Kajian Unjuk Kerja Pengendalian Jaringan Saraf Tiruan untuk Menurunkan Konsumsi Elektroda pada Tungku Busur Listrik



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menunjang perkembangan sektor industri nasional. Kualitas daya yang baik pada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

Perancangan Sistem Kontrol Busur Listrik pada Tungku Peleburan Besi dan Baja Dengan Pengontrol Robas H

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

atau pengaman pada pelanggan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Rancang Bangun Pengatur Tegangan Otomatis pada Generator Ac 1 Fasa Menggunakan Kendali PID (Proportional Integral Derivative)

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Studi Komparatif Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa Standar NEMA Berdasarkan Rangkaian Ekivalen Dan Kode Huruf

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

2.1. Dasar Teori Bandwidth Regression

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PREDIKSI INDEKS PASAR SAHAM S&P500, DOW JONES DAN NASDAQ COMPOSITE DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

STUDI PERANCANGAN PENGONTROL NEURO-FUZZY PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

BAB I PENDAHULUAN. daya tahan. PT. Propan Raya ICC merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Hasil Penelitian dan Pembahasan

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kompor induksi type JF-20122

Perbaikan Metode Backpropagation untuk Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Motor induksi (MI) adalah alat listrik yang mengubah energi listrik menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik

LAB LAS. Pengelasan SMAW

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK...

BAB II LANDASAN TEORI

PERILAKU TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR DENGAN METODA PENEMPATAN KUTUB DALAM DOMAIN WAKTU

BAB III KONSEP PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

ESTIMASI PRODUKTIVITAS PEKERJA KONSTRUKSI DENGAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

RANGKAIAN AC R-L PARALEL

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI MORFOLOGI BUSUR PADA PENGELASAN BUSUR DIAM T I G DENGAN PARAMETER DAN KOMPOSISI GAS YANG BERBEDA

PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi sistem tegangan. Ketidakstabilan

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

Generalisasi rata-rata (%)

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

Transkripsi:

