SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de



dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

Nilai-Nilai dan Kode Etik Grup Pirelli

NILAI-NILAI DAN KODE ETIK GRUP PIRELLI

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

5. Distribusi Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat.

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

PIAGAM DEWAN KOMISARIS PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRINSIP ESSILOR. Prinsip-prinsip kita berasal dari beberapa karakteristik Essilor yang khas:

- 2 - Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Good Governance. Etika Bisnis

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

Keinginan Aburizal Bakri untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terpandang, terhormat & bermartabat

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group

Arsitektur Sistem Keuangan Nasional Berdasarkan UUD Oleh Dr.Ir. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI, DPR RI

Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

BAB I PENDAHULUAN. promosi inovasi teknologi. Lebih jauh, suatu pemerintah memainkan peran yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Laporan Perekonomian Indonesia

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Otoritas Moneter di Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA NEW URBAN ACTION

kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif.

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

KERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

SISTEM DAN LINGKUNGAN BISNIS. Muniya Alteza

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi secara efektif dan efisien serta tetap memiliki usaha bisnis yang

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

Transkripsi:

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR www.kas.de

DAFTAR ISI 3 MUKADIMAH 3 KAIDAH- KAIDAH POKOK 1. Kerangka hukum...3 2. Kepemilikan properti dan lapangan kerja...3 3. Persaingan sebagai dasar...4 4. Penerapan prinsip kewajiban...4 5. Stabilitas lingkungan ekonomi...4 6. Penyediaan kebutuhan umum oleh pemerintah...4 7. Solidaritas dan jaminan sosial...4 8. Kompatibilitas insentif...4 9. Keberlanjutan...4 10. Pasar terbuka...5 5 SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR

Penanggulangan krisis ekonomi dan finansial yang mendunia membutuhkan sebuah peraturan Internasional. Model peraturan Ekonomi Pasar Sosial menawarkan konsep orientasi tersebut. Model itu telah terbukti secara nasional. Berdasarkan perjanjian Lissabon, negara-ngera Uni Eropa diwajibkan menjalankan Ekonomi Pasar Sosial yang mampu bersaing. Insititusi-institusi Uni Eropa, khususnya Parlemen Eropa, beberapa bulan yang lalu telah membuktikan bahwa mereka telah menjalankannya. Namun, prinsip-prinsip model ini juga harus mendapat perhatian secara Internasional. Sehubungan dengan hal itu, beberapa perwakilan pimpinan politik dan ekonomi Uni Eropa membuat sebuah Panduan. MUKADIMAH Keterkaitan ekonomi dan politik yang terus meningkat telah mengakibatkan pertumbuhan dan kompetisi yang lebih tinggi di banyak negara di seluruh dunia. Hal ini telah meningkatkan peluang memperoleh pendidikan, memperkuat infrastruktur sosial dan mengurangi kemiskinan. Meski demikian, perdamaian, kebebasan dan keadilan berada dalam keadaan terancam. Distribusi kesejahteraan global yang tidak merata adalah salah satu faktor penyebab meningginya ketegangan politik dan sosial. Satu-satunya cara untuk mengatasi krisis keuangan dan ekonomi saat ini adalah adanya aturan-aturan internasional untuk pasar uang. Hal ini membutuhkan komitmen bersama pada kegiatan ekonomi yang berkelanjutan. Kita butuh konsensus internasional yang memungkinkan tercapainya kesejahteraan dan keadilan sosial serta terselenggaranya kegiatan ekonomi yang berkelanjutan berdasarkan prinsip dan nilai bersama. Bahkan di masa krisis, efek positif globalisasi tidak boleh dipertaruhkan oleh proteksionisme nasional atau regional. Dengan mempertimbangkan keberagaman antar budaya dan kemasyarakatan, orientasi ke arah kepentingan bersama, legitimasi demokrasi, dan martabat manusia yang tidak dapat diganggu gugat adalah dasar-dasar pembentukan konsensus tersebut. KAIDAH- KAIDAH POKOK Kaidah-kaidah pokok dalam hal ini adalah solidaritas dan subsidiaritas. Solidaritas menjamin bahwa ekonomi pasar senantiasa mendapat legitimasi karena berorientasi pada kepentingan bersama, sementara subsidiaritas menciptakan dan menjamin adanya ruang untuk tanggung jawab dan inisiatif individual. 1. Kerangka hukum Sistem hukum yang berjalan, dapat diandalkan dan memiliki legitimasi demokrasi adalah dasar kegiatan ekonomi yang efisien dan berkelanjutan. Sistem hukum seperti itu menciptakan prakondisi untuk ekonomi yang kuat, administrasi negara yang efisien dan ramah terhadap warganya, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. Unsur-unsur pengaturan dan pengawasan yang konsisten menjamin bahwa peraturan akan dipatuhi dan pelanggaran diberi sanksi. Ini bukan tujuan akhirnya. Peraturan adalah pendekatan yang pantas dan tepat untuk membentuk sistem imbalan dalam ekonomi kompetisi sehingga kegiatan kompetisi terdesentralisasi dapat menguntungkan masyarakat. 2. Kepemilikan properti dan lapangan kerja Struktur ekonomi yang efisien dan diarahkan pada keberlanjutan harus didasarkan pada sistem kepemilikan properti pribadi yang menempatkan kekuasaan untuk pengelolaan barang di tangan badan usaha swasta dan rumah tangga. Kepemilikan pribadi memberikan insentif sangat penting untuk upaya mencari penghasilan melalui kerja dan merupakan dasar kewiraswastaan inovatif. Hanya sistem ekonomi yang didasarkan atas properti pribadi dapat menjaga keberlanjutan tersedianya lapangan kerja. Inilah dasar berkembangnya tanggung jawab dan inisiatif individu, yang tanpa keberadaannya tak terbayang adanya kemungkinan pemanfaatan potensi dan pendidikan, inovasi, pertumbuhan dan kesejahteraan tiap-tiap orang secara efektif. Kepemilikan pribadi adalah ciri sistem kompetisi di

