TANGGUNGJAWAB PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

KETENTUAN PIDANA DALAM UU NO. 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB XX KETENTUAN PIDANA

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam. dalam kegiatan seperti pemeliharaan pertahanan dan keamanan, keadilan,

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PEMIDANAAN DALAM KASUS KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENYEBABKAN MATI PASCA BERLAKUNYA UU NO 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

Pasal 5: Setiap orang dilarang

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

KOORDINASI KEWENANGAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) KEHUTANAN DAN PENYIDIK POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KEHUTANAN

TURBULENSI DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

EKSISTENSI DAN INDEPENDENSI MAHKAMAH KEHORMATAN DEWAN TERKAIT FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP ANGGOTA DPR SKRIPSI. Betaria Siboro NIM:

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis dari Pengaturan Tindak Pidana dan

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA TERKAIT PENCEMARAN NAMA BAIK PADA PASAL 27 AYAT (3) UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI [LN 2008/181, TLN 4928]

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

BAB IV PENUTUP. akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan dan saran.

MODUS OPERANDI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN (STUDI KASUS PADA POLRES SALATIGA)

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PERTANGGUNGJAWABAN INTERNASIONAL NEGARA ATAS PELANGGARAN KEDAULATAN NEGARA MELALUI PENYADAPAN

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PD BPR BANK SALATIGA

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA PIDANA BERDASARKAN PRINSIP KEADILAN BERMARTABAT (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 906/K/PID

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

Pertanggungjawaban Perusahaan dalam Kasus Lingkungan Hidup. Dewi Savitri Reni (Vitri)

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

SKRIPSI. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana DEVINTA RAMADANI SUTRISNA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mempunyai tiga arti, antara lain : 102. keadilanuntuk melakukan sesuatu. tindakansegera atau di masa depan.

P U T U S A N. Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

Transkripsi:

TANGGUNGJAWAB PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Ayu Wulandari NIM: 312012068 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

KATA PENGANTAR Latar belakang penulisan skripsi ini berkaitan dengan keinginan penulis untuk menganalisis mengenai permasalahan bagaimana korporasi dimintai tanggungjawab dalam tindak pidana pembakaran hutan. Penulisan pada Bab I akan menguraikan mengenai latar belakang permasalahan yang penulis hadapi, rumusan permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoretis dan kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan. Pada Bab II adalah Bab Pembahasan merupakan uraian mengenai hakekat hutan dan hukum kehutanan di Indonesia, dan mengenai korporasi Indonesia yang akan diteliti lebih jauh lagi mengenai korporasi yang dapat dijadikan sebagai subjek hukum pidana di Indonesia, uraian konsep mengenai pertanggungjawaban, pertanggungjawaban pidana, tindak pidana dalam bidang kehutanan, landasan hukum yang dipergunakan dan tanggungjawab korporasi sebagai pelaku tindak pidana pembakaran hutan. Selanjutnya pada Bab III akan menguraikan tentang analisis dari penulis, teori tentang korporasi, perbuatan pidana yang dilakukan oleh korporasi, bagaimana representasi korporasi oleh organ korporasi, bentuk-bentuk pidana. Dan akhirnya pada Bab IV merupakan rangkaian akhir dari skripsi ini. berisikan kesimpulan dan saran atas pokok permasalahan yang ada. Harapan penulis adalah dengan penulisan skripsi ini adalah supaya pertanggungjawaban pidana korporasi terhadap korporasi yang melakukan perbuatan pidana pembakaran hutan memahami bagaimana konsep pertanggungjawaban korporasi

atas tindakan yang dilakukannya sehingga dapat membantu semua pihak yang membacanya. Salatiga, September 2017 Ayu Wulandari

DAFTAR ISI Lembar Persetujuan Lembar Pengujian Lembar Hasil Ujian Skripsi Lembar Pernyataan Orisinalitas Skripsi Ucapan Terima Kasih Kata Pengantar Daftar Peraturan/Kasus Daftar Isi Abstrak i ii iii vi vii x xii xiii xvi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 10 1.3 Tujuan Penelitian 10 1.4 Manfaat Penelitian 11 1.5 Metode Penelitian 11 1.5.1 Jenis Penelitian 11 1.5.2 Pendekatan Penelitian 12 1.5.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 12 BAB II KAJIAN TEORITIK 13

2.1 Pengertian Hukum Pidana 13 2.1.1 Pengertian Pidana 13 2.1.2 Pengertian Hukum 14 2.1.3 Pengertian Hukum Pidana 16 2.2 Tindak Pidana Oleh Korporasi 18 2.2.1 Pengertian Korporasi 19 2.2.2 Pengaturan Korporasi Sebagai Subjek Hukum Pidana 21 2.2.3 Pengertian Pertanggungjawaban 22 2.2.4 Pertanggungjawaban Pidana Korporasi 24 2.3 Tindak Pidana Dibidang Kehutanan 28 2.3.1 Pengertian Hukum Kehutanan 28 2.3.2 Sumber Hukum Kehutanan 30 2.3.3 Pengertian dan Cakupan Tindak Pidana Dibidang Kehutanan 30 2.4 Tindak Pidana Pembakaran Hutan 33 2.4.1 Gambaran Umum Tentang Pembakaran Hutan 34 2.4.2 Pengaturan Pembakaran Hutan dan Pencegahannya 38 BAB III PEMBAHASAN 42 3.1 Korporasi 42 3.2 Perbuatan Pidana 46

3.3 Representasi Korporasi Oleh Organ Korporasi 48 3.4 Bentuk-Bentuk Pidana 50 BAB IV PENUTUP 53 4.1 Kesimpulan 53 4.2 Saran 54 DAFTAR PUSTAKA 56

ABSTRAK Kebakaran hutan di Indonesia dalam 20 tahun terakhir ini terjadi karena kesengajaan yang dibuat oleh korporasi untuk memperluas lahan atau membuka lahan baru. Pembakaran hutan untuk pembukaan lahan maupun perluasan lahan sebenarnya dilarang. Jika hal ini dilakukan, harus ada prosedur yang memadai untuk memadamkan api agar tidak menjalar jauh keluar batas yang ditentukan. Ketidak-jelasan pengaturan hukum mengenai kedudukan dan pertanggungjawaban korporasi dalam hukum pidana serta hukum acara yang mengakibatkan timbulnya multitafsir dan pemikiran yang saling berbeda diantara aparat penegak hukum. Hal ini mengakibatkan dalam proses penyidikan dan sampai penuntutan jarang sekali memasukkan korporasi sebagai pelaku tindak pidana, bahkan tidak sedikit juga jaksa dalam dakwaannya tidak mencantumkan korporasi sebagai pelaku tindak pidana dengan dalih pengurus korporasi sudah dipidana, sudah membayar denda, dan uang pengganti, sehingga korporasi dibiarkan bebas karena kasusnya dianggap selesai. Dalam hal demikian, penjatuhan pidana denda untuk korporasi menjadi jenis pidana utama yang bisa diterapkan. Sementara, ancaman pidana penjara sebenarnya juga memiliki fungsi pencegahan tindak pidana (fungsi deteren), sehingga tidak dapat diterapkannya pidana penjara untuk korporasi bisa mengurangi fungsi deteren pidana yang diancamkan dalam Undang-Undang Kehutanan. Kata Kunci: pertanggungjawaban pidana, korporasi, hutan.