AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI DESAK PUTU THIARINA MAHASWARI AGASTIA



dokumen-dokumen yang mirip
KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR)

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

PENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Kebutuhan akan adanya lembaga jaminan, telah muncul sejak zaman romawi.

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana merupakan salah satu faktor penting dan strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

TESIS KEPASTIAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP KERUGIAN PARA PIHAK DALAM PENDAFTARAN FIDUSIA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN PARATE EKSEKUSI SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

TESIS KEWENANGAN MENGADILI SENGKETA KEPEGAWAIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB II FIDUSIA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK LEMBAGA JAMINAN KEBENDAAN. Fidusia manurut asal katanya berasal dari fides yang berarti

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BATALNYA PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. SRIKANDI

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pembangunan aspek ekonomi tentunya tidak

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

TESIS PENGATURAN PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH BADAN USAHA SWASTA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: Ni Made Trisna Dewi ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

PENYELESAIAN KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI

KONSEP JANJI DALAM IKLANSEBAGAI DASAR PERLINDUNGAN HAK KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

Transkripsi:

TESIS AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI DESAK PUTU THIARINA MAHASWARI AGASTIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 i

TESIS AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI DESAK PUTU THIARINA MAHASWARI AGASTIA NIM. 1092461001 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 i

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana DESAK PUTU THIARINA MAHASWARI AGASTIA NIM. 1092461001 PROGRAM MAGISTER STUDI KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 ii

Lembar Persetujuan Pembimbing TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL : JULI 2014 Pembimbing I Pembimbing II Prof.Dr. Yohanes Usfunan, Drs., SH., MH Ida Bagus Putra Atmadja, SH.,MH NIP. 19551126 198511 1 001 NIP.19541231 198303 1 018 Mengetahui : Ketua Program Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof.Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.H Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K). NIP. 19650221 199003 1 005 NIP. 19590215 198510 2 001 iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : DESAK PUTU THIARINA MAHASWARI AGASTIA Nim : 1092461001 Program Studi : Kenotariatan Judul Tesis : Akibat Hukum Pendaftaran Jaminan Fidusia Setelah Debitur Wanprestasi Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat. Apabila dikemudian hari karya ilmiah tesis ini terbukti plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 23 juni 2014 Yang Membuat Pernyataan, Desak Putu Thiarina Mahaswari Agastia NIM. 1092461001 iv

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-nya saya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI. Dalam penulisan tesis ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan, untuk itu besar harapan penulis semoga tesis ini memenuhi kriteria sebagai salah satu syarat untuk meraih Gelar Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulisan tesis ini tidak akan terwujud tanpa bantuan serta dukungan dari pembimbing dan berbagai pihak. Untuk itu melalui tulisan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Yohanes Usfunan, Drs., SH., MH., selaku Pembimbing Pertama dan terimakasih penulis ucapkan kepada Ida Bagus Putra Atmadja, SH., MH selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan semangat, bimbingan dan saran selama penulis menyelesaikan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD Rektor Universitas Udayana beserta staf atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terimakasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. Dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K), Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana v

atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Magister pada Program Pascasarjana Universitas udayana. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister dan kepada Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH., M.Hum., Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana. Terimakasih juga penulis tujukan kepada Bapak dan Dosen pengajar di Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan ilmu kepada penulis, Bapak dan Ibu seluruh staff dan karyawan di Sekretariat Magister Kenotariatan Universitas Udayana yang telah membantu penulis dalam proses administrasi. Terimakasih juga penulis tunjukan kepada Ayah Ngakan Putu Gede Agastia (Alm) dan Ibu IGA Eka Gesuriwaty Agastia, serta Suami tersayang Agus Made Yoga Iswara dan Anak Tersayang Ayu Putu Mahadewi Yogeswara atas segala dukungan dan perhatiannya yang telah memberikan arti tersendiri dalam diri penulis. Terimakasih kepada sahabat Putu Deviyanthi Sugitha, SH, Ni Kadek Femy Yulistiawati, SH, Putu Ayu Tianita Pramidewi, SS, Putu Ekarina Kumala, SE, teman-teman angkatan I Mandiri dan beserta teman-teman seluruh angkatan Magister Kenotariatan Universitas Udayana yang telah memberi semangat dan mendorong dalam penulisan tesis ini serta semua pihak yang telah mendukungan proses pembuatan tesis ini. vi