SNPPT12010 Kajian Unjuk Kerja Pengendalian Jaringan Saraf Tiruan untuk Menurunkan Konsumsi Elektroda pada Tungku Busur Listrik Sudirman Palaloi Balai Besar Teknologi Energi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan Puspiptek - Serpong 15314 Email : palaloi @yahoo.com Abstrak -- Makalah ini berisi kajian unjuk kerja pengendalian jaringan saraf tiruan untuk menurunkan kosumsi elektroda di tungku busur listrik. Langkah pertama mereview penggunaan pengendali pada tungku busur listrik. Posisi elektroda terhadap bahan material pada tungku busur listrik dianalisis untuk mendapatkan titik optimumnya. Selanjutnysa membuat model JST yang akan diterapkan. Setelah pengendalian jaringan sarat tiruan diaplikasikan, maka unjuk kerjanya dievaluasi dengan menggunakan formulasi Ben Baumen pada masing-masing 100 heat. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa pengendali dengan jaringan saraf tiruan dapat menurunkan konsumsi elektroda. Kata Kunci : pengendali jaringan saraf tiruan, tungku busur listrik, konsumsi elektroda. I. PENDAHU LUAN Salah satu pendukung utama dalam proses peleburan baja adalah energi listrik. Energi listrik ini diperlukan untuk meleburkan bahan baku yang terdiri dari besi tua (scrap), besi spons (sponge iron), batu kapur (limestone) dan bahan campuran lainnya di Tungku Busur Listrik disingkat dengan TBL sehingga menjadi baja cair. Di tungku busur listrik ini digunakan arus bolak balik 3 fase ( 3 phase alternating current Electric Arc Furnace) yang tiap fasenya terhubung dengan satu elektroda (electrode) yang akan menghasilkan busur listrik sebagai cumber energi untuk proses peleburan. Selama proses peleburan, elektroda akan bergerak naik dan turun melalui suatu sistem kendali elektroda untuk menghasilkan busur listrik yang stabil. Untuk menjaga kestabilan busur listrik tersebut, maka sistem kontrol elektroda secara otomatik mengendalikan elektroda naik dan turun untuk menjaga jarak (gap) antara ujung elektroda dengan bahan baku/muatan yang berfungsi sebagai beban, agar muatan tetap stabil sesuai dengan nilai acuan impedansi (impedance reference/set point) yang telah ditentukan. Jarak antara Ujung elektroda dan muatan yang bersifat penghantar (conductor) akan mempengaruhi besarnya arus listrik yanj mengalir pada elektroda, yang pada akhirnya berpengaruh pada daya busur listrik (arc power) yang dihasilkan. Sehingga bila arus listrik tersebut stabil pada ketiga fase elektroda, maka busur listrik dan daya yang dihasilkan stabil. Pada awal proses peleburan, dimana permukaan muatan belum merata karena bahan baku belum sepenuhnya melebur, maka elektroda secara otomatik akan bergerak untuk menghasilkan busur listrik dan harus cepat bergerak naik pada saat ada muatan besi tua (scrap), besi spons (sponge iron) untuk - menghidah" fei jadinya hubung singkat (short circuit) dan elektroda patah. Agar dihasilkan respon yang baik untuk naik dan turun dari elektroda tersebut, maka diperlukan suatu sistem kendali elektroda terpadu dengan keandalan yang tinggi, sehingga pada akhirnya dihasilkan suatu kondisi peleburan yang optimum. Pemakaian elektroda tergantung dari besar busur listrik yang terjadi di elektroda, dan besar busur listrik sendiri,, ;, tel-gar tung dari posisi elektroda terhadap bahan Baku baja yang akan dilebur. Bila jarak elektroda tersebut terlalu dekat, maka terjadi penggunaan energi yang berlebihan (pemborosan) dan batang elektroda akan menjadi lebih cepat habis. Oleh karena itu posisi elektroda sangat menentukan efisiensi dari pemakaian energi dan penggunaan elektroda, dan salah satu cara untuk dapat dilakukan melalui pengaturan posisi elektroda 11.81. Pengendalian posisi elektroda secara konvensional menggunakan kontrol Proporsial Integral (PI) dengan PLC yang mengatur masingmasing elektroda secara terpisah telah diterapkan di salah satu pabrik baja di Indonesia. Hal ini kurang memuaskan, karena pada kenyataannya setiap elektroda yang terkait di dalam sistim kelistrikan tiga fasa akan memberikan respon arus yang saling bergantung sesuai dengan hukum Kirchof, sehingga penentuan parameter setiap kontrol untuk ketiga elektroda tersebut perlu selalu disesuaikan. Dengan sistem kontrol terpadu ini pada implementasinya dapat mempermudah operator dalam pengawasan proses TBL dan menghemat pemakaian elektroda di dalam proses peleburan baja. Pada makalah ini menyaj ikan rancangan suatu kontrol yang terpadu dalam mengendalikan tiga buah elektroda yang terkait di dalam sistem listrik tiga 167

