KETERANGAN PEMERINTAH DI HADAPAN SIDANG PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN

KETERANGAN PEMERINTAH DI HADAPAN SIDANG PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN ASSA~AMMU 'ALAIKUM WR.WB, SAUDARA PIMPINAN DAN PARA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT, HADIRIN SEKALIAN YANG SAYA HORMATI, PERTAMA-TAMA MARILAH KITA PANJATKAN PUJI SYUKUR KE HADIRAT TUHAN YANG MAHA ESA BAHWA ATAS BERKAT, RAKHMAT DAN RIDHO-NYA JUALAH, KITA DAPAT BERKUMPUL DI SINI PADA HARI YANG PENUH RAKHMAT DALAM KEADAAN SEHAT WALAFIAT, GUNA MENGHADIRI SIDANG PARIPURNA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT HAR!!NI. PADA KESEMPATAN YANG PENTING IN!, PERKENANKANLAH KAMI ATAS NAMA PEMERINTAH MENYAMPAIKAN RASA TERIMA KASIH YANG SANGAT MENDALAM DAN PENGHARGAAN YANG SETINGGI-TINGGINYA KEPADA DEWAN YANG TERHORMAT, ATAS KESEMPATAN YANG DIBERIKAN KEPADA PEMERINTAH UNTUK MENYAMPAIKAN KETERANGAN PEMERINTAH MENGENAI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN, DI TENGAH-TENGAH KESIBUKAN ACARA DEWAN YANG SANGAT PADAT SETELAH MENANGANI R.A.P.B.N TAHUN IN!.

- 2 - SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG KAMI MULIAKAN DAN PARA ANGGOTA DEWAN SERTA PARA HADIRIN, SERTA HADIRAT SEKALIAN YANG KAMI HORMATI. KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/1988 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN NE~ARA SUB SEKTOR PARIWISATA MENGATAKAN ANTARA LAIN, BAHWA : "PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DILANJUTKAN DAN DITING KATKAN DENGAN MENGEMBANGKAN DAN MENDAYAGUNAKAN SUMBER DAN POTENSI KEPARIWISATAAN NASIONAL MENJADI KEGIATAN EKONOMI YANG DAPAT DIANDALKAN UNTUK : MEMPERSESAR PENERIMAAN DEVISA, MEMPERLUAS DAN MEMERATAKAN KESEMPATAN BERUSAHA DAN LAPANGAN KERJA TERUTAMA BAGI MASYARAKAT SETEMPAT, MENDORONG PEMBANGUNAN DAERAH SERTA MEMPERKENALKAN ALAM, NILA! DAN BUDAYA BANGSA". BILA KITA SIMAK AMANAT GBHN TERSEBUT, MAKA PARIWISATA SEBAGAI SALAH SATU ASPEK PENYELENGGARA AN NEGARA, SUDAH SEHARUSNYA DISELENGGARAKAN BERDASARKAN NORMA DASAR KENEGARAAN SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM PANCASILA, UUD '45, KARENA GBHN ITU SENDIRI MERUPAKAN PENJABARAN DAN BERSUMBER KEPADA LANDASAN IDIIL DAN KONSTITUSIONAL TERSEBUT. OLEH KARENA ITU, MAKA PENYELENGGARAAN KEPARIWISATA AN NASIONAL DI DALAM PRAKTEK HARUS MAMPU MENJADI SARANA UNTUK MENGEJAWANTAHKAN CITA-CITA BANGSA, DALAM MEWUJUDKAN KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA, MELESTARIKAN DAN MEMPERKUKUH JATI DIRI BANGSA, SERTA DAPAT MENJADI PIRANTI UNTUK!KUT SERTA MENCIPTAKAN KETERTIBAN DUNIA YANG BERDASARKAN ATAS KEMERDEKAAN, KEADILAN SOSIAL GUNA MEWUJUDKAN PERDAMAIAN ABADI DIANTARA BANGSA-BANGSA DI DUNIA.

- 3 - DALAM UPAYA!NGIN MEWUJUDKAN CITA-CITA TERSEBUT PERLU DIMILIKI GAMBARAN YANG NYATA TENTANG KEGIATAN KEPARIWISATAAN NASIONAL BAIK YANG MENGKAIT WISMAN (WISATAWAN MANCANEGARA) MAUPUN WISNU (WISATAWAN NUSANTARA). BILA KITA AMATI PERKEMBANGAN KEGIATAN PARIWISATA, DALAM KURUN WAKTU SATU DASA WARSA TERAKHIR INI MISALNYA, TAMPAK DENGAN JELAS BAHWA KEGIATAN PARIWISATA TELAH MEMPUNYAI PERANAN YANG KONKRIT DENGAN SUMBANGAN YANG NYATA BAGI PEMBANGUNAN NASIONAL, MESKIPUN KITA BELUM PERNAH MEMILIKI SEBUAH UNDANG-UNDANG NASIONAL DI BI DANG KEPARIWISATAAN SEJAK INDONESIA MERDEKA SAMPAI DENGAN HAR! INI, KITA JUGA DAPAT MENGAMATI TERDAPAT KECENDERUNGAN TERUS MENINGKATNYA KEGIATAN TERSEBUT DI MASA MENDATANG. BERSAMAAN DENGAN MENINGKAT DAN BERKEMBANGNYA KEGIATAN KEPARIWISATAAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL TERSEBUT TIMBUL TANTANGAN YANG MEMERLUKAN ADANYA PENGATURAN YANG LEBIH LUGAS UNTUK MEMBERIKAN KEKUATAN DAN DASAR HUKUM YANG LEBIH KUKUH TERHADAP KEGIATAN PENYELENGGARAAN PARIWISATA DI MASA-MASA MENDATANG. DALAM KAITAN INILAH, MAKA MELALUI AMANAT BAPAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR R.09/PU/XII/ 1989 TANGGAL 29 DESEMBER 1989, UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM SEJARAH KEPARIWISATAAN NASIONAL, TELAH DISAMPAIKAN KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAN.

- 4 - DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWI SATAAN, YANG BERSAMA-SAMA AKAN KITA LAKUKAN PEMBAHASAN ITULAH NANTI, SEYOGYANYA TERDAPAT GAMBARAN YANG JELAS TENTANG PERANAN DAN FUNGSI PARIWISATA BAGI KEHIDUPAN BANGSA, BAGI PEMBANGUNAN NASIONAL, SEKALIGUS PENENTUAN INSTITUSI, TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN DA LAM PENYELENGGARAAN PARIWISATA NASIONAL. DI MASA-MASA YANG AKAN DATANG. BERDASAR PANDANGAN-PANDANGAN TERSEBUTLAH PEMERINTAH TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERUPAYA UNTUK MERANGKUM SECARA GARIS BESAR POKOK-POKOK PIKIRAN YANG BERSIFAT HAKIKI KE DALAM RUU DAN SEKALIGUS MERUPAKAN SUMBANGAN PEMIKIRAN KEPADA DEWAN YANG TERHORMAT UNTUK MENJADI BAHAN PERTIMBANGAN DALAM PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG!NI SELANJUTNYA BERSAMA-SAMA PEMERINTAH. SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT, MARILAH SELANJUTNYA BERSAMA-SAMA KITA MELIHAT LEBIH MENDALAM. PERANAN PARIWISATA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI TINJAUAN DI BIDANG TERTENTU. PARIWISATA SEBAGAI SUB SEKTOR DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL DAPAT DILIHAT DARI BEBERAPA ASPEK SEBAGAI BERIKUT : PERTAMA : ASPEK EKONOMI SEPERTI TELAH SAMA-SAMA KITA KETAHUI, PADA AWAL DASAWARSA 80-AN TELAH TERJADI PENURUNAN HARGA MINYAK SECARA DRASTIS, SEHINGGA PEMERINTAH PER LU MENDORONG PERTUMBUHAN KOMODITI NON MIGAS UNTUK MEMBERIKAN SUMBANGAN YANG LEBIH BESAR BAGI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

- 5 - PARIWISATA SEBAGAI SALAH SATU KOMODITI NON MIGAS TELAH MENDAPAT PERHATIAN YANG CUKUP BESAR DARI PEMERINTAH, YANG DIWU JUDKAN DENGAN DITETAPKANNYA SERANGKAIAN KEBIJAKSANAAN DI BEBERAPA BIDANG YANG MENDUKUNG PENYELENGGARAAN PARIWISATA SE PERTI : KEIM~GRASIAN, FISKAL, PENANAMAN MODAL, SERTA DEREGULASI DAN DEBIROKRATI SASI, YANG INTINYA UNTUK MEMBERIKAN PELBAGAI KEMUDAHAN AGAR SAHAM PENERIMAAN DARI SUB SEKTOR PARIWISATA DAPAT DI SEJAJARKAN DENGAN PENERIMAAN DARI KOMODITI NON MIGAS LAINNYA. DENGAN DUKUNGAN BERBAGAI KEBIJAKAN TER SEBUT, MEMANG PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN PENERIMAAN DEVISA MENUNJUKKAN KENAIKAN YANG CUKUP BESAR. HAL. MANA DAPAT DILIHAT SECARA NYATA ANTARA LAIN PADA ANGKA-ANGKA KENAIKAN WISATAWAN MANCANEGARA. PADA TAHUN 1984 TERCATAT 700.910 WISATA WAN MANCANEGARA BERKUNJUNG KE INDONESIA. PADA TAHUN 1989, JUMLAH TERSEBUT MENINGKAT MENJADI 1.625.965 JUTA ORANG. SEDANGKAN PENERIMAAN DEVISA MENUNJUKAN ANGKA MENAIK DARI US $ 519, 7 JUTA PADA TAHUN 1984 DAN MENINGKAT MENJADI US $ 1.284 JUTA PADA TAHUN 1989. JUMLAH HOTEL DAN KAMAR-KAMAR HOTEL MENGALAMI PENINGKATAN PULA. PADA TAHUN 1984 JUMLAH HOTEL SELURUHNYA 3.215 BUAH DENGAN JUMLAH KAMAR HOTEL 79.967. TAHUN 1989 JUMLAH HOTEL MENINGKAT MENJADI 4.766 BUAH DENGAN JUMLAH KAMAR HOTEL 105.709.

