Analisis Tingkat Kesadahan Mata Air Goa Gremeng Sebagai Sumber Kebutuhan Air Masyarakat di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong,Kabupaten Gunungkidul

dokumen-dokumen yang mirip
VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

PENGARUH KONDISI METEOROLOGIS TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TELAGA DI SEBAGIAN KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

Kajian Variabilitas CaCO3 Terlarut Untuk Mengetahui Tingkat Pelarutan dan Penyerapan Karbon Atmosfer Dalam Proses Karstifikasi Kawasan Karst Rembang

ANALISIS KESADAHAN AIR TANAH DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN PROPINSI JAWA TENGAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

Evolusi Hidrogeokimia pada Mataair di Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Kebupaten Gunungkidul

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

KARAKTERISTIK MORFOLOGI CEKUNGAN KARST GUNUNGSEWU MALALUI DATA GDEM ASTER

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK STUDI KASUS MENGENAI PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA BANDUNG TAHUN Willy Candra, Pembimbing I: Dr. Felix Kasim, dr. M. Kes.

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Jl. A. YaniTromol Pos 1 Pabelan, Surakarta, Jawa Tengah

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

KAJIAN POTENSI MATAAIR DI KAWASAN KARST GUNUNGKIDUL KASUS : KECAMATAN PANGGANG. Adhityo Haryadi Sudarmadji

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73).

BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINGKAT KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PENAMBANGAN BATUGAMPING DAN PRIORITAS REKLAMASI LAHAN DESA PACAREJO KAB GUNUNGKIDUL DIY

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

PENELITIAN PENDAHULUAN KUALITAS AIR TANAH DI BANJAR SUWUNG BATAN KENDAL, KELURAHAN SESETAN, KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

SEMINAR TUGAS AKHIR PENYISIHAN KESADAHAN DENGAN PROSES KRISTALISASI DALAM REAKTOR TERFLUIDISASI DENGAN MEDIA PASIR OLEH: MYRNA CEICILLIA

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

Rizka Ratna Sayekti, Slamet Suprayogi dan Ahmad Cahyadi. Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Citation: Gunung Sewu-Indonesian Cave and Karst Journal, Vol 1. No.1,April 2003 AGRESIVITAS AIRTANAH KARST SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN, GUNUNG SEWU

ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KAJIAN PENGARUH LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIRTANAH BEBAS DI SEBAGIAN KECAMATAN KLATEN TENGAH, KABUPATEN KLATEN

ANALISIS HIDROKEMOGRAF AIRTANAH KARST SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Arie Purwanto

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

Naskah publikasi skripsi-s1 Hendy Fatchurohman (belum diterbitkan)

Analisis Kesesuaian Kualitas air untuk Irigasi pada Beberapa Mataair di Kawasan Karst Sistem Goa Pindul

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Kenampakan Bentuklahan Karst

KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA. Roza Oktama

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan faktor-faktor yang ada, walaupun kadang-kadang

II. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22

I. PENDAHULUAN. yang secara khas berkembang pada batu gamping dan/atau dolomite sebagai

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI DAERAH KARST GUNUNGKIDUL

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS BERBAGAI DOSIS REKASHET UNTUK MENURUNKAN KESADAHAN AIR SUMUR GALI DI DESA JIMBUNG, KALIKOTES, KLATEN

Karakteristik Sistem Hidrogeologi Karst Berdasarkan Analisis Hidrokimia Di Teluk Mayalibit, Raja Ampat

KUALITAS AIR TANAH UNTUK IRIGASI DI DTA RAWA PENING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

SKRIPSI RINA RIDARA

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv DAFTAR ISI...

VARIABILITAS CaCO 3 TERLARUT DAN POTENSI PENYERAPAN KARBON ATMOSFER MELALUI PROSES KARSTIFIKASI DI KARST GUNUNGSEWU

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Isu-isu Riset Ilmu Kebumian Terkini di Kawasan Karst

TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI DENGAN STANDAR PERMUKIMAN LAYAK HUNI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN. diperbolehkan adalah 500 mg/l. Hasil pemeriksaan sampel di Balai Besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...


