Kata Kunci : Pacaran, Religiusitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dunia sosial remaja. Hubungan ini memunculkan emosi kuat, baik positif maupun

harus mengerti juga model-model komunikasi yang ada sehingga kita bisa menilai apakah selama ini sudah berkomunikasi dengan baik atau belum.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Islami. Pernikahan Dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa peralihan antara masak kanak kanak dengan masa dewasa. Yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. (lisan) dan bahasa nonverbal (tulisan, simbol, isyarat). Fungsi bahasa dalam

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA (Studi literatur dari hasil-hasil penelitian kuantitatif)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pendidikan Islam sudah diajarkan bagaimana bergaul yang benar

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Aspek Positif dan Negatif dalam Ketentuan Pemberian Dispensasi

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

MODEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP SALMAN AL-FARISI BANDUNG

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa yang ditentukan oleh maju mundurnya

MENGHAYATI PERAN ISTRI

METODE PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi faktor paling penting bagi karakteristik dan

BAB I. Seks dan Problematikanya. A. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

JURNAL PENGARUH AKTIFITAS PACARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMK PEMUDA PAPAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

RESILIENSI PADA WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH. Disusun Oleh: Anggi Putri Pratiwi Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB V PENUTUP. mengenai konsep pendidikan akhlak dalam perspektif Abd al-wahha>b al-

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Locus Of Control. (Cvetanovsky et al, 1984; Ghufron et al, 2011). Rotter (dalam Ghufron et al 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

Transkripsi:

Perubahan Perilaku Religiusitas Akibat Pacaran Bagi Peserta Didik di Madrasah Aliyah Negeri Model 1 Manado Dr. Mohamad S. Rahman, M.Pd.I Abrari Ilham, M.Pd Nuraysah, S.Pd Abstrak Artikel ini membahas tentang Perubahan Perilaku Religiusitas Akibat Pacaran Bagi Peserta Didik Di MAN Model 1 Manado dengan sub masalah: (1) Bagaimana Dampak Pacaran Bagi Peserta Didik Di MAN Model 1 Manado (2) Bagaimana Upaya Meningkatkan Sikap Religiusitas Peserta Didik Di MAN Model 1 Manado. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana subyek penelitian adalah, kepala sekolah, wakil kesiswaan, guru MAN Model 1 Manado, dan peserta didik. Metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data pada penulisan skripsi ini adalahh dengan observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi yang akan menggambarkan bagaimana Perubahan Perilaku Religiusitas Akibat Pacaran Bagi Peserta Didik Di Kelas XI MAN Model 1 Manado. Dampak Pacaran Bagi Peserta Didik Di MAN Model 1 Manado adalah (1) Pacaran bisa menurunkan prestasi peserta didik di sekolah. Karena dengan pacaran peserta didik tidak bisa fokus dalam belajar, dan tugas-tugas yang dikasih oleh sekolah akan lupa untuk dikerjakan karena terlalu fokus dengan berpacaran. Dan pacaran juga bisa menurunkan sikap religiusitas peserta didik. Hal ini terjadi karena mereka hanya fokus berpacaran sampai lupa sholat dan ibadah yang lainnya dan membuat mereka melupakan dosa-dosa mereka karena sibuk berpacaran. (2) Untuk meningkatkan religiusitas peserta didik yang masih kurang untuk di tingkatkan menjadi lebih sadar dan lebih mengetahui tentang keagamaan. Yaitu sebelum pembelajaran dalam kelas dimulai para peserta didik dibiasakan tadarus terlebih dahulu, peserta didik juga di biasakan sholat dzuhur dan ashar berjamaah tepat waktu dengan para guru-guru, dan setiap hari jumat peserta didik yang putra sholat jumat berjamaah di masjid sekolah dan yang putri di haruskan mengikuti kegiatan keputrian yang di laksanakan di aula sekolah. Kata Kunci : Pacaran, Religiusitas

PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk menjalani hubungan atau komunikasi dengan orang lain. Disamping itu, manusia juga mempunyai dorongan atau kebutuhan untuk beraktualisasi dengan ingin tahu dan lain sebagainya. Untuk memenuhi hal tersebut ada beberapa hal yang dilakukan oleh individu untuk memenuhinya. Bisa dengan berkomunikasi atau menjalin suatu hubungan dekat dengan orang lain atau pacaran. 1 Dikalangan remaja sekarang ini pacaran menjadi identitas yang sangat di banggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum memiliki dianggap kurang gaul. Karena itu mencari pacar dikalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga menjadi kebutuhan sosiologis maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut pacar. Pada era globalisasi budaya atau trend yang menganggap pacaran sebagai sesuatu yang biasa sebelum memasuki jenjang pernikahan. Mulai terjadi hal-hal yang negatif di kalangan remaja akibat menganut budaya pacaran. Perubahan zaman kemudian dijadikan kambing hitam dan zina itu dianggap modern dan pacaran itu trend. Banyak orang tua masa kini membukakan hati selebar-lebarnya bagi anak-anak mereka untuk berbuat maksiat. 2 Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Perkembangan baru pada usia remaja yang perlu diperhatikan adalah mulai munculnya rasa senang dan ketertarikan pada lawan jenis. Bahkan rasa ketertarikan itu tidak sebatas senang memandang atau senang bercengkeraman dengan lawan jenis. Seiring dengan pertumbuhan fisik yang mulai sempurna dan 1 Byrne, D. Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga. 2003). h. 41 2 Abu. A.G, Pacaran yang Islami Adakah, (Bandung: Mujahid, 2008), h. 33

organ-organ seksualitas mulai berfungsi, timbul keinginan pada remaja untuk melepaskan hasrat seksual. Jika pengertian pacaran dilihat dari perspektif Islam maka pergaulan antara pria dan wanita pada dasarnya di bolehkan sampai pada batas-batas wajar yang tidak membuka peluang untuk terjadinya perbuatan dosa (zina). 3 Pada dasarnya manusia diciptakan untuk saling kenal mengenal antara satu dengan yang lainnya sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Hujuraat/49: 13 disebutkan sebagai berikut: Terjemahnya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 4 Pada era sekarang para remaja menganggap pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilakukan oleh para remaja (peserta didik). Pacaran juga digunakan sebagai bahan untuk memuaskan nafsu. Hal ini banyak terjadi dikalangan peserta didik sangat berbahaya yang dapat berpengaruh terhadap religiusitas peserta didik di sekolah, bahkan juga terpengaruh terhadap lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya. 3 Hasbi Indra, et al, Potret Wanita Sholeh, (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 108 Indonesia) h. 4 Kementrian Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya (Jakarta : PT. Sinergi Pustaka

Adanya hubungan berpacaran ini dapat berpengaruh terhadap religiusitas (keagamaan) peserta didik. Harapan mereka dengan berpacaran mereka dapat saling memberikan semangat dan motivasi untuk lebih giat dalam belajar dan melakukan aktifitas keagamaan, sehingga prestasi mereka meningkat dan dapat membanggakan orang tua. Motivasi dalam diri peserta didik merupakan suatu hal yang sangat penting, seperti yang dikemukakan oleh Aunurrahman dalam bukunya Motivasi di dalam kegiatan merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi peserta didik untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan. 5 Namun pada kenyataannya tidak semuanya berjalan sesuai dengan harapan. Ada beberapa dari peserta didik yang berpacaran namun kegiatan keagamaan (Religiusitas) semakin menurun. Padahal dengan berpacaran semestinya mereka dapat saling memberikan motivasi dalam kegiatan keagaaman dan belajar, saling menguatkan dengan cara saling mengingatkan tentang kegiatan keagamaan masingmasing sehingga pacaran bukan sebagai penghalang untuk melakukan kegiatan keagamaan peserta didik. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di MAN Model 1 Manado, peneliti sering melihat para peserta didik bermesraan terutama di kantin sekolah. Peneliti juga melihat para peserta didik yang berjalan sambil berpegangan tangan dari kelas menuju ke kantin sekolah. Para peserta didik juga jadi malas untuk melaksanakan sholat dzuhur dan ashar tepat waktu, mereka harus di perintahkan lagi oleh guru-guru untuk melaksanakan sholat. Terkadang para guru harus menggunakan hukuman agar mereka mau melaksanakan sholat. Pengaruh pacaran terhadap religiusitas peserta didik merupakan masalah yang menjadi sorotan bagi masyarakat atau pemerintah karena dapat menghalangi perkembangan remaja itu sendiri sebagai generasi penerus bangsa. Selain itu, para pelajar juga sudah mulai memandang sebelah mata kegiatan yang berhubungan 5 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta CV, 2014)

