ANALISIS MOTIVASI PETANI DALAM MENANAM KOPI SANGGABUANA DI KABUPATEN KARAWANG (STUDI KASUS DESA MEKARBUANA KECAMATAN TEGALWARU)

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. deskriptif bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

ANALISIS KOMPARASI DISTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI JERUK DAN USAHATANI KOPI DI KABUPATEN KARO

METODELOGI PENELITIAN. sistematis, faktual dan akuran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif dilakukan untuk melihat hubungan status sosial ekonomi petani

PERBEDAAN PANDANGAN SKALA LIKERT SEBAGAI SKALA ORDINAL ATAU SKALA INTERVAL. Suliyanto 1. Abstrak

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

Peranan Fasilitator Kecamatan dalam Mendinamiskan Kelompok Masyarakat pada Program GSMK Kabupaten Tulang Bawang

Sikap Petani Padi Organik Terhadap Program OVOP (One Village One Product) Berbasis Koperasi Produk Beras Organik Di Kabupaten Karanganyar

III. METODE PENELITIAN. adalah metode deskriptif analisis. Metode deskripsi yaitu suatu penelitian yang

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penyusunan adalah psikologis sebagai variabel bebas (variabel X) sementara objek

MOTIVASI PETANI KAKAO BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI KELURAHAN KAPALO KOTO KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN (Studi Kasus Kelompok Tani Tanjung Subur)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penyusunan proposal skripsi ini objek yang menjadi sasaran

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

MOTIVASI PETANI UNTUK BERGABUNG DALAM KELOMPOK TANI DI DESA PAGARAN TAPAH KECAMATAN PAGARANTAPAH DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi. Definisi operasional pada penelitian ini mencakup semua aspek penelitian yang

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan Suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

PERSEPSI PETANI KOPI ARABIKA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI ORGANIK DI KECAMATAN ATU LINTANG KABUPATEN ACEH TENGAH. Lintang of Central Aceh Regency)

ABSTRACT. Keywords: Perceptions, Agricultural Extension Field, Farmers, The Importance of Role Extension

Evaluasi petani terhadap program siaran pedesaan Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai sumber informasi pertanian di kota Surakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI CIHERANG DI DESA SUNGAI DURAIT TENGAH KECAMATAN BABIRIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menentukan desain penelitian maka hal tersebut sangatlah

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Metode

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini yaitu para peternak kerbau di kelompok peternak

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah tingkat partisipasi dari

METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumentasi

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

BAB III METODE PENELITIAN

KORELASI SIKAP PETANI PLASMA KELAPA SAWIT TERHADAP PELAYANAN KOPERASI UNIT DESA DI KABUPATEN LAMANDAU. Trisna Anggreini 1)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. dalam kelompok peternak Lebaksiuh yang ada di desa Sindanggalih, kecamatan

SIKAP NELAYAN TERHADAP PROGRAM UNGGULAN DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN DELI SERDANG

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hubungan Karateristik Sosial Ekonomi Padi Sawah dengan...(welson Marthen Wangke)

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di desa Toyomarto, Malang Jawa Timur. Variabel yang diamati yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian lapangan dilaksanakan Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman,

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah kinerja petugas kesehatan hewan selaku

Luas areal tanaman Luas areal serangan OPT (ha)

PEMANFAATAN MEDIA INTERNET SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN PETANI DI DESA PONCOKUSUMO KECAMATAN PONCOKUSUMO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

III. METODE PENELITIAN

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh Hubungan Industrial terhadap

By : Tedi Hartoyo. Key Word : The Role, Participation, Rank-Spearman Correliation

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

MOTIVASI MASYARAKAT TERHADAP PENANAMAN MAHONI (Swietenia macrophylla) STUDI KASUS DI DESA SUNGAI ENAU KECAMATAN KUALA MANDOR B KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukabumi, objek penelitiannya

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA RAMBAH TENGAH BARAT KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU

PENGUATAN PERAN LEMBAGA KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA TANI KOPI RAKYAT

E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: Vol. 6, No. 4, Oktober 2017

BAB III METODE PENELITIAN. faktor yang mempengaruhinya adalah persepsi siswa mengenai proses belajar

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB III OBJEK & METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang merupakan inti dari penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KABUPATEN KAMPAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI USAHA TANI KARET KE USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA BATIN KECAMATAN BAJUBANG KABUPATEN BATANG HARI

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pekerjaan Terhadap Kinerja (Studi Kasus Pegawai Badan Perencanaan. Bappeda dan BPMPPKB Pemerintah Kota Cimahi.