fasa menggunakan kontrol jaringan syaraf tiruan (JST) metoda galat rambat mundur (error back propagation) untuk memperbaiki kinerja sistem TBL dalam usaha penurunan konsumsi elektroda. Evaluasi konsumsi elektroda dilakukan berdasarkan data operasi tungku listrik dengan membandingkan antara pengoperasian TBL dengan kontrol jaringan syaraf tiruan yang biasa dikenal Neuro Furnace Controller (NFC) dengan PLC masing-masing 100 heat. Konsumsi elektroda dihitung secara empiris berdasarkan rumus Ben Bowmen. 11. RANCANGAN DAN METODE EVALUASI 2.1 Proses Tungku Busur Listrik (TBL). Proses pembuatan baja cair dilakukan dengan cara meleburkan bahan-bahan baku seperti besi spon, besi rongsokan/scrap, besi kasar ke dalam tungku peleburan sehingga dihasilkan baja cair (baja kasar) yang kemudian akan dicetak menjadi baja sesuai dengan keperluannya seperti untuk kawat baja, plat baja, pipa baja, dan lain-lain. Beberapa jenis tungku peleburan dapat dipakai untuk proses pembuatan baja, diantaranya adalah tungku busur listrik (TBL) yaitu Tungku peleburan baja yang menggunakan energi listrik. Energi listrik digunakan untuk pemanasan, peleburan, pemanasan lanjut, flan pemurnian baja. Busur listrik pada TBL terjadi akibat proses mendekatkan elektroda (katoda) yang dialiri arus listrik tinggi sehingga menyentuh bahan lebur (anoda). Ketika elektroda dan bahan lebur Baling bersentuhan layaknya seperti hubung singkat, maka terjadilah proses panas pada permukaan sentuh. Pada suhu yang tinggi terjadi proses ionisasi yaitu pancaran ion-ion yang terjadi antara elektroda dan bahan lebur. Jika elektroda dan bahan lebur tidak dipisahkan secara cepat dan jarak antara keduanya tidak terlalujauh, arus dapat mengalir melalui udara yang terionisasi diantara elektroda dan bahan itu 14,71. Busur listrik yang terjadi sesungguhnya bersifat tidak stabil dan tidak linier, karakteristiknya dapat dijelaskan melalui tegangan dan arcs, tetapi sukar untuk mengukur tegangan busur secara langsung. Bila busur listrik dianggap sebagai suatu beban listrik (impedansi) pada rangkaian listrik, maka perubalian teganan busur listrik yang hampir berbentuk sinusoids beserta harmonisa akan menyebabkan kenaikari `nilai reaktansi dan merubah harga daya reaktif dari rangkaian. 1-1 11 1 PI.. 1. 11. S l.l. m P.n0ulur. C enilo i^.r V,' Gambar 1. Sistem kelistrikan tungku busur listrik Gambar 1. memperlihatkan diagram kelistrikan sebuah TBL, Jalur jala-jala listrik tegangan tinggi 3 fasa dilewatkan ke sebuah trafo TBL untuk diturunkan tegangannya sesuai dengan tahapantahapan keperluan proses peleburan campuran bahan baku baja. Pada masukan trafo (primeir trafo) daya dan energi yang terpakai oleh TBL diinformasikan ke bagian pengukuran kw, kwh dan kvar, sedangkan pada luaran trafo (dibagian sekuder) dilakukan pengukuran arus dan tegangan listrik sebagai informasi masukan ke sistem kontrol. 2.2 Sistem Instrumentasi-Kontrol Di dalam satu TBL terdapat tiga buah elektroda yang terhubung ke sistem listrik tiga fasa. Pengaturan posisi dari ketiga buah elektroda tersebut dilakukan secara terpisah menggunakan sistem kontrol konve'asional, sehingga dibutuhkan tiga buah kontrol Proporsional ^nteral yang masing-masing berdiri sendiri untuk, setiap, Casa. Sistem kontrol cara ini mengalami kesulitan di dalam menetapkan parameterparameter kontrolnya, karena itu diperlukan keahlian tersendiri agar ketiga elektroda tersebut dapat bekerja seimbang/seirama. Naik turunnya elektroda tersebut dilakukan oleh suatu perangkat penggerak elektroda yang disesuaikan dengan perintah dari kontrol, dan kontrol sendiri mendapat umpan dari informasi arus tegangan dan energi listrik tiga fasa yang mengalir ke elektroda. Permasalahannya adalah harga impedansi dari busur listrik tidak konstan dan tidak dapat diukur, untuk itu diperlukan pemahman mengenai reaktansi dalam suatu rangkaian listrik. Sebuah penghantar seperti batang busur listrik (elektroda) pada rangkaian loop tertutup dapat dinyatakan dengan rumus berikut : 168