- 6 - PERKEMBANGAN JUMLAH PERUSAHAAN PERJALANAN MENUNJUKKAN PENINGKATAN PULA. PADA TAHUN 1984 JUMLAH PERUSAHAAN PERJALANAN 455, TAHUN 1988 MENINGKAT MENJADI 743. FASILITAS ANGKUTAN WISATA JUGA MENUNJUK KAN KENAIKAN.DARI 1.120 PADA TAHUN 1986 MENJADI 4.117 PADA TAHUN 1989. DI SAMPING ITU, HAL YANG CUKUP MENARIK UNTUK DIKEMUKAKAN ADALAH, BAHWA PER TUMBUHAN DI BIDANG PARIWISATA MAMPU MEMBER! DAMPAK EKONOMI DENGAN MENYERAP TENAGA KERJA BAIK SECARA LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG. PADA TAHUN 1989 TERCATAT 1.360.000 TENAGA KERJA TERSERAP DI BIDANG PARIWISATA YANG TERSEBAR DI SELURUH INDONESIA. UNTUK MENDORONG DAN MENGEMBANGKAN IKLIM BERUSAHA DENGAN MEMBERIKAN PARTISIPASI YANG SELUAS-LUASNYA BAGI USAHA SWASTA!KUT BERPERAN DALAM BIDANG USAHA PARIWISATA, MAKA PEMERINTAH TELAH MENE TAPKAN SERANGKAIAN PAKET KEBIJAKSANAAN BERUPA DEREGULASI YANG DIKENAL DENGAN INPRES NOMOR 7 TAHUN 1987.

- 7 - HAL-HAL YANG KAMI KEMUKAKAN TAD! MENUNJUKKAN DENGAN JELAS, BAHWA DILIHAT DARI SUDUT EKONOMI DAN PEMBANGUNAN NASIONAL, PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN MEMPUNYAI PERANAN YANG PENTING, DAN DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI PIRANTI UNTUK MENING KATKAN PENDAPATAN NEGARA, MEWUJUDKAN AZAS PEMERATAAN DALAM PEMBANGUNAN, PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA, DAN PERLUASAN KESEMPATAN BERUSAHA DALAM RANGKA UPAYA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT. KEDUA : ASPEK IDIIL POLITIS SEBAGAI SALAH SATU ASPEK KEHIDUPAN BANGSA, PARIWISATA JUGA MEMPUNYAI PERANAN PENTING DALAM MENCAPAI DAN MEWUJUDKAN CITA-CITA BANGSA. SESUAI DENGAN BIDANG DAN SIFAT KEGIATAN YANG MENJADI AJANG PARIWISATA, MAKA ASPEK IDIIL POLITIS DA LAM PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DAPAT DIURAIKAN SEBAGAI BERIKUT : - BAHWA NEGARA INDONESIA SECARA GEOGRAFIS MERUPAKAN SUATU NEGARA DENGAN WILAYAH SEBAGAI SATU KEPULAUAN YANG BESAR. BANGSA INDONESIA ADALAH SUATU BANGSA YANG TERDIRI DARI BERBAGAI SUKU BANGSA DAN BERBICARA DALAM BERBAGAI BAHASA DAERAH, MEYAKINI BERBAGAI AGAMA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA, MEMPUNYAI BUDAYA YANG PADA HAKEKATNYA ADALAH SATU DENGAN CORAK RAGAM BUDAYA DAERAH YANG ADA, MEMILIKI FALSAFAH SERTA IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA YANG SATU, YAITU PANCASILA.

' - 8 - - BAHWA PARIWISATA YANG AJANG KEGIATANNYA TERUTAMA MELIPUTI PEMANFAATAN DAN PEMBINAAN FAKTOR ALAM DAN BUDAYA BANGSA, MEMPUNYAI FUNGSI UNTUK MEWUJUD KAN 3 TUGAS UTAMA YAITU : 1. MEMPERTEBAL RASA KESATUAN DAN PER SATUAN BANGSA DALAM RANGKA PER WUJUDAN WAWASAN NUSANTARA. 2. MEMBINA DAN MENGEMBANGKAN SERTA MEM PERKUKUH KEPRIBADIAN NASIONAL YANG MENJADI JATI DIRI BANGSA. KET I GA. 3. IKUT SERTA MENYELENGGARAKAN PE RDA- MAI AN DUN IA YANG ABADI MELALUI HUB UN GAN DAN KEGIATAN ANTAR BANG SA YANG SELARAS DAN SERASI BERDASARKAN ATAS AZAS TIMBAL BALIK, SALING PENGERTIAN, DAN SALING HORMAT- MENGHORMATI. ASPEK SOS I AL BUDA YA TIDAK. DAPAT DIPUNGKIRI BAHWA INDONESIA SEBAGAI SATU NEGARA KEPULAUAN BESAR, DENGAN CIR! KHAS SEBAGAI NEGARA NUSANTARA YANG TERLETAK DI AN TARA BENUA ASIA DAN AUSTRALIA, DAN MENGHUBUNGKAN 2 SAMUDERA BESAR YAITU SAMUDERA PASIFIK DAN SAMUDERA HINDIA, MEMPUNYAI POTENSI YANG SANGAT BESAR UNTUK MENJADI NEGARA TUJUAN WISATA INTERNASIONAL.

- 9 - DENGAN MELAKUKAN PENDEKATAN GEOGRAFIS, TERLIHAT BAHWA INDONESIA MEMANG MERUPAKAN NEGARA KEPULAUAN TERBESAR DI DUNIA, YANG TERDIRI DARI 5 PULAU UTAMA, 30 PULAU-PULAU YANG LEBIH KECIL DAN SELURUHNYA, BERDASAR KAN DATA YANG MUTAKHIR, BERJUMLAH TIDAK KURANG DARI 17.058 PULAU, DI MANA KURANG LEBIH 6.000 PULAU DIANTARANYA DIHUNI OLEH PENDUDUK. INDONESIA MEMILIKI SEKURANG-KURANGNYA 100 SUNGA! YANG PANJANG LEBIH DARI 40 KM (28 DI.!RIAN JAYA, 25 DI KALIMANTAN, 18 DI JAWA, 17 DI SUMATERA DAN 12 DI SULAWESI). DANAU DANAU YANG CUKUP BESAR BERJUMLAH KURANG LEBIH 51 BUAH, MASING-MASING 17 DI SUMATERA (DIANTARANYA YANG TERBESAR ADALAH DANAU TOBA, SINGKARAK DAN MANINJAU), 11 DI KALIMANTAN, 10 DI!RIAN JAYA, 4 DI BALI (DIANTARANYA YANG TERKENAL ADALAH DANAU BATUR DAN DANAU BRATAN), 5 DI SULAWESI, 3 DI FLORES DAN 1 DI PULAU LOMBOK. DI SAMPING ITU, LETAK INDONESIA YANG MELINTANG DI SEPANJANG GARIS KHATULISTIWA MENDAPATKAN SINAR MATAHARI YANG SANGAT MELIMPAH, YANG MEMANCARKAN CAHAYANYA KE DALAM LAUTAN NUSANTARA SEPANJANG TAHUN HAMPIR TAK PUTUS MENJADIKAN TAMAN-TAMAN LAUT KITA TERMASUK YANG TERBAIK DI DUNIA. POSIS! SILANG INDONESIA IN! BUKAN SAJA PENTING BAGI TRANSPORTASI MANUSIA DAN BARANG, TETAPI JUGA LALU-LINTAS FAUNA DAN FLORA, SEHINGGA LAUTAN NUSANTARA IN! BUKAN SAJA MEMILIKI FAUNA DAN FLORA DALAM JUMLAH YANG BESAR, TETAPI JUGA JENIS YANG BERANEKA RAGAM DAN BERCIRI KHAS.

