KEMAMPUAN BERBAGAI TINGKATAN STADIUM LARVA KUMBANG Tenebrio molitor L. (COLEOPTERA : TENEBRIONIDAE) DALAM MENGKONSUMSI STYROFOAM (POLYSTYRENE)

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

KEMAMPUAN BERBAGAI TINGKATAN STADIUM LARVA KUMBANG Tenebrio molitor L. (Coleoptera : Tenebrionidae) DALAM MENGKONSUMSI STYROFOAM (Polystyrene)

JUMLAH DAN BOBQT MASSA LARVA KUMBANG Tenebrio molitor PADA MEDIA BERTELUR YANG BEqEDA

KEMAMPUAN Actinote anteas Doub. (Lepidoptera:Nymphalidae) SEBAGAI SERANGGA PEMAKAN GULMA

PENGARUH DUA JENIS PAKAN TERHADAP LAMA STADIUM LARVA KUMBANG Tenebrio molitor L. (Coleoptera : Tenebrionidae) SKRIPSI. Rahmawati

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

ABSTRACT. Keywords: Graphium agamemnon, Graphium doson, Mechelia champaca, Annona muricata, life cycle, food consumption.

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA ENTOMOPATOGEN PADA LARVA Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI. Oleh :

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum L.) SEBAGAI FEED ADDITIVE

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

DALAM RANSUM SIKRIPSI. Oleh: UNIVERSI Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

PENGARUH EKSTRAK-METANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn.) TERHADAP DAYA TETAS TELUR, MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Aedes aegypti Linn.

RINGKASAN. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Muhammad Ridla, M.Agr.

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PEMANFAATAN TEPUNG IKAN PORA-PORA DAN LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN NILA DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG UMUR 0-12 MINGGU

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PERTUMBUHAN DAN RASIO KONVERSI PAKAN IKAN NILA. (Oreochromis niloticus) DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti SEBAGAI LARVISIDA

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Pengaruh Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda Pada Proses Pengomposan Terhadap Kualitas Kompos

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulagris L.) E- JURNAL FATMA RIZA

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

UJI KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN KOMPLIT HASIL SAMPING UBI KAYU KLON PADA DOMBA JANTAN LOKAL LEPAS SAPIH SKRIPSI

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

PERFORMA REPRODUKSI CACING TANAH Lumbricus rubellus YANG MENDAPAT PAKAN SISA MAKANAN DARI WARUNG TEGAL

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

I MADE ADITYA SASTRAWAN

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

SKRIPSI. PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU. Oleh: Ardianto

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

SKRIPSI RIZMA HAYANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PROFIL MINERAL KALSIUM (Ca) DAN BESI (Fe) MENCIT (Mus musculus) LAKTASI DENGAN PERLAKUAN SOP DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus L.)

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL LUAR HALAMAN SAMPUL DALAM LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak

PENAMBAHAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP RETENSI PROTEIN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN SIDAT (Anguilla bicolor)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

BEBERAPA ASPEK BlOLOGl. PADA TlGA VARIETAS KEDELAI

Oleh: Asih Zulnawati. (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Dahelmi dan Dr. Resti Rahayu) RINGKASAN

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGGUNAAN ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RAMSUM TERHADAP KARKAS BROILER UMUR 6 MINGGU SKRIPSI. Oleh: TRIS NELLY TARIGAN

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2: 39-48, 2017

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) SKRIPSI OLEH:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN HASIL FERMENTASI AMPAS KECAP DAN KOTORAN AYAM MENGGUNAKAN Aspergillus niger SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

PENGARUH PEMBERIAN ZPT 2,4 D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN METABOLIT KALUS KEDELAI PADA PROSES HYPOXYDA SKRIPSI OLEH:

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Jurnal Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati Vol. 4 No. 2 Desember 217: hal. 37-42 ISSN : 2338-4344 KEMAMPUAN BERBAGAI TINGKATAN STADIUM LARVA KUMBANG Tenebrio molitor L. (COLEOPTERA : TENEBRIONIDAE) DALAM MENGKONSUMSI STYROFOAM (POLYSTYRENE) THE ABILITY OF VARIOUS LARVAE STAGES OF YELLOW MEALWORM (Tenebrio molitor) (COLEOPTERA: TENEBRIONIDAE) IN CONSUMING STYROFOAM (POLYSTYRENE) Deasy Vidya Carolina Manullang, Nismah Nukmal, Suratman Umar Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 314 e-mail: nismah.nukmal@fmipa.unila.ac.id ABSTRAK Kumbang Tenebrio molitor atau yang lebih dikenal sebagai ulat hongkong, memiliki nilai ekonomis karena dapat digunakan sebagai pakan ternak maupun obat bagi manusia dan mudah dibudidayakan. Ulat hongkong belum dimanfaatkan secara maksimal, sementara ulat hongkong secara alami memiliki manfaat yang besar sebagai pengurai senyawa organik dan anorganik di alam, dari penelitian terakhir diketahui dapat mengurai styrofoam. Penelitian ini dilaksanakan pada Juli-Agustus 216 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berbagai tingkatan stadium larva ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 1 instar larva ulat hongkong sebagai perlakuan dan 3 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANARA) dan dilanjutkan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf beda nyata % serta dilakukan analisis korelasi antara jumlah styrofoam yang dimakan dengan berat serta panjang ulat hongkong. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pakan styrofoam mempengaruhi berat dan panjang ulat hongkong, serta lama stadium ulat hongkong (p <,). Hasil analisis korelasi antara berat ulat hongkong dan jumlah pakan yang dimakan menunjukan adanya hubungan positif yang sangat kuat (r =,96), dan pada korelasi antara panjang ulat hongkong dan jumlah pakan yang dimakan menunjukkan adanya hubungan postif yang kuat (r =,66). Kata Kunci : Tenebrio molitor, stadium, styrofoam, konsumsi. ABSTRACT Yellow mealworm (Tenebrio molitor) has economic values such as animal feeding, medicine and easy to rear. Yellow mealworm have not been fully utilized, while yellow mealworm naturally have great benefits as decomposers of organic and inorganic substances and the latest research showed that they can break down styrofoam. This research have been conducted in July-August 216 at Zoology Laboratory of Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of Lampung. The aim of the research was to know the ability of various stages of yellow mealworm larvae in consuming styrofoam. This study used Completely Randomized Design (CRD), with 1 stages larvae yellow mealworm as treatments and 3 repetitions. The data were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and continued by LSD test at level significancy % and analyzed correlation between amount of styrofoam consumed with weight and length of larvae. The results showed that the styrofoam influenced the weight and length of yellow mealworm larvae (p <.). The correlation between amount of styrofoam consumed was positive correlation with larvae weight (r =,96) and lenght (r =,66) Keywords: Tenebrio molitor, stages, styrofoam, consumption