X= wft L.inD D; (1) loo adalah konstanta induksi, co kecepatan sudut, it konstanta dan D;; merupakan jarak geometris rata-rata terhadap dirinya. Persamaan (1) di atas memperlihatkan bahwa reaktansi suatu penghantar di dalam sebuah loop tertutup berbanding lurus dengan panjang penghantar (L), dan mengecil secara logaritmis terhadap membesamya jarak antar penghantar (D), serta tergantung dari konstruksi penghantar itu sendiri. Semakin besar luas penampang penghantar akan menyebabkan semakin mengecilnya reaktansi penghantar tersebut. Jadi faktor-faktor yang tnenentukan reaktansi sebuah penghantar dalam suatu loop adalah : panjang, jarak dan jumlah serta Was penampang penghantar. Pengaruh reaktansi di dalam TBL secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut : reaktansi akan mengecil ketika arus listrik yang melewati elektroda membesar, hal ini biasanya terjadi juga bila elektroda mulai memendek, kasus ini akan mengakibatkan pemakaian energi menjadi sedikit, pemakaian elektroda menjadi lebih banyak dan Jaya maksimtun yang dipakai menjadi lebih tinggi. Hal sebaliknya juga berlaku untuk kejadian arus listrik yang melewati ektroda mengecil atau ketika kondisi elektroda masih panjang. Oleh karena itu salah satu cara memperbaiki kinerja TBL dapat dilakukan dengan mengendalikan jarak elektroda terhadap bahan baku dalam proses peleburan baja. 2.3 Rancangan Kontrol Terpadu Tiga Fasa dengan JST. Pengendalian dengan memanfatkan jaringan saraf tiruan (JST) untuk mengendalikan posisi elektroda yang optimum pada tungku busur listrik yang dikenal Neuro Furnace Controller (NFC). Sebelumnya sistem pengendalian yang digunakan adalah sistem konvensional menggunakan PLC. Sementara proses peleburan di TBL tidaklah sederhana. Setnakin kompleks suatu proses semakin sulit pemodelan matematisnya. Pengendalian di TBL harusnya menggunakan pemodelan matematis yang kompleks, yang didasarkan pada banyaknya variabel masukan dan keluaran (Multi-Input-Multi-Output System). Namun kenyataannya harus disederhanakan untuk memudahkan perancangan sistem kendalinya. Penyederhanaan seperti ini belum optimal, karena kenyataannya beberapa variabel proses berubah dengan cepat dan Baling mempengaruhi secara tidak menentu. Oleh karena itu sistem ini tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Untuk mengatasi masalah ini, maka diperlukan sistem pengendali yang dapat beradaptasi terhadap dinamika proses. Pengendali sebaiknya dapat belajar dari pengalaman sesuai dengan perubahan yang terjadi di dalam proses. Disamping itu diharapkan pula untuk memprediksi kondisi proses yang akan datang, sehingga penyimpangan yang akan terjadi dapat di perkecil atau dihilangkan sama sekali. Salah satu sistem pengendalian yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah sistem pengendali berbasis JST. Sistem ini didasarkan pada pembelajaran proses yang benar melalui pelatihan untuk mengat}ih polisi...elektroda di dalam TBL. Pelatihan JST dilakukan dengan memakai data masukan dan keluaran sistem yang diperoleh selama TBL beroperasi. Keunggulannya adalah kemampuan untuk dapat menyaring tingkah laku proses yang didasarkan pada sekumpulan data latihan. Data pelatihan diperoleh dari data pengoperasian TBL sedemikian sehingga mampu memetakan keterkaitan antara variabel masul-an, dankeluaran dari berbagai proses yang tidak linier tanpa model matematis yang rum it; dapat mengatasi. masalah tegangan kejut (voltage flicker) melalui kemampuannya untuk memprediksi kondisi operasi, dengan memanfaatkan sistem akuisisi data yang sangat cepat; dapat memprediksi besaran konstanta waktu sesuai dengan proses yang berlangsung di dalam tungku untuk mengatur posisi elektroda terhadap beban, dan pada akhirnya memperkecil kemungkinan elektroda kejatuhan beban muatan bahan b'ak}t y^ng dapat mengakibatkan patah. Perancangan, perbaikan sistem kontrol konvensional yang diubah menggunakan kontrol terpadu menggunakan algoritma JST dapat dilihat pada Gambar 2. Harga Acuan Zset "I Motor FN Kl Elektrod. I'il: ;' 4 Tbngku Vact 11 tact Zact V Gambar 2. Model rancangan kontrol JST pada TBL tiga fasa. 169