- 10 - IKLIM TROPIS YANG HANGAT, TELAH MEMBERIKAN DAMPAK YANG SANGAT POSIT IF TERHADAP KEHIDUPAN BIOTA LAUT YANG JUMLAH DAN JENISNYA SANGAT BESAR. TIDAK KURANG DARI 833 JENIS TUMBUHAN LAUT TERDIRI DARI ALGA, LAMUN DAN POHON MANGROVE, JUGA TERDAPAT LEBIH DARI 5000 JENIS BINATANG LAUT DAN TERUMBU KARANG YANG BERJUMLAH LEBIH DARI 70 MARGA. DALAM KAITAN TERSEBUT, ADALAH BERALASAN PENDAPAT YANG MENGATAKAN BAHWA INDONESIA MEMILIKI PERAIRAN YANG SANGAT UNIK DAN TIDAK ADA DUANYA DI DUNIA. KONDISI GEOGRAFIS TERSEBUT MERUPAKAN PO TENSI YANG BES?'1R UNTUK PENGEMBANGAN WISATA TIRTA PADA UMUMNYA DAN WISATA BAHAR! PADA KHUSUSNYA. POTENSI BESAR YANG MERUPAKAN SUMBER DAYA PENTING BAGI PARIWISATA TERSEBUT, PERLU DIBINA DAN DIKEMBANGKAN LEBIH LANJUT, SECARA LEBIH PROFESIONAL, SEHINGGA AKAN MAKIN BAN YAK BANGSA-BANGSA DI DUN IA MENGENAL ALAM DENGAN FLORA DAN FAUNA INDONESIA, DAN DIHARAPKAN DENGAN PEMBINAAN YANG LEBIH PROF~SIONAL DAPAT MENARIK WISATAWAN 'MANCANEGARA DALAM JUMLAH YANG TERUS BERTAMBAH BESAR. DISADARI OLEH PEMERINTAH BAHWA MENGALIRNYA WISATAWAN MANCANEGARA DARI BERBAGAI NEGARA YANG!NGIN MENIKMATI ALAM DAN BUDAYA BANGSA KITA ITU JUGA AKAN MEMBAWA BERBAGAI DAMPAK DALAM KEHIDUPAN BANGSA, BUKAN SAJA TERHADAP KELESTARIAN ALAM, TETAPI JUGA PADA KELES TARIAN BUDAYA BANGSA.

- 11 - LATAR BELAKANG SEJARAH YANG PANJANG SEJAK JAMAN PRASEJARAH SAMPAI KINI, TELAH MEMBER I WAR I SAN PENINGGALAN SEJARAH BERSIFAT FISIK SEPERTI CANDI, DAN LAIN LAIN, MAUPUN UNSUR SOSIO-KULTURAL YANG BERWUJUD TATANAN SOSIAL, SEN! BUDAYA DAN LAIN-LAIN YANG BERSIFAT NON FISIK, SEMUANYA ITO MERUPAKAN TONGGAK SEJARAH KEKUKUHAN KEPRIBADIAN BANGSA SEKALIGUS MERUPAKAN MODAL BAGI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KEPARIWISATAAN INDONESIA. OLEH KARENA ITU, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN HARUS DIDASARKAN PADA SATU KEBIJAKSANAAN, YANG MENGARAH PADA PERWUJUDAN PEMBINAAN DAN KELESTARIAN KEBUDAYAAN NASIONAL YANG BERBHINNEKA TUNGGAL!KA, MEMPtRKENALKAN PADA DUNIA KELUHURAN BUDAYA DAN KEKAYAAN, SERTA KEINDAHAN ALAM INDONESIA TERSEBUT. KEGIATAN PARIWISATA HARUS DAPAT MENJAMIN KELESTARIANNYA DALAM RANGKA MEMPERTINGGI HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA INDONESIA SENDIRI. DEMIKIAN GARIS-GARIS BESAR URAIAN MENGENAI PERANAN PARIWISATA DALAM KEHIDUPAN BAN GSA PADA UMUMNYA DAN BAGI PEMBANGUNAN NASIONAL KHUSUSNYA. SAUDARA PIMPINAN DAN PARA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT, PERKENANKANLAH KAMI UNTUK MENYAMPAIKAN URAIAN SELANJUTNYA, MENGENAI LATAR BELAKANG KEBUTUHAN AKAN ADANYA UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN.

- 12 - SEPERTI DI DEPAN DISAMPAIKAN BAHWA TELAH HAMPIR 45 TAHUN INDONESIA MERDEKA, DAN PADA TANGGAL 17 AGUSTUS 1990 AKAN DATANG, INSYA ALLAH KITA PERINGATI DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 45. SELAMA KURUN WAKTU SEJAK KEMERDEKAAN SAMPAI DENGAN SEKARANG!NI, KITA BELUM PERNAH MEMILIKI SUATU UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN NASIONAL, SESUAI DENGAN TUNTUTAN DAN TINGKAT PERKEMBANGAN JAMAN YANG TERUS MAJU. KEBERHASILAN KITA DALAM MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL, PELITA DEMI PELITA YANG TAMPAK BERUPA KE MAJUAN DI BERBAGAI BIDANG, STABILITAS KEAMANAN DAN PEMERINTAHAN SERTA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI YANG MEMPENGARUHI AKSESIBILITAS ANTAR NEGARA, MENYEBAB KAN MENINGKAT PULA HUBUNGAN ANTAR INDONESIA DENGAN BANGSA-BANGSA LAIN. KONDISI NASIONAL DAN INTER NASIONAL TERSEBUT TELAH MEMUNGKINKAN KEGIATAN KEPARIWISATAAN DI INDONESIA TUMBUH TAMBAH MELAJU HAMPIR MERATA DI SELURUH TANAH AIR. DARI DATA YANG DAPAT DIHIMPUN DAN HASIL ANALISIS TERHADAP KEPARIWISATAAN DUN IA, HAMPIR DAPAT DIPASTIKAN BAHWA PERKEMBANGAN KEG IATAN KEPARIWISATAAN AKAN MENINGKAT DALAM DASA WARSA YANG AKAN DATANG. SEMENTARA ITU PARA PAKAR MERAMALKAN BAHWA ABAD 21 MERUPAKAN ERA PASIFIK DI MANA ARUS WISATAWAN AKAN SANGAT MENINGKAT DI KAWASAN ASIA DAN PASIFIK. BAHWA PARIWISATA MEMBERIKAN HASIL YANG POSITIF BAIK DARI SEGI EKONOMIS YAKNI PEROLEHAN DEVISA, PENCIPTAAN LAPANGAN USAHA, PENYERAPAN TENAGA KERJA, MAUPUN DARI SEGI NON EKONOMIS ANTARA LAIN INDONESIA LEBIH DIKENAL OLEH DUNIA LUAR, HAL IN! TIDAK DAPAT DIPUNGKIRI.

- 13 - PERKEMBANGAN KEGIATAN DAN PREDIKSI KEADAAN MASA MENDATANG DEMIKIAN ITU, TELAH MENDORONG KITA UNTUK MEMPERSIAPKAN DIR! LEBIH BAIK, AGAR KEPARIWISATAAN NASIONAL YANG AKAN TUMBUH DAN BERKEMBANG PESAT ITU MEMPUNYAI LANDASAN YANG LEBIH KUKUH DAN TUJUAN YANG JELAS, SEHINGGA DALAM PEMBtNAANNYA DAPAT SEJAUH MUNGKIN DIHINDARI DAMPAK NEGATIF YANG MERUGIKAN KEPENTINGAN NASIONAL. SIDANG DEWAN YANG TERHORMAT, PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DI DALAM MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN DI BIDANG PARIWISATA SEKARANG ADALAH, DI SATU PIHAK TERJADI PERKEMBANGAN KEGIATAN KEPARIWISATAAN YANG DEMIKIAN PESAT, SEDANGKAN DI LAIN PIHAK BELUM' ADA ATURAN YANG DAPAT MEMBERIKAN LANDASAN HUKUM YANG KUKUH BAGI PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN NASIONAL. KALAU BOLEH DITAMSILKAN, LAJUNYA KEGIATAN KEPARIWISATAAN KITA IBARAT BENDI YANG DITARIK OLEH KUDA YANG SANGAT CEPAT LAJUNYA. BILA SAISNYA LENGAH DAN KENDALINYA TIDAK LUGAS, DI KHAWATIRKAN BENDINYA BISA-BISA MASUK SELOKAN. YANG DIMAKSUDKAN DI SIN! ADALAH PERATURAN-PERATURAN DI BIDANG PARIWISATA YANG ADA SEKARANG!NI, BERBENTUK ANTARA LAIN PERATURAN PEMERINTAH (PP), INSTRUKSI PRESIDEN (INPRES), KEPUTUSAN MENTER! (KEPMEN), KEPUTUSAN DIRJEN, DAN LAIN-LAIN YANG DERAJATNYA LEBIH RENDAH DARI UNDANG-UNDANG, DI MANA DALAM HAL-HAL TERTENTU YANG BERSIFAT PRINSIPIIL, PERATURAN-PERATURAN TERSEBUT TIDAK MAMPU MENJAWA8 PERMASALAHAN YANG TIMBUL.

