delapan meter) sampai 1,4 m (satu koma empat meter) dinding dibuat dari pasangan bata tanpa diplester setinggi 75 cm (tujuh puluh lima sentimeter), dimulai dari muka tanah, selebihnya tanpa penguat, material pengisi berupa batu belah sampai batas bawah pasangan bata penguat, penutup terdiri atas pelat beton bertulang; d. Tipe IIIB, kedalaman maksimal adalah muka air tanah, diameter penampung 0,8 m (nol koma delapan meter) sampai 1,4 m (satu koma empat meter), dinding bagian atas setinggi 100 cm (seratus sentimeter) diperkuat dengan pasangan bata tanpa plester, dinding bagian bawah tanpa penguat, material pengisi berupa batu belah, penutup terdiri atas plastik 0,5 mm (nol koma lima milimeter) dan timbunan tanah yang ditanami rumput; e. Tipe IIIC, kedalaman maksimal adalah muka air tanah, diameter penampang 0,8 m (nol koma delapan meter) sampai 1,4 m (satu koma empat meter) dinding penguat dengan beton yang dilubangi diameter 15 6

mm (lima belas milimeter) dalam jarak 20 cm (dua puluh sentimeter), material pengisi berupa batu belah hanya pada bagian bawahnya setebal 40 cm (empat puluh sentimeter), penutup terdiri atas pelat beton bertulang. BAB IX PEMBUATAN DAN PERAWATAN SUMUR RESAPAN Pasal 14 (1) Dalam pelaksanaan pembuatan Sumur Resapan bagi subyek wajib memberitahukan kepada di Dinas agar mendapat bimbingan, pembinaan serta pengawasan. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum pembuatan Sumur Resapan. (3) Segala biaya pembuatan Sumur Resapan menjadi tanggung jawab subyek. Pasal 15 (1) Dalam hal perawatan Sumur Resapan subyek wajib memeriksa secara periodik setiap 6 (enam) bulan sekali terhadap Sumur Resapan. (2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi aliran masuk, bak kontrol dan kondisi Sumur Resapan. BAB X PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENERTIBAN Pasal 16 Pembinaan terhadap pelaksanaan pembuatan Sumur Resapan merupakan tanggung jawab Bupati yang secara teknis operasional dilaksanakan oleh Dinas terkait. Pasal 17 Dinas terkait wajib melaksanakan pengawasan dan penertiban terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini. Pasal 18 Dinas terkait wajib melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17 kepada Bupati. BAB XI SOSIALISASI Pasal 19 (1) Dinas terkait yang menangani sumber daya air beserta Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman melakukan sosialisasi secara terprogram dan berkelanjutan terkait kewajiban membuat Sumur Resapan kepada segenap lapisan masyarakat, baik perorangan, badan usaha, maupun instansi. (2) Dalam melakukan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan kemitraan dengan Asosiasi Profesi dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terkait. 7

BAB XII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 20 (1) Penyidikan terhadap pelanggaran atas Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah. (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 21 (1) Setiap subyek yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). 8

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XIV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyelenggaraan Sumur Resapan diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa. Diundangkan di Sumbawa Besar pada tanggal 26 Nopember 2018 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TTD RASYIDI Ditetapkan di Sumbawa Besar pada tanggal 26 Nopember 2018 BUPATI SUMBAWA, TTD M. HUSNI DJIBRIL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2018 NOMOR 18 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 84 TAHUN 2018 Disalin sesuai dengan aslinya oleh : Kepala Bagian Hukum, I KETUT SUMADI ARTA, SH. Pembina Tingkat Tk.I (IV/b) NIP. 19691231 199403 1 094 9

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG SUMUR RESAPAN I. UMUM Melihat perkembangan pembangunan di Kabupaten Sumbawa, semakin hari semakin mengalami perubahan yang cukup singnifikan. Mulai dari pembagunan fasilitas umum, fasilitas sosial, hingga fasilitas pribadi. Pembagunan ini tentu memanfaatkan lahan, mulai dari ukuran permeter, are hingga hektar. Ketika lahan dimanfaatkan untuk pembagunan, maka secara otomatis lahan tertutup oleh fasilitas-fasilitas yang dibangun sehingga pada saat musim hujan terjadi pengurangan resapan air tanah mengakibatkan terjadinya genangan air ( banjir), erosi dan berkurannya air bawah tanah. Oleh karena itu, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, bertujuan memberikan pedoman bagi penanggungjawab bangunan dan pemerintah daerah dalam pemanfaatan air untuk mengurangi genangan air atau banjir serta mempertahankan kualitas dan meningkatkan kuantitas air tanah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Ayat 1 Ayat 2 Yang dimaksud dengan perorangan yakni setiap orang yang akan atau mendirikan bangunan atau memiliki atau menguasai bangunan yang menjadi bidang tanah, kemudian intansi pemerintah yakni satuan kerja/satuan organisasi kementerian/departemen, lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan lembaga tinggi negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah, termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara, dan Badan Usaha yang akan Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 atau mendirikan bangunan atau memiliki atau menguasai bangunan yang menjadi bidang tanah. Sedangkan swasta adalah setiap badan usaha swasta yang akan atau mendirikan bangunan atau memiliki atau menguasai bangunan yang menjadi bidang tanah. 10

Pasal 8 Pasal 9 Yang dimaksud masyarakat tidak mampu yakni masyarakat yang serba kekurangan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya atau masyarakat yang masuk dalam dalam basis data terpadu dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 677 11