Tujuan dari pengontrol ini adalah mempertahankan panjang tertentu dari busur listrik melalui pengendalian posisi elektroda secara vertikal menggunakan penggerak hidrolis atau elektromotorik. Untuk itu beberapa persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya adalah: daya yang ditentukan dari trafo harus dipertahankan, elektroda harus memberikan respon yang baik bila terjadi gangguan hubungsingkat, penyimpangan dalam prosedur pengaturan pada salah satu elektroda tanpa menggangu posisi elektrodaelektroda yang lain. Untuk merancang kontrol JST diperlukan data-data lapangan berupa besaran arus operasi (lact) untuk ketiga fasa, Tegangan operasi (Vact) untuk ketiga fasa, Besaran regulator (R) untuk ke tiga fasa. R dipakai sebagai luaran dari kontrol dan sebagai informasi yang memerintahkan sistem penggerak merubah posisi elektroda. Selain itu diperlukan juga data impedansi acuan (Zset) yang merupakan harga impenaasi acuan dari busur listrik dan besarnya diambil dari suatu tabel berdasarkan kondisi daya dan energi dari trafo TBL yang dipakai. Kontrol JST pada TBL dirancang menggunakan sebuah lapisan tersembunyi dan memakai algoritma extended delta bar delta rule : EDBD (merupakan salah satu versi dari back propagation error). Algoritma ini mempunyai komponen laju belajar dan komponen momentum didalam proses belajar (training) maupun proses pengujian (test), besarnya bobot koneksi antara neuron dihitung menggunakan persamaan (2) 15,61 W. I = W. +AW,,1 (2) Perubahan/perbaikan bobot koneksi menggunakan persamaan (3). d W,., dihitung O W,.,_, = a.15 1 +,u. O Wi (3) adalah laju belajar yang menentukan besamya langkah perubahan bobot koneksi, 0000 adalah perubahan komponen kesalahan sebagai fungsi dari perubahan bobot koneksi, dan 0 0 adalah komponen momentum yang diperlukan untuk mengatasi keadaan ketika laju perubahan q 0 q q memberikan nilai minimum yang semu (lokal minimal). Data masukan diambil dari galat yang terjadi antara impedansi acuan (ZSef) dan impedansi aktual (Zaet). Impedansi aktual dihitung dari perbandingan antara tegangan (Vast) dengan arus aktual (I3et) untuk ke masing-masing fasa. Sedangkan data luaran (R) diperoleh dari kondisi infonnasi masukan regulator penggerak elektroda. Pasangan masukan-luaran yang tersusun terpadu untuk ketiga fasa dibuat dalam suatu file tersendiri (*.NNA) yang kemudian dipakai oleh sofiwere NeurolWorks P-11-plus sebagai informasi belajar. Hal yang sama juga dilakukan untuk proses pengujian. Hasil belajar/pengujian dari informasi yang disampaikan melalui data, disimpan pada nilai bobot koneksi antara neuron yang Baling terhubung. Nilai bobot tersebut mencerminkan pengetahuan tentang aturan dan parameter dari kontrol. JST dilatih sedemikian rupa sehingga dapat mempelajari karakteristik masukan galat impedansi dan menghasilkan luaran besaran regulasi untuk ketiga fasa secara terpadu. Bila nilai kesalahan aktual lebih besar dari nilai yang diinginkan, maka harga bobot koneksi diubah dan dihitung ulang sampai diperoleh nilai kesalahan yang diinginkan. Nilai kesalahan dihitung untuk neuron lapisan terluar menggunakan persamaan akar galat kuadrat rata-rata (Root Mean Squere Error :RSME). Hasil galat RMS yang diperoleh dibandingkan dengan perancangan kontrol yang dirancang terpisah untuk masing-masing fasa dengan pemilahan jumlah neuron pada lapisan tersembunyi yang sama. 2.4 Metode Evaluasi Unjuk Kerja Hasil Rancangan Setelah 'sistem perangkat lunak dan sistem perangkat keras terpasang dengan baik, maka dilakukan pengujian tentang penghematan pemakaian elektroda dengan cara : 1. Pengumpulan data beberapa jenis batang elektroda yang akan dipakai. 2. Pengukuran arus listrik, tegangan listrik dan konsumsi energi listrik selama selang waktu pengamatan 3. Pengambilan data beberapa paramater operasi yang sangat t.'bei enganth didalam pemakaian elektroda. 4. Menghitung arus rata-rata yang dipakai selama oerasi peleburan baja pada saat kejadian melting. 5. Perhitungan konsuunsi elektroda dengan Ben Bowmen 6. Klasifikasi data terhadap 5 parameter yang mempengaruhi konsumsi elektroda untuk validasi hasil perhitungan 7. Diskusi dan analisis hasil perhitungan dengan mempertimbangkan' parameter-parameter operasi yang mempengaruhi konsumsi elektroda. 8. Analisis hasil pengujian Untuk membandingkan kinerja dari pengoperasian kontrol konvensional (PLC) dan pengoperasian dengan kontrol JST (NFC) telah ditetapkan 5 buah parameter yang diduga kuat berpengaruh terhadap konsumsi elektroda spesifik. Kelima parameter tersebut adalah Pow, Ttapp,,,g, Yield, 02 dan Limestone. Iii samping itu, karena kondisi pengoperasian umumnya bersifat unik, yaitu tidak mungkin terdapat 2 pemasakan (heat) yang "sama," maka evaluasi dilakukan untuk jumlah heat yang relatif banyak, yaitu sebanyak 200 heat, masingmasing 100 heat untuk pemakaian dengan PLC dan 100 heat lagi dengan NFC. Dengan mengkaji kelima parameter dalam jumlah heat yang relatif banyak diharapkan bahwa 170