Sebagai akhir kata penulis berharap semoga Ida Sang Hyangan Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada kita semua. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah kepustakaan di bidang Kenotariatan serta berguna bagi masyarakat. Denpasar, Mei 2014 Penulis vii

ABSTRAK AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI Lembaga Fidusia merupakan suatu lembaga penjaminan hutang yang sangat diminati oleh masyarakat saat ini, khususnya masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis atau usaha. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini, antara lain : belum adanya peraturan yang secara tegas dan jelas mengatur mengenai akibat hukum pendaftaran jaminan fidusia setelah debitur wanprestasi, lembaga fidusia proses pelayanannya lebih mudah fleksibel, juga menjamin kepastian hukum para pihak, lembaga fidusia juga memberi kelonggaran bagi debitur untuk tetap dapat menguasai barang jaminan, karena yang diserahkan kepada kreditur hanyalah dokumen kepemilikannya saja, lembaga fidusia juga mempermudah pelaksanaan pengeksekusian dalam hal terjadi sengketa. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian tesis ini adalah mengenai bagaimanakah pengaturan pendaftaran Jaminan Fidusia dalam sistem Hukum Indonesia dan mengenai bagaimanakah akibat hukum terhadap Jaminan Fidusia yang didaftarkan setelah Debitur wamprestasi. Penelitian yang digunakan dalam penulisan thesis ini adalah penelitian hukum normatif yang artinya adalah suatu penelitian yang pelaksanaannya melalui penelitian pada peraturan hukum, asas hukum ataupun doktrin hukum yang terdapat dalam buku-buku kepustakaan, misalnya : peraturan perundang-undangan, buku asing atau dalam negeri, internet dan makalah hukum. Penelitian hukum normatif ini digunakan karena permasalahan yang diteliti adalah mengenai kekaburan norma tentang belum adanya peraturan yang secara tegas dan jelas mengatur mengenai akibat hukum pendaftaran jaminan fidusia setelah debitur wanprestasi. Hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaturan pendaftaran jaminan fidusia dalam sistem hukum indonesia adalah dengan melakukan analisa pada 6 (enam) peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perjanjian kredit dan jaminan fidusia, yang mana ada beberapa peraturan yang mengatur namun belum jelas dan tegas serta ada beberapa peraturan yang tidak mengatur sama sekali mengenai pendaftaran jaminan fidusia dan akibat hukum pendaftaran jaminan fidusia setelah debitur wanprestasi. Kemudian hasil penelitian mengenai akibat hukum pendaftaran jaminan fidusia setelah debitur wanprestasi adalah tetap dapat dilakukannya pengeksekusian jaminan fidusia terhadap debitur yang wanprestasi karena kantor pendaftaran fidusia tetap menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia walaupun sudah terlambat dan tetap mengeluarkan sertifikat jaminan fidusia untuk diberikan pada pemohon pendaftaran jaminan fidusia, yang mana hal ini sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Kata kunci : akibat hukum, pendaftaran jaminan fidusia, wanprestasi. viii

ABSTRACT THE LEGAL CONSEQUENCE OF FIDUCIARY ASSURANCE REGISTRATION AFTER A DEBTOR S DEFAULT Fiduciary institution is a debt assurance that is drwaing people s attention nowadays, particularly those who conduct business. Therefore, this research could provide several items as the research bacground, such as: the absence of strict provision about the legal consequences of fiduciary assurance registration after a debtor s default, a more flexible process of fiduciary institution, legal assurance of the parties involved, as well as the fiduciary instution will give some space for the debtors to have the ownership, because it is only the ownership document that is submitted to the creditor, and the last is that the fiduciary institution will assist to ease the execution if there shall be a dispute. The problem emphasized in this thesis is about fiduciary assurance registration in Indonesian legal system, as well as the legal effect on fiduciary assurance which is registered after the debtor s default Research applied in this thesis is a normative legal research which means a research that is done through legal regulation research, legal principle or doctrine stated in the referred books, such as: legislation regulation, foreign or local books, internet and law journal. The normative legal research is used because the investigated problem is dealing with norm obscurity about the absence of strict provision regulating the legal consequence of fiduciary assurance registration after a debtor s default. The result of the regulation of fiduciary registation regulation in Indonesian legal system research is done through analysing 6 (six) provisions dealing with fiduciary assurance and credit assurance, which are known that there are several provisions which are subtly regulated the fiduciary assurance registration and the legal effect of fiduciary assurance registration after the debtor s default, moreover there are some of them which are completely ignoring the regarded issues. Then, the research result about the legal consequences of fiduciary asurance after a debtor s default is that the fiduciary assurance execution towards the defaulting debtor could still be conducted, as the fiduciary registration office is still accepting the registration of fiduciary assurance from the creditor although it is late, and also it will still be issueing the fiduciary assurance certificate to be handed to the creditor, which is appropriate referred to the Article 29 Legal of Fiduciary Assurance. Keyword: legal consequence, fiduciary assurance registration, default ix