- 14 - KITA SAMA-SAMA MEMAKLUMI BAHWA KEGIATAN KEPARIWISATAAN MENGIKUTSERTAKAN BERBAGAI KOMPONEN YANG MENENTUKAN DAN MENUNJANG KEBERHASILANNYA, SEPERTI : ADANYA OBYEK WISATA, TRANSPORTASI (DARAT, LAUT DAN UDARA),, TELEKOMUNIKASI, PENYEDIAAN AKOMO DASI, LAHAN, RESTORAN, CINDERAMATA, DLL YANG KE SEMUANYA MENGKAIT KEGIATAN PIHAK-PIHAK TERTENTU SEPERTI INSTANSI PEMERINTAH, LEMBAGA NON PEMERINTAH BAHKAN MASYARAKAT UMUM. HAL-HAL ITU MEMERLUKAN KERJA SAMA YANG SERASI, KETENTUAN-KETENTUAN YANG LUGAS DAN KOORDINASI DENGAN DERAJAT YANG TINGGI TANPA ADA UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN YANG SECA.RA JELAS MENGATUR KELEMBAGAAN DAN KEWENANGAN,, RASANYA SULIT DIBAYANGKAN BAGAIMANA PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL DAPAT DILAKSANAKAN DENGAN BAIK DIMASA DEPAN YANG DEKAT INI. MENYADARI KONDISI TERSEBUT, PEMERINTAH MELALUI INSTRUSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 1989 TELAH MEN CANANGKAN APA YANG KITA KENAL DENGAN KAMPANYE SADAR WISATA. TIGA HAL YANG DIINSTRUKSIKAN OLEH PRESIDEN UNTUK DILAKSANAKAN, YAITU MENYELENGGARAKAN KAMPANYE SADAR WISATA SECARA NASIONAL, MENYELENGGARAKAN TAHUN KUNJUNGAN INDONESIA (VISIT INDONESIA YEAR 1991/VIY 1991),!KUT SERTA DALAM VAY 1992 (VISIT ASEAN YEAR ATAU TAHUN KUNJUNGAN ASEAN). MENGENAI YANG PERTAMA TELAH DILAKSANAKAN DAN TERUS DILAKSANAKAN MELALUI PROGRAM SAPTA PESONA, YAITU TUJUH PEDOMAN UNTUK MENYIAPKAN KEBERHASILAN PE NYELENGGARAAN PARIWISATA NASIONAL DENGAN MEWUJUDKAN KONDISI AMAN, TERTIB, BERSIH, SEJUK,,!NOAH, RAMAH TAMAH DAN PENUH KENANGAN, KARENA AKOMODASI YANG NYAMAN, MAKANAN YANG LEZAT DAN KHAS, BUDAYANYA YANG MEMPESONA SERTA TERSEDIANYA CENDERAMATA MUNGIL DENGAN HARGA YANG WAJAR.

- 15 - DI SAMPING SAPTA PESONA MERUPAKAN PROGRAM SADAR WISATA, TETAPI JUGA PUNYA SASARAN STRATEGIS UNTUK MEMBINA DISIPLIN NASIONAL DAN MEMPERKUKUH JATI DIR! BANGSA. DALAM PROGRAM!NI SAMBUTAN MASYARAKAT SANGAT MENGGEMBIRAKAN, HAMPIR DISEMUA DAERAH TELAH BERGAIRAH BAHKAN SEAKAN BERLOMBA-LOMBA UNTUK MENGGALAKKAN KEG IATAN. PARIWISATA, MELALUI. OBYEK OBYEK WISATA YANG ADA ATAU PENCIPTAAN YANG BARU, BAIK DI DARAT MAUPUN DI LAUT. PERMINTAAN UNTUK DITETAPKAN SEBAGAI DTW (DAERAH TUJUAN WISATA) TELAH MENGALIR DARI DAERAH-DAERAH YANG MEMBUKTIKAN BAHWA KEGIATAN PARIWISATA BERKEMBANG DENGAN PESAT YANG TIDAK HANYA MENUNTUT PERLU ADANYA PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA YANG MENUNJANG, TETAPI YANG LEBIH PENTING ADALAH LAHIRNYA SEBUAH UNDANG-UNDANG YANG DAPAT MENJADI LANDASAN, PEDOMAN DAN PENENTU ARAH DALAM KEBIJAKSANAAN PEMBINAAN PARIWISATA SECARA NASIONAL. HAL-HAL TERSEBUTLAH YANG ANTARA LAIN MELATAR BELAKANGI KEBUTUHAN AKAN ADANYA PERINGKAT PENGATURAN YANG LEBIH TINGGI DARI APA YANG DEWASA INI TE:LAH ADA. DENGAN MELIHAT TANTANGAN MASA DEPAN, PERKEMBANGAN TEKNOLOGI, BESERTA PERTUMBUHAN PARIWISATA DUNIA, MAKA UNDANG-UNDANG YANG AKAN DILAHIRKAN NANTI HARUS MAMPU MENGANTISIPASI PERKEMBANGAN DUNIA MASA DEPAN. DALAM KAITAN!NI, DUA HAL TELAH MENDAPAT PERHATIAN SUNGGUH-SUNGGUH DALAM PROSES PENGGARAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN, YANG TELAH DISAMPAIKAN KEPADA DEWAN YANG TERHORMAT.

.. - 16 - KEDUA HAL TERSEBUT ADALAH 1. KEPESATAN KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, KHUSUSNYA DALAM BIDANG TRANSPORTASI, TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, YANG ERAT HUBUNGANNYA DENGAN KEPARIWISATAAN. 2. SIFAT INTERDEPEDENSI INTERNASIONAL, YANG MENG HARUSKAN PERLUNYA KERJA SAMA INTERNASIONAL ANTAR BANGSA DIPERERAT. KEDUA HAL TERSEBUT LANGSUNG ATAU TIDAK LANGSUNG, MEMPUNYAI DAMPAK BAIK POSITIF MAUPUN NEGATIF, YANG BERUPA TUNTUTAN TERHADAP PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA NASIONAL YANG LEBIH LUGAS DAN MANTAP. DAMPAK POSITIF DAPAT DISEBUT ANTARA LAIN : TUNTUTAN AKAN KECEPATAN PELAYANAN, PENDOBRAKAN TERHADAP ISOLASI, AKURASI DALAM PERENCANAAN DAN PENYELENGGARAAN, MUDAHNYA MENDAPATKAN INFORMASI DAN MENINGKATNYA KERJA SAMA INTERNASIONAL. FAKTOR FAKTOR INI MEMPENGARUHI JUMLAH DAN ARUS WISATAWAN. SEDANGKAN DAMPAK NEGATIFNYA ANTARA LAIN DAPAT BERUPA : SIFAT KOMPETITIF YANG TIDAK,SEHAT (BAIK NASONAL MAUPUN INTERNASIONAL), MENINGKATNYA BAHAYA POLUSI DALAM ART! LUAS (POLUSI LIMBAH, POLUSI BUDAYA, SOSIAL Dt~N TIDAK MUSTAHIL POLUSI INTELEKTUAL DAN POLITIK). UNTUK ITU, MAKA UNDANG-UNDANG YANG AKAN LAHIR NANTI HARUS MAMPU MENGANTISIPASI PERKEMBANGAN MASA DEPAN ITU DENGAN SEGALA DAMPAKNYA. BILA DAPAT MEMENUHI SYARAT DEMIKIAN, MAKA UNDANG-UNDANG TERSEBUT AKAN DAPAT BERLAKU UNTUK MASA YANG PANJANG DAN MAMPU BERTAHAN TERHADAP DINAMIKA MASYARAKAT YANG TERUS TERJADI..

