HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA (Burgerlijk Wetboek) SKRIPSI. Oleh: Sofyan Afandi NIM 05210019



dokumen-dokumen yang mirip
RELEVANSI KONSEP RUJUK ANTARA KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN PANDANGAN IMAM EMPAT MADZHAB SKRIPSI. Oleh : MUNAWWAR KHALIL NIM :

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

SKRIPSI STUDI ANALISIS PASAL 209 KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI) TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

PEMAHAMAN ADVOKAT ANGGOTA DPC PERADI MALANG TERHADAP SENGKETA EKONOMI SYARIAH SKRIPSI. Oleh: Indah Wati NIM

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

POLIGAMI MENURUT MASYARAKAT AWAM, PRIYAYI DAN ULAMA DITINJAU DARI SEGI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA. (Studi Kasus di Kecamatan Serengan)

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

AKIBAT HUKUM PENGABAIAN NAFKAH TERHADAP ISTRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NO. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. Analisis Peran LBH Jawa Tengah Dalam Memberikan Bantuan Hukum. Terhadap Upaya Eksekusi Hak Hadlanah Dan Nafkah Anak

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

HUKUM WASIAT MENDONORKAN ORGAN TUBUH MANUSIA MENURUT PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah Fakultas Syariah Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah (AS) OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

WANITA SAFIHAH MENURUT PENDAPAT EMPAT IMAM MADZHAB

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA RELASI KELUARGA DI KALANGAN PARA TUAN-GURU DALAM MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH. (Studi Relasi Keluarga Di Masyarakat Sasak Kabupaten Lombok Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR DI SMKN 1 BANDUNG TULUNGAGUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian

PERJANJIAN E-COMMERCE DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

KAWIN MIS-YAR MENURUT HUKUM ISLAM (Kajian Fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawi)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

PROBLEM MAHASISWA YANG TELAH MENIKAH DAN SOLUSINYA DALAM PERSPEKTIF BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA ISLAMI

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH

5 Oktober 2011 AAEI ITB K-07

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

PENDAPAT ULAMA DI DESA BOJA TERHADAP PENGUCAPAN TALAK DI LUAR PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan berkeluarga terjadi melalui perkawinan yang sah, baik menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Transkripsi:

HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA (Burgerlijk Wetboek) SKRIPSI Oleh: Sofyan Afandi NIM 05210019 JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.Hi) Oleh: Sofyan Afandi NIM 05210019 JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

HALAMAN PERSETUJUAN HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek) SKRIPSI Oleh: Sofyan Afandi NIM 05210019 Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing, M. Nur Yasin, M.Ag NIP. 1969 1024 1995 031 003 Mengetahui, Ketua Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Zaenul Mahmudi, MA NIP 1973 0603 1999 031 001 i

PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan skripsi saudara Sofyan Afandi, Nim 05210019, mahasiswa Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamnya, dan mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul: HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek) Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada Sidang Majelis Penguji Skripsi. Malang, 03 Agustus 2009 Pembimbing, M.Nur Yasin, M.Ag NIP ii

PENGESAHAN SKRIPSI Dewan penguji skripsi saudara Sofyan Afandi, NIM 05210019, mahasiswa Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul: HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek) Telah dinyatakan LULUS dengan nilai: B Dewan Penguji: 1.DR. Roibin MHi NIP. 1968 1218 1999 031 002 ( ) Penguji Utama 2.Erfania Zuhria S.Ag.MH NIP. 1973 0118 1998 032 002 ( ) Ketua 3. M.Nur Yasin, M.Ag ( ) NIP. 1969 1024 1995 031 003 Sekretaris Malang, 26 Oktober 2009 Dekan, Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag. NIP. 1959 0423 1986 032 003 iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Demi Allah, Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek) Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi hukum. Malang, 03 Agustus 2009 Penulis Sofyan Afandi NIM 05210019 iv

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Hak Asuh Anak Akibat Pembatalan Perkawinan Tinjauan Hukum Islam Dan KUH Perdata (Burgerlijk Wetboek) sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (S.Hi) dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu senantiasa terlimpahkan dan tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Adalah Beliau penghulu para nabi yang benar dalam ucapan dan perbuatannya, yang diutus kepada penghuni alam seluruhnya, sebagai pelita dan bulan purnama bagi pencari cahaya penembus kejahilan gelap gulita, serta atas izinnya memberi Syafa at pada hari yang tidak ada seorang pun yang mampu memberikan pertolongan pada umatnya. Berdasar cinta kepada Beliaulah, penulis mendapatkan motivasi yang besar untuk menuntut ilmu. Sesungguhnya, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan sebagai wujud dari partisipasi kami dalam mengembangkan serta mengaktualisasikan ilmu yang telah kami peroleh selama menimba ilmu dibangku perkuliahan, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, dan mudah mudahan atas izin Allah pula dapat juga bermanfaat kepada para penuntut ilmu yang lain. v

Penulis juga menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ungkapan terima kasih, kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Dra. Hj. Tutik Hamidah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Drs. M.Nur Yasin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi ini. Terima kasih penulis haturkan atas keikhlasan bimbingan, arahan, dan motivasi. Semoga Beliau beserta seluruh anggota keluarga besar selalu diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan oleh Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin. 4. Drs. Fadil Sj.M.Ag, selaku Dosen Wali penulis selama kuliah di Fakultas Syari ah Universitas Islama Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 5. Dosen Fakultas Syari ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang seluruhnya, yang telah mendidik, membimbing, mengajarkan, dan mengamalkan ilmu-ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah disampaikan dapat bermanfaat bagi kami di dunia dan akhirat. Amin. 6. Abah serta ibu yang tidak mungkin penulis lupakan sampai kapanpun, penulis haturkan ber-ribu-ribu rasa hormat serta ta dhim kepada beliau yang telah membimbing, mencintai, memberi semangat, harapan, arahan dan motivasi serta vi

memberikan dukungan baik secara materil maupun spiritual yang bagi penulis semuanya tidak pernah tergantikan. 7. Semua pihak yang berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu Jazaakumullah khairan kastiran. Penulis sebagai manusia biasa yang takkan pernah luput dari salah dan dosa, menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati, penulis sangat mengharap kritik dan saran konstrutif demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, teriring do a kepada Allah SWT, penulis berharap semoga skripsi ini dapat barmanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya yang tentu dengan izin dan ridho-nya. Amin. Malang, 03 Agustus 2009 Penulis Sofyan Afandi NIM 05210019 vii

MOTTO... #Y $tρ ö/ä3 Î= δr&uρ ö/ä3 à Ρr& (#þθè% (#θãζtβ#u t Ï%!$# $pκš r' tƒ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (At-Tahrim : ayat 6) viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... v MOTTO... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xii TRANSLITERASI... xiv ABSTRAK... xvi BAB I : PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan Masalah... 6 C. Rumusan Masalah... 7 D. Definisi Operasional... 7 E. Tujuan Penelitian... 7 F. Manfaat Penelitian... 8 G. Metode Penelitian... 8 1. Jenis Penelitian... 8 2. Pendekatan Penelitian... 9 3. Metode Pengumpulan Data... 10 4. Sumber Data... 10 H. Teknik Pengolahan Data... 11 I. Penelitian Terdahulu... 13 ix

J. Sistematika Pembahasan... 14 BAB II : KAJIAN TEORI... 16 A. Pengertian Hukum Islam... 16 B. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)... 18 C. Hadhonah... 19 1. Pengertian Hadhonah... 19 2. Orang Yang Berhak Atas Hadhonah... 26 D. Pembatalan Perkawinan Dalam Islam... 30 1. Pengertian Pembatalan Perkawinan... 30 2. Sebab-Sebab Terjadinya Pembatalan Perkawinan... 33 3. Akibat Pembatalan Perkawinan... 40 E. Pembatalan Perkawinan Perspektif KUH Perdata (BW) 41 1. Pengertian Pembatalan Perkawinan..41 2. Sebab-Sebab Pembatalan Perkawinan..42 BAB III : ANALISIS HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUHPerdata (BW) A. Pengasuhan Anak Akibat Pembatalan Perkawinan Tinjauan Hukum Islam dan KUHPerdata(BW)... 47 B. Persamaan dan Perbedaan Hubungan Hukum Antara Anak dan Orang Tua Akibat Dari Pembatalan Perkawinan Tinjauan Hukum Islam dan KUHPerdata (BW)53 BAB V : PENUTUP... 58 A. Kesimpulan... 58 B. Saran... 59 DAFTAR PUSTAKA x

ABSTRAK Sofyan Afandi 05210019. 2009. Hak Asuh Anak Akibat Pembatalan Perkawinan Tinjauan Hukum Islam dan KUHPerdata (Burgerlijk Wetboek). Skripsi. Jurusan Al Akhwal Al Syakhsiyah. Fakultas Syari ah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen pembimbing: Drs. M. Nur Yasin, M.Ag Kata kunci : Hak Asuh Anak, Pembatalan Perkawinan. Perkawinan dalam Islam telah diatur secara lengkap mulai dari peminangan sampai proses perkawinan, tidak menutup kemungkinan di dalam aturan-aturan tersebut juga didapati aturan yang menyebabkan batalnya perkawinan. Oleh karena itu, apabila terjadi perkawinan yang menyimpang dari tujuan perkawinan karena cacat hukum yang merugikan salah satu pihak, maka untuk membatalkan sebuah perkawinan yang tidak lain adalah didasarkan pada kepatuhan dalam batasan prikemanusiaan dan kesusilaan tersebut merupakan suatu keniscayaan. Perkawinan yang batal menurut hukum mempunyai konsekuensi perkawinan tersebut dianggap tidak sah dan tidak pernah ada. Kemudian bagaimanakah hubungan hukum antara anak dan orang tua akibat dari pembatalan perkawinan tersebut, dan bagaimana pula pengasuhan anak jika pernikahan orang tua batal dalam tinjauan hukum Islam dan KUHPerdata? Oleh karena itu penulis bermaksud menelaah lebih lanjut baik dari sisi Hukum Islam dan KUH Perdata sebagai hukum yang diterapkan dengan asas konkordansi di negara jajahan Belanda seperti Indonesia akibat hukum yang ditimbulkan terhadap perkawinan yang dibatalkan terutama terhadap pengasuhan anak. Penulisan ini adalah jenis penulisan hukum normatif atau disebut juga dengan studi kepustakaan, karena penulis mencari dan mengumpulkan buku-buku yang terkait dalam pengumpulan data, yang mana penulis dapat dari sumber dat primer, sekunder dan tersier yang kesemuanya bermuara dalam judul pembahasan ini. Hasil dari pada penelitian hukum ini menggambarkan bahwa menurut hukum Islam dan KUH Perdata perpisahan sebuah perkawinan baik itu berupa perceraian atau perpisahan yang diputuskan oleh Pengadilan berupa pembatalan perkawinan memberikan perlakuan yang sama dalam hal pengasuhan seorang anak, kecuali pembatalan perkawinan itu terjadi akibat hal-hal tertentu yang mengakibatkan hasil dari pembatalan perkawinan tersebut (Anak) tidak diakui secara hukum. xi

BAB I PENDULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hukum Islam dijelaskan bahwa untuk menyatukan dua insan yang berlainan jenis maka ditempuhlah jalan berdasar ketentuan Allah yang terdapat dalam syariat Islam, dengan mengadakan akad perkawinan dengan dasar kecintaan dan saling rela antara keduanya yang dilakukan oleh pihak wali, menurut sifat dan syarat yang telah ditentukan agar menjadi halal percampuran antara keduanya. 1 Perkawinan dalam Islam memang suatu hal yang suci, dimana tujuan dari perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia, hal inilah yang melatar belakangi sebuah perkawinan merupakan yang suci, yang bukan untuk dipermainkan. Untuk itu diperlukan beberapa syarat untuk melangsungkan sebuah perkawianan, dengan syarat- 1 Sosroatmojo,Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hal 53. 1

4 syarat tersebut perkawinan yang dilakukan diharapkan akan berjalan sesuai yang diinginkan bersama tentunya juga tidak lepas dari aturan-aturan Syar i, serta merasa tentram penuh dengan kasih sayang, sebagai nama firman Allah S.W.T. 2 ºπyϑômu uρ Zο Šuθ Β Νà6uΖ t/ Ÿ yèy_uρ $yγøšs9î) (#þθãζä3ó tfïj9 %[` uρø r& öνä3å à Ρr& ô ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ βr& ÿ ÏμÏG tƒ#u ÏΒuρ tβρã 3x tgtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M tƒuψ y7ï9 sœ Îû βî) Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir 3. Perkawinan dalam Islam telah diatur secara lengkap mulai dari peminangan sampai proses perkawinan, tidak menutup kemungkinan didalam aturan-aturan tersebut juga didapati aturan yang menyebabkan batalnya perkawinan. Oleh karenanya, apabila ada terjadi perkawinan yang menyimpang dari tujuan perkawinan itu sendiri karena didapati cacat hukum yang nantinya dapat merugikan salah satu pihak, maka untuk membatalkan sebuah perkawinan yang tidak lain adalah didasarkan pada kepatuhan dalam batasan prikemanusiaan dan kesusilaan tersebut merupakan suatu keniscayaan. Dan perkawinan yang batal menurut hokum mempunyai konsekuensi perkawinan tersebut dianggap tidak sah dan tidak pernah ada. Dalam Islam, pembatalan perkawinan disebut juga dengan istilah fasakh, Fasakh disini bisa terjadi karena tidak memenuhi salah satu rukun atau syarat perkawinan atau sebab lain yang dilarang dan diharamkan oleh agama Islam. 4 2 QS.Ar-Ruum (30): 21. 3 DEPAG, Qur an dan Terjemah Q.S. Ar-Rum (30): 21 4 Al Manar, Fiqh Nikah (Bandung: PT.Syamil Cipta Media, 2003), hlm 141 2

Dengan batalnya sebuah perkawinan maka ada beberapa pihak yang dirugikan, sebut saja anak, dalam pasal 42 Undang-Undang No1 tahun 1974, disebutkan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai dari perkawinan yang sah. Dalam tujuan perkawinan sebagaimana umumnya tentunya ada keinginan yang ingin diwujudkan dalam sebuah kenyataan, salah satu keinginan tersebuat adalah sebuah keturunan, dimana keturunan yang baik akan menjadi penolong bagi kedua orang tuanya kelak seusai meninggal dunia. Keturunan yang baik diperoleh dari perkawinan yang sah baik secara hukum islam maupun aturan-aturan dalam hukum positif. Pengasuhan anak mempunyai arti merawat dan mendidik anak kecil, pengasuhan adalah hak mendidik dan merawat 5, yang dimaksud mendidik ialah menjaga, memimpin, dan mengatur segala hak anak-anak belum dapat menjaga dan mengatur dirinya sendiri 6 Dalam ajaran Islam penjagaan keturunan (anak) diajarkan dengan penuh perhatian semenjak anak ada dalam kandungan hingga anak itu dewasa. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan perlindungan dan menjaga hak-hak asasi manusia mulai dari masa penciptaanya (proses pembuahan dalam rahim) sampai dia bertemu dengan ajalnya. Anak merupakan anugerah dari Allah yang tak ternilai, untuk itulah kita harus merawat dan mengasuhnya dengan penuh kasih sayang, jangan sampai anak yang lahir disia-siakan oleh para orang tua, bahkan sampai diterlantarkan. Anak tersebut harus kita 5 Poerwardarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarata: Balai Pustaka, 1989), hlm 63. 6 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998), hlm 426. 3

didik dan kita arahkan agar dimasa yang akan datang menjadi anak yang ditunggu oleh agama dan Negaranya. Dengan berlakunya hubungan anak dengan ibu yang melahirkannya itu,maka dengan sendirinya berlaku hubungan kekerabatan antara anak yang dilahirkan dengan orangtua yang melahirkannya, dengan demikian secara sederhana terbentuklah hubungan kekerabatan menurut garis ibu. Dalam hubungan kekerabatan tersebut diatas yang dapat dijadikan mazhinahnya adalah akad nikah yang sah, yang telah berlaku antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang melahirkan anak tersebut. Selanjutnya akad nikah tersebut yang menjadi factor penentu hubungan kekerabatan itu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan kekerabatan berlaku antara seorang anak dengan seorang laki-laki sebagai ayahnya, bila anak tersebut lahir dari ibu yang melahirkannya dengan perkawinan yang sah, atau dengan akad nikah yang sah. Jumhur ulama berpendapat bahwa dengan hanya adanya perkawinan yang sah belum menjamin hubungan kekerabatan yang sah. Untuk sahnya hubungan kekerabatan yang sah itu selain disamping akad nikah yang sah disyaratkan pula bahwa diantara suami istri diduga kuat telah berlangsung hubungan kelamin secara memungkinkan seperti telah tidur sekamar, dan pernah hubungan badan. Di lain fihak ulama Hanafiah mempunyai pendapat yang berbeda, menurut mereka semuanya adalah adanya akad nikah yang sah sudah cukup untuk menjadi dasar menetapkan hubungan kekerabatan antara anak dengan ayahnya. Dalam gambaran diatas 4

menurut ulama ini anak yang lahir adalah anak yang sah dari laki-laki yang mengawini wanita tersebut. 7 Pada dasarnya tidak semua pasangan baik laki-laki maupun perempuan dapat melaksanakan perkawinan. Namun yang dapat melaksanakan perkawinan hanyalah mereka yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam undang-undang. Dalam KUH Perdata syarat untuk melakukan perkawinan dibagi menjadi dua macam secara garis besar : Syarat meteril 8 dan Syarat formal 9, jika dalam pelaksanaannya tidak terpenuhi maka demi hukum pula perkawinan tersebut batal demi hukum, kitab undang-undang hukum perdata (KUH Perdata) beberapa pasal menyebutkan berkenaan dengan pembatalan perkawinan salah satunya adalah pembatalan perkawianan hanya dapat dinyatakan oleh Hakim 10 jika perkawinan yang dilangsungkan bertentangan dengan Bab ke-4 Bagian ke-satu pasal 27 KUH Perdata. 11 Hukum Perdata dalam arti yang luas meliputi semua hukum privat materiil,yaitu hukum yang mengatur tentang kepentingan-kepentingan perseorangan, 12 termasuk didalamnya hukum keluarga, adapun hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan yang mengenai hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan karena perkawinan. Kekeluargaan sedarah adalah pertalian keluarga yang terdapat antara beberapa orang yang mempunyai keluhuran yang sama. Kekeluargaan karena perkawinan adalah 7 Syarifuddin, Hukum Kewarisan Fiqh, (Jakarta: Persada Media 2004), hlm 177. 8 Syarat yang berkaitan dengan inti atau pokok dalam melaksanakan perkawinan. 9 Syarat yang berkaitan dengan formalitas-formalitas dalam melaksanakan perkawinan. 10 Pasal 85 KUHPer 11 Pasal 27 Dalam waktu yang sama seorang laki-laki hanya diperbolehkan mempunyai satu perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu orang laki sebagai suaminya. 12 Subekti, Pokok pokok Hukun Perdata, (Jakarta: PT.Intermasa), hlm 9. 5

pertalian keluarga yang terdapat karena perkawinan antara seorang dengan keluarga sedarah dari istri. Anak tentunya hal ini termasuk dalam pembahasan kekeluargaan karena perkawinan. Dan ini senada dengan bunyi pada Bab ke-12 Bagian ke-satu pasal 250 KUH Perdata 13 dan dalam bab yang lain Bab ke-14 Bagian ke-satu pasal 298 KUH Perdata disebutkan tentang perihal kekuasaan orang tua berbunyi orang tua wajib memelihara dan mendidik sekalian anak mereka yang belum dewasa. Seperti halnya perceraian, pembatalan pernikahan ternyata membawa konsekuensi yang tidak jauh berbeda dengan masalah perceraian, dalam kaitannya dengan perkawinan antara dua orang hal tersebut juga juga turut mempengaruhi status dari anak yang dilahirkan Dari sini lahir sebuah pertanyaan bagaimana jika anak tersebut, lahir dari perkawinan yang dibatalkan, mengingat perkawinan yang batal menurut hukum mempunyai konsekwensi perkawinan tersebut dianggap tidak sah dan tidak pernah ada, kepada siapa hak asuh anak pasca batalnya perkawinan? dan Bagaimana hubungan hukum antara anak dan orang tuanya? Berangkat dari pembatalan perkawinan sinilah akhirnya anak memperoleh getahnya, dan dari sinilah penulis mengamati lebih jauh berkenaan dengan kepada siapa hak asuh anak diberikan pasca pembatalan perkawinan guna memberkan gambaran umum secara formil dan materil terhadap anak, yang sejauh ini masuh belum mendapat perhatian yang khusus. 13 Tiap-tiap anak yang dilahirkan atau ditumbuhkan sepanjang perkawinan, memperoleh sisuami sebagai bapaknya. 6

Karena itulah penulis begitu tergerak untuk menulis permasalahan tersebut, adapun judul yang diangkat pada masalah ini adalah HAK ASUH ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN KUHPerdata (Burgerlijk Wetboek) B. Batasan Masalah Supaya penulisan ini lebih terfokus dan sesuai dengan tujuan dan tidak melebar kemana-mana, maka dirasa perlu adanya pembatasan masalah, dalam penulisan ini adalah pembahasan hukum dalam yakni difokuskan kepada masalah Hak Asuh Anak Akibat Pembatalan Perkawinan Tinjauan Hukum Islam dan KUHPerdata. Penulisan ini mencakup dua sisi yakni mengkaji yang berkenaan dengan hukum islam, Sedang hukum islam yang dimaksud dalam penulisan ini adlah hukum Islam yang meliputi kitab-kitab Fiqh, Undang-Undang Perkawinan,dan KHI. Dan keperdataan Indonesia yang dimaksud dalam penulisan ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) C. Rumusan Masalah Untuk memperjelas permasalah yang dikemikakan dalam penulisan ini, penulis akan menyebutkan permasalahan sbb: 1. Bagaimana persamaan dan perbedaan hak asuh anak jika pernikahan orang tua batal dalam tinjauan hukum Islam dan KUHPerdata? 2. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan hubungan hukum antara anak dan orang tua akibat pembatalan perkawinan menurut Hukum Islam dan KUHPerdata? 7

D. Definisi Operasional Supaya pembahasan ini dapat mudah dipahami dan dimengerti maka definisi operasional / Istilah kunci dari pembahasan penulisan ini adalah : 1. Hak asuh anak, Hak merawat, mendidik, menjaga, memimpin, melindungi, dan mengatur segala hak seorang anak yang belum dapat menjaga dan mengatur dirinya sendiri 14 2. Pembatalan perkawinan, Perkawinan yang tidak memenuhi salah satu rukun atau syarat (formil / materil) perkawinan atau sebab lain yang dilarang dan diharamkan oleh agama Islam. Sehingga dalam perjalanannya perekawinan tersebut dibatalkan demi hukum 15. 3. Hukum Islam, Suatu disiplin dari jenis-jenis ilmu pengetahuan islam atau ilmu-ilmu keislaman, yang merupakan suatu pengetahuan produk fuqoha atau mujtahid dan sebagai sebuah disiplin ilmu maka hukum islam ada yang menyebutnya sebagai Hukum Positif Islam. 16 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan hukum antara anak dan orang tua menurut Hukum Islam dan KUHPerdata. 2. Untuk memaparkan Bagaimana hak asuh anak jika pernikahan orang tua batal dalam tinjauan hukum Islam dan KUHPerdata. 14 Poerwardarminta, Op.Cit. 15 Sulaiman Rasjid, Op.Cit 16 A.Qodri Azizy, Hukum Nasional Elektisisme Hukum Islam dan Hukum Umum, (Bandung: Teraju PT. Mizan Publika 2004), hlm 22. 8

F. Manfaat Penelitian Secara teoritis Penulisan ini sebagai upaya perluasan wawasan keilmuan dan peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan hukum, khususnya mengenai hak asuh anak dan pembatalan perkawinan.dan diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan menambah referensi peneliti selanjutnya. Secara praktis 1. Sebagai Syarat untuk memperoleh gelar SHI di Universitas Islam Negeri Malang (UIN Malang). 2. Untuk mengetahui hubungan hukum antara anak dan orang tua akibat pembatalan perkawinan menurut Hukum Islam dan KUHPerdata. 3. Untuk mengetahui hak asuh anak jika pernikahan orang tua batal dalam tinjauan hukum Islam dan KUHPerdata. 4. Sebagai bahan kepustakaan dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan ke Syari ahan khususnya ke-ahwal As-SyahSyiyah-an. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, atau yang disebut dengan kepustakaan (Library Research), yaitu merupakan penelitian hukum yang di dasarkan pada bahan hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan mencoba untuk menganalisa suatu permasalahan hukum melalui peraturan Perundang-undangan, literatur-literatur dan bahan-bahan lainnya yang relevan. 9

Winarno Surakhmad menempatkan metode deskriptif ini adalah metode penyelidikan yang lebih tepat untuk menjelaskan data yang telah lampau, ada yang lebih tepat lagi untuk menjelaskan data waktu sekarang, dan ada lagi yang lebih wajar iguinakan untuk meamalkan peistiwa-peristiwa yang akan datang / yang akan terjadi. 17 Jenis yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif adalah penelitian doktriner, juga disebut sebagai penelitian pepustakan atau dokumen. Disebut sebagai penelitian hukum doktrin, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada dalam perpustakaan. 18 Sedang yang mendasari penelitian ini adalah konsep Hukum Islam dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dalam memberikan sebuah payung Hukum terhadap pemeliharaan anak pasca pembatalan perkawinan. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, Taylor dan Bogdan dalam bukunya bagong suyanto dkk 19 bahwa penelitian kuatitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data data deskriptif mengenai kata-kata lisan atau tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari masalah yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan atau menggambarkan tentang hak asuh anak pasca 17 Soejono dan Abdurrahman, Metode penelitian Hukum(cet.2, Jakarta: Renika Cipta,2003),21. 18 Bambang Waluyo, Penelitan Hukumn Dalam Praktek,(cet.3, Jakarta:Sinar Grafika,2002), 13. 19 Bagong Suyatno dkk,metode penelitian sosial bebagai alternatif pendekatan( jakarta,kencana:2005),166 10

pembatalan perkawinan dalam tinjauan hukum islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Pedata (Burgerlijk Wetboek) 3. Metode pengumpulan data Sesuai dengan metode penelitian diatas, maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik kepustakaan (Library Reseach). Maka dalam pengumpulan data penulisan karya Ilmiah ini penulis menggunakan metode Dokumentasi artinya adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya. 20 4. Sumber Data bahan; Karena penelitian ini bersifat kepustakaan, maka sumberdata terbagi atas dua 1. Bahan hukum primer, yakni bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru maupun mutakhir,ataupun pengetahuan yang baru tentang fakta yang diketahui ataupun mnegenai suatu gagasan (Ide). Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ; 1. Kitab-kitab Fiqh. 2. Undang-Undang Perkawinan. 3. Kitab Kompilasi Hukum Islam (KHI). 4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (B.W.). 20 Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm 231. 11

2. Bahan atau sumber sekunder, yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi yang menjadi memperkuat bahan primer. 21 3. Bahan hukum tertier, Yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain 22. H. Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya akan disajikan secara deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud deskriptif kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Moleong adalah metode sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. 23 Dalam hal ini analisis terhadap data digunakan secara deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan kondisi dan hubungannya yang ada, pendapat yang sedang bersentuhan dengan proses yang sedang berkembang. 24 Atau analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagi sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dalam catatan lapangan, dokumentasi pribadi, dokumen remi, foto dan sebagainya. 25 21 Soerjono Soekanto dan Srimandji, penelitian Hukum Noematif, ( Jakarta; Raja Grafindo Persada, cet. VI, 2003), hlm 33. 22 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia, Cet ke IV, 2008), hlm 392. 23 Lexy.J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm 103. 24 Sunarto, Metodologi Penelitian Deskriptif (Surabaya: Usaha Nasional), hlm 47 25 Lexy.J.Moleong, Op.Cit, hlm 190. 12

Dalam penulisan ini nantinya dianalisis datanya dilakukan dalam satu proses, proses yang berarti pelaksanaannya sudah dilakukan sejak pengumpulan data, yang dikerjakan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan, dan menarik kesimpulan sebagai akhir analisis data. 26 Setelah data-data diproses dengan proses di atas, maka tahapan selanjutnya adalah pengolahan data. Dan untuk menghindari agar tidak terjadi banyak kesalahan dan mempermudah pemahaman, maka penelitian dalam menyusun skripsi nanti melakukan beberapa upaya diantaranya adalah: a. Editing (Editing) Pemeriksaan ulang, dengan tujuan data yang dihasilkan berkualitas baik. 27 Dalam hal ini penulis membaca dan memeriksa ulang data atau keterangan yang telah dikumpulkan melakukan melalui buku-buku, yang berkaitan dengan rumusan masalah. b. Klasifikasi (Classifying) Pengelompokan, dimana data hasil wawancara diklarifikasikan berdasarkan katagori tertentu, yaitu berdasarkan pertanyaan dalam urusan masalah, sehingga data yang diperoleh benar-benar memuat informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, 28 dalam penulisan ini dibagi 2 (dua) kelompok, pertama, data yang berkenaan dengan hubunga hukum antara anak dan orang tua akibat pembatalan perkawinan, kedua Hak Asuh anak akibat perkawinan. 26 Ibid, hlm 104. 27 LKP2m, Reseach book for (Malang: UIN-Malang, 2005), hlm 60-61. 28 Lexy.J.Moleong, Op.Cit. hlm 104 13

c. Verifikasi (Verifying) Menelaah secara mendalam, data dan informasi yang diperoleh dari lapangan agar validitasnya terjamin. 29 Verifikasi sebagai langkah lanjutan, penulismemeriksa kembali data yang diperoleh, 30 misalnya dengan kecukupan refrensi, triangulasi (pemeriksaan melalui sumber data lain), d. Analisis (Analyzing) Sedangkan metode analisis yang penulis gunakan adalah deskriptif komparatif adalah mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, dan membuat ikhtisar serta mencari kejelasan mengenai konsep Pembatalan Perkawinan dan Pengasuhan Anak dalam konsep Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. e. Konklusi (Conluding) Langkah terakhir adalah kesimpulan, yaitu dengan cara menganalisa data secara komprehensif serta menghubungkan makna dengan secara komprehensif yang ada kaitannya dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Langkah terakhir harus dilakukan dengan cermat dengan mengecek kembali data-data yang diperoleh, khususnya teori tentang Pengasuhan Anak dan Pembatalan perkawinan menurut Hukum Islam dan KUHPerdata. Sehingga, akhirnya penulisan skripsi ini menghasilkan persamaan dan perbedaan antara dua konsep yang dimaksud. I. Penelitian Terdahulu 29 Nana Saujana, Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian di perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hlm 84-85. 30 Ibid. 14