BAB III METODE PENELITIAN

KATA KUNCI: PUAP, Dinamika Organisasi dan Karakteristik Sosial Ekonomi Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam setiap penelitian, metode merupakan cara utama untuk mencapai

III. METODE PENELITIAN

BAB III. Adapun objek yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat di. Desa Ramasari Kecamatan BojongPicung Kabupaten Cianjur.

BAB III METODE PENELITIAN. data hasil penelitian dengan mempergunakan statistik. Penelitian ini dilakukan di tempat karaoke QYU-QYU.

TINGKAT ADOPSI INOVASI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KELOMPOK TANI SEDYO MUKTI DESA PENDOWOHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PARTISIPASI PETANI DALAM PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

PENYULUHAN DAN KEBERDAYAAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN KELAYANG KABUPATEN INDRAGIRI HULU

MOTIVASI PETANI DALAM MENGGUNAKAN BENIH PADI HIBRIDA PADA KECAMATAN NATAR DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Oleh: Indah Listiana *) Abstrak

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK DENGAN KENAIKAN TINGKAT PENDAPATAN PETANI KOPI

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh

PERANAN PENYULUH PERTANIAN HUBUNGANNYA DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI PADI POLA PTT

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

SIKAP PETANI BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP TEKNIK PENYULUHAN DI DESA TORIYO KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. antara dua atau beberapa variabel. (Arikunto, 2000:326) Raja Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NAIK TURUNNYA HARGA CABAI MERAH MENURUT PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN SITUBONDO

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Info Artikel Diterima Desember 2018 Disetujui Februari 2019 Dipublikasikan April 2019 ANALISIS MOTIVASI PETANI DALAM MENANAM KOPI SANGGABUANA DI KABUPATEN KARAWANG (STUDI KASUS DESA MEKARBUANA KECAMATAN TEGALWARU) I Putu Eka Wijaya, Suhaeni, Luthfi Nur Azkiya Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang Email: iputuekawijaya@gmail.com ABSTRACT Sanggabuana coffee is a well known Robusta type coffee that has been cultivated in Karawang for years. This commodity has a high tolerance to diseases and has high caffeine, but in some ways has a cheaper price than Arabica type coffee. However, Sanggabuana coffee has been widely cultivated in Karawang and being the main commodity unique to Karawang. The purpose of this research is to know how high the motivation of the farmer to cultivate Sanggabuana coffee and the connection to the farmer motivation on the social-economic factor of cultivating Sanggabuana coffee. This research will be conducted in Karawang district (Case Study of Mekarbuana village, Tegalwaru sub-district) West Java, Indonesia, Using Primer dan secondary data set. Primer data gathered by direct interview to the farmer or selected respondents as a sample. Generally, respondents consist of the producer or Sanggabuana coffee farmer. Secondary data obtained from the department of agriculture in Karawang district, local agencies, and another related department. The sample is selected using Simple Random Sampling (SRS). The analysis method used in this research is Likert s Summated Ratings and Spearman Rank Correlation. High motivation and social-economic that correlated to the level of education, experienced in farming and the number of family dependent possessed by the farmer as the result of this research. Keywords: Motivation, Sanggabuana coffee, Correlation. ABSTRAK Kopi Sanggabuana merupakan suatu kopi robusta yang dikembangkan di Karawang. Komoditas ini kuat dan tahan terhadap penyakit dan memiliki tingkat kafein lebih tinggi tetapi harganya lebih murah dari kopi Arabika. Namun demikian, kopi Sanggabuana banyak dibudidayakan di Karawang dan menjadi suatu komoditas khas milik Karawang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana dan keeratan motivasi petani dengan faktor sosial ekonomi menanam Kopi Sanggabuana. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karawang (Studi Kasus Desa Mekarbuana Kecamatan Tegalwaru) menggunakan data primer dan sekunder. MEDIAGRO 77 VOL. 15. NO. 1. 2019. HAL 77-87

Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada petani atau responden yang ditentukan sebagai sampel. Secara umum responden terdiri dari produsen atau petani kopi Sanggabuana. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, instansi setempat, dan dinas terkait lainnya. Sampel ditentukan dengan cara Simple Random Sampling. Metode Analisis yang digunakan adalah Metode Likert s Summated Ratings dan analisis korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa motivasi yang dimiliki oleh petani cukup tinggi dan faktor sosial ekonomi yang berkorelasi adalah tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga. Kata kunci: Motivasi, Kopi Sanggabuana, Korelasi PENDAHULUAN Kopi Sanggabuana merupakan komoditas asli dari Kabupaten Karawang, Kopi ini dibudidayakan dan dikelola pasca-panen oleh serikat petani Karawang di Desa Medalsari Karawang di lereng gunung Sanggabuana Karawang Jawa Barat. Kopi ini lebih kuat dan lebih tahan terhadap penyakit. Kopi ini termasuk jenis kopi Robusta yang memiliki harga yang lebih rendah dari kopi Arabika namun demikian kopi ini menjadi identik atau khas komoditas dari Kota Karawang. Reksohadiprojo (1992) dalam Antoro (2007) berpendapat bahwa motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Menurut Gibson et al (1991), motivasi adalah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku. Motivasi tidak dapat dilihat, tetapi dapat diamati dari perilaku yang dihasilkan seseorang, yaitu dari cara pola pemenuhan kebutuhan atau pencapaian tujuan yang dikehendaki. Menurut Winardi (2002), motif dinyatakan sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan, atau impuls-impuls yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan pada tujuan-tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau di bawah sadar. Motif terkuat menimbulkan perilaku yang bersifat mengarahkan pada tujuan atau aktivitas tujuan. Motivasi berasal dari dua macam sumber intrinsik dan sumber ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang jadi aktif karena dalam diri setiap individu ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik yaitu motif yang jadi aktif karena adanya rangsangan dari luar (Ghany, 1994) Sikap sebagai unsur kepribadian akan berkaitan dengan motivasi yang mendasari tingkah laku seseorang sebagai suatu pendapat, keyakinan, atau konsep. Sikap sebagai bagian perilaku motivasi seseorang adalah fungsi dari kepentingan, sehingga jika kepentingan berubah maka sikapnya berubah. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perbuatan-perbuatan atau tingkah laku tertentu. Sikap dapat digunakan untuk memperkirakan perilaku seseorang. Sikap berhubungan dengan perilaku yang salah satu unsur pokoknya adalah motivasi sehingga motivasi dapat diukur menggunakan skala sikap (Indrawijaya, 2002). Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 78

Skala sikap yang umum dipakai adalah Skala Likert yang menggunakan lima tingkat persetujuan atau kategori jawaban. Setiap jawaban diberi nilai berbeda dan merupakan respon atas pertanyaan secara terpisah. Semua jawaban atas semua pertanyaan kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan angka yang menunjukkan motivasi seseorang terhadap sesuatu. Semakin besar nilai motivasi berarti semakin kuat motivasi orang tersebut (Azwar, 1995). Motivasi petani dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat berupa faktor sosial, ekonomi, dan teknis. Tinggi atau rendahnya motivasi petani sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Faktor sosial merupakan unsur atau komponen yang berkaitan dengan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Faktor sosial yang berhubungan dengan motivasi petani adalah usia, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, dan luas lahan yang dimiliki. Faktor ekonomi yang berkaitan dengan motivasi petani antara lain modal, penerimaan, biaya, keinginan menambah penerimaan dan rangsangan harga, merupakan unsur atau komponen yang berhubungan dengan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mencapai kesejahteraan hidup (Partanto dan Al Barry, 1994). Faktor sosial ekonomi tersebut meliputi usia petani, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan, serta penerimaan usahatani Kopi Sanggabuana. Harga adalah ukuran dari barang dan jasa serta merupakan salah satu gejala ekonomi yang sangat penting dan berhubungan dengan perilaku petani. Harga jual yang bagus dan relatif stabil menyebabkan petani tertarik untuk mengusahakannya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1). Bagaimana besarnya motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana 2). Bagaimana keeratan motivasi petani dengan faktor sosial ekonomi menanam Kopi Sanggabuana. METODE PENELITIAN Penelitian Analisis Motivasi Petani dalam Menanam Kopi Sanggabuana di Kabupaten Karawang (Studi Kasus Desa Mekarbuana Kecamatan Tegalwaru) dilaksanakan di Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten tersebut merupakan wilayah potensial untuk pengembangan usahatani Kopi Sanggabuana. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2018 hingga Desember 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan dengan para petani Kopi Sanggabuana. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang tidak langsung yaitu instansi atau dinas. Pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Metode Likert s Summated Ratings Metode Likert s Summated Ratings digunakan untuk mengukur motivasi Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 79