- 17 - UNDANG-UNDANG NASIONAL DI BIDANG PARIWISATA YANG AKAN LAHIR TIDAK SAJA HARUS DAPAT MEM~ERI LANDASAN YANG KUKUH DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA NASIONAL, TAP! DIA HARUS JUGA DAPAT BETUL-BETUL BERFUNGSI SEBAGAI PEN EN TU ARAH DALAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI NEGARA KITA. DENGAN ARAH UNTUK MEMPERERAT PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA, MEMPERKUKUH KEPRIBADIAN NASIONAL SEBAGAI JATIDIRI BANGSA, DALAM KERANGKA PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA ITULAH, SEHARUSNYA FUNGSI UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN YANG AKAN KITA CIPTAKAN. DALAM.RANGKA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KHUSUSNYA PEMBANGUNAN BIDANG EKONOMI, UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN YANG AKAN LAHIR TIDAK HANYA HARUS MAMPU MEMBER! DASAR-DASAR HUKUM YANG KUAT TERHADAP KEGIATAN-KEGIATAN USAHA DI BI DANG PARIWISATA, SEHINGGA SEKTOR PARIWISATA TIDAK SAJA MEMBER! SUMBANGAN YANG LEBIH NYATA DALAM PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA, PERLUASAN KESEMPATAN BERUSAHA DAN PENINGKATAN HASIL DEVISA YANG MENJADI SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL, TETAPI LEBIH DARI ITU DALAM JANGKA PANJA~G, SECARA BERANGSUR-ANGSUR DAPAT MEMBAWA PEMBAHARUAN STRUKTURAL DALAM EKONOMI NASIONAL, DI MANA SEKTOR NON MIGAS MEMPUNYAI PERAN YANG BERTAMBAH BESAR. SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT, UNTUK MEMBERIKAN GAMBARAN MENGENAI UPAYA-UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DALAM PROSES. PENYIAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG IN!, PERKENANKAN LAH KAMI MENYAMPAIKAN GARIS BESAR KRONOLOGINYA SEBAGAI BERIKUT :

t,. - 18 - UPAYA PENYIAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN INI TELAH MULA! DIRINTIS SEJAK TAHUN 1974, JAUH SEBELUM LAHIRNYA DEPARTEMEN PARPOSTEL. SEJAK SAAT ITU, BAHAN-BAHAN BAGI PENYUSUNAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG!NI TERUS DIKUMPULKAN DAN DIBAHAS DALAM BERBAGAI PERTEMUAN, SARASEHAN DENGAN BERBAGAI PIHAK SEPERTI : UNIVERSITAS, CENDEKIAWAN DAN PRAKTISI. DENGAN DEMIKIAN, MAKA JAUH SEBELUM TERBENTUKNYA DEPARTEMEN PARPOSTEL, PEMERINTAH TELAH MERASAKAN KEBUTUHAN AKAN ADANYA SUATU UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR TENTANG KEPARIWISATAAN NASIONAL. SETELAH BERDIRINYA DEPARTEMEN PARPOSTEL PADA TAHUN 1983, UPAYA PENGKAJIAN DAN PENYEMPURNAAN BUKAN S~JA DITERUSKAN DAN TETAP BERLANGSUNG, TETAPI DISADARI PULA PERLU ADANYA PENAMBAHAN MATER!. SESUAI DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KEMAJUAN. SEMENTARA ITU, PERKEMBANGAN KEADAAN TELAH SEMAKIN MENDORONG UPAYA PENYIAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG INI. DALAM MENJAWAB TANTANGAN TERSEBUT, MAKA DEPARTEMEN PARPOSTEL TELAH MEMBENTUK TIM UNTUK MENGKAJI RANCANGAN UNDANG-UNDANG INI, DAN MENGADAKAN LAGI PERTEMUAN KONSULTASI, TUKAR PENDAPAT DENGAN KALANGAN YANG LEBIH LUAS, PARA PRAKTISI, CENDEKIAWAN, PENULIS DAN PENGAMAT PARIWISATA, TERMASUK LEMBAGA-LEMBAGA NON DEPARTEMEN YANG BERGERAK DI BIDANG PARIWISATA SEPERTI ASITA, PHRI, PUTRI, HPI, INACA, DLL, SEHINGGA SEJAK AWAL MASYARAKAT TELAH DIIKUT-SERTAKAN PULA DI DALAM PROSES PEMBAHASAN DAN PENYUSUNAN RANCANGAN UNDANG UNDANG INI, DI MANA ASPIRASI-ASPIRASINYA KEMUDIAN DITAMPUNG.

- 19 - PROSES SELANJUTNYA DEPARTEMEN PARPOSTEL MEMBENTUK TIM ANTAR-DEPARTEMENTAL DENGAN MELIBATKAN INSTANSI/ DEPARTEMEN HANKAM, PERHUBUNGAN, DEPARTEMEN DALAM NEGERI, DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN SEKRETARIAT KABINET. PEMERINTAH MEN~ADARI BAHWA KEGIATAN KEPARIWISATAAN BERSIFAT LINTAS'SEKTORAL, KARENA ITU MUATAN MATERI RANCANGAN UNDANG-UNDANG IN! TENTU BERKAITAN DENGAN KEGIATAN DEPARTEMEN-DEPARTEMEN TERSEBUT, ANTARA LAIN MENGENAI: KEAMANAN DAN KETERTIBAN, ANGKUTAN WISATA, PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, LINGKUNGAN HIDUP; PEMERINTAHAN DAERAH. SELANJUTNYA KARENA UNTUK MENYUSUN RANCANGAN SE-BUAH UNDANG-UNDANG, PERLU MENGIKUTI TEKNIK PEMBUATAN PERUNDANG-UNDANGAN, MAKA DALAM PROSES PENGGARAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG IN!, SELURUH ASPIRASI, KE INGINAN DAN HASRAT YANG DISAMPAIKAN OLEH SEMUA PI HAK TERSEBUT TELAH DITAMPUNG DAN DICOBA UNTUK DIADAKAN INVENTARISASI, KLASIFIKASI SERTA DIAKOMODASIKAN KE DALAM RUU. DENGAN BERPEGANG TEGUH PADA TEKNIK PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU, MAKA DIPERLUKAN ADA PEMILAHAN DAN PEMILIHAN ATAS SELURUH MATER! YANG TELAH MASUK UNTUK MENENTUKAN MATERI MATERI MANA YANG MEMPUNYAI BOBOT UNTUK DIMASUKKAN KE DALAM PERINGKAT SEBUAH UNDANG-UNDANG DAN MANA YANG DAPAT DITUANGKAN KE DALAM PERINGKAT PERATURAN YANG LEBIH RENDAH DARI SEBUAH UNDANG-UNDANG. HAL IN! DIMAKSUDKAN AGAR MEMPERLANCAR JALANNYA PEM BAHASAN OLEH DEWAN.

- 20 - SAUDARA KETUA DAN PARA ANGGOTA DEWAN YANG KAMI HORMATI, SERTA HADIRIN SEKALIAN YANG TERHORMAT. UNTUK MEMPERKAYA DAN MEMPERLUAS WAWASAN, TELAH PULA DILAKUKAN STUDI PERBANDINGAN KE BEBERAPA NEGARA TETANGGA SEPERTI AUSTRALIA, JEPANG, KOREA SELATAN, THAILAND, SINGAPURA, MALAYSIA DAN INGGRIS YANG TUJUANNYA. ADALAH UNTUK MENGETAHUI DAN MEMPEROLEH BANDINGAN TERHADAP PENGATURAN TENTANG KEPARIWISATAAN DI NEGARA-NEGARA YANG BERSANGKUTAN, ATAUPUN MENGAMBIL PELAJARAN DARI PENGALAMAN NEGARA NEGARA TERSEBUT TERMASUK KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI DALAM MENGELOLA KEPARIWISATAAN BERIKUT CARA-CARA PEMECAHANNYA. MELALUI BERBAGAI UPAYA SEPERTI KAMI URAIKAN TADI, TAMPAK BETAPA LAMA WAKTU TELAH DIGUNAKAN UNTUK MEMATANGKAN DAN MEMANTAPKAN DALAM PENGKAJIAN, PEMBAHASAN DAN PENYIAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG!NI. SEMUA USAHA TERSEBUT DIMAKSUDKAN TIADA LAIN, AGAR KITA DAPAT MEMILIKI SUATU UNDANG-UNDANG NASIONAL DI BIDANG KEPARIWISATAAN, YANG TIDAK SAJA DAPAT MENCANGKUP KEGIATAN-KEGIATAN YANG BERSIFAT NASIONAL SEMATA, TETAPI JUGA BERSIFAT AKOMODATIF KONSTRUKTIF TERHADAP ASPEK~ASPEK INTERNASIONALNYA KEPARIWISATA AN DUNIA YANG TIDAK DAPAT DIELAKKAN. DEMIKIANLAH GAMBARAN UPAYA-UPAYA PEMERINTAH TADI UNTUK MENCOBA MENYAJIKAN MELALUI PENDEKATAN IDIIL, EMPIRIS, TEKNIS PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERTIMBANGAN JANGKAUAN MASA DEPAN, MAKA PADA AKHIRNYA RANCANGAN UNDANG-UNDANG INI DAPAT DISAMPAIKAN KEPADA SIDANG DEWAN YANG TERHORMAT SEPERTI SEKARANG INI.