RINGKASAN Tesis ini menganalisa mengenai akibat hukum pendaftaran jaminan fidusia setelah debitur wanprestasi. Bab I, menguraikan tentang latar belakang masalah yang disebabkan karena adanya kekaburan norma dan kekosongan norma mengenai akibat hukum pendaftaran jaminan fidusia setelah debitur wanprestasi, mengenai berkredit dengan lembaga jaminan fidusia yang memiliki banyak keuntungan; antara lain adanya kepastian hukum, proses pelaksanaan yang mudah dan fleksibel, benda jaminan masih dapat dikuasai oleh debitur dan pelaksanaan eksekusi yang mudah. Bab II, menguraikan tentang teori-teori dan konsep-konsep mengenai pendaftaran jaminan fidusia dan perjanjian kredit. Teori-teori konsep tersebut dijabarkan lagi menjadi empat sub bab antara lain teori dan konsep perjanjian kredit, jaminan kredit, jaminan fidusia dan wanprestasi. Bab III, menguraikan pembahasan terhadap rumusan masalah pertama yang diuraikan dalam tiga sub bab antara lain : bentuk pengaturan pendaftaran jaminan fidusia, mekanisme pendaftaran jaminan fidusia, dan pendaftaran jaminan fidusia oleh kreditur melalui sistem online. Bab IV, menguraikan pembahasan terhadap rumusan masalah kedua yang diuraikan dalam dua sub bab antara lain : sertifikat jaminan fidusia dan akibat hukum terhadap jaminan fidusia yang didaftarkan setelah debitur wanprestasi. x

Bab V, sebagai bab penutup yang menguraikan mengenai kesimpulan dan saran. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada beberapa peraturan yang mengatur namun belum jelas dan tegas serta ada beberapa peraturan yang tidak mengatur sama sekali mengenai pendaftaran jaminan fidusia dan akibat hukum pendaftaran jaminan fidusis setelah debitur wanprestasi. Kemudian masih tetap dapat dilakukannya pengeksekusian jaminan fidusia terhadap debitur yang wanprestasi dikarenakan kantor pendaftaran fidusia masih menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia dan mengeluarkan sertifikat jaminan fidusia untuk diberikan kepada kreditur. xi

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSYARATAN GELAR SARJANA... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix RINGKASAN... x DAFTAR ISI... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah... 12 1.3 Tujuan Penelitian... 12 1.3.1 Tujuan Umum... 12 1.3.2 Tujuan Khusus... 12 1.4 Manfaat Penelitian... 13 1.4.1 Manfaat Teoritis... 13 1.4.2 Manfaat Praktis... 13 1.5 Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran... 14 1.5.1 Landasan Teoritis... 14 1.5.2 Kerangka Pemikiran... 18 1.6 Metode Penelitian... 28 1.6.1 Jenis Penelitian... 28 1.6.2 Jenis Pendekatan... 29 1.6.3 Sumber Bahan Hukum... 31 xii