dengan religiusitas mereka dan lebih mementingkan hal yang hanya membuat mereka senang saja tanpa mementingkan serta mempertimbangkan pandangan untuk masa depannya. Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang Perubahan Perilaku Religiusitas Akibat Pacaran Bagi Peserta Didik di MAN Model Manado. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan tentang dampak negatif pacaran terhadap religiusitas peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri Model 1 Manado. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang diamati yang dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perubahan perilaku religiusitas akibat pacaran bagi peserta didik di MAN Model Manado Pacaran sangat berpengaruh terhadap prilaku religiusitas bagi peserta didik. Sikap religiusitas peserta didik ada yang berpengaruh positif dan negatifnya. Misal pengaruh positifnya, ada seorang peserta didik yang memicu semangat belajar karena malu atau gengsi pada pasangannya jika hasil belajar dia buruk, atau diberi semangat oleh pasangannya untuk rajin belajar, maka peserta didik itu pun semangat belajar untuk meningkatkan prestasi belajar. Namun selain pengaruh positif ada pula pengaruh negatif pacaran pada peserta didik, antara lain yaitu: 2017), hal. 8 6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta : Bandung,

a. Prestasi Belajar Menurun Berpacaran saat masih berstatus sebagai peserta didik merupakan hal yang tidak baik bagi peserta didik berdasarkan usia seorang peserta didik yang belum siap. Karena berpacaran saat masih berstatuskan sebagai peserta didik hanya akan mengganggu rutinitas belajar peserta didik dan bisa menurunkan prestasi peserta didik di sekolah. Prestasi belajar bisa menurun karena permasalahan yang cukup sehingga mengganggu konsentrasi dan gairah untuk belajar atau lebih senang menghabiskan waktu bersama sang pacar daripada belajar. Adapun yang bilang pacaran itu bisa menjadi penyemangat untuk belajar. Sungguh salah pemikiran yang demikian. Nyatanya, pacaran itu hanya menguras otak dan membuyarkan konsentrasi. Fokus belajar justru hilang dan pekerjaan jadi terabaikan. Pacaran itu tidak mudah, sebab melibatkan dua kepala, bahkan bisa tiga, empat, dan seterusnya, dengan prioritas utama adalah bagaimana caranya membahagiakan si pacar. Akibatnya, berbagai cara dilakukan hanya demi membuat senang satu sama lain. Rela meninggalkan pekerjaan dan membuang waktu belajar hanya demi menemani sang pacar berjalan-jalan. Jika suatu saat terjadi yang nama perselisihan, justru akan memicu stres yang menyebabkan semangat belajar menjadi hilang. b. Berbuat Maksiat Sekarang bukanlah hal yang baru lagi ketika kita melihat pasangan remaja putra dan putri dipinggir jalan, di kafe, restoran, sekolah, atau di mana saja. Mereka nampak asyik mengumbar yang katanya disebut sebagai sesuatu yang mesra itu. Menunjukkan betapa bahagianya mereka saling memiliki satu sama lain dibalik sebuah yang katanya jalinan hubungan bernama pacaran. Tidak segan oleh mereka berdua-duaan baik di tempat umum bahkan di tempat yang jauh dari keramaian. Islam melarang pacaran bukan tanpa sebab. Pacaran itu, selain daripada mendekati zina yang merupakan dosa besar, juga bisa menimbulkan berbagai