petani menanam Kopi Sanggabuana. Metode ini meminta responden untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang dibuat dengan lima macam kategori. Penentuan motivasi petani dilihat dari rata-rata jumlah skor seluruh pernyataan yang dicapai responden dengan kriteria motivasi sebagai berikut: a. < kuartil I : sangat rendah (sangat negatif) b. Kuartil I sampai< median : rendah (negatif) c. Median sampai< kuartil III : tinggi (positif) d. kuartil III : sangat tinggi (sangat positif) Metode Likert dilanjutkan dengan metode Succesive Interval untuk menaikkan tingkat pengukuran ordinal menjadi interval. Menurut Al Rasyid (1994), tahap-tahap yang dilakukan dalam metode Succesive Interval terdiri dari: a. Mencari frekuensi (f) responden yang memberikan jawaban tiap kategori. b. Menentukan proporsi tiap kategori dengan membagi frekuensi tiap kategori jawaban dengan populasi total responden, Pi = fi / n c. Menentukan proporsi kumulatif dengan cara menjumlahkan proporsi tiap kategori secara berurutan, Pk = P(i-1) + Pi d. Proporsi kumulatif (Pk) tersebut sudah dianggap mengikuti distribusi normal baku sehingga tiap kategori dapat ditentukan nilai Z-nya e. Menghitung nilai Density tiap kategori dengan menggunakan tabel ordinal distribusi normal f. Menghitung Scale Value (SV) dengan rumus: g. Scale Value terkecil diubah menjadi satu sehingga diperoleh nilai interval untuk setiap kategori atau tiap skor jawaban. h. Analisis Korelasi Rank Spearman Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidak ada korelasi atau hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana. Rumus yang digunakan adalah (Sugiyono, 2004): Keterangan: rs = koefisien korelasi Rank Spearman di = selisih antara dua ranking N = jumlah responden Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 80

i. Hipotesis: H0 : Tidak ada hubungan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi usia petani, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan, harga jual Kopi Sanggabuana, serta penerimaan usahatani Kopi Sanggabuana dengan motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana. H1 : Ada hubungan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi usia petani, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan, harga jual Kopi Sanggabuana, serta penerimaan usahatani Kopi Sanggabuana dengan motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana. Formulasi hipotesisnya adalah : H0 : rs = 0 H1 : rs 0 Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan koefisien korelasi hasil perhitungan (rs hitung) dengan koefisien korelasi tabel (rs tabel) dengan α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah: a. Jika rs hitung < rs tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara faktor sosial ekonomi dengan motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana. b. Jika rs hitung rs tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat korelasi yang signifikan antara faktor sosial ekonomi dengan motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana. Apabila n 10, maka signifikansi hipotesis ditentukan dengan menghitung nilai t sebagai berikut : (Djarwanto,1995) t hitung r s n 2 1 r Keterangan: rs = koefisien korelasi Rank Spearman n = jumlah responden s 2 Kriteria pengambilan keputusan adalah : a. ttabel α/2 thitung ttabel α/2, maka H0 diterima, berarti tidak terdapat korelasi yang signifikan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi usia petani, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan, harga jual Kopi Sanggabuana, biaya usahatani, serta penerimaan usahatani Kopi Sanggabuana dengan motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana. b. thitung > ttabel α/2 atau thitung < ttabel α/2, maka H0 ditolak, berarti terdapat korelasi yang signifikan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi usia Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 81