BAB II 1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum... 32 1.6.5 Teknik Analisis Bahan Hukum... 33 TEORI DAN KONSEP-KONSEP TENTANG PERJANJIAN KREDIT DAN JAMINAN KREDIT 2.1 Perjanjian Kredit... 35 2.1.1 Pengertian Perjanjian Kredit... 35 2.1.2 Unsur-Unsur Perjanjian Kredit... 37 2.1.3 Perjanjian Kredit sebagai Perjanjian Pokok... 44 2.1.4 Syarat-syarat Permohonan Kredit... 45 2.1.5 Asas-Asas Perjanjian... 51 2.2 Jaminan Kredit... 54 2.2.1 Pengertian Jaminan Kredit... 54 2.2.2 Asas-Asas Hukum Jaminan... 58 2.2.3 Pengaturan Sistem Hukum Jaminan di Indonesia... 60 2.3 Jaminan Fidusia... 62 2.3.1 Pengertian Jaminan Fidusia... 62 2.3.2 Sejarah Jaminan Fidusia... 68 2.3.3 Lahirnya Jaminan Fidusia di Indonesia... 71 2.3.4 Asas-Asas Hukum Jaminan Fidusia... 73 2.3.5 Ruang Lingkup dan Objek Jaminan Fidusia... 76 2.4 Wanprestasi... 82 2.4.1 Pengertian dan Dasar Hukum Wanprestasi... 82 2.4.2 Unsur-Unsur Wanprestasi... 83 BAB III PENGATURAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI JAMINAN KREDIT 3.1 Bentuk Pengaturan Pendaftaran Jaminan Fidusia... 92 3.2 Mekanisme Pendaftaran Jaminan Fidusia... 107 xiii

3.3 Pendaftaran Jaminan Fidusia oleh Kreditur melalui Sistem Online... 110 BAB IV PEMBEBANAN DAN AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN JAMINANFIDUSIA SETELAH DEBITUR WANPRESTASI 4.1 Sertifikat Jaminan Fidusia... 116 4.1.1 Pembebanan Jaminan Fidusia... 116 4.1.2 Eksekusi Objek Jaminan Fidusia... 119 4.1.3 Pengalihan dan Hapusnya Jaminan Fidusia... 124 4.2 Akibat Hukum terhadap Jaminan Fidusia yang Didaftarkan Setelah Debitur Wanprestasi... 127 4.2.1 Akibat Hukum Perjanjian yang Sah... 127 4.2.2 Akibat Hukum Wanprestasi... 128 4.2.3 Akibat Hukum Pendaftaran Jaminan Fidusia setelah Debitur Wanprestasi... 130 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 136 5.2 Saran-Saran... 137 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para pengusaha, yang merupakan komunitas jumlah terbesar sebagai peminat kredit perbankan saat ini telah menemukan solusi terbaik dalam menambah modal mereka, untuk dapat tetap menjaga kesejahteraan hidupnya, dan mempertahankan usaha yang mereka rintis. Berkredit dengan menggunakan Lembaga Jaminan Fidusia adalah solusi tersebut. Lembaga Fidusia disini sangat menarik untuk diteliti bagi penulis, karena memiliki beberapa faktor yang cukup menguntungkan baik bagi debitur maupun kreditur. Untuk mendapatkan kredit, pengusaha dapat memilih Bank sebagai Pemberi Kredit. Lembaga Jaminan Fidusia tidak hanya dapat dipergunakan dalam perjanjian kredit di Bank tetapi juga pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang dilakukan antara debitur atau konsumen (pihak penerima biaya) dengan kreditur atau perusahaan pembiayaan (pihak pemberi biaya). Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk dari perjanjian kredit namun tidak sama. Oleh karena itu yang mengatur perjanjian pembiayaan bukanlah Undang-Undang Perbankan, melainkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia 1

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 786), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182) ada 2 (dua) jenis, yaitu: Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 1 Bank sebagai suatu lembaga yang mana harta kekayaannya digunakan sebagai alat penyambung antara kreditur (pihak bank) dengan debitur (pihak nasabah), maka bank sudah sepantasnya menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengoperasionalkan kegiatan perbankannya. Fungsi perbankan dalam memberikan kredit kepada masyarakat ini, berkaitan dengan tujuan nasional Negara yaitu melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang sehingga mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. 2 Pemberian kredit selalu memerlukan adanya pengikatan benda jaminan. Lembaga penjaminan hutang di Indonesia ada 4 (empat) diantaranya adalah : Lembaga Gadai diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 1150-1161), sedangkan Lembaga Hipotek diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 1162-Pasal 1232), Lembaga Hak Tanggungan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 42) tentang Hak Tanggungan, Lembaga Jaminan Fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168) tentang Jaminan Fidusia. 3 2 1 Muhamad Djumhana, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 111. 2 Soedjono Dirdjodisworo, 2003, Hukum Perusahaan mengenai Hukum Perbankan di Indonesia (Bank Umum), CV. Mandar Maju, Bandung, hal. 49. 3 M.Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 22.