Kemampuan Berbagai... / 38 PENDAHULUAN Kumbang Tenebrio molitor atau lebih dikenal sebagai ulat hongkong, memiliki nilai ekonomis karena dapat digunakan sebagai pakan ternak maupun obat bagi manusia dan mudah dibudidayakan (Setiana, 26). Ulat hongkong secara alami memiliki manfaat yang banyak sebagai pengurai zat-zat organik dan anorganik di alam, dari penelitian terakhir diketahui dapat mengurai styrofoam (Widayat, 29). Styrofoam atau polystyrene, banyak digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk : piring-piring, gelas, kemasan elektronik yang saat ini memenuhi sekitar 2 hingga 3 persen tempat pembuangan sampah (Widayat, 29). Menurut Gao, dkk (21) larva ulat hongkong dapat mengkonsumsi dan mencerna styrofoam. Dari larva ulat hongkong diberi pakan styrofoam seberat,8 gram dalam 3 hari, ternyata ulat hongkong yang memakan styrofoam sama sehatnya dengan ulat hongkong yang memakan biji-bijian tetapi informasi mengenai kemampuan setiap tingkatan stadium ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam belum diketahui. Oleh karena itu penelitian ini diperlukan untuk mengetahui kemampuan berbagai tingkatan stadium larva ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam, dan diharapkan nantinya ulat hongkong dapat dimanfaatkan untuk membantu proses penguraian sampah styrofoam yang dibuang ke lingkungan. Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Juli - Agustus 216. Wadah (insektarium) dibersihkan dan disiapkan sebanyak 24 wadah, yang akan diisi 1 ekor larva dari setiap tingkatan instar yang sudah dipisahkan pada penelitian pendahuluan, masing-masing dengan 3 kali pengulangan (diberi label). Wadah yang sudah berisi larva diberi pakan styrofoam dengan berat 12 mg, dipelihara pada suhu ruang. Objek penelitian diamati setiap 3 hari sekali, hingga terjadi pergantian kulit setiap instar. Kemudian dilakukan penimbangan berat larva, pengukuran panjang larva, dan berat styrofoam yang dimakan. Dengan acuan yang diambil dari penelian Gao, dkk (21). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 1 instar larva ulat hongkong sebagai perlakuan dan 3 kali pengulangan. Parameter yang diamati adalah berat larva, panjang larva, dan lama waktu pergantian instar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANARA) dan dilakukan uji lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf % serta dilakukan analisis korelasi antara berat ulat hongkong dan jumlah styrofoam yang dimakan. Hasil A. Pertambahan Berat dan Panjang Ulat Hongkong yang diberi Pakan Styrofoam Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh nyata antara pakan styrofoam yang diberikan terhadap pertambahan berat dan panjang setiap tingkatan ulat hongkong (p<,) (Tabel 1). Pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa pertambahan berat dan panjang memiliki nilai signifikan. Rata-rata pertambahan berat dan

Rata-rata berat styrofoam yang dimakan (mg) 39 / Manullang, DVC., Nukmal, N., Umar, S. panjang meningkat sesuai pertambahan tahapan instar. Semakin meningkat tahapan instar maka semakin tinggi pula pertambahan berat dan panjang (Tabel 2), hal ini dikarenakan instar yang lebih tua semakain banyak mengkonsumsi pakan. Tabel 1. Hasil uji anara pertambahan berat dan panjang ulat hongkong yang diberi pakan styrofoam merupakan instar awal yang baru memasuki tahap perkembangan, sedangkan pada instar -6 dan 6-7 merupakan instar yang sudah berkembang dan akan memasuki fase pupa. Pada pertambahan panjang menunjukkan ada perbedaan nyata pada instar 7-8 dan 8-9, hal ini dikarenakan pertambahan panjang yang terjadi pada instar tersebut mengalami peningkatan ukuran yang signifikan, hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnya kemampuan makan untuk persiapan memasuki fase pupa. Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji BNT dengan taraf signifikan % Tabel 2. Rata-rata pertambahan berat dan panjang setiap instar larva ulat hongkong yang diberi pakan styrofoam B. Pakan Ulat Hongkong Rata-rata kemampuan setiap instar ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam berbeda nyata (Gambar 1). 1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 Instar Gambar 1. Kemampuan setiap instar ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam Instar 1-2, 2-3, -6, dan 6-7 menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pertambahan berat yang terjadi pada instar tersebut tidak mengalami peningkatan bobot yang signifikan pada ulat hongkong. Hal ini dikarenakan instar 1-2 dan 2-3 Kemampuan memakan styrofoam pada ulat hongkong meningkat sejalan dengan peningkatan instar (Gambar 1). Kemampuan makan instar 8 lebih banyak 6,6 kali dibadingkan instar 1, kemampuan makan instar lebih banyak 3,8 kali dibandingkan instar 1, dan kemampuan makan instar 8 lebih banyak 1,7 kali dibandingkan instar. Laju konsumsi pakan dan laju pertumbuhan ulat hongkong hampir sama yaitu mengikuti pola

