SKRIPSI. Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Mengikuti Ujian Skripsi Pada Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Neng Dini Endang Dewi Krisnaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas- kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan diri belajar secara utuh dan tidak semata-mata berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. terapannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang telah dipelajari mulai dari jenjang sekolah dasar. Bahkan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa paling tepat dalam memberikan dorongan atau upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiyanto (2007: 1) bahwa Taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi SI Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Pada Fakultas Ilmu Pendidikan O L E H :

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Pengertian. Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari

Transkripsi:

MENGEMBANGKAN KONSEP SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN BERMAIN BALON AJAIB DI PAUD MUARA TENANG KELOMPOK B DESA POSSO KECAMATAN KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Mengikuti Ujian Skripsi Pada Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Oleh SRI RAHAYU T. SULEMAN NIM : 153 409 138 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan perubahan zaman. Begitu pula perkembangan ilmu pengetahuan pada dunia pendidikan menuntut perubahan sistem pendidikan nasional, supaya masyarakat khususnya anak mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman saat ini dan yang akan datang. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk PAUD dan sekolah dasar merupakan titik berat pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada kurun waktu yang akan datang. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini (PAUD) memerlukan perhatian dari seluruh masyarakat maupun lembaga pendidikan. Santi (2009:vii) menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Bab 1 ayat 14, Pendidikan anak usia dini adalah: upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD berfungsi membina menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal, sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Isjoni, 2010:12). Bidang pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak, meliputi: berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni. Kognitif sendiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya,

sehingga dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematika dan kemampuan sains. Nugraha dkk, (2008:12) mengungkapkan bahwa sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta memberi pengetahuan atau rangsangan untuk mengetahui dan menyelidikinya. Sains yang diperkenalkan kepada anak usia dini, akan mendorong mereka menjadi anak yang kaya akan inspirasi. Melatih anak dengan eksperimen sains bisa membuat anak bersikap kreatif dan kaya akan inisiatif. Permainan sains juga bisa menumbuhkan pola berpikir logis pada anak. Mereka akan terbiasa untuk mengikuti tahap-tahap eksperimen sains. Eksperimen gagal tidak boleh disembunyikan, gagal harus disampaikan. Disini akan muncul juga sikap sportifvitas pada anak. Karena dengan bekal sains, sejak kecil anak-anak akan bisa memecahkan masalahnya sendiri sehingga anak-anak akan terbantu dan manjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya Pembelajaran sains harus melibatkan aspek pengetahuan, afektif dan psikomotor sehingga pengetahuan untuk memahami konsep diperoleh melalui proses berpikir dengan memiliki ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Pemahaman ini bermanfaat bagi anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat menanggapi secara kritis perkembangan sains. Tujuan pengembangan pembelajaran sains untuk anak adalah agar anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui melalui metode sains, meningkatkan kemampuan sains pada anak, diharapkan agar anak memiliki sikap ilmiah dan diharapkan anak lebih berminat untuk menghayati sains. Dilihat dari pentingnya tujuan pembelajaran sains maka sebagai guru maupun orang tua haruslah dapat menanamkan konsep sains kepada anak sejak usia dini. Pembelajaran sains hendaknya tidak harus selalu dibebankan kepada guru karena sebenarnya orang tualah yang

paling bertanggung jawab bagi pendidikan anak. Namun sekarang ini banyak orang tua dan guru yang menganggap pendidikan sains bukanlah hal yang penting, padahal dengan mengajarkan sains dapat mengajak anak untuk berpikir kritis, karena dengan sains anak tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka mengamati, menganalisis dan mengevaluasi informasi yang ada sebelum menentukan keputusannya. Dengan melalui percobaan-percobaan sains anak-anak dapat ditingkatkan kemampuan sainsnya. Dengan media observasi, anak yang mempunyai kemampuan sains yang tinggi dapat menemukan dan mempertanyakan objek-objek yang dipahaminya. Melatih anak dengan percobaan sains akan membuat anak menjadi berpikir kreatif, inovatif, dan mandiri. Melalui pengenalan dan pengembangan aspek sains pada anak akan mengundang dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang amat tinggi. Setting dan lingkungan belajar sains yang disediakan akan merangsang anak untuk memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang menajubkan yang tidak terduga. Dan itulah wujud dari berfikir dan belajar kreatif yang nyata. Telah diketahui, bahwa pengembangan kreativitas pada anak prasekolah atau usia dini merupakan tujuan terpenting yang mesti diakomodasi kurikulum, karena anak yang kreatif akan mampu mengaplikasikan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor secara lebih luas, melalui berbagai gagasan, untuk kemampuan atau keterampilan, produk/benda sesuatu atau bentuk pertanyaan-pertanyaan (Nugraha, 2008:38) Mempelajari sains, dapat melatih anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, merasakan dan mendengar, semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak akan semakin memahami apa yang dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di PAUD Muara Tenang desa Posso kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara 28 november 2012 ditemukan ada beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran sains dan penggunaan metode yang