3 Perjanjian jaminan fidusia pada Bank merupakan perjanjian kredit, yaitu suatu kondisi dimana kreditur memberikan pinjaman dana kepada debitur dengan membuat kesepakatan mengenai jangka waktu, bunga, jaminan hutang, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak dengan cara debitur melengkapi data pada formulir perjanjian kredit yang lengkap dengan peraturan peminjaman dana serta pasalpasalnya yang telah dibuat oleh kreditur dan kemudian debitur menandatangani dan menyetujui seluruh isi yang ada dalam formulir kredit tersebut. Selanjutnya apabila debitur telah melaksanakan tanggung jawabnya melunasi hutang kepada kreditur (bank), maka kreditur pun berkewajiban mengembalikan jaminan tersebut kepada debitur. Perjanjian kredit yang ada saat ini dalam praktik hukum perbankan yang modern sudah sangat berkembang, jadi isi dalam perjanjian antara debitur dan kreditur tersebut tidak hanya perjanjian kredit saja melainkan juga campuran dari perjanjian lainnya, seperti salah satunya adalah perjanjian jaminan fidusia, karena pengikatan jaminan yang digunakan adalah lembaga jaminan fidusia. Dalam Hukum Perdata Indonesia perjanjian kredit tersebut dikategorikan sebagai salah satu bentuk dari perjanjian pinjam meminjam yang pengaturannya terurai dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan diatur dari Pasal 1754 hingga Pasal 1769 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini, bertitik tolak dari alasan-alasan sebagai berikut :

4 1. Ada beberapa peraturan yang mengatur namun belum jelas dan tegas (norma kabur) serta ada beberapa peraturan yang tidak mengatur sama sekali (norma kosong), mengenai pendaftaran jaminan fidusia dan akibat hukum pendaftaran jaminan fidusia setelah debitur wanprestasi. 2. Lembaga Fidusia merupakan lembaga keuangan yang eksistensinya adalah untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat dalam hal peminjaman uang dengan syarat-syarat yang lebih mudah dan fleksibel. 3. Melalui lembaga fidusia akan terjamin kepastian hukum dan keadilan hukum dalam hal adanya perjanjian kredit antara debitur dan kreditur. 4. Melalui sistem fidusia ini, jaminan kreditnya adalah dalam bentuk benda bergerak misalnya : kendaraan bermotor ; serta benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang mana hanya cukup dijaminkan sertifikat atau dokumennya saja, sehingga barang-barang tersebut tidak perlu diserahkan secara fisik kepada kreditur dan tetap dapat dikuasai oleh debitur untuk dipergunakan dalam mengoperasionalkan bisnis mereka. 5. Dengan sistem fidusia ini, memberi keuntungan bagi kreditur (pihak bank), bahwa apabila ada debitur yang wanprestasi, kreditur tidak perlu membawa ke pengadilan kasus tersebut, karena kreditur telah memiliki Sertifikat Jaminan Fidusia, untuk mempermudah pengeksekusian di tempat barang jaminan tersebut.