Kemampuan Berbagai... / 4 pertumbuhan polynomial (Gambar 2), terjadi peningkatan laju konsumsi pakan pada setiap instar akan tetapi pada instar -6 terjadi penurunan laju konsumsi, hal ini diduga karena perubahan fisiologi larva dalam memasuki persiapan fase pupa dan pada instar 7-8 terjadi penurunan kembali yang disebabkan instar yang akan memasuki fase pupa atau stadium istirahat. perkembangan sehingga lama stadiumnya lebih cepat dibandingkan instar 9 yang akan memasuki fase pupa (Tabel 4). Tabel 4. Rata-rata ± sd lama stadium setiap instar ulat hongkong yang diberi pakan Styrofoam 2. 2 1. 1. 1 ke 2 2 ke 3 3 ke 4 4 ke ke 6 6 ke 7 7 ke 8 8 ke 9 Laju Konsumsi (Laju Gambar 2. Laju pertumbuhan dan konsumsi pakan styrofoam setiap instar ulat hongkong C. Lama Stadium Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh nyata antara pakan styrofoam yang diberikan terhadap lama stadium ulat hongkong (p<,) (Tabel 3). Tabel 3. Hasil uji anara lama stadium ulat hongkong yang diberi pakan styrofoam Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji BNT dengan taraf signifikan % Pembahasan Rata-rata pertambahan berat dan pertambahan panjang larva ulat hongkong semakin betambah sejalan dengan peningkatan tahapan instar dan peningkatan jumlah pakan yang dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sihombing (1999), bahwa setiap larva yang bertambah tahapan instarnya akan mengalami moulting dan pertambahan berat serta panjang. Rata-rata lama stadium yang dibutuhkan larva ulat hongkong untuk berubah dari instar rendah ke instar yang lebih tinggi berkisar antara 3, 3,6 hari, dengan frekuensi moulting sebanyak 1 kali sebelum menjadi pupa dalam 3 4 minggu. Lama stadium instar 1 berbeda nyata dengan lama stadium instar 9, hal ini dikarenakan instar 1 merupakan instar awal yang baru memasuki tahap Kemampuan memakan styrofoam pada ulat hongkong akan semakin meningkat dengan bertambahnya tingkatan instar, oleh sebab itu instar akhir lebih banyak mengkonsumsi styrofoam dibandingkan instar awal. Hal ini disebabkan instar akhir yang mau memasuki fase pupa lebih banyak membutuhkan pakan dibandingkan instar awal yang dalam masa pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian

Styrofoam yang dimakan (mg) styrofoam yang dimakan (mg) 41 / Manullang, DVC., Nukmal, N., Umar, S. Sitompul (26) bahwa instar akhir lebih banyak mengkonsumsi pakan dibandingkan instar awal, karena larva instar akhir sudah mulai memasuki masa pupa. Menurut Ross et al. (1982) pada instar awal, serangga mengkonsentrasikan energinya untuk pertumbuhan dan pada instar akhir, serangga mengkonsentrasikan energinya untuk measuki fase pupa. Laju konsumsi pakan pada ulat hongkong terjadi peningkatan pada setiap instar kecuali pada instar -6 terjadi penurunan. Hal ini mungkin disebabkan pengaruh fisiologis pada ulat hongkong dalam persiapan memasuki fase pupa. Menurut Noerdjito (23), instar larva akhir atau memasuki fase pupa akan lebih sedikit beraktivitas dan terjadi penurunan konsumsi, hal ini dikenal sebagai stadium istirahat. Lama stadium ulat hongkong instar awal berbeda nyata dengan instar akhir, hal ini dikarenakan instar awal merupakan instar dalam tahap perkembangan sehingga lama stadiumnya lebih cepat dibandingkan instar akhir. Menurut Dish (26), instar awal ulat hongkong memiliki lama waktu perkembangan instar 3 4 hari, sedangkan instar akhir yang memasuki fase pupa memiliki lama waktu perkembangan instar 3 6 hari. Pada instar akhir memiliki lama stadium yang lebih lama dibandingkan instar lainnya, hal ini dikarenakan instar akhir merupakan instar terakhir yang akan memasuki tahap lanjutan untuk menjadi pupa. Instar yang memasuki fase pupa tidak banyak makan, tidak terlalu aktif karena memasuki stadium istirahat dan mengalami lama stadium lebih lama (Noerdjito, 23). Hasil analisis korelasi antara jumlah pakan dan berat larva ulat hongkong (Gambar 3) menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang sangat kuat. Menurut Sugiyono (27), koefisien korelasi antara,8-1, merupakan korelasi yang sangat kuat. 1 1 y = 23,448x - 8,46 r =,96.4.9 berat ulat hongkong (mg) Gambar 3. Korelasi antara berat styrofoam yamg dimakan dan pertambahan berat ulat hongkong Hasil analisis korelasi antara pakan dan ukuran panjang larva ulat hongkong menunjukkan adanya korelasi yang kuat (Gambar 4). Menurut Sugiyono (27), koefisien korelasi antara,6-,79 merupakan korelasi yang kuat. 1 1 y = 218,39x - 13,1 r =,66.8.13 Panjang ulat hongkong (mm) Gambar 4. Korelasi antara pakan styrofoam dan pertambahan panjang ulat hongkong Hubungan korelasi di atas dapat dilihat styrofoam lebih berpengaruh terhadap berat dibandingkan panjang, hal ini dikarenakan pertambahan berat ulat hongkong akan terus meningkat seiring bertambahnya tahapan instar sama halnya dengan panjang ulat hongkong, pertambahan panjang terus terjadi dan mengalami peningkatkan tetapi ketika ulat hongkong akan memasuki fase

Kemampuan Berbagai... / 42 pupa biasanya diikuti dengan pemendekan atau pengkerutan panjang badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul (26) bahwa kondisi ini menunjukkan pertumbuhan ulat hongkong pada fase awal adalah pertambahan panjang badan sedangkan pada fase akhir adalah pertambahan bobot badan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbagai tingkatan stadium ulat hongkong dalam mengkonsumsi styrofoam berbeda-beda, semakin tua tingkat instar ulat hongkong maka semakin banyak styrofoam yang dikomsumsi. Sihombing, D. T. H. 1999. Satwa Harapan I: Cacing Tanah, Bekicot, Keong, Kupukupu, Ulat Hongkong. Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya. Pusaka Wirausaha Muda. Bogor. Sitompul, R. H. 26. Pertumbuhan dan konversi pakan ulat tepung (Tenebrio molitor L.) pada kombinasi pakan komersial dengan dedak padi, onggok, dan pollard. (Skripsi). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sugiyono. 27. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. Widayat, W. 29. Pemanfaatan mealworm (Larva Tenebrio molitorl.) sebagai solusi pencemaran tanah dari sampah plastik. (Skripsi). Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Institut Pertanian Bogor. Bogor. DAFTAR PUSTAKA Dish, C. 26. Superworms, Mealworms, and Giant Mealworms. diakses : www.chameleonsdish.com/insects/wormdi ff.htm. diunduh : 11 Juli 28. Gao, D., Yuan, X., Liang, H., and Wu, W.M. 21. Comparison of biological removal via nitrite with real-time control using aerobic granular sludge and flocculent activated sludge, Appl MicrobiolBiotechnol, 89 (1) : 164 162. Noerdjito, W. A., 23, Keragaman kumbang (Coleoptera). di dalam: Amir M, Kahono S. Serangga taman nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat, JICA Biodiversity Conservation Project, 149-2. Ross, H.H., C.A. Ross and J.R.P.Ross. 1982. A Textbook of Entomology. 4 Edit. John Willey and Sons Inc. New York. Setiana, D. 26. Jumlah dan bobot massa larva ulat Tenebrio molitor pada media bertelur yang berbeda. (Skripsi). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.