MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL



dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKASI PEKERJA SOSIAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 108 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 107 / HUK / 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKANNASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN NON FORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA AKREDITASI MANDIRI PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 96 TAHUN 2013 TENTANG BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

2014, No.22 2 MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN, DAN TATA KERJA BADAN STANDARDISASI DAN AKREDITASI NASIONAL KEOLAH

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

2018, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERTIMBANGAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENGHARGAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGUSULAN GELAR PAHLAWAN NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Komite Profesi Akuntan Publik yang selanjutnya dis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No Mengingat Menetapkan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Perat

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

2 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara

PRESIDEN REPUBL IK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA INFORMASI GEOSPASIAL

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (LPSK)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM INTERNSIP DOKTER DAN DOKTER GIGI INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pengangkatan.

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

SALINAN. bahwa saat ini telah ditetapkan Peraturan. dilakukan penyempurnaan untuk menyesuaikan. Menimbang i a.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU NOMOR 5 TAHUN 2008 TATA CARA PENCALONAN, DAN PENGANGKATAN SERTA PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH KOTA MEDAN

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.01/2014 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI KOMISI BANDING MEREK

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 09/PER/M.KOMINFO/3/2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, tambahan Lembaran Negara R

PRESIDEN R EPL'tILIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG BEASISWA UNGGULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Transkripsi:

SALINAN MENTERI SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL, a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 53 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, perlu membentuk Peraturan Menteri Sosial tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; b. bahwa Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 tahun 2011, tidak dapat dilaksanakan sesuai proses pemberian akreditasi suatu lembaga, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294); 3. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 6. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG AKREDITASI LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial adalah lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial baik yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. 2. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. 3. Akreditasi adalah penetapan tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang didasarkan pada penilaian program, sumber daya manusia, manajemen dan organisasi, sarana dan prasarana, dan hasil pelayanan kesejahteraan sosial. 4. Badan Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut Badan Akreditasi adalah lembaga yang melakukan penilaian untuk menetapkan tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. 2

5. Pekerja Sosial Profesional yang selanjutnya disebut pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial. 6. Tenaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat TKS adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial. 7. Asesor adalah seseorang berdasarkan kompetensi yang dimilikinya diangkat, ditugaskan dan diberhentikan oleh Menteri Sosial serta mendapat penugasan dari Badan Akreditasi untuk melakukan penilaian terhadap tingkat kelayakan dan standardisasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. 8. Standar pelayanan minimal di bidang pelayanan kesejahteraan sosial adalah norma atau kriteria yang ditetapkan oleh kementerian sosial yang digunakan dalam pelayanan kesejahteraan sosial. Pasal 2 (1) Akreditasi dilakukan terhadap Lembaga dibidang Kesejahteraan Sosial baik milik Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat. (2) Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas : a. Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah; b. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah daerah; dan c. Unit Pelayanan sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun yang mandiri. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk menentukan tingkat kelayakan dan standardisasi terhadap : 3

a. Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah; b. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah daerah; dan c. Unit Pelayanan sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun yang mandiri. Akreditasi bertujuan : Pasal 4 a. melindungi masyarakat dari penyalahgunaan praktik pekerjaan sosial yang dilakukan oleh Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; b. meningkatkan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; c. memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesejahteraan sosial; dan d. meningkatkan peran aktif pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. BAB III AKREDITASI Pasal 5 (1) Persyaratan akreditasi Unit Pelayanan sosial langsung baik diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun mandiri dilakukan dengan ketentuan: a. berbadan hukum; b. terdaftar di kementerian/instansi sosial; dan c. melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. (2) Persyaratan akreditasi Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan dengan ketentuan: a. mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang; b. melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. 4

Pasal 6 (1) Akreditasi dilakukan setelah Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial memenuhi standar pelayanan minimal pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial, yang meliputi program, sumber daya manusia, manajemen organisasi, sarana dan prasarana, proses pelayanan dan hasil pelayanan. (2) Penilaian atas pemenuhan standar pelayanan minimal lembaga di bidang kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam instrument akreditasi. Pasal 7 (1) Akreditasi terhadap lembaga di bidang kesejahteraan sosial dilaksanakan secara obyektif dan transparan. (2) Pelaksanaan penilaian akreditasi dilaksanakan oleh tenaga asesor yang ditunjuk oleh Badan Akreditasi. (3) Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bekerja secara kolektif dan mempunyai kompetensi dari berbagai profesi. Pasal 8 (1) Akreditasi terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dilakukan dengan tatacara : a. mengajukan permohonan secara tertulis kepada Ketua Badan Akreditasi; b. mengisi formulir dan dilengkapi dengan persyaratan yang ditentukan; c. mengikuti tahapan akreditasi; dan d. memperoleh rekomendasi dari kementerian/instansi sosial. (2) Tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak berlaku akreditasi terhadap Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 9 Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang telah memenuhi unsur yang terdapat dalam instrumen akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), dapat diakreditasi dengan tingkatan sebagai berikut : a. akreditasi baik sekali/ A; b. akreditasi baik/b; dan 5

c. akreditasi cukup/c. Pasal 10 (1) Akreditasi baik sekali/a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a berlaku selama 5 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian ulang. (2) Akreditasi baik /B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b berlaku selama 3 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian ulang. (3) Akreditasi cukup /C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berlaku selama 2 tahun, dan dapat ditetapkan kembali setelah dilakukan penilaian ulang. Pasal 11 Ketentuan mengenai standar pelayanan minimal, instrumen akreditasi dan kriteria tingkatan akreditasi diatur lebih lanjut oleh Menteri Sosial. Pasal 12 Penetapan tingkatan akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dapat ditinjau ulang oleh Menteri Sosial atas usulan Badan Akreditasi, dan pertimbangan Dewan Kehormatan Akreditasi dalam hal Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial tidak memenuhi ketentuan dalam hal pelaksanaan stándar pelayanan minimal di bidang kesejahteraan sosial atau terbukti melakukan pelanggaran hukum. BAB IV BADAN AKREDITASI Pasal 13 (1) Badan Akreditasi berkedudukan di Ibukota Negara. (2) Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dan bertanggungjawab kepada Menteri Sosial. 6