petani, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan, harga jual Kopi Sanggabuana, biaya usahatani, serta penerimaan usahatani Kopi Sanggabuana dengan motivasi petani menanam Kopi Sanggabuana. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Motivasi Petani Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Para ahli mempunyai istilah yang berbeda-beda dalam menyebut sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut, ada yang menyebut sebagai motivasi (motivation) atau motif, kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Istilah-istilah tersebut semuanya mengandung unsur penyebab terjadinya perilaku. Motivasi atau motif dan keinginan merupakan penyebab perilaku yang bersumber dari dalam diri individu, sedangkan kebutuhan, desakan, dan dorongan adalah penyebab terjadinya perilaku yang berasal dari luar individu. Motivasi mempunyai arti suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Motif adalah daya gerak yang mencakup alasan atau dorongan dan kemauan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan individu berbuat sesuatu atau melakukan tindakan atau bersikap tertentu (Pangewa, 2004). Petani dalam berusahatani tidak lepas dari motivasi, karena motivasi mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu usahatani. Motivasi merupakan proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang yang menghasilkan suatu kondisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Motivasi merupakan sesuatu yang bersifat internal force yang secara langsung akan memperkuat perilaku individu yang bersangkutan (Morse dan Wingo, 1962 dalam Mardikanto, 1993). Motivasi petani diukur dari jawaban petani terhadap variabel pembentuk motivasi yang disusun dalam 24 pernyataan sikap Skala Likert. Pengukuran dengan Skala Likert menghasilkan data dalam bentuk ordinal, sehingga tidak dapat dicari selisih antara tanggapan yang satu dengan yang lain dan motivasi populasi tidak akan dapat diramalkan. Oleh karena itu, dilakukan transformasi data untuk menaikkan data ordinal menjadi data interval menggunakan metode Succesive Interval. Penaikkan nilai ordinal ke dalam skala pengukuran interval dilakukan pada tiap item pernyataan untuk masing-masing variabel sehingga terdapat kemungkinan adanya bobot nilai yang berbeda pada tiap pernyataan walaupun mempunyai nilai ordinal yang sama. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan frekuensi kumulatif pada tiap item pernyataan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 82

Hasil perhitungan menggunakan Metode Succesive Interval (MSI) adalah sebagai berikut: Skor Minimal : 77,6891 Skor Maksimal : 107,7559 Skor Kuartil I : 85,63277 Skor Median : 90,6389 Skor Kuartil II : 94,71859 Data tersebut diatas menunjukkan perolehan rentang skala seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Rentang skala motivasi petani untuk berusahatani kopi Sanggabuana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai motivasi petani untuk berusahatani kopi Sanggabuana adalah sebesar 90,6650. Nilai tersebut berada di antara nilai median dan kuartil II sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi petani untuk berusahatani kopi Sanggabuana di Karawang cukup tinggi karena di atas nilai median. Hal ini dikarenakan petani berasumsi bahwa usahatani kopi Sanggabuana cukup mudah dilakukan sarana dan prasarananya pun mudah didapat. Bibit yang tersedia dan mudah didapat serta tenaga kerja yang digunakan untuk budidaya juga tersedia membuat petani termotivasi untuk menanam kopi Sanggabuana. Pemasaran yang tidak terlalu sulit membuat petani dapat langsung memasarkan kopi Sanggabuana. Petani dapat menjual baik dalam bentuk basah maupun kering. Kegiatan pasca panen pun mudah untuk dilakukan karena tersedianya alat penggilingan dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Kegiatan pemeliharaan yang cukup mudah membuat kegiatan pemeliharaan dilakukan sendiri oleh petani. Hal tersebut membuat petani mempunyai motivasi yang tinggi menanam kopi Sanggabuana. b. Analisis Korelasi Motivasi dibentuk dan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor sosial ekonomi yang meliputi usia petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usahatani, luas lahan, harga kopi Sanggabuana, dan penerimaan usahatani. Keeratan hubungan antara masing-masing faktor sosial ekonomi dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana dapat dijelaskan menggunakan metode Rank Spearman (rs ), dengan bantuan SPSS 16,0 for Windows. Hasil analisis korelasi Rank Spearman (rs) dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana dapat dilihat pada Tabel 1. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 83

