ANALISIS DAN EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KB DAN KS TAHUN 2013



dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

CAPAIAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA sd. BULAN MEI 2016

KEGIATAN STRATEGIS BIDANG DALDUK

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Data s.d Maret P a g e

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Februari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Narasi Radalgram Januari 2012 Page 1

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Januari 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Mei 2012 Kabid ADPIN, Minarti, SE NIP Page 1

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN JUNI 2008

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Desember 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Agustus 2012 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

KATA PENGANTAR. Palembang, 15 Maret 2013 Kabid Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Minarti, SE NIP

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR: 55/HK-010/B5/2010 TENTANG

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATEN BANYUWANGI

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DI KABUPATENBANYUWANGI

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN (RADALGRAM) DATA sd. SEPTEMBER 2015

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS TAHUN2013

ANALISIS DAN EVALUASI PENGENDALIAN LAPANGAN BULAN DESEMBER 2015

PROFIL DATA KEPENDUDUKAN DAN KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGGERAKAN LINII LAPANGAN PROGRAM KEPENDUDUKAN, KELURAGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA TAHUN 2014

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN APRIL 2009

SUB BIDANG DATA DAN INFORMASI BIDANG ADVOKASI, PENGGERAKAN DAN INFORMASI (ADPIN) PERWAKILAN BKKBN PROVINSI SUMATERA SELATAN

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

SUB BIDANG DATA DAN INFORMASI BIDANG ADVOKASI, PENGGERAKAN DAN INFORMASI (ADPIN) PERWAKILAN BKKBN PROVINSI SUMATERA SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

B. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota Wilayah Indonesia Barat

LAPORAN PENGENDALIAN PROGRAM KB NASIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN BULAN MEI 2008

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling besar jumlah

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

2017, No Menengah tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 16/PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,37. Berkaitanjuga dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI BERAU

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 96

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

TABEL 1 CAKUPAN LAPORAN WILAYA DAN INSTITUSI MASYARAKAT PER KAB / KOTA DI PROP. SUMSEL BULAN JULI 2009

KABUPATEN KOTA YANG SUDAH MENGIRIM BUKU SLHD 2011 PER 20 APRIL 2012

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Februari 2014)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

Lampiran 1 Nomor : 7570 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

LAPORAN MINGGUAN (WEEKLY REPORT) PEKAN KE-3 JUNI KESIAPAN PENYELENGGARAAN PENGAWASAN PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI DAN WALIKOTA SERENTAK 2015

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM DAN ANGGARAN

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

2

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017

ANALISA PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2012

NO. JUMLAH PENCA BERAT NO. JUMLAH PENCA BERAT PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA PROVINSI/KABUPATEN/KOTA POPULASI PENCA

KABUPATEN - KOTA YANG MENGIRIM BUKU SLHD 2011 SESUAI JADWAL PENGIRIMAN 6 APRIL REGIONAL PROVINSI KABUPATEN/KOTA JUMLAH Bali Nusa Tenggara

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN FEBRUARI 2013

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA Jln.Kayangan No. 256 Telp. (0484) Watansoppeng 90811

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BULAN AGUSTUS 2012

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

RESUME UMPAN BALIK PELKON dan DALLAP 2014 PERWAKILAN BKKBN PROVINSI RIAU

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KELUARGA BERENCANA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Maret 2014)

Transkripsi:

ANALISIS DAN EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KB DAN KS TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK Standar Pelayanan Minimal Bidang KB JAKARTA, dan KS Tahun 2014 2013 i

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-nya, laporan Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (SPM Bidang KB dan KS) Tahun 2013 dapat diselesaikan tepat waktu. SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Berdasarkan Permendagri No 79 tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM wajib dilakukan setahun sekali oleh SKPD kabupaten/kota. Ada 9 indikator SPM Bidang KB dan KS yang telah ditetapkan dengan batas waktu pencapaian 2010-2014. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi. Batas waktu pencapaian adalah batas waktu untuk mencapai target jenis pelayanan sesuai indikator dan nilai yang telah ditetapkan. Laporan Analisis dan Evaluasi SPM Bidang KB dan KS di kabupaten/kota merupakan tindak lanjut pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan Program KB dan KS di tingkat kabupaten/kota. Laporan ini juga untuk memperoleh gambaran informasi tentang kelangsungan pengelolaan Program KB dan KS secara tepat dan akurat. Dengan adanya laporan ini diharapkan perkembangan pelayanan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera di kabupaten/kota dapat terus diikuti. Melalui laporan ini diharapkan juga mampu mengurangi kesenjangan pelayanan dan menjaga kesinambungan pelaksanaan Program KB dan KS secara nasional. Akhirnya pada kesempatan ini tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan secara aktif memberikan masukan serta ikut membantu dalam penyelesaian Laporan Standar Minimal Bidang KB dan KS ini. Jakarta, Mei 2014 Direktur Pelaporan dan Statistik, Drs. Bambang Marsudi, MM Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II HASIL PELAKSANAAN... 3 BAB III PENYAJIAN, PEMANTAUAN, DAN PELAPORAN... 19 BAB IV PENUTUP... 21 LAMPIRAN Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 ii

BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan kewajiban Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dasar hukum penetapan dan penerapan SPM adalah UU no 32 Tahun 2004 (Pasal 11 ayat 4) yang intinya penyelenggaraan urusan pemerintah yang bersifat wajib berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal. Hal ini dikarenakan masyarakat mempunyai hak dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah, baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota. Kegiatan analisis dan evaluasi terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (SPM Bidang KB dan KS) di kabupaten/kota merupakan pemantauan dan penilaian terhadap kegiatan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota. SPM Bidang KB dan KS merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk mendorong pemerintah daerah melakukan pelayanan minimal di Bidang KB dan KS yang tepat sekaligus juga sebagai kontrol terhadap kinerja pemerintah. Jenis pelayanan minimal atau dasar di Bidang KB dan KS adalah Komunikasi, Informasi dan Edukasi KB dan KS (KIE KB dan KS); penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi; serta penyediaan Informasi Data Mikro. Analisis dan evaluasi SPM Bidang KB dan KS dilaksanakan sekali setahun. Hasilnya dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengembangan kapasitas pemerintah daerah terhadap pencapaian pelaksanaan program di Bidang KB dan KS. Pencapaian target SPM Bidang KB dan KS dilaksanakan sesuai petunjuk teknis yang telah ditetapkan berdasarkan hasil pencapaian masing-masing indikator. Indikator-indikator yang ada pada SPM Bidang KB dan KS adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi. Berikut adalah indikator kinerja dan target SPM Bidang KB dan KS yang harus dicapai sampai akhir tahun 2014. 1. Pelayanan Komunikasi Informasi dan Edukasi Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (KIE KB dan KS) : a. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya dibawah usia 20 tahun sebesar 3,5% b. Cakupan sasaran PUS menjadi Peserta KB Aktif sebesar 65% c. Cakupan PUS yang ingin berkb tidak terpenuhi (unmet need) sebesar 5,0% d. Cakupan anggota Bina Keluarga Balita (BKB) yang berkb sebesar 70% e. Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang berkb sebesar 87% f. Ratio Penyuluh KB/Petugas Lapangan KB 1 PKB/PLKB untuk setiap 2 desa/kelurahan Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 1

g. Ratio petugas Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) setiap desa/keluarahan 1 PPKBD 2. Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi : - Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi oleh pemerintah kabupaten/kota untuk memenuhi permintaan masyarakat sebesar 30% pertahun 3. Penyediaan Informasi Data Mikro : - Cakupan penyediaan Informasi Data Mikro Keluarga di setiap desa sebesar 100% Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 2

BAB II HASIL PELAKSANAAN Pada pedoman SPM Bidang KB dan KS telah ditetapkan tiga kewenangan wajib, jenis pelayanan dasar, indikator kinerja, serta kondisi ideal yang diinginkan dari pelaksanaan program Bidang KB dan KS di kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Laporan ini memuat SPM dalam hal penyelenggaraan SPM Bidang KB dan KS kabupaten/kota se Indonesia. Dari 33 provinsi, hanya 13 provinsi yang mempunyai data lengkap untuk semua indikator, sedangkan 20 provinsi lainnya tidak tersedia data indikator ketersediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat yang disediakan oleh dana APBD II. SPM Bidang KB dan KS yang dilakukan meliputi analisis dan evaluasi tingkat nasional untuk 33 provinsi dan tingkat provinsi untuk 49 kabupaten/kota dimana 49 kabupaten/kota tersebut berada pada 6 provinsi. Dari 13 provinsi yang mempunyai data lengkap, analisis dan evaluasi hanya dilakukan terhadap 6 provinsi (DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau) karena provinsi-provinsi tersebut menyediakan alat kontrasepsi yang bersumber dari dana APBD II. Sedangkan untuk 7 provinsi (Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Jambi, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara) tidak dilakukan analisis dan evaluasi untuk kabupaten/kota karena provinsi-provinsi tersebut tidak menyediakan alat kontrasepsi yang bersumber dari dana APBD II. A. Indikator Kinerja Indikator Kinerja dalam SPM Bidang KB dan KS yang berkaitan dengan kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal yang harus diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten dan kota dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) program pokok, sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan KIE Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Pasangan Usia Subur yang isterinya berusia <20 tahun b. yang menjadi Peserta KB Aktif c. yang tidak berkb (unmetneed) d. Anggota Bina Keluarga Balita yang ikut KB e. Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera yang ikut KB. f. Rasio Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB di g. Rasio Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa di Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 3

2. Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi (alokon) Cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat 3. Penyediaan Informasi Data Mikro Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan B. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan pada analisis dan evaluasi SPM Bidang KB dan KS pada saat ini adalah: 1. Penyelenggaraan KIE Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Pasangan Usia Subur (PUS) yang Isterinya Berusia <20 tahun Pembilang : yang istrinya berusia di bawah 20 tahun pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah seluruh PUS (yang istrinya berusia 15-49 tahun) pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga b. Yang Menjadi Peserta KB Aktif (PA) Pembilang : Jumlah PA pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga c. Yang Tidak berkb (Unmetneed) Pembilang : yang tidak berkb walaupun tidak ingin anak lagi dan ingin anak tapi ditunda pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga d. Anggota Bina Keluarga Balita (BKB)Yang Ikut KB Pembilang : anggota BKB yang ikut KB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap Penyebut : anggota BKB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 4

e. Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Yang Ikut KB Pembilang : anggota UPPKS yang ikut KB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap Penyebut : anggota UPPKS pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap f. Rasio Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB (PLK/PKB) di Pembilang : Jumlah pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah PLKB/PKB pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap g. Rasio Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) di Pembilang : Jumlah pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah PPKBD pada tahun 2013 Sumber Data : F/I/Dallap 2. Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Cakupan Penyediaan Alat Kontrasepsi Untuk Memenuhi Permintaan Masyarakat Pembilang Sumber Data : Jumlah penyediaan alokon yang disediakan APBD II pada tahun 2013 : APBD II Penyebut : PPM PB dan PA Kabupaten/Kota pada tahun 2013 Sumber Data : Rakernas/Rakerda 3. Penyediaan Informasi Data Mikro Cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan. Pembilang : Jumlah rekapitulasi data mikro keluarga di desa/kelurahan pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga Penyebut : Jumlah pada tahun 2013 Sumber Data : Pendataan Keluarga C. Penghitungan Pencapaian Indikator Kinerja Dari variabel-variabel yang ada dalam suatu indikator kinerja SPM Bidang KB dan KS, dapat dilakukan penghitungan untuk mengukur pencapaian indikator kinerja. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 5

Variabel-variabel tersebut menjadi pembilang dan penyebut dari suatu nilai indikator kinerja SPM Bidang KB dan KS, sehingga akan dapat dilakukan penghitungan pencapaian indikator kinerjanya. Asumsi penilaian bisa Semakin Tinggi Semakin Baik dan bisa juga Semakin Rendah Semakin Baik. Hasil pengukuran pada setiap indikator akan dinilai berdasarkan kategori sebagai berikut: 1. SemakinTinggi Semakin Baik untuk indikator : PUS yang menjadi peserta Aktif Keluarga anggota BKB yang ikut KB PUS anggota UPPKS yang ikut KB Cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat Cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan 2. Semakin Rendah Semakin Baik untuk indikator : PUS yang isterinya berusia kurang dari 20 tahun PUS yang tidak ber-kb (unmet need) Rasio PLKB/PKB di Desa/Kelarahan Rasio PPKBD di. Untuk memudahkan penghitungan dibuat format rumusan dengan bantuan Lembar Kerja (LK). Pada analisis dan evaluasi SPM Bidang KB dan KS saat ini diperlukan LK I, LK II, dan LK III dengan rincian sebagai berikut: LK I: memuat data dasar sesuai dengan variabel dari masing-masing Indikator LK II: memuat hasil pengukuran variabel dari hasil input data pada LK I LK III: memuat nilai variabel dari hasil rumusan format dari LK II Pada LK I terdapat 14 data dasar yang harus diisi. Ketersediaan 14 data dasar tersebut mutlak diperlukan agar dapat mengukur perkembangan pencapaian 9 indikator SPM Bidang KB dan KS. Ketidaktersediaan data akan mempengaruhi hasil pengukuran pada LK II dan akhirnya akan mengurangi nilai pada penilaian akhir (total nilai) yang termuat pada LK III. Pada LK II memuat hasil pengukuran pencapaian indikator kinerja, dengan mengetahui seberapa besar persentase PUS yang isterinya berusia <20 tahun, persentase PUS yang menjadi Peserta Aktif, persentase PUS yang tidak ber-kb (unmet need), persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB, persentase PUS anggota UPPKS yang ber-kb, ratio PLKB/PKB terhadap jumlah desa/kelurahan, ratio PPKBD terhadap jumlah desa/kelurahan. Disamping itu juga untuk mengetahui seberapa besar cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat dan cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 6

Sedangkan pada LK III merupakan hasil penilaian analisis dan evaluasi dengan cara membandingkan antara hasil pencapaian dengan kondisi ideal yang diinginkan. yang diperoleh merupakan skor masing-masing indikator dan total nilai adalah penjumlahan dari keseluruhan nilai indikator. D. Penilaian