mana banyak pemilik usaha kecil dan menengah bertanggung jawab atas kegiatan ekonomi mereka melalui properti pribadi. Kepemilikan terkait erat dengan kewajiban sosial. Pemanfaatan kepemilikan pribadi harus berguna untuk kepentingan bersama. Hal ini menjamin kegiatan usaha yang hati-hati dan berkesinambungan, serta melindungi dari kecenderungan satu arah untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat. 3. Persaingan sebagai dasar Sistem persaingan global yang didasarkan atas penentuan harga secara bebas mengoptimalkan alokasi sumber daya yang langka. Persaingan yang berjalan maksimal adalah mesin yang menggerakkan kegiatan ekonomi berkelanjutan. Kompetisi semacam itu membangun efisiensi dan kemajuan, memperkokoh perilaku bertanggung jawab dan mencegah terbentuknya kekuatan pasar sepihak. Sistem persaingan mengharuskan adanya pasar terbuka, baik di tingkat nasional maupun internasional, serta pengendalian kekuatan pasar dan penumpukan, baik oleh negara maupun masyarakat internasional. Persaingan berakar pada kinerja dan kesetaraan peluang. 4. Penerapan prinsip kewajiban Kebebasan bersaing mengharuskan penerapan prinsip kewajiban yang mengaitkan kinerja kompetitif dengan perilaku bertanggung jawab dari masing-masing pihak. Prospek keuntungan merangsang kompetisi, sementara tanggung jawab pribadi dalam hal terjadinya kerugian dapat menahan tindakan tidak bertanggung jawab dan perilaku mengambil risiko secara berlebihan. 5. Stabilitas lingkungan ekonomi Ekonomi pasar membutuhkan kebijakan ekonomi jangka panjang dan stabilitas ekonomi makro sebaik mungkin. Ini terutama berlaku untuk pasar uang nasional dan internasional. Kepercayaan pada kerangka ekonomi yang stabil adalah prasyarat untuk penanaman modal dan keputusan konsumsi jangka panjang. Kepercayaan tersebut juga menuntut adanya penolakan terhadap langkah-langkah proteksionis dan kebijakan moneter yang ditujukan hanya untuk mencapai target ekonomi dan pertumbuhan nasional jangka pendek. 6. Penyediaan kebutuhan umum oleh negara Dalam ekonomi pasar, negara harus menjamin ketersediaan kebutuhan umum apabila pasar tidak dapat memasok halhal tersebut atau tidak mampu mencukupinya. Infrastruktur yang efisien, peluang memperoleh pendidikan dasar, dan akses terhadap layanan kesehatan menyeluruh adalah bidang-bidang yang pembentukannya mengharuskan keterlibatan negara. Kebutuhan akan keterlibatan negara sangat besar terutama dalam hal masyarakat yang secara sosial kurang diuntungkan. Meski demikian, harus ada batasan untuk campur tangan negara. 7. Solidaritas dan jaminan sosial Pertumbuhan ekonomi memfasilitasi pengurangan kemiskinan. Meski demikian, ekonomi pasar tidak bisa mencegah berkembangnya kesenjangan penghasilan dan adanya bagian tertentu dari masyarakat yang dirugikan. Karena itu ekonomi pasar membutuhkan sistem jaminan sosial yang efektif dan berbasis luas yang berjalan seiring kondisi pasar, mekanisme distribusi ulang di tingkat regional, dan sistem perpajakan berorientasi kinerja demi menjaga ketenteraman sosial dan memungkinkan partisipasi yang layak dari lapisan-lapisan luas di masyarakat dalam pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan. 8. Kompatibilitas insentif Ekonomi pasar membutuhkan sistem pemungutan pajak yang berorientasi insentif untuk membiayai tugas-tugas negara. Pajak-pajak ini harus dirancang sedemikian rupa agar tidak mengurangi insentif terhadap kinerja atau menimbulkan distorsi dalam alokasinya. 9. Keberlanjutan Setiap sistem ekonomi juga harus dinilai dari hasil-hasil jangka panjangnya. Dari kacamata ekologi, keadaan sosial dan fiskal, keberlanjutan adalah salah satu kriteria paling penting untuk keberhasilan, dan merupakan wujud keadilan antargenerasi. Sistem hukum yang didasarkan atas tanggung jawab dan kewajiban mendukung keberlanjutan tersebut. Kebijakan perlindungan iklim yang aktif, khususnya, adalah kewajiban ekonomi dan moral untuk menjaga landasan alami bagi keberadaan generasi mendatang.

