MENGOPTIMALKAN FUNGSI KORPRI SEBAGAI PENGAYOM, PELINDUNG DAN PEMBERI BANTUAN HUKUM BAGI ANGGOTANYA Oleh : Endiah Dwi Asih, S.Sos Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) telah ditetapkan oleh Presiden pada tanggal 19 Desember 2013 dan diundangkan mulai tanggal 15 Januari 2014. Dengan adanya UU ASN ini diharapkan akan dapat mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas, profesionalitas, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 10 UU ASN menyebutkan bahwa Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa. Agar Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Pegawai ASN dapat melaksanakan fungsinya tersebut dengan baik, tentunya harus dibekali dengan kemampuan teknis dan keahlian dalam menjalankan tugas. Namun diluar itu, harus diperhatikan pula pemenuhan hak haknya sebagai pegawai. Dengan terpenuhinya hak-hak pegawai dengan baik, maka diharapkan para PNS dapat dengan tenang menjalankan tugasnya secara profesional dan memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat. Oleh karena itu, sehubungan dengan momen peringatan Hari Ulang Tahun KORPRI ke-43, tulisan ini bukan akan membahas tentang bagaimana fungsi dan peran anggota KORPRI secara perorangan dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, tetapi lebih kepada bagaimana fungsi dan peran organisasi KORPRI itu sendiri dalam
memberikan dukungan kepada para anggotanya agar para anggotanya tersebut dapat dengan optimal memberikan pelayanan pada masyarakat. Sebagai satu-satunya wadah untuk menghimpun seluruh pegawai Republik Indonesia, Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) hendaknya bisa mengakomodir kepentingan dan ikut memperjuangkan pemenuhan hak-hak anggotanya. Hal ini sesuai dengan visi dan misi KORPRI yang tertuang dalam Anggaran Dasar KORPRI. Visi KORPRI yaitu mewujudkan organisasi KORPRI yang kuat, netral, demokratis, untuk membangun jiwa korps (korsa) pegawai Republik Indonesia dan mensejahterakan anggota dan keluarganya. Untuk mewujudkan visi tersebut KORPRI mempunyai misi: 1. Mewujudkan organisasi Korpri yang kuat, berwibawa dan mencakup seluruh tingkat kepengurusan; 2. Membangun solidaritas sebagai alat pemersatu bangsa dan negara; 3. Mewujudkan kesejahteraan, penghargaan, pengayoman dan perlindungan hukum untuk meningkatkan harkat dan martabat anggota; 4. Membangun pegawai Republik Indonesia yang bertaqwa, profesional, disiplin, bebas kolusi, korupsi dan nepotisme dan mampu melaksanakan tugas-tugas kepemerintahan yang baik; 5. Mewujudkan KORPRI yang netral dan bebas dari pengaruh politik. Sedangkan fungsi KORPRI ada 8 (delapan) yaitu: 1. Sebagai satu-satunya wadah berhimpunnya seluruh anggota; 2. Membina dan meningkatkan jiwa korps ( korsa ); 3. Sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan negara; 4. Sebagai wadah untuk peningkatan kesejahteraan dan memberikan penghargaan bagi anggota; 5. Sebagai pengayom, pelindung dan pemberi bantuan hukum bagi anggota; 6. Meningkatkan harkat dan martabat anggota;
7. Meningkatkan ketaqwaan, kejujuran, keadilan, disiplin dan profesionalisme; 8. Mewujudkan kepemerintahan yang baik. Sesuai dengan visi KORPRI angka 3 dan fungsi KORPRI angka 5 tersebut di atas, serta Pasal 13 ayat (1) angka 4 Anggaran Dasar KORPRI disebutkan bahwa anggota mempunyai hak untuk mendapatkan pendampingan dan bantuan hukum. Hal tersebut juga sesuai dengan UU ASN pasal 3 huruf f yang menyebutkan adanya jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas. Maka dari itu perlu dibentuk Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) KORPRI, dimana tugas dan fungsi LKBH adalah memberikan perlindungan dan bantuan hukum terhadap anggota KORPRI yang menghadapi persoalan hukum baik itu pidana, perdata maupun tatausaha negara sesuai dengan hak-haknya