- 21 - SAUDARA PIMPINAN DAN PARA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT, PERKENANKANLAH KAMI SEKARANG MENYAMPAIKAN URAIAN MENGENAI SISTEMATIKA RANCANGAN UNDANG-UNDANG "TENTANG KEPARIWISATAAN YANG TELAH ADA DI TANGAN DEWAN. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN YANG TELAH DISIAPKAN OLEH PEMERINTAH IN! TERDIRI DARI 9 (SEMBILAN) BAB DAN 41 (EMPAT PULUH SATU) PASAL, PENJELASAN UMUM DAN PENJELASAN PASAL DEMI PASAL DENGAN SISTEMATIKA SEBAGAI BERIKUT : BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB I KET EN JUAN UMUM II AZAS DAN TUJUAN III OBY EK WISATA IV USAHA KEPARIWISATAAN v PER AN SERT A MASYARAKAT VI PEMBINAAN VII PENYERAHAN URUSAN BAB VIII KET EN TUAN PI DANA BAB IX KET EN TUAN PENUTUP.

- 22 - SELANJUTNYA, IZINKANLAH KAMI MENYAMPAIKAN PENJELAS AN SINGKAT TENTANG MATER! MUATAN RANCANGAN UNDANG UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN SEBAGAI BERIKUT : 1. PENJELASAN UMUM BILA KITA SIMAK ISI PENJELASAN UMUM RUU, MAKA AKAN TERGAMBAR LANDASAN IDIIL DAN FILOSOFIS DARI RUU IN! : - PEMERINTAH MENYADARI. SIFAT KEPARIWISATAAN YANG LUAS DAN MENYANGKUT KEPENTINGAN MASYA- - RAKAT SECARA LUAS, KARENA ITU PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PERLU DILAKSANAKAN SECARA TERPADU OLEH PEMERINTAH,. BADAN-BADAN USAHA DAN MASYARAKAT. PERAN SERTA MASYARAKAT DI DALAM PENYELENGGARA AN KEPARIWISATAAN INI MEMEGANG PERAN PENTING, DEMI TERWUJUDNYA PEMERATAAN PENDAPATAN DAN KESEMPATAN BERUSAHA. DALAM KAITAN INI, PERAN SERTA MASYARAKAT TERSEBUT PERLU DIBERI ARAHAN AGAR PELAKSANAAN BERBAGAI USAHA KEPARIWISATAAN YANG DILAKUKAN DAPAT SALING MENGISI, SALING BERKAITAN DAN MENUNJANG SATU DENGAN YANG LAINNYA. UNTUK DA PAT MENCAPAI MAKSUD TERSEBUT, PEMERINTAH MELAKUKAN PEMBINAAN TERHADAP KEGIATAN KEPARIWISATAAN YAITU DALAM BENTUK PENGATURAN, PEMBERIAN BIMBINGAN DAN PENGAWASAN. KEGIATAN-KEGIATAN KEPARIWISATAAN YANG MENYANGKUT ASPEK PEMBANGUNAN, KEBIJAKAN DAN PENGUSAHAAN YANG TELAH DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH SERTA PERKEMBANGANNYA YANG BEGITU PESAT, PERLU DIIKUTI DENGAN PENGATURAN YANG SESUAI DENGAN ASPIRASI BANGSA INDONESIA.

- 23 - - KEGIATAN PARIWISATA MERUPAKAN KEGIATAN YANG JUGA MEMANFAATKAN ALAM DAN BUDAYA BANGSA, MAKA PADA HAKIKATNYA KEGIATAN PARIWISATA JUGA MEMANFAATKAN MODAL DASAR BANGSA. KARENA ITU PEMANFAATAN MODAL BANGSA TERSEBUT TIDAK BOLEH MENYIMPANG DARI LANDASAN DAN ARAH YANG DITENTUKAN OLEH PANCASILA DAN UUD '45. MODAL TERSEBUT PERLU DIMANFAATKAN SECARA OPTIMAL MELALUI PENYELENGGARAAN KEPARIWISATA AN, YANG DITUJUKAN TIDAK HANYA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN NASIONAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN RAKYAT, MEMPERLUAS KESEMPATAN KERJA DAN KESEMPATAN BERUSAHA, TETAPI JUGA MEMPERKENAL KAN ALAM DAN KEBUDAYAAN INDONESIA DI MATA BANGSA-BANGSA LAIN GUNA MENUMBUHKAN KEBANGGAAN NASIONAL, HARGA DIR! DAN MARTABAT SEBAGAI SUATU BANGSA YANG BERBUDAYA LUHUR. BERDASARKAN LANDASAN ID I IL TERSEBUT KEPARIWISATAAN NASIONAL JUGA DIARAHKAN UNTUK MEMPERTEBAL RASA CINTA KEPADA TANAH AIR DAN MEMPERERAT PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA DALAM RANGKA PERWUJUDAN WAWASAN NUSANTARA. SESUAI DENGAN LANDASAN FALSAFAH BANGSA YANG CINTA DAMA! DAN AMANAT PEMBUKAAN UUD '45, M~KA PARIWISATA NASIONAL JUGA DIARAHKAN UNTUK MEMPERERAT PERSAHABATAN ANTAR BANGSA DALAM RANGKA IKUT SERTA MEWUJUDKAN PERDAMAIAN DUNIA.YANG ABADI.

- 24-2. KETENTUAN UMUM MEMUAT PENGERTIAN UMUM DAN KETENTUAN-KETENTUAN TENTANG BATASAN ISTILAH, DENGAN MAKSUD AGAR TERDAPAT PENGERTIAN YANG SAMA DAN BAKU TENTANG BEBERAPA ISTILAH PENTING YANG DIGUNAKAN DI DALAM RUU SEPERTI: WISATA, PARIWISATA, KEPARIWISATAAN, USAHA PARIWISATA, OBYEK WISATA, KAWASAN WISATA DAN LAIN-LAIN. 3. AZAS DAN TUJUAN MEMUAT KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI AZAS DAN TUJUAN PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN, YAITU AZAS MANFAAT, AZAS ADIL DAN MERATA, AZAS KEPERCAYAAN PADA DIRI SEND I RI DAN AZAS PERIKEHIDUPAN DALAM KESEIMBANGAN. AZAS-AZAS MANA DILUNCURKAN DARI GBHN DAN DIAMBIL BAGIAN YANG ERAT DAN ADA RELEVANSINYA DENGAN PENYELENGGARAAN PARIWISATA. - AZAS MANFAAT; BAHWA PELAKSANAAN PENYELENGGARA AN KEPARIWISATAAN HARUS DAPAT DIMANFAATKAN SEBESAR-BESARNYA BAGI KESEJAHTERAAN DAN KEMAKMURAN RAKYAT. - AZAS ADIL DAN MERATA; BAHWA HASIL-HASIL PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN HARUS DAPAT DINIKMATI SECARA MERATA OLEH SELURUH RAKYAT. - AZAS KEPERCAYAAN PADA DIR! SENDIRI; BAHWA SEGALA USAHA DAN KEGIATAN PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN HARUS MAMPU MEMBANGKITKAN KEPERCAYAAN AKAN KEMAMPUAN DAN KEKUATAN DIRI SENDIRI.

- 25 - ' 1, - AZAS PERIKEHIDUPAN DALAM KESEIMBANGAN; BAHWA PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN TIDAK HANYA MEMBERIKAN MANFAAT EKONOMI SAJA, TETAPI JUGA MENINGKATKAN KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA SERTA HUBUNGAN ANTAR MANUSIA, DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEHIDUPAN KEBANGSAAN, ATAUPUN DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI,MASYARAKAT DUNIA. SELAIN ITU, PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN TETAP HARUS DILAKUKAN DALAM RANGKA MEMELIHARA KESEIMBANGAN ASPEK MATERIEL DAN SPIRITUAL KHUSUSNYA BAGI KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA SEHINGGA TERJAMIN KELESTARIAN ALAM DAN BUDAYA NASIONAL. 4. OBYEK WISATA MEMUAT KETENTUAN MENGENAI OBYEK WISATA, YANG TERDIRI DARI OBYEK WISATA CIPTAAN TUHAN YANG BERWUJUD KEADAAN ALAM, FLORA DAN FAUNA, OBYEK WISATA HASIL KARYA MANUSIA YANG BERWUJUD MUSEUM, PENINGGALAN SEJARAH, SEN! DAN BUDAYA, WISATA AGRQ, WISATA TIRTA, WISATA BURU, WISATA PETUALANGAN, TEMPAT REKREASI DAN TEMPAT HIBURAN. PEMBANGUNAN OBYEK WISATA MEMPERHATIKAN DILAKUKAN DENGAN - KEMAMPUAN UNTUK MERANGSANG PENINGKATAN PERKEMBANGAN KEHIDUPAN EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA. - ADAT ISTIADAT, PANDANGAN DAN NILAI-NILAI YANG HIDUP DALAM MASYARAKAT. - KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP. - KELANGSUNGAN USAHA KEPARIWISATAAN ITU SENDIRI.