10. Pasar bebas Berjalan sendiri-sendiri bukanlah obat bagi tiap negara dalam krisis saat ini. Sebaliknya, tindakan semacam itu justru memperburuk dampak global dari krisis ekonomi. Yang terpenting adalah kebijakan pasar bebas yang terkoordinasi dan ketaatan pada aturan-aturan main yang adil. Lembaga internasional terkait harus lebih diperkuat untuk melawan proteksionisme dan nasionalisme ekonomi. SYARAT- SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSI- AL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR Ekonomi global yang terbuka membutuhkan kerangka internasional. Prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang telah terbukti efektif di tingkat nasional dan Eropa dalam kerangka sistem nilai dan peraturan ekonomi yang bersifat sosial dan berorientasi pasar harus pula diterapkan di tingkat internasional. Prinsip-prinsip ini menciptakan hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab demi kepentingan bersama. Aturan-aturan ini harus ditingkatkan, terutama di bidang pasar uang, dan diberlakukan dalam sistem perdagangan global. Yang harus dilakukan adalah perluasan legitimasi, berjalan dan bekerjasamanya lembaga-lembaga internasional, sekaligus pembentukan forum integratif untuk kerja sama. Sistem hukum dan tatanan demokrasi yang dapat diandalkan dan diarahkan pada desentralisasi merupakan dasar untuk itu. Persaingan dan partisipasi politik dalam negeri meningkatkan perkembangan ekonomi dan tatanan sosial ekonomi internasional yang stabil. Hanya kerangka semacam inilah yang bisa menjamin tersedianya informasi penting oleh media dan asosiasi independen. Konsensus dan komitmen yang dibuat oleh para pemain politik, ekonomi dan kegiatan sosial untuk melakukan rekonsiliasi kepentingan dalam konteks nasional dan internasional adalah prasyarat untuk kesejahteraan bagi semua orang. 8 Juli 2009 Prof. Dr. Hans-Gert Pöttering Presiden Parlemen Eropa Prof. Dr. Bernhard Vogel Mantan Perdana Menteri Ketua Yayasan Konrad Adenauer Dr. Wilfried Martens Ketua Partai Rakyat Eropa (EVP) Joseph Daul Ketua Fraksi EVP Parlemen Eropa Prof. Dr. Cees P. Veerman Direktur Institut Riset Partai CDA