sebagai warganegara. Pembentukan LKBH tersebut sesuai amanat Pasal 68 ayat ( 2 ) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia yang menyebutkan bahwa Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum ( LKBH ) KORPRI dapat dibentuk pada setiap tingkatan kepengurusan KORPRI sebagai satuan pelaksana kegiatan di bidang pendampingan dan bantuan hukum bagi anggota KORPRI yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada organisasi KORPRI sesuai tingkat kepengurusan. Pada masa sekarang dimana masyarakat semakin kritis dan peraturan hukum yang berlaku semakin ketat, khususnya di Kabupaten Cilacap banyak anggota KORPRI yang terjerat masalah hukum berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai PNS. Maka sudah selayaknya KORPRI Kabupaten Cilacap memberikan perlindungan hukum terhadap anggotanya dengan membentuk LKBH sebagai upaya KORPRI untuk melaksanakan fungsi pengayom, pelindung dan pemberi bantuan hukum. Hal ini tentunya sangat dinanti bagi anggota karena selama ini apabila
ada anggota yang terlibat permasalahan hukum tidak mendapatkan perlindungan dan bantuan hukum dari KORPRI. LKBH KORPRI selain memberikan konsultasi dan bantuan hukum, juga dapat memberikan edukasi atau pendidikan hukum kepada anggotanya. Masih banyak, atau bahkan mayoritas, anggota KORPRI yang awam tentang pemahaman hukum, sehingga ketika berhadapan dengan aparat hukum mereka sering tidak berdaya karena ketidaktahuan dan ketidakpahaman harus berbuat apa dan berkonsultasi kemana. Disamping itu juga diharapkan dengan adanya edukasi atau pendidikan hukum tersebut, anggota KORPRI dapat lebih memahami bagaimana agar dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menimbulkan permasalahan hukum. Selain memberikan perlindungan hukum bagi anggotanya yang terlibat masalah hukum dalam menjalankan tugas jabatannya, LKBH KORPRI juga dapat memberikan konsultasi hukum kepada anggotanya di luar tugas jabatannya. Hal ini juga dalam upaya menjalankan fungsi sosial KORPRI, sehingga ada manfaat lebih yang dapat diberikan KORPRI kepada anggotanya serta memberikan kepastian hukum dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerja anggotanya dalam menjalankan tugas-tugas kedinasan karena setiap permasalahan yang dihadapi oleh anggota, baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi kinerja anggota KORPRI. Contoh bentuk konsultasi tersebut yaitu tentang hukum keluarga, hukum waris, hukum perkawinan, dan sebagainya. Untuk pelaksanaan teknisnya, LKBH KORPRI dapat bekerjasama dengan Perhimpunan Advokasi Indonesia (PERADIN) yang ada di Cilacap dalam upaya meningkatkan pemahaman hukum bagi anggota KORPRI. Selain itu juga turut melibatkan seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap untuk memberikan sosialisasi atau pemahaman kepada anggota KORPRI tentang aturan-aturan hukum yang terkait dengan tupoksi SKPD-nya masing-masing.
Dengan adanya pemahaman para anggota KORPRI tentang aturan-aturan hukum yang terkait dengan tugas jabatannya, diharapkan para anggota KORPRI bisa menjalankan tugasnya dengan baik sesuai aturan yang berlaku dan tidak dibayangi ketakutan akan terjerat masalah hukum di kemudian hari. Disinilah bisa dilihat salah satu wujud eksistensi KORPRI sebagai pendorong terciptanya peningkatan kualitas aparat pemerintah dalam memberikan layanan yang terbaik kepada masyarakat sesuai dengan yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dirgahayu Korps Pegawai Republik Indonesia.. KORPRI maju terus!!!
BIODATA PENULIS : NAMA ALAMAT : ENDIAH DWI ASIH, S.Sos : BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN CILACAP JL. D.I. PANJAITAN NO. 1 CILACAP PEKERJAAN JUDUL ARTIKEL : PNS : MENGOPTIMALKAN FUNGSI KORPRI SEBAGAI PENGAYOM, PELINDUNG DAN PEMBERI BANTUAN HUKUM BAGI ANGGOTANYA