5 6. Dengan lembaga fidusia, juga dapat membantu konsumen dalam memperoleh pembiayaan melalui lembaga pembiayaan untuk membeli kendaraan bermotor dengan sistem angsuran. 7. Sering terjadi keadaan dimana, objek yang dijadikan jaminan dalam fidusia terlambat didaftarkan atau tidak didaftarkan sama sekali pada Kantor Pendaftaran Fidusia oleh para kreditur bersangkutan. Dalam proses perjanjian kredit dengan menggunakan jaminan fidusia, harus dilakukan pembebanan jaminan dengan akta jaminan fidusia yang selanjutnya objek tersebut seharusnya didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia setempat oleh kreditur bersangkutan, namun sering terjadi keterlambatan pendaftaran, tidak dilakukan pendaftaran, ataupun dilakukan pendaftaran objek jaminan fidusia namun setelah debitur wanprestasi. Para kreditur mempunyai alasan tersendiri untuk tidak segera ataupun tidak sama sekali mendaftarkan objek jaminan itu, padahal adanya pendaftaran tersebut sesungguhnya memberikan kepastian hukum dan banyak keuntungan yang dapat dinikmati bagi kreditur. 4 Salah satu penyebab para kreditur tidak taat dalam mendaftarkan objek jaminan tersebut adalah adanya beberapa peraturan yang mengatur namun belum jelas dan tegas (norma kabur) serta ada beberapa peraturan yang tidak mengatur sama sekali (norma kosong), mengenai akibat hukum apabila tidak mendaftarkan atau telat mendaftarkan benda jaminan tersebut, khususnya undang-undang ataupun peraturan- 4 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hal. 146.

6 peraturan yang berkaitan dengan jaminan fidusia ataupun peraturan mengenai tata cara pendaftaran jaminan fidusia. Norma kabur (ketidakjelasan) / (vague van normen) dan norma kosong tersebut dapat dilihat pada : Pasal 1131, Pasal 1132, dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (norma kosong). Pasal 11 sampai dengan Pasal 18 mengenai Pendaftaran Jaminan Fidusia dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (norma kabur). Pasal 1 angka 11, Pasal 1 angka 23, Pasal 8, Pasal 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (norma kosong). Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 170) (norma kabur). Pasal 1 ayat (1), Pasal 2, dan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/Tahun 2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia (norma kabur). Pasal 3 dan Pasal 9 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia secara elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 419) (norma kabur)

Dalam kaitan dengan pinjaman kredit melalui lembaga fidusia, kemungkinan terjadi wanprestasi adalah sangat besar. Wanprestasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena usaha yang dirintis oleh debitur mengalami kemacetan, kerugian, ataupun penipuan, dapat juga karena keadaan memaksa atau overmacht, atau mungkin saja karena kepribadian dari debiturnya sendiri yang tidak memiliki itikad baik dalam berkredit. Wanprestasi disini adalah keadaan dimana debitur tidak melaksanakan kewajibannya yaitu membayar bunga dari kreditnya ataupun sama sekali tidak mau melunasi hutangnya. 5 Tergantung dari program pada setiap bank, ada bank yang menawarkan pembayaran bunga saja di setiap bulannya, ataupun pembayaran bunga dengan pokok. Kepada debitur yang menunggak tersebut, biasanya bank masih memberikan kemunduran waktu untuk membayar sampai beberapa bulan berikutnya, namun debitur dikenakan denda pada penunggakan setiap bulannya. Apabila debitur menunggak dalam waktu yang cukup lama, lebih dari waktu yang telah diberikan oleh kebijakan bank, maka dimulai dengan pengiriman surat peringatan beberapa kali kepada debitur untuk mengingatkan mereka agar membayar kewajiban tepat waktu, serta pendekatan kekeluargaan pihak bank kepada debitur yang biasanya dilakukan oleh pegawai bagian penarikan pembayaran kredit bank. Apabila hal tersebut juga belum berhasil, bank mengeluarkan surat yang isinya menginformasikan kepada debitur bahwa pihak bank akan mengambil objek yang 5 J. Satrio, 2012, Wanprestasi menurut KUHPerdata, Doktrin, dan Yurisprudensi, Cet. I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat J. Satrio I), hal. 4. 7