- 26-5. USAHA KEPARIWISATAAN MEMUAT KETENTUAN TENTANG JENIS-JENIS USAHA KEPARIWISATAAN, PENYELENGGARAAN WISATA, PENGUSAHAAN OBYEK WISATA, USAHA PENUNJANG KEPARIWISATAAN DAN USAHA LAINNYA. USAHA KEPARIWISATAAN MELIPUTI PENYELENGGARAAN WISATA, PENGUSAHAAN OBYEK WISATA DAN USAHA PENUNJANG TERMASUK USAHA IMPRESARIAT DAN USAHA LAINNYA YANG BERUPA PENYELENGGARAAN PROGRAM ~ISATA PADA ~EGIATAN TERTENTU. KEGIATAN TERTENTU INI, DAPAT BERUPA PROGRAM WISATA SEBAGAI BAGIAN DARI PENYELENGGARAAN KONVENSI, KONFERENSI, PEKAN SEN! DAN OLAH RAGA. 6. PERAN SERTA MASYARAKAT MEMUAT KETENTUAN MENGENAI PERAN SER TA MASYARAKAT, DI MANA MASYARAKAT MEMILIKI KESEMPATAN YANG SELUAS-LUASNYA UNTUK BERPERAN SERTA DALAM PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN. 7. PEMBINAAN MEMUAT KETENTUAN MENGANI PEMBINAAN KEPARIWISATA AN. - PEMERINTAH MELAKSANAKAN PEMBINAAN KEPARIWI SATAAN DALAM BENTUK PENGATURAN, PEMBERIAN BIMBINGAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN DAN USAHA DI BIDANG KEPARIWISATAAN

- 27 - - PEMERINTAH DAPAT MENETAPKAN KAWASAN TERTENTU SEBAGAI KAWASAN WISATA, DENGAN MEMPERHATIKAN POTENSI KAWASAN TERSEBUT SEBAGAI TUJUAN WISATA DAN KEMUNGKINANNYA KEHIDUPAN EKONOMI DI UNTUK KAWASAN MENINGKATKAN YANG BER SANGKUTAN. - PEMERINTAH MENETAPKAN KEBIJAKSANAAN YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KEPARIWISATAAN_ 8_ PENYERAHAN URUSAN MEMUAT KETENTUAN MENGENAI PENYERAHAN URUSAN, DI MANA PEMERINTAH DAPAT MENYERAHKAN URUSAN TER TENTU DI BIDANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH. 9. KETENTUAN PIDANA MEMUAT KETENTUAN PIDANA DENGAN KLASIFIKASI SEBAGAI TINDAK PIDANA KEJAHATAN DAN PELANGGARAN, DIMAKSUDKAN UNTUK MELINDUNGI OBYEK WISATA, ATAU BANGUNAN OBYEK WISATA ATAU BAGIAN DARI BANGUNAN OBYEK WISATA, DARI PERBUATAN YANG DENGAN SENGAJA MERUSAK, MENGURANGI, MEMISAHKAN ATAU MEMBUAT TIDAK DAPAT BERFUNGSI ATAU TIDAK DAPAT BERFUNGSI SECARA SEMPURNA OBYEK WISATA, BANGUNAN, BAGIAN DARI BANGUNAN OBYEK WISATA TERSEBUT. KETENTUAN PIDANA TERSEBUT TIDAK MENGURANGI ANCAMAN PIDANA YANG DITETAPKAN DALAM UNDANG UNDANG MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP, BENDA CAGAR BUDAYA, KONSERFASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA, PERI KANAN DAN UNDANG-UNDANG LAINNYA.

- 28-10. KETENTUAN PENUTUP MEMUAT KETENTUAN TENTANG PENGUNDANGAN DAN TANGGAL MULAI BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG. DEMIKIANLAH GARIS-GARIS DISAMPAIKAN SISTEMATIKA RUU PARIWISATA DENGAN BESAR ISINYA SEBAGAIMANA TE LAH OLEH PEMERINTAH KEPADA PIMPINAN DEWAN. SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG ' KAMI HORMATI, PEMERINTAH SANGAT MENYADARI BAH WA UNTUK KEBERHASILAN PENYELENGGARAAN PARIWISATA DIPERLUKAN KERJA SAMA LINTAS SEKTORAL YANG BERDERAJAT SANGAT TINGGI. OLEH KARENA ITU, DALAM MENYUSUN MATER! MUATAN YANG TERKANDUNG DI DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN IN!, TELAH DIPERTIMBANGKAN KETERKAITANNYA DENGAN INSTANSI-INSTANSI LAIN, TANPA MENGURANGI KEWENANGAN MASING-MASING DAN TELAH DIUSAHAKAN AGAR TIDAK TERJADI TUMPANG TINDIH KEWENANGAN YANG DIBERIKAN OLEH UNDANG-UNDANG YANG LAIN, TETAPI TETAP TUNDUK KEPADA UNDANG-UNDANG YANG MENJADI LINGKUP DEPARTEMEN/INSTANSI MASING-MASING. SECARA KONKRIT HAL-HAL TERSEBUT TERTUANG DI DALAM PASAL-PASAL, SEBAGAI BERIKUT 1. KEAMANAN DAN KETERTIBAN PASAL 15 "PENGUSAHAAN OBYEK WISATA YANG BERINTIKAN KEGIATAN YANG MEMERLUKAN PENGAMANAN TERHADAP KESELAMATAN WISATAWAN, KELESTARIAN LINGKUNGAN, ATAU KETERTIBAN DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT DISELENGGARAKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN YANG DIATUR LEBIH LANJUT DENGAN PERATURAN PEMERINTAH".

- 29 - KETERANGAN MASALAH KEAMANAN DAN KETERTIBAN TETAP MENJADI WEWENANG DARI KEPOLISIAN NEGARA. UNDANG-UNDANG TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM HAL!NI MENDUKUNG SEPENUHNYA TERHADAP KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYRAKAT DAN WISATAWAN. 2. ANGKUTAN WISATA PASAL 19 AYAT (1) "PENYEDIAAN ANGKUTAN WISATA MERUPAKAN USAHA KHUSUS ATAU SEBAGIAN DARI USAHA DALAM RANGKA PENYEDIAAN ANGKUTAN PADA UMUMNYA". PASAL 19 AYAT (2) "PENYEDIAAN ANGKUTAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1) DAPAT DILAKUKAN OLEH USAHA ANGKUTAN KHUSUS WISATA, ATAU USAHA ANGKUTAN UMUM YANG MENYEDIAKAN JUGA ANGKUTAN KHUSUS WISATA, ATAU USAHA ANGKUTAN UMUM YANG DAPAT DIPERGUNAKAN SEBAGAI ANGKUTAN WISATA". KETERANGAN : KEGIATAN ANGKUTAN WISATA DALAM RUU KEPARIWISATAAN BAIK DARAT, LAUT DAN UDARA TERSEBUT TIDAK MENG GANGGU KEWENANGAN DARI DEPARTEMEN YANG BERSANGKUTAN, YANG DIPERLUKAN ADALAH DUKUNGAN TRANSPORTASI DARAT, LAUT DAN UDARA.

- 30-3. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PASAL 20 AYAT (1) "PENDIDIKAN KAN UNTUK TERAMPIL MERUPAKAN NASIONAL". PASAL 38 "BARANG SIAPA KARENA KELALAIANNYA MERUSAK ATAU MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA KESEIMBANGAN ATAU MENGAKIBATKAN GANGGUAN TERHADAP KELANCARAN KEGIATAN YANG MENJADI OBYEK DALAM WISATA BUDAYA, DIPIDANA DENGAN PIDANA KURUNGAN PALING LAMA 1 (SATU) TAHUN". KETERANGAN TENAGA KEPARIWISATAAN DISELENGGARA MEMENUH I KEBUTUHAN TENAGA AHLI DAN DI. BIDANG KEPARIWISATAAN YANG BAGI AN DARI SI STEM PENDIDIKAN : WALAUPUN PENDIDIKAN KEPARIWISATAAN MEMERLUKAN KEAHLIAN ATAU KETERAM- PI LAN YANG KHUSUS, TETAPI PEMBINAAN PENDIDIKAN TERSEBUT TETAP TUNDUK PADA SISTEM PENDIDIK AN NASIONAL YANG MENJADI TANGGUNG JAWAB DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. MASALAH KEBUDAYAAN SEPERTI CANDI DAN LAIN-LAIN, TETAP BERADA DI BAWAH LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEN DIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. KEGIATAN PARIWISATA HANYA MEMANFAATKAN GUNA KEPENTINGAN KEPARIWISATAAN. KEWENANGAN PEMBINAAN TETAP TUNDUK PADA DEPARTEMEN : PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN.