Tabel 1. Hasil analisis korelasi Rank Spearman dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana t table Uraian r s t hitung α/2 = 0,025 Usia dengan motivasi -0,037-0,198 ns Tingkat pendidikan dengan motivasi 0,763 6,26* Pengalaman usahatani dengan motivasi 0,841 8,25* + 2,048 Jumlah tanggungan keluarga dengan motivasi 0,650 4,53* - 2,048 Penerimaan usahatani dengan motivasi -0,094-0,500 ns Luas lahan dengan motivasi 0,060 0,322 ns Sumber : Data primer diolah, 2018 Keterangan : * = signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen Ns = non signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen c. Usia Koefisien korelasi variabel usia terhadap motivasi petani menurut hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rs sebesar -0,037, sehingga dapat diketahui bahwa korelasi antara usia terhadap motivasi petani merupakan korelasi sangat rendah dan nilai thitung (-0,198) lebih kecil daripada nilai ttabel (2,048) pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara usia dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana. Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap motivasi yang terbentuk, artinya tidak ada perbedaan sikap yang nyata antara petani yang berusia tua dan petani yang berusia lebih muda terhadap motivasi dalam menanam kopi Sanggabuana. Hal ini dikarenakan kemudahan dan ketersediaaan lahan dalam menanam kopi Sanggabuana membuat setiap orang mampu menanam kopi tersebut sehingga perbedaan umur atau usia tidak berkorelasi terhadap motivasi petani menanam kopi Sanggabuana. d. Tingkat pendidikan petani Pendidikan akan membantu petani dalam pembentukan pola pikir yang dapat dipergunakan untuk menerima, mengolah informasi, dan menggunakan informasi tersebut dalam pengelolaan usahataninya. Petani dengan tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki keinginan untuk selalu berusaha mencari informasi yang dibutuhkan terkait untuk kemajuan usahataninya, sedangkan petani dengan tingkat pendidikan yang rendah biasanya hanya memanfaatkan informasi yang ada di sekitarnya. Koefisien korelasi variabel tingkat pendidikan terhadap motivasi petani menurut hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rs sebesar 0,763 sehingga dapat diketahui bahwa korelasi antara tingkat pendidikan petani terhadap motivasi petani adalah tinggi dan nilai thitung (6,26) lebih besar daripada nilai ttabel (2,048) pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 84

yang berarti bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana. Hal ini menunjukan bahwa motivasi menanam kopi Sanggabuana dari 30 penduduk petani kopi Sanggabuana berkorelasi secara signifikan atau berhubungan secara signifikan dengan tingkat pendidikan yang mereka tempuh. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden sudah terbuka dan mau menerima perkembangan teknologi walaupun tingkat pendidikan tertinggi adalah Sekolah Menengah Pertama. e. Pengalaman usahatani Lamanya waktu seorang petani dalam berusahatani menunjukkan pengalaman seorang petani dalam mengelola usahataninya. Pengalaman usahatani menunjukkan banyaknya pengetahuan tentang usahatani kopi Sanggabuana yang dimiliki petani. Semakin lama pengalaman usahatani berarti semakin banyak pengetahuan tentang usahatani yang diperoleh dari usaha pemecahan masalah yang muncul selama mengusahakan usahatani tersebut. Kekurangan dan kelebihan setiap alternatif seputar usahatani lebih banyak diketahui oleh petani yang pengalaman usahataninya lebih lama. Pengalaman usahatani juga mendorong petani untuk lebih banyak ide tentang keberlanjutan usahataninya. Koefisien korelasi variabel pengalaman usahatani dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana menunjukkan nilai rssebesar 0,841 dan nilai t hitung 8,25. Nilai t hitung lebih besar dari t tabel sebesar 2,048. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara pengalaman usaha tani dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya atau semakin besar pengalaman petani akan menambah pengetahuan dan kepercayaan diri petani menanam kopi Sanggabuana. f. Jumlah tanggungan keluarga Koefisien korelasi variabel jumlah tanggungan keluarga terhadap motivasi petani menurut hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rs sebesar 0,650 sehingga dapat diketahui bahwa korelasi antara jumlah tanggungan keluarga terhadap motivasi petani termasuk dalam korelasi sangat tinggi dan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (4,53> 2,048) dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana. Hal ini menunjukan bahwa motivasi menanam kopi Sanggabuana yang dimiliki oleh para petani di Desa Mekarbuana berkorelasi dengan jumlah tanggungan keluarga. Artinya perbedaan jumlah tanggungan para petani kopi Sanggabuana menghasilkan jumlah korelasi yang signifikan terhadap motivasi menanam kopi Sanggabuana yang dimilki oleh para petani kopi Sanggabuana karena berpengaruh terhadap pembagian peran untuk pengelolaannya. Hal ini mengindikasikan bahwa petani dengan jumlah tanggungan keluarga yang sedikit ataupun banyak memiliki perbedaan dalam menyikapi informasi baru yaitu menanam kopi Sanggabuana karena pada dasarnya setiap petani memiliki keinginan untuk mengoptimalkan pengelolaan usahataninya agar mampu mencukupi kebutuhan semua anggota. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 85