pengaruh atau tingkah-laku dari masing-masing parameter terhadap nilai konsumsi elektroda spesifik dapat dikarakterisasi secara objektif, sehingga ukuran kinerja tidak hanya didasarkan pada jumlah heat saja, tetapi juga disesuaikan dengan atau mempertimbangkan juga kondisi pengoperasian yang dicerminkan melalui salah satu/lebih parameterparameter di atas. Evaluasi ini didasarkan pada anggapan bahwa kelima parameter diduga memiliki pengaruh yang sama terhadap konsumsi elektroda, sehingga evaluasi dilakukan dengan membandingkan nilai konsumsi elektroda antara NFC dengan PLC untuk masing-masing 100 heat. 2.5 Perhitungan Konsumsi Elektroda Evaluasi konsumsi elektroda di tungku 10 dilakukan berdasarkan data operasi tungku listrik, dengan membandingkan antara NFC dengan PLC. Konsumsi elektroda dihitung secara empiris berdasarkan rumus Ben Bowmen (UCAR) (1 Perhitungan konsumsi elektroda menggunakan dua persamaan, yaitu persamaan untuk side consumption dan yang lainnya tip consumption. Penjumlahan antara side consumption dan tip consumption merupakan total consumption elektroda. Side Consumption : Konsumsi elektroda (kg/ton) dihitung berdasarkan persamaan Side Consumption berikut ini. D L kg/ton = 3 - A-;r P x (4) dengan : It = D Lox P A 3,14 mean of electrode diameter (mm) oxidising length (m) productivity (ton/h) specific oxidation rate (kg/m2h), nilainya dapat dilihatpada Tabel I. Tabel 1. Specific Oxidation Rate er{4 In eksk Uhsl e>glrf 'Yf < 5 :TM : 3 3,0 to 4,0 5 to 25 M 02/t 5,0 to 6,0 25 to 45 M3 02/t 6,0 to 8,0 25 to 45 w/ p ost comb. 8,0 to 10,0 yang Tip Consumption: Tip Consumption elektroda dapat dihitung berdasarkan persarnaan berikut. { TU = ratio ofpower on over tap to tap time P = productivity (ton / h) K = specific tip consumption rate (kg/ka2 h). Tabel 2. Specific Tip Consumption Rate 4 5 'uk ^ ^4 ^ '^ > L Qndisi ( peeasi ^Y, AC, are voltage > 250 V 0,0130 AC, tip angle below 30 0,0100 AC, tip angle below 40 0,0160 111. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengoperasian sebanyak 200 heat (100 heat PLC dan 100 heat NFC) maka dapat dilihat pada Tabel 3 tentang perbedaan rata-rata beberapa parameter proses yang mempengaruhi dalam analisis konsumsi elektroda antara pemakaian NFC dan PLC di Tungku 10 Tabel 3. K Parameter Tap to Tap Time Effective Melting -- Time TU Ton Liquid Steel Productivity... _._..._......_._.. Mean Phase Current Electrode tip diameter Length of Electrode Perbedaan parameter operasi TBL untuk pemakaian NFC dan PLC. minute minute ton ton/h ka Kontrol r 5,5 0,0130 120,56 78,52 0,651 125.40 62,41 57,49 mm I 436 meter 1 2,5 ;: Kontrol PLC` : 5,5 0,0130 118,88 75,02 0,631 125,30 11...... 63,24 64,44 436 Dengan asumsi bahwa tidak perlu memperhatikan kelima parameter yang di duga sangat terkait dengan konsumsi pemakaian elektroda, maka hasil pengamatan selama 100 heat (proses peleburan) dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. i msa 2,5 kg/ton = dengan : ka 3 K (ka)2 TU P = mean phase current square (A) (5) Gambar 3. Jumlah host 81 S3':. 88::. 00 Konsumsi elektroda untuk 100 heat NFC dan untuk 100 heat PLC. 171