Pasal 14 (1) Badan Akreditasi melaksanakan penilaian terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. (2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat independen. (3) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Badan Akreditasi kepada Menteri Sosial untuk ditetapkan. (4) Menteri Sosial dalam menetapkan tingkatan akreditasi dibantu oleh Dewan Kehormatan Akreditasi. Pasal 15 Ketentuan mengenai tata cara penilaian, prosedur, dan penetapan hasil penilaian akreditasi diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Pasal 16 Badan Akreditasi berwenang mengusulkan kepada Menteri Sosial: a. pengangkatan dan pemberhentian asesor; dan b. hasil penilaian akreditasi terhadap Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. Pasal 17 Badan Akreditasi mempunyai tugas : a. menyusun, menetapkan kriteria dan tugas asesor; b. melaksanakan seleksi asesor; c. menugaskan kepada asesor untuk melaksanakan penilaian akreditasi; dan d. memantau dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan akreditasi oleh asesor. Pasal 18 (1) Organisasi Badan Akreditasi terdiri dari : a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota;dan c. 9 (sembilan) orang anggota dan/atau sekurangnya 4 (empat) orang anggota. 7

(2) Badan Akreditasi dibantu oleh : a. asesor; dan b. sekretariat. MENTERI SOSIAL Pasal 19 Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. warga negara Indonesia ; b. sehat jasmani dan rohani; c. berkelakuan baik; d. berpendidikan strata 2/spesialis I; e. diutamakan berpengalaman dalam praktik pekerjaan sosial atau Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; f. diutamakan berpengalaman dalam organisasi profesi; dan g. diutamakan mempunyai karya pengembangan Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial. Pasal 20 (1) Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial. (2) Keanggotaan Badan Akreditasi mempunyai masa tugas 3 (tiga) tahun. (3) Keanggotaan Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali periode masa tugas setelah lulus seleksi. Pasal 21 (1) Seseorang dapat diangkat sebagai anggota Badan Akreditasi setelah lulus seleksi yang dilakukan oleh panitia seleksi. (2) Keanggotaan Badan Akreditasi dapat diberhentikan sebelum selesai masa tugasnya apabila : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. dipidana berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan d. tidak dapat melaksanakan tugas, karena sakit maupun alasan lain. 8

(3) Keanggotaan yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penggantinya harus memenuhi persyaratan menjadi anggota Badan Akreditasi tanpa proses seleksi. Pasal 22 (1) Asesor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a, bertugas menilai Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dalam pelaksanaan standar pelayanan minimal di bidang kesejahteraan sosial. (2) Asesor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas Pekerja Sosial dan TKS. Pasal 23 (1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b, bertugas membantu pelaksanaan tugas Badan Akreditasi. (2) Anggota sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur unit yang berkaitan dengan bidang akreditasi. (3) Anggota sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. (4) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris, dijabat oleh kepala Unit Kerja Eselon II yang membidangi akreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Sosial. Pasal 24 (1) Kedudukan sekretariat berada di Unit Kerja Eselon II yang membidangi akreditasi. (2) Sekretariat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk di 6 (enam) Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial. Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi dan tata kerja Badan Akreditasi ditetapkan dengan Peraturan Badan Akreditasi. 9

Pasal 26 (1) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dibentuk oleh Menteri Sosial. (2) Panitia seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertugas melakukan seleksi calon anggota Badan Akreditasi yang meliputi penjaringan, penilaian dan penetapan hasil seleksi. (3) Dalam hal hasil seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum terpenuhi, dilakukan seleksi lanjutan. (4) Seleksi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), hanya dapat diikuti oleh peserta yang belum pernah terdaftar dan mengikuti seleksi sebelumnya. BAB V DEWAN KEHORMATAN AKREDITASI Pasal 27 (1) Dewan Kehormatan Akreditasi dibentuk oleh Menteri Sosial yang beranggotakan para ahli di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial. (2) Keanggotaan Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Sosial. (3) Keanggotaan Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berjumlah 5 (lima) orang terdiri atas seorang ketua merangkap anggota dan 4 (empat) orang anggota. Pasal 28 Dewan Kehormatan Akreditasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Menteri Sosial dalam : a. pengangkatan dan pemberhentian asesor; b. pemberian dan pencabutan akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; c. pemberhentian anggota Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial; dan d. pengembangan kebijakan akreditasi. 10

BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 29 Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan Akreditasi bagi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 30 Pada saat mulai berlakunya Peraturan Menteri Sosial ini: a. keanggotaan Badan Akreditasi yang telah diangkat sebelum Peraturan Menteri ini dapat ditetapkan kembali menjadi anggota Badan Akreditasi dengan mengajukan permohonan kepada Menteri Sosial tanpa proses seleksi; dan b. keanggotaan Badan Akreditasi dan asesor yang pertama kali diberikan sertifikat langsung oleh Menteri Sosial. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 Pada saat mulai berlakunya Peraturan ini, Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 12/HUK/2011 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 32 Peraturan pelaksanan dari Peraturan Menteri Sosial Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial, yang ada pada saat ditetapkan Peraturan ini, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau diganti berdasarkan Peraturan ini. 11

Pasal 33 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Juli 2012 MENTERI SOSIAL, ttd. SALIM SEGAF AL JUFRI BERITA NEGARA TAHUN 2012 NOMOR 726 12