macam bahaya yang kesemuanya tidak hanya akan merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. Dalam Islam sebenarnya tidak mengenal istilah pacaran, untuk percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah Islam mengenalkan istilah khitbah (meminang). Ada perbedaan antara pacaran dan khitbah. Pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Sedangkan persamaan keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan. Sebetulnya, budaya pacaran itu adalah budaya asing yang masuk ke Indonesia akibat daripada globalisasi. Karena filter yang kurang, akhirnya banyak yang ikut terjerumus dalam budaya tersebut. Padahal, seharusnya diketahui bahwa pacaran tidak lain adalah perbuatan dosa yang ujungnya akan mendekati kepada zina yang merupakan dosa besar. Pada dasarnya berpacaran saat masih berstatus sebagai peserta didik merupakan hal yang tidak baik karena berdasarkan usia dan aspek religiusitas seorang peseerta didik belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri akan tetapi peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan. 2. Upaya Meningkatkan Sikap Religiusitas Peserta Didik di MAN Model 1 Manado Berdasarkan judul yang peneliti angkat yaitu perubahan perilaku religiusitas akibat pacaran bagi peserta didik kelas XI MAN Model 1 Manado. Adapun kegiatan untuk meningkatkan sikap religiusitas peserta didik yang dilakukan di sekolah dilaksanakan di dalam kelas maupun diluar kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Kegiatan didalam kelas 1) Memberikan Nasihat Salah satu upaya guru untuk meningkatkan sikap religiusitas peserta didik di sekolah yaitu dengan memberikan nasihat atau motivasi kepada peserta didik. Di MAN Model 1 Manado setiap sebelum pembelajaran dimulai biasanya para wali murid memberikan nasihat atau motivasi kepada peserta didik dikelas masing-masing. 2) Tadarus Dari hasil wawancara peneliti para peserta didik di sekolah di biasakan tadarus terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Dengan metode pembiasaan ini seseorang yang tidak biasa melakukan sesuatu akan menjadi terbiasa melakukannya karean setiap hari dibiasakan. Misalnya dengan membiasakan para peserta didik tadarus setiap hari sebelum memulai pembelajaran di kelas dapat membantu meningkatkan sikap religiusitas peserta didik. b. Kegiatan di luar kelas 1) Beribadah Di MAN Model 1 Manado para guru mengupayakan peserta didik yang awalnya kurang baik dalam hal ibadah dan sosial keagamaan ditingkatkan menjadi seorang peserta didik yang lebih sadar dan mengerti tentang kewajiban beribadah. Dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk menambah wawasan keagamaan peserta didik, para guru menggunakan beberapa metode untuk menunjang keberhasilan dari tujuan peningkatan religiusitas peserta didik tersebut yaitu deng metode pembiasaan menjalani ibadah sehingga menumbuhkan rasa kesadaran peserta didik akan pentingnya ibadah.

2) Ekstrakurikuler Membudayakan kegiatan religius selain melalui pembelajaran di kelas juga dapat dilaksanakan di luar kelas melalui kegiatan yang ditentukan sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan bertujuan untuk menunjang bakat dan minat peserta didik terhadap suatu keahlian guna mengembangkan potensi peserta didik tersebut. Kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menambah sikap tanggung jawap dan pengalaman peserta didik. Melalui kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah bisa membantu para peserta didik untuk meningkatkan sikap religiusitas mereka. Dan dengan kegiatan tersebut mereka bisa mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan tersebut. KESIMPULAN Dari hasil penelitian Perubahan Religiusitas Akibat Pacaran Bagi Peserta Didik Di MAN Model 1 Manado penulis menyimpulkan: 1. Pacaran dapat menurunkan prestasi peserta didik di sekolah. Karena dengan pacaran peserta didik tidak bias focus dalam belajar, dan tugastugas yang diberikan oleh sekolah akan lupa untuk dikerjakan karena terlalu focus dengan berpacaran. Dan pacaran juga bias menurunkan sikap religiusitas peserta didik. Hal ini terjadi Karena mereka hanya focus berpacaran sampai lupa sholat dan ibadah yang lainnya dan membuat mereka melupakan dosa-dosa mereka karenas ibuk berpacaran. 2. Di MAN Model 1 Manado para guru meningkatkan sikap religiusitas peserta didik dengan cara membiasakan mereka untuk tadarus terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran dalam kelas, serta melaksankan sholat dzuhur dan ashar tepat waktu dan khusus untuk peserta didik yang perempuan di wajibkan mengikuti keputrian setiap hari Jumat. Di sekolah para peserta didik juga diharuskan mengikuti kegiatan ekstraurikuler. Salah satunya yaitu ekstrakurikuler at-tanwir, dalam ekstrakurikuler at-

tanwir ada kegiatan fahmil, tahfidz, nasyid, ceramah, kaligrafi, puitisasi, dan syahril Qur an yang bias meningkatkan sikap religiusitas peserta didik yang masih kurang. DAFTAR PUSTAKA D, Byrne. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. 2003. A.G, Abu. A.G. Pacaran yang Islami Adakah. Bandung: Mujahid. 2008. Indra Hasbi, et al. Potret Wanita Sholeh. Jakarta: Penamadani. 2004. Kementerian Agama RI. AlQur an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012. Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta CV. 2014. Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta. 2017.