kurang optimal. Dalam pelaksanaan pembelajaran sains, pendidik masih menggunakan metode konvensional, yaitu pendidik masih menggunakan metode ceramah dan bercakapcakap sehingga anak lebih banyak diam dan mendengar. Pendidik kurang memberikan kebebasan pada anak untuk mengemukakan idenya secara variatif sehingga jawaban yang dikemukakan oleh anak cenderung sama. Selain itu juga, dalam pelaksanaan pembelajaran sains pendidik masih kurang optimal dalam menyediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan karena terbatas oleh biaya, sedangkan idealnya benda-benda yang akan digunakan adalah benda yang konkrit. Pembelajaran konsep pengetahuan pada PAUD haruslah menggunakan metode atau teknik yang tepat, sehingga dapat mendorong anak untuk mengembangkan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berguna untuk melanjutkan studi maupun untuk hidup dalam masyarakat. Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan (Faturrohman dkk, 2007:58). Oleh karena metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategi dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui penggunaan metode yang tepat ini diharapkan dapat membuka cakrawala dan wawasan berfikir anak sehingga mereka dapat memahami keseluruhan konsep aktifitas yang bersifat eksploratif dan menyidik. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di PAUD Muara Tenang, ditemukan data bahwa dari 20 orang anak di PAUD ini hanya sekitar 50% saja atau 5 orang yang memiliki keterapilan dalam pembelajaran sains khususnya dalam permainan balon ajaib, sedangkan 80% atau 15 orang yang belum memiliki keterampilan, sesuai data ini maka diperlukan suatu cara atau metode untuk mengembangkan kemampuan sains anak. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan kemampuan sains melalui metode eksperimen bermain balon ajaib.

Alasan yang paling mendasar peneliti memilih metode eksperimen sebab metode ini merupakan cara mengajar, dimana anak melakukan suatu hal secara langsung kegiatan yang dimaksud, dan anak dapat mengamati prosesnya serta mengkomunikasikan hasil percobaannya, baik kepada guru maupun kepada teman. kegiatan yang berhubungan dengan eksperimen ini akan memacu kreativitas anak. Anak juga akan belajar untuk berani mencoba. Suatu sifat mental yang kini amat berharga dan langka di dunia orang dewasa. Selain itu, melakukan eksperimen sains adalah pintu untuk memasuki dunia sains. Kalau dilakukan di masa kanak-kanak, maka ia akan berpotensi besar untuk menjadi memori masa kecil yang menyenangkan. Dalam melakukan eksperimen tentang bermain balon ajaib ini anak akan mengetahui mengapa balon mengembang sendiri tanpa ditiup, bentuk kegiatan ini benar-benar dapat memberi kegembiraan dan pengalaman bagi anak dan diharapkan pula dengan melakukan eksperimen ini dapat mengembangkan pengetahuan anak tentang sains. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tindakan kelas yang berjudul : Mengembangkan konsep sains melalui metode eksperimen bermain balon ajaib di PAUD Muara Tenang kelompok B desa Posso kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara tahun 2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pengetahuan pendidik dan orang tua tentang pentingnya mengajarkan sains kepada anak sejak dini.

2. Metode yang digunakan oleh pendidik lebih banyak menggunakan kegiatan yang selalu berada didalam kelas sehingga anak akan cepat bosan dan kurang tertarik terhadap pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan sains anak 3. Media yang digunakan oleh pendidik kurang menarik minat anak untuk belajar. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah metode eksperimen bermain balon ajaib dapat mengembangkan konsep sains pada anak usia dini di PAUD Muara Tenang desa Posso kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara tahun 2013? 1.4 Cara Pemecahan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, yang menyimpulkan bahwa konsep sains yang dimiliki oleh anak-anak kelompok bemain Muara Tenang masih sangat rendah. Buktinya masih banyak anak yang belum mengenal tentang sains. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka peneliti melakukan upaya untuk mengembangkan konsep sains berupa mengenalkan anak tentang cara bereksperimen melalui kegiatan bermain balon ajaib. Adapun cara yang akan di tempuh oleh peneliti untuk bermain balon ajaib ini adalah sebagai berikut: 1. Memilih topik yang sesuai dengan tema 2. Menjelaskan bahan dan alat 3. Anak dibimbing untuk bagaimana cara membuat balon ajaib. 4. Guru memberikan pujian kepada anak yang dapat melakukan kegiatan membuat balon ajaib ini. 1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan konsep sains melalui metode eksperimen bermain balon ajaib dikelompok bermain Muara Tenang kelompok B desa Posso kecamatan Kwandang kabupaten Gorontalo Utara. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi siswa Bagi anak penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan konsep sains anak yang dapat bermanfaat dalam kehidupaan sehari-hari. 2. Manfaat bagi guru Bagi guru penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan profesinya dalam memperbaiki hasil belajar anak. 3. Manfaat bagi sekolah Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat sebagai input dalam merencanakan programprogram khususnya dalam aspek mengembangkan sains anak. 4. Manfaat bagi peneliti Bagi peneliti penelitian ini bermanfaat untuk dapat menumbuhkan kebiasaan dalam berfikir ilmiah dan memecahkan masalah-masalah aktual khususnya yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan anak usia dini