- 31-4. LINGKUNGAN HIDUP PASAL 33 "PEMBINAAN KEPARIWISATAAN DIARAHKAN UNTUK MEWUJUDKAN DAN MEMELIHARA KELESTARIAN SERTA KEUTUHAN OBYEK.WISATA". PASAL 36 AYAT (1) ~BARANG SIAPA DENGAN SENGAJA MERUSAK, MENGURANGI, MEMISAHKAN ATAU MEMBUAT TIDAK DAPAT BERFUNGSI ATAU TIDAK DAPAT BERFUNGSI SECARA SEMPURNA SUATU OBYEK WISATA, ATAU BANGUNAN OBYEK WISATA, DIPIDANA DENGAN PIDANA PENJARA PALING LAMA 5 (LIMA) TAHUN ATAU DENDA SETINGGI TINGGINYA Rp. 50.000.000,- (LIMA PULUH JUTA RUPIAH)". PASAL 36 AYAT (2) "KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1) TIDAK MENGURANGI ANCAMAN PIDANA YANG DITETAPKAN DALAM UNDANG-UNDANG MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP, BENDA CAGAR BUDAYA, KONSERVASI SUMBER DAYA HAYATI DAN EKOSISTEMNYA, PERIKANAN DAN UNDANG UNDANG LAIN". KETERANGAN : KELESTARIAN FLORA DAN FAUNA TETAP DIJAGA DAN TUNDUK SERTA MENTAATI UNDANG-UNDANG TENTANG LINGKUNGAN HIDUP, YAKNI UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 19S2.

- 32-5. PEMERINTAHAN DAERAH PASAL 35 AYAT (1) "PEMERINTAH DAPAT MENYERAHKAN SEBAGIAN URUSAN DI BIDANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH". KETERANGAN DEPARTEMEN PARPOSTEL MENYADARI AKAN LOKASI OBYEK WISATA DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA BERADA DI DAERAH, OLEH KARENA ITU UNDANG UNDANG TEN TANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DI DAERAH (UU NO. 5 TAHUN 1974) TETAP DIHORMATI. DENGAN PENYEBUTAN SECARA KHUSUS PASAL-PASAL YANG MENYANGKUT HAL-HAL YANG BERSIFAT LINTAS SEKTORAL SEBAGAIMANA TELAH DIKUTIP DI ATAS, DAPATLAH DIKEMUKAKAN BAHWA KEKHAWATIRAN ATAU KEKABURAN BAHWA RUU KEPARIWISATAAN YANG MENYANGKUT BANYAK SEKTOR-SEKTOR AKAN DAPAT MENGAKIBATKAN SENTUHAN TENTANG TUGAS ATAU KEWENANGAN INSTANSI-INSTANSI LAIN, HAL MANA OLEH PEMERINTAH MEMANG SECARA DINI TELAH DIANTISIPASI DAN DIHINDARI. BERDASAR POLA BERPIKIR TERSEBUT, PEMERINTAH PERCAYA PENANGANAN RUU PARIWISATA DAPAT DITANGANI SECARA EFISIEN OLEH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT BERSAMA-SAMA DENGAN PEMERINTAH, TERUTAMA OLEH MITRA KERJA DEPARTEMEN PARPOSTEL YANG SELAMA IN! TELAH TERJALIN HUBUNGAN KERJA SAMA YANG TERBUKA DAN MESRA.

- 33 - \. SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT, DEMIKIANLAH BEBERAPA POKOK MATER! MUATAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG YANG SETIDAKNYA KAMI PANDANG PERLU UNTUK KAMI JELASKAN~ SUDAH BARANG TENTU, APA YANG KAMI URAIKAN TAD! MASIH TERBATAS PADA HAL-HAL YANG KAMI PANDANG SANGAT PENTING DAN POKdK UNTU~ DISAMPAIKAN KEPADA SIDANG YANG MULIA IN!. SEMOGA DENGAN KETERANGAN!NI, DEWAN YANG TERHORMAT DAPAT MEMPEROLEH GAMBARAN YANG LEBIH JELAS TENTANG MAKSUD PEMERINTAH MENYAMPAIKAN RANCANGAN UNDANG UNDANG!NI. PEMERINTAH MENGHARAPKAN AGAR KETERANGAN!NI DAPAT MEMBANTU DALAM KELANCARAN PEMBAHASAN-PEMBAHASAN SELANJUTNYA ANTARA DEWAN YANG TERHORMAT DENGAN PEMERINTAH. PEMBICARAAN YANG LEBIH TERINCI MENGENAI MATER! RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARIWISATA INI KIRANYA DAPAT KITA MUSYAWARAHKAN BERSAMA DALAM PEMBAHASAN-PEMBAHASAN YANG AKAN DATANG. ADALAH MENJADI HARAPAN KITA BERSAMA MELALUI PEM BAHASAN DAN MUSYAWARAH SERTA KERJA KERAS KITA RUU.INI PADA WAKTUNYA DAPAT MENJADI UNDANG-UNDANG. KAMI YAKIN, PIMPINAN DEWAN DAN PARA ANGGOTA YANG TERHORMAT AKAN SEPENDAPAT BILA KITA BERUSAHA KERAS UNTUK DAPAT MENYELESAIKAN RUU KEPARIWISATAAN!NI SECARA TUNTAS SEBELUM TANGGAL 17 AGUSTUS 1990.

- 34 - BILA HAL INI DAPAT KITA WUJUDKAN, MAKA MERUPAKAN KEBAHAGIAAN TERSENDIRI BAGI DEWAN MAUPUN BAGI PEMERINTAH, KARENA BERSAMA-SAMA TELAH DAPAT MENYAJIKAN KE HADAPAN BANGSA INDONESIA SUATU HADIAH ULANG TAHUN KE 45, DENGAN MELAHIRKAN SEBUAH PRODUK HUKUM NASIONAL YANG BETUL-BETUL MERNI DAN UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM SEJARAH KEPARIWISATAAN NASIONAL. SEKARANG, TIBALAH KAMI PADA BAGIAN AKHIR DARI KETERANGAN PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG INI. SIDANG YANG KAMI MULIAKAN, SEBAGAI BANGSA YANG MENYADARI HIDUP DI TENGAH TENGAH MASYARAKAT INTERNASIONAL MASYARAKAT YANG SERBA TEKNOLOGIS DAN ILMIAH DEWASA INI DAN DITANDAI OLEH KEHIDUPAN MANUSIA YANG BERCIRI-CIRI LEBIH RASIONAL, PRAKTIS, TEPAT DAN AKURAT, TETAPI JUGA MAKIN INDIVIDUALISTIK, MAKA UNDANG-UNDANG PARIWI$ATA YANG MENJADI DASAR PEMBINAAN PARIWISATA NASIONAL BERDASAR UNDANG-UNDANG YANG MEMILIKI LANDASAN FILOSOFIS DAN IDIIL SEBAGAIMANA TELAH DIURAIKAN DI ATAS, AKAN DAPAT MENJADI PAGAR YURIDIS DAMPAK NEGATIF YANG MUNGKIN TIMBUL SERTA DAPAT MENJAMIN KELESTARIAN, BUKAN HANYA FLORA DAN FAUNA TAPI JUGA TATANAN SOSIAL YANG BERCIRI GOTONG ROYANG DAN RELEGIUS, MENGHAYATI BUDAYA YANG LUHUR. MENYONGSONG TAHUN 2000, DI MANA PERKEMBANGAN TEKNO LOGI MAKIN PESAT, KEHIDUPAN KULTURAL DIKHAWATIRKAN SEMASKIN GERSANG, MAKA DENGAN ADANYA UNDANG-UNDANG PARIWISATA YANG MELESTARIKAN NILAI-NILAI KEHIDUPAN YANG RELEGIUS, MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI KULTU RAL DAN KEGOTONG-ROYONGAN KEHIDUPAN BUDAYA BANGSA KITA AKAN BERTAMBAH SEMARAK DAN INSYA ALLAH AKAN DATANG SAATNYA INDONESIA MENJAD:I TAMAN SARINYA DUN IA.

- 35 - BILA KEPARIWISATAAN NASIONAL DAPAT DIBINA DENGAN BAIK BERDASAR UNDANG-UNDANG YANG PUNYA LANDASAN FILOSOFIS DAN IDIIL DEMIKIAN, MAKA AKAN BENARLAH KATA-KATA ORANG BIJAK BAHWA NUSANTARA YANG!NOAH IN! BENAR-BENAR MENJADI ZAMRUD YANG MELINGKAR DISEPANJANG SABUK KHATULISTIWA. SIDANG YANG KAMi MULIAKAN, SEKALI LAG! ATAS NAMA PEMERINTAH, KAMI MENYAMPAIKAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN KEPADA SAUDARA PIMPINAN DAN PARA ANGGOTA DEWAN YANG TERHORMAT ATAS SEGALA KESABARAN DAN PERHATIAN UNTUK MENGIKUTI KETERANGAN PEMERINTAH!NI. SEMOGA TUHAN YANG MAHA BESAR SELALU MELIMPAHKAN RAHMAT DAN KITA SEMUA, DALAM UPAYA KITA YANG BERAT TETAPI MULIA IN!. TERIMA KASIH. DAN MAHA HIDAYAH-NYA MENYELESAIKAN PEMURAH KEPADA TUG AS WASSALAMU 'ALAIKUM WR.WB. JAKARTA, 10 MARET 1990 A.N. 1 PEMERINTAH, ERI PARIWISATA,. TELEKOMUNIKASI ~ so