Pada Gambar 3, terlihat jelas bahwa grafik pemakaian elektroda untuk setiap kali proses peleburan (heat) tidak sama baik untuk kontrol NFC maupun kontrol PLC, Hal ini menunjukkan bahwa memang setiap heat menunjukkan suatu karakteristik yang unik, ada parameter lain di dalam proses yang mempengaruhi pemakaian elektroda, dari pengalaman dan standar operasi tungku terlihat bahwa 5 buah parameter yang sangat mempengaruhi konsumsi elektroda yaitu P,,f (daya yang tetap dipakai ketika TBL "idle"), Trapping (Waktu ketika terjadi ` tapping"), Yield (perbandingan antara baja yang dihasilkan dengan bahan baku baja), OZ (Oksigen untuk oksidasi) dan Limestone (batu kapur untuk pengikat bahan baku non baja). Ada hal yang menarik dari grafik pada Gambar 3. tersebut di atas, yaitu bila diambil rata-rata untuk keseluruhan operasi ternyata konsumsi total elektroda untuk pemakaian PLC (2,52 kg/ton) lebih besar dari pemakaian NFC (2,27 kg/ton), sehingga selisih rata-rata penghematan yang dapat dilakukan selama pengamatan 100 heat diatas sekitar 0,25 kg/ton. Bila evaluasi pemakaian elektroda memperhatikan parameter Pam, Trapping, Yield, 02 dan Limestone yaitu dengan mengklasifikasikan kelima parameter tersebut sedemikian rupa sehingga kelimalimanya dapat dianggap mendekati di dalarn membandingkan pemakaian konsumsi elektroda antara NFC dan PLC, maka hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan konsunsi elektroda antara NFC dan PLC Parameter ^tt,iyp LGE, Satuan Side consumption 0,91 0,89 Kg/ton Tip consumption 1,35 1,62 Kg/ton 7 7 Total 2,26 ' 2,5I Tag/tan consuritptiori Berdasarkan hasil perbandingan konsumsi elektroda antara NFC dengan PLC diperoleh penurunan total konsumsi elektroda sebesar (2,51-2,26) = 0,25 kg/ton. Bila dihitung persentasenya, maka penerapan NFC dapat menghemat pemakaian elektroda kurang lebih sebesar (0,25/2,51 x100%) _ 10%. IV. KESIMPULAN 1. Penghematan konsumsi elektroda di TBL dapat dilakukan bersamaan dengan perbaikan pengaturan posisi elektroda dengan menggunakan kontrol JST (NFC). 2. Kontrol JST menggunakan metoda galat rambat mundur dapat dipakai untuk menggantikan kontrol konvensional (PI). 