g. Penerimaan usahatani kopi Sanggabuana Hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS 16 for Wimdow menunjukkan bahwa nilai rs sebesar -0,094 sehingga dapat diketahui bahwa korelasi antara penerimaan terhadap motivasi petani termasuk dalam korelasi sangat rendah dan nilai t hitung (-0,500) lebih kecil dari t tabel (2,074) pada tingkat kepercayaan 95 persen. Oleh karena itu, H0 diterima dan H1ditolak sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi petani menanam kopi Sanggabuana dengan penerimaan usahatani kopi Sanggabuana karena kopi Sanggabuana bukan merupakan usahatani utama. Hal ini terjadi karena petani tidak hanya menggantungkan penerimaannya dari usahatani kopi Sanggabuana saja, tetapi juga berasal dari penerimaan yang diperoleh dari sektor lain seperti berdagang, beternak, dan lain-lain agar dapat memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya walaupun mata pencaharian utama mereka adalah bertani. h. Luas lahan Koefisien korelasi variabel luas lahan dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana menunjukkan bahwa nilai rssebesar 0,060 sehingga dapat diketahui bahwa korelasi antara luas lahan terhadap motivasi petani termasuk dalam korelasi sangat rendah dannilai thitung (0,322) lebih kecil daripada nilai ttabel (2,048) pada tingkat kepercayaan 95 persen. Oleh karena itu,h0 diterima dan H1ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa sempit ataupun luasnya lahan yang diusahakan untuk menanam kopi Sanggabuana tidak mempunyai korelasi yang signifikan terhadap motivasi petani untuk menanam kopi Sanggabuana karena untuk menggunakan lahan petani hanya dikenakan retribusi dimana jumlah nominal atau uang yang dibayarkan ditentukan oleh petani dan besar kecilnya retribusi yang harus dibayarkan tersebut tidak berdasarkan besar kecilnya luas lahan yang digunakan petani. KESIMPULAN Motivasi petani untuk berusahatani kopi Sanggabuana adalah cukup tinggi karena di atas nilai median. Hal ini dikarenakan petani berasumsi bahwa usahatani kopi Sanggabuana cukup mudah dilakukan sarana dan prasarananya pun mudah didapat. Faktor sosial ekonomi yang memiliki korelasi dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana adalah tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan usia, penerimaan usaha tani dan luas lahan usahatani kopi Sanggabuana tidak memiliki korelasi dengan motivasi petani menanam kopi Sanggabuana. DAFTAR PUSTAKA Al Rasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Universitas Padjadjaran, Bandung. 140 hal. Antoro, D. 2007. Hubungan Karakteristik Petani terhadap Motivasi Petani untuk Berusahatani Karet di Desa Ciwalaen Kecamatan Dayewluhur Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 86

Kabupaten Cilacap. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan). 94 hal Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke 2. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta. 198 hal. Djarwanto. 1995. Statistik Non Parametrik Edisi 3.BPFE Yogyakarta, Yogyakarta. 113 hal. Ghany. 1994. AA. 1994. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar. Suara Tunjung Nyaho, Banjarmasin. 89 hal. Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, dan J.H. Donelly. 1991. Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga, Jakarta. 278 hal. Indrawijaya, A.I. 2002. Perilaku Organisasi. Sinar Baru Algesindo, Bandung. 313 hal. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret Press, Surakarta. 401 hal. Pangewa, M. 2004. Perilaku Keorganisasian. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. 499 hal Partanto, P.A dan M.D Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Arloka, Surabaya. 792 hal. Sugiyono. 2004. Statistika Non Parametris Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. 158 hal. Winardi, J. 2002. Motivasi dan Pemotivasian. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 293 hal. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 87