8 dijadikan jaminan oleh debitur, apabila debitur tidak dapat sama sekali bekerjasama untuk melakukan kewajiban sebagaimana mestinya. 6 Wanprestasi yang debiturnya sama sekali tidak menunjukkan itikad baik sangat bertentangan dengan Sila Kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini berkaitan dengan moral baik dari seorang warga Negara, yang diharapkan dapat menjunjung tinggi nilai Pancasila. Namun, tidak semua warga Negara memiliki moral baik, tergantung pada latar belakang kehidupan masingmasing orang, baik itu faktor keluarga, pendidikan, pergaulan maupun kepribadian orang tersebut. Oleh sebab itu, sebagai pihak pemberi dana (kreditur), diwajibkan benar-benar memperhatikan identitas daripada calon debitur yang akan diterima. Berdasarkan pada pemaparan latar belakang tesis, dapat diketahui bahwa Lembaga Jaminan Fidusia merupakan lembaga penjaminan hutang yang sangat popouler dan cocok untuk digunakan dalam perjanjian kredit ataupun perjanjian pembiayaan untuk kredit kendaraan bermotor yang mana disesuaikan dengan kebutuhan para pengusaha dan konsumen zaman globalisasi sekarang ini. Alasannya adalah apabila terjadi wanprestasi oleh debitur, cara pengeksekusian jaminan lebih mudah dan efisien. Walaupun demikian masih ada beberapa kekurangan lembaga jaminan fidusia salah satunya adalah dalam hal penerapan norma, yaitu ada peraturan yang mengatur namun belum jelas dan tegas (norma kabur) serta ada peraturan yang tidak mengatur sama sekali (norma kosong), mengenai akibat hukum tidak didaftarkan atau terlambatnya pendaftaran jaminan fidusia, sehingga para kreditur 6 Ibid, hal. 10.

9 pun tidak merasa pendaftaran tersebut sebagai suatu hal yang wajib untuk segera dilaksanakan. Secara akademik, orisinalitas judul ini, dapat dipertahankan, karena meskipun sudah ada beberapa penelitian tentang judul jaminan fidusia, namun isi dan pembahasannya berbeda. Adapun kajian dari tesis-tesis tersebut dipaparkan sebagai berikut : 1. Tesis mahasiswa Program Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul Perlindungan Hukum Kreditur atas Wanprestasi seorang Debitur dalam Perjanjian Kredit terkait dengan Jaminan Fidusia yang tidak didaftarkan (studi kasus pada BPR TRI DHARMAPUTRI KLUNGKUNG) yang disusun oleh Dewi Indriyani, tahun 2009. Adapun permasalahan yang dibahas pada tesis tersebut ada 3 (tiga) yaitu : (1) mengapa kredit di PT. BPR TRI DHARMAPUTRI Klungkung dengan jaminann fidusiatidak didaftarakan sesuai Pasal 11 undang-undang nomor 42 tahun 1999?; (2) bagaimana PT. BPR TRI menyelesaikan prestasi yang terkait dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan?;(3) bagaimana perlindungan hukum kreditur atas wanprestasi debitur dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia yang tidak didaftarkan? 2. Tesis mahasiswa Program Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul Efektifitas pelaksanaan pendaftaran fidusia dalam perjanjian kredit menurut Pasal 11 ayat (1) undang-undang nomor 42 tahun 1999 yang disusun oleh I Wayan Rusmawan, tahun 2010. Adapun

10 permasalahan yang dibahas pada tesis tersebut adalah bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum untuk bank sebagai kreditur dalam perjanjian fidusia yang dibuat dibawah tangan? 3. Tesis mahasiswa Program Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul Efektivitas Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia terhadap pendaftaran Jaminan Fidusia guna penerbitan Sertifikat Fidusia sebagai jaminan perlindungan hukum bagi kreditur dalam Konflik Sengketa Utang Piutang yang disusun oleh I Kadek Dony Hartawan, tahun 2010. Adapun permasalahan yang dibahas pada tesis tersebut ada 3 (tiga) yaitu : (1) mengapa dalam pendaftaran Jaminan Fidusia tidak berjalan efektif tidak seperti yang diisyaratkan dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 sehingga undang-undang pun tidak berlaku efektif?; (2) apakah kendala-kendala dan persyaratan dalam proses pembuatan akta Jaminan Fidusia sampai pada pendaftaran dan terbitnya sertifikat fidusia?; (3) bagaimana penyelesaian konflik sengketa utang piutang dengan jaminan fidusia yang tidak dilakukan sesuai prosedur dalam rangka memberikan perlindungan hukum bagi kreditur? 4. Tesis mahasiswa Program Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul Perlindungan Hukum untuk Bank sebagai KREDITUR dalam Perjanjian Fidusia yang Dibuat Dibawah Tangan yang disusun oleh Ayu Putu Ratna Kusuma Arsa, tahun 2010. Adapun permasalahan yang dibahas pada tesis tersebut adalah: bagaimana pelaksanaan perlindungan