3. Penerapan -JST pada tungku busur listrik dapat menghemat konsumsi elektroda rata-rata 10%, dan penghematan ini akan dapat lebih besar lagi bila beberapa parameter yang mempengaruhi pemakaian elektroda teridentifikasi dengan jelas atau dapat dikontrol terpadu. V. UCAPAN TERIMA KASIH Diucapkan terimakasih kepada seluruh team NFC, terutama kepada Dr. Herman Agustiawan, Dr M. Amirullah Oktaufik, dan Aryo Witjakso, yang telah menyumbangkan saran dan ide di proyek NFC. [1] VI. DAFTAR PUSTAKA Agustiawan.H, etc, Neural Nets Based Approach for Reducing Energy Consumption in EAF Operation. South Ease Asia, Iron & Steel Institute Travelling Seminar. Kuala Lumpur. Malasyia. Agustus 1999. [2] Gupta MM & Sinsha N.K, Intelelligent Control Systems, Institute of Electrical and Electronics Engineers,Inc. New York,USA, 1996. [3] 1-Iaykin Simon, Neural Networks, Acomprehensive Foundation, Macmillan College Publishing Company,Inc. USA, 1994 [4] Laporan Akhir Riset Unggulan Kemitraan (RUK) Tahapl, 2 dan 3, UPT-LSDE & PT-KS, Serpong, 1996-1997. [5] Minai,A.A & Williams R.D, Acceleration of backpropagation through learning rate and momentum adaptation, Internal Joint Conference on Neural Network. Volume I, January. Pp 676-679 1990. [6] Neural Computing, A technology Handbook for Professional 11/Plus and Neural Works Explorer, NeuralWare.Ine, USA, 1995 [7] [8] [9] Paliama H. Contoh Konservasi Energi di Steel Marking,. Pelatihan.. Manejemen Energi, PT-KS, Cilegon,1995. Wisnaya.G & Agustiawan.H, Penentuan Daerah Batas Pengoperasian TBL dengan Metoda Diagram Lingkaran, Majalah BPPT Pp 180-184 No.LXXX, Jakarta, Agustus 1997. Witjakso A., Herman A. Pengembangan Sister Kontrol Pada Proses Peleburan Baja Tungku Busur Listrik. 23-24 Agustus 2000. LPUG, Jakarta. [10] Herman A, Sugiono, Ario W. Pemanfaatan Jaringan Sarat Tiruan untuk Prediksi Konsumen Energi Spes{fuk pada Proses Peleburan Baja Tungku Busur Listrik. 23-24 Agustus 2000. LPUG, Jakarta. [11] Ben Bowmen. An Update Model Electrode Consumption. UCAR. Juni 1995. [12] Indra D, Sudirman. Aplikasi NFCpada Tungku Busur Listrik Untuk Menurunkan Konsumsi Elektroda. Tekno Energi Vol. 9 No. 21, 2000. LSDE BPP Teknologi. Jakarta. [13] Witjakso A., Sudirman P. Penelitian Pemakaian Elektroda pada Operasi Kontrol Jaringan Saraf Tiruan di Tungku Busur Listrik. STUN, 2002, Jakarta. 172