Oleh: Tjahyo Nugroho Adji 2 (Kelompok Studi Karst, Fakultas Geografi UGM)

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT KESADAHAN MATA AIR GOA GREMENG SEBAGAI SUMBER KEBUTUHAN AIR MASYARAKAT DI DESA UMBULREJO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL Muhammad Zarkasi S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya muhammaadzarkasi@gmail.com Drs. Bambang Hariyanto, M.Pd Dosen Pembimbing Mahasiswa Abstrak Kawasan karst merupakan wilayah yang identik dengan batuan kapur, yakni CaCO 3 (karbonat) dan Ca(Mg)CO 3 (Dolomite). Batuan kapur dicirikan sebagai batuan yang mudah larut akibat konsentrasi CO 2. Proses pelarutan ini disebut sebagai karstifikasi. Proses karstifikasi inilah yang menyebabkan fenomena yang sering ditemui di wilayah karst, yakni kesadahan air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kadar kesadahan air pada bulan kering dan bulan basah, klasifikasi kesadahan air, serta kesesuaian kesadahan mata air untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Obyek yang diteliti adalah Goa Gremeng, Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, pengambilan sampel air, dan pengujian sampel di laboratorium BBTKLPP Yogyakarta. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis perhitungan kesadahan total dan analisis komparatif. Data kesadahan air yang diperlukan diambil pada bulan kering dan bulan basah. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kesadahan air dalam dua dua bulan tersebut jika digolongkan dalam kelas kesadahan air menurut Peavy (1985, dalam Setyaningsih, 2014:3), maka termasuk dalam kelas sedang. Jika hasil penelitian dibandingkan dengan Permenkes Nomor 32 tahun 2017, maka sampel air yang diuji tersebut masih dikategorikan aman, yakni di bawah ambang batas maksimum kesadahan sebesar 500 mg/liter. Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat kesadahan pada bulan kering yang lebih tinggi dari bulan basah. Kata Kunci :, Morfologi Karst, Mata Air Karst Abstract Karst region is an area that related to limestone, such as CaCO 3 (carbonate) and Ca(Mg)CO 3 (dolomite). Karst limestone is characterized as an easy soluble rock, because of CO 2 concentration. Its dissolution can be named as karstification. This process causes some phenomenon that usually found in Karst region, and one of them is water hardness. The aim of this study was to know the condition of water hardness level in dry month and wet month, its classification, and its compatiblity to be people needs. This study is quantitative research. The object was Gremeng Cave that located in Umbulrejo village, Ponjong district, Gunungkidul. Data were collected using field observation, water sampling, and testing water sample at BBTKLPP laboratorium. Data analyzed using tatal water hardness calculation and comparative analysis. Water hardness data needed was based on dry month and wet month parameters. The result showed that all of water hardness levels (dry and wet) was classified to medium level, based on Peavy (1985, in Setyaningsih, 2014:3). If the result was compared with Permenkes No 32/2017, then the sample of water was still categorized to be secured water, because it was still below to 500 mg/l. It found the condition of water hardness level in dry month that was higher than wet month. Keywords : Water Hardness, Karst Morphology, Karst Springs 97

PENDAHULUAN Bentang lahan karst merupakan salah satu bentuk kompleksitas morfologi bumi yang sangat unik.bentang lahan karst juga memiliki sisi keunikannya, antara lain batuan penyusunnya dan juga porositasnya. Batuan karbonat mendominasi sebagian besar wilayah karst, dan karena sifat batuannya yang mudah larut oleh air, maka terbentuklah banyak porositas pada batuannya. Alur fenomena ini menyebabkan sistem hidrologi yang khas di wilayah karst (Ford dan Williams, 1989:2). Bentang lahan karst yang ada di Indonesia adalah Karst Gunungsewu. Wilayah karst ini membentang dari ujung barat Parangtritis hingga ujung timur Kabupaten Pacitan (Said, 2010:1). Dominasi batuan kapur pada wilayah karst menyebabkan Karst Gunungsewu juga memiliki keunikan sistem hidrologinya, yakni sulit ditemukannya sumber mata air di permukaan tanah (White, dalam Widyastuti, dkk., 2012:129). Fenomena ini tidak lepas dari proses pelarutan batuan kapur yang disebut karstifikasi. Secara kimiawi, proses karstifikasi dapat digambarkan dalam rumus kimia berikut: CaCO 3 + H 2 O + CO 2 Ca 2+ + 2HCO 3 - Proses karstifikasi selanjutnya terbentuknya lubang-lubang pada batuan kapur (porositas) yang disebut dengan ponour. Jumlah ponour dan lebarnya menunjukkan seberapa besar tingkat karstifikasi suatu wilayah. Lubang ponour yang terlarut secara terus menerus menciptakan pipa alami di wilayah karst antara lain diffuse dan conduit. Jumlah lubang dan ukuran lubang yang semakin besar, maka semakin besar pula kemungkinan air bergerak secara vertikal menuju ke bawah tanah. Proses karstifikasi juga menyebabkan adanya fenomena lain, yakni kesadahan air pada sumber mata air bawah tanah karst (water hardness). air adalah kondisi air di mana terdapat kandungan logam alkali tanah atau batuan sehingga menyebabkan air menjadi sadah (Astuti, dkk., 2015:119). Wilayah karst, logam alkali tanah tersebut adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Pada reaksinya, ion-ion mineral tanah yang terlarut seperti Ca 2+ dan Mg 2+ terbawa gerakan vertikal air. Yang menjadi persoalan adalah ketika air bawah tanah yang mengandung logam alkali tersebut menjadi sumber kebutuhan air masyarakat sekitar. Sumber mata air karst di Gunungsewu yang digunakan masyarakat dan berpotensi mengalami kesadahan adalah mata air karst Goa Gremeng. Mata air yang terletak di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul ini. Sumber mata air Goa Gremeng ini digunakan sebagai sumber kebutuhan domestik dan irigasi bagi masyarakat Desa Umbulrejo. Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 tahun 2017, kadar kesadahan yang diperbolehkan adalah 500 mg/liter. Tingkat kesadahan juga dibandingkan dengan Klasifikasi. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadahan tersebut berdasarkan kelasnya. Klasifikasi kesadahan dapat dilihat di dalam tabel klasifikasi Peavy, dkk., 1985 (dalam Setyaningsih, 2014:3). Tabel 1 Klasifikasi Kadar Air (mg/l) Kelas Air 0 50 Sangat lunak 50 100 Agak lunak 100 200 Sedang 200 300 Agak sadah 300 450 Sangat sadah > 450 Luar biasa sadah Sumber : Peavy dkk, 1985, dalam Setyaningsih 2014:3 Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka diperlukan sebuah penelitian dengan tajuk Analisis Tingkat Mata Air Goa Gremeng Sebagai Sumber Kebutuhan Air Masyarakat di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui karakteristik kadar kesadahan air pada bulan kering dan bulan basah, klasifikasi kesadahan air, serta kesesuaian kesadahan mata air untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat sesuai peraturan yang berlaku yaitu Permenkes Nomor 32 tahun 2017. METODE Teknik pengumpulan data adalah dengan mengambil sampel air kemudian diujikan di Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta. Sampel air diambil berdasarkan bulan kering dan bulan basah. Sampel air pada bulan kering diambil pada bulan Oktober dengan jumlah 6 hari pengambilan, masing-masing 1 sampel dalam satu hari. Sedangkan sampel pada bulan basah diambil pada bulan Januari, dengan jumlah sampel yang sama. Data yang diperoleh dari hasil uji laboratorium bersifat numerik, yaitu berupa angka kadar Ca dan Mg dalam air. Data tersebut diolah menggunakan rumus kesadahan total. Hasil perhitungan tersebut 98

dikomparasikan dengan kadar kesadahan air maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Permenkes Nomor 32 Tahun 2017 dan klasifikasi kesadahan air. Adapun lokasi penelitian disajikan dalam peta berikut. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian (Citra ASTER GDEM, 2018) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Karakteristik Mata Air Goa Gremeng Pada Bulan Kering dan Bulan Basah Uji laboratorium pada sampel air yang telah diambil digunakan untuk mengetahui kadar Ca dan Mg pada sampel. Hasil pengujian dengan hasil Ca dan Mg nantinya digunakan untuk menghitung kesadahan total. Hasil pengujian disajikan di dalam tabel hasil pengujian sampel air pada bulan kering dan bulan basah berikut. Tabel 2 Hasil Uji Sampel Bulan Kering Volume Ca SNI 06- Volume Mg SNI 06-17-10-2018 52,55 3,44 18-10-2018 70,49 6,53 19-10-2018 65,81 6,94 20-10-2018 60,84 7,03 21-10-2018 74,09 7,77 22-10-2018 53,53 5,60 Sumber : Hasil Lab BBTKLPP Yogyakarta, 2018 Tabel 3 Hasil Uji Sampel Bulan Basah Volume Ca Volume Mg SNI 06- SNI 06-22-01-2019 28,66 3,87 23-01-2019 22,68 3,87 24-01-2019 32,64 3,87 25-01-2019 48,56 4,35 26-01-2019 47,76 5,80 27-01-2019 44,58 3,87 Sumber : Hasil Lab BBTKLPP Yogyakarta, 2019 Hasil kesadahan total pada bulan kering dan juga pada bulan basah merupakan salah satu tujuan dalam penelitian ini. Perhitungan kesadahan menggunakan rumus kesadahan total (WH). Hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut menghasilkan kesadahan total harian. Untuk mengetahui kesadahan berdasarkan musim, maka hasil kesadahan total harian dihitung menggunakan perhitungan rata-rata kesadahan menggunakan rumus WH per musim. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4 Hasil Perhitungan Total Harian Dan Rata-Rata Per Musim No Musim 1 Bulan kering Rata-rata per musim 2 Bulan Basah Total (mg/liter) 17-10-2018 145,47 18-10-2018 202,98 19-10-2018 192,97 20-10-2018 180,91 21-10-2018 217,07 22-10-2018 156,77 182,70 22-01-2019 87,51 23-01-2019 72,56 24-01-2019 97,46 25-01-2019 139,23 26-01-2019 143,17 27-01-2019 127,31 Rata-rata per 111,21 musim Sumber : Hasil Lab BBTKLPP Yogyakarta, 2019 99

Hasil perhitungan kesadahan di atas dapat disajikan dalam diagram batang berikut. Gambar 2 Gambar 3 Diagram Batang Air Bulan Kering (Hasil Lab BBTKLPP Yogyakarta, 2018) Diagram Batang Air Bulan Basah (Hasil Lab BBTKLPP Yogyakarta, 2019) b. Klasifikasi Mata Air Goa Gremeng Klasifikasi kesadahan mata air Goa Gremeng dihasilkan dari perbandingan hasil perhitungan kesadahan dengan klasifikasi kesadahan air yang telah disajikan dalam Tabel 1 (Peavy dkk, 1985, dalam Setyaningsih, 2014:3). Perbandingan kesadahan dengan klasifikasi kesadahan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5 Hasil Perbandingan Air Goa Gremeng pada Bulan Kering dengan Klasifikasi Total Kategori (mg/liter) 17-10-2018 145,47 Sedang 18-10-2018 202,98 Agak sadah 19-10-2018 192,97 Sedang 20-10-2018 180,91 Sedang 21-10-2018 217,07 Agak sadah 22-10-2018 156,77 Sedang Rata-rata 182,70 Sedang Sumber : Peavy dkk, 1985, dalam Setyaningsih, 2014:3 Tabel 6 Hasil Perbandingan Air Goa Gremeng pada Bulan Basah dengan Klasifikasi Total (mg/liter) Kategori 22-01-2019 87,51 Agak lunak 23-01-2019 72,56 Agak lunak 24-01-2019 97,46 Agak lunak 25-01-2019 139,23 Sedang 26-01-2019 143,17 Sedang 27-01-2019 127,31 Sedang Rata-rata 111,21 Sedang Sumber : Peavy dkk, 1985, dalam Setyaningsih, 2014:3 c. Kesesuaian Mata Air Goa Gremeng dengan Persyaratan Maksimum Hasil perhitungan kesadahan mata air Goa Gremeng dibandingkan dengan persyaratan kesadahan maksimum, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 32 tahun 2017. Persyaratan kesadahan maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l. maksimum yang lebih rendah dari angka tersebut menunjukkan bahwa mata air Goa Gremeng aman digunakan. Hasil perbandingan antara perhitungan kesadahan mata air Goa Gremeng dengan persyaratan kesadahan maksimum disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5 Hasil Perbandingan Air Goa Gremeng pada Bulan Basah dengan Klasifikasi Total (mg/liter) Kesesuaian 17-10-2018 145,47 Aman 18-10-2018 202,98 Aman 19-10-2018 192,97 Aman 20-10-2018 180,91 Aman 21-10-2018 217,07 Aman 22-10-2018 156,77 Aman Rata-rata 182,70 Aman 22-01-2019 87,51 Aman 23-01-2019 72,56 Aman 24-01-2019 97,46 Aman 25-01-2019 139,23 Aman 26-01-2019 143,17 Aman 27-01-2019 127,31 Aman Rata-rata 111,21 Aman Sumber : Permenkes RI Nomor 32 tahun 2017 100

2. Pembahasan a. Karakteristik Mata Air Goa Gremeng Pada Bulan Kering dan Bulan Basah Hasil perhitungan kesadahan mata air Goa Gremeng menunjukkan bahwa kesadahan tertinggi terjadi pada bulan kering yakni mencapai 217,07 mg/liter pada hari kelima pengambilan sampel. Kadar kesadahan terendah pada bulan kering mencapai 145,47 mg/liter, namun lebih tinggi dari kesadahan total tertinggi bulan basah yang mencapai 143,17 mg/liter. total harian terendah terjadi pada hari kedua pengambilan sampel, yakni sebesar 72,56 mg/liter. Rata-rata kesadahan total harian pada bulan kering memiliki nilai lebih tinggi daripada bulan basah. total pada musim bulan kering sebesar 182,70 mg/liter berbanding 111,21 mg/liter pada bulan basah. Data kesadahan tersebut menunjukkan bahwa kandungan logam alkali di dalam mata air Goa Gremeng lebih tinggi pada saat bulan kering. Hal ini juga menunjukkan bahwa penggunaan air Goa Gremeng pada bulan kering lebih berisiko daripada saat bulan basah. berkaitan erat dengan proses karstifikasi. Proses karstifikasi disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi antara lain faktor pendorong dan faktor pengontrol (Haryono dan Adjie, 2004:1). Faktor pendorong antara lain temperatur dan tutupan hutan. Faktor pengontrol antara lain sifat batuan yang mudah larut, luas area batuan tersingkap, serta curah hujan yang cukup. Fakta di lokasi penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kesadahan berdasarkan musiman tidak dipengaruhi oleh faktor karstifikasi di atas. Di area tangkapan mata air Goa Gremeng, baik pada bulan kering maupun bulan basah kondisi tutupan hutan dan batuan tidak berubah secara signifikan. Sedangkan hujan tetap menjadi faktor pelarutan yang tidak dapat diabaikan, baik pada musim kering maupun bulan basah, mengingat hujan merupakan satusatunya media pelarut. Menurut Hadiwijoyo, 1974 (dalam Santosa dan Adjie, 2014:9), disebutkan bahwa teori tentang kesadahan air berkaitan dengan durasi lintas air di dalam batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan, maka maka semakin lama juga air bereaksi dengan batuan, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih intensif. Proses pelarutan yang intensif menyebabkan kandungan mineral juga semakin tinggi. Pada bulan basah, di mana intensitas hujan cukup tinggi, air yang jatuh di permukaan memiliki kecepatan aliran yang tinggi. Air hujan yang mengalir dengan cepat menyebabkan kontak air dengan batuan menjadi singkat. Kontak air hujan dengan batuan yang relatif singkat mengurangi daya larut air terhadap batuan kapur. Sisa air hujan pada bulan basah terjebak pada lubang-lubang di dalam batuan. Pada bulan kering, intensitas hujan berkurang atau tidak ada sama sekali. Sisa air yang terjebak di dalam batuan tidak memiliki kecepatan aliran, di saat yang sama tidak ada masukan air hujan yang dapat mengalirkan sisa-sisa air yang terjebak. Air yang terjebak ini mengalami kontak dengan batuan dalam jangka waktu yang panjang. Kontak dengan batuan yang lama menyebabkan pelarutan batuan kapur menjadi intensif. Air secara perlahan melarutkan batuan kapur. b. Klasifikasi Mata Air Goa Gremeng Penggolongan kesadahan didasarkan pada hasil perhitungan kadar kesadahan total, kemudian dikomparasikan dengan klasifikasi kesadahan air (Peavy, dkk., 1985, dalam Setyaningsih 2014:3). Hasil perhitungan kesadahan telah disajikan di dalam Tabel 4. Hasil perhitungan kesadahan yang telah dibandingkan dengan klasifikasi kesadahan disajikan di dalam Tabel 5. Menurut Setyaningsih (2014:3), klasifikasi kesadahan digunakan untuk menggolongkan tingkat kesadahan suatu mata air atau badan air. Tujuannya adalah mempermudah menganalisis tingkat kesadahan badan air. Kelas kesadahan sedang merupakan batas tingkat kelas kesadahan air yang direkomendasikan dapat digunakan. Hasil perbandingan kesadahan mata air Goa Gremeng dengan klasifikasi kesadahan air menunjukkan kesadahan rata-rata musiman baik pada bulan kering maupun bulan basah tergolong dalam kesadahan sedang. rata-rata bulan kering yang mencapai 182,70 mg/liter dan 101

bulan basah yang mencapai 111,21 mg/liter masih masuk ke dalam rentang 100-200 mg/liter yang dikategorikan kesadahan sedang. rata-rata bulan kering mendekati kelas kesadahan agak sadah dengan selisih 17,30 mg/liter. rata-rata pada bulan basah mendekati kelas agak lunak dengan selisih 11,21 mg/liter. Data kesadahan total harian menunjukkan penggolongan yang lebih variatif. Dua hari pengambilan sampel pada bulan kering menunjukkan bahwa sampel tergolong dalam kelas agak sadah, yaitu pada hari kedua dan kelima pengambilan sampel. total pada hari lainnya tergolong dalam kelas sedang. Tiga hari pengambilan sampel air pada bulan basah menunjukkan bahwa sampel tergolong dalam kelas agak lunak, dan sisa hari lainnya tergolong dalam kelas sedang. Data tersebut menunjukkan bahwa mata air Goa Gremeng tergolong aman untuk digunakan, kecuali beberapa hari pada bulan kering. c. Perbandingan dengan Syarat Maksimum Syarat kesadahan air maksimum adalah standar kualitas air yang ditetapkan oleh pemerintah. Data pembanding yang digunakan adalah Permenkes RI Nomor 32 tahun 2017, dengan batas maksimum sebesar 500 mg/l. Hasil perbandingan dijelaskan dalam Tabel 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadahan mata air Goa Gremeng aman digunakan. Rata-rata kesadahan pada bulan kering dan bulan basah menunjukkan angka yang masih di bawah batas maksimum, yaitu masingmasing sebesar 189,69 mg/l dan 111,21 mg/l. total harian juga menunjukkan bahwa masing-masing sampel masih memenuhi persayaratan kesadahan maksimum. total harian tertinggi yaitu dengan angka 217,08 mg/l masih di bawah angka batas maksimum kesadahan. Analisis data di atas menunjukkan bahwa mata air Goa Gremeng masih dikategorikan sebagai air yang layak digunakan berdasarkan parameter kesadahan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian di atas, dapat disimpulkan beberapa poin antara lain: 1. rata-rata bulan kering lebih tingi daripada bulan basah, hal ini disebabkan oleh durasi kontak antara air dengan batuan. 2. rata-rata baik pada bulan kering maupun bulan basah tergolong sedang. Jika melihat kesadahan total harian, maka terdapat dua hari bulan kering yang tergolong agak sadah dan tiga hari bulan basah yang tergolong agak lunak. 3. Semua sampel mata air Goa Gremeng memenuhi syarat maksimum kesadahan sesuai Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017. B. Saran Penelitian ini tentu tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran terhadap penelitian sangat dibutuhkan. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, beberapa saran yang perlu disampaikan antara lain: 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mendalami faktor mengapa kesadahan bulan kering lebih tinggi daripada bulan basah. 2. Penggolongan kelas kesadahan tidak disertai penjelasan detail bagaimana deskripsi penggunaan air masing-masing kelas sehingga untuk penelitian selanjutnya dengan tema serupa dapat menjelaskannya secara detail. 3. Pengujian kesadahan terbatas pada kelayakan air dilihat dari kadar kesadahannya, bukan kualitas air secara menyeluruh, sehingga tidak dapat dijadikan ukuran kualitas air. Oleh karena itu, jika akan merekomendasikan air Goa Gremeng berdasarkan kualitas air, maka perlu pengujian seluruh parameter kualitas air. DAFTAR PUSTAKA Ford, DC. & William, PW. (1989). Karst Geomorphology and Hidrology, 1st edition. London: Unwin Hyman. Said, Salatun. (2010). Pembentukan Reservoar Daerah Karst Pegunungan Sewu, Pegunungan Selatan Jawa. Jurnal Ilmiah MTG, 3(1), 1-11. Widyastuti, M., dkk. (2012). Kerentanan Airtanah Terhadap Pencemaran Daerah Imbuhan Ponor Di Karst Gunung Sewu (Studi Di Daerah Aliran 102

Sungai Bawah Tanah Bribin). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 19(2), 128-142. Haryono, E. & Adjie, T. (2004). Geomorfologi dan Hidrologi Karst: Bahan Ajar. Yogyakarta: Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Kemenkes RI, Jakarta. Santosa, LW., dan Adjie, TN. (2014). Karakteristik Akuifer dan Potensi Airtanah Graben Bantul. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Setyaningsih, N. (2014). Analisis Air Tanah Di Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Publikasi Karya Ilmiah. Universitas Muhammdiyah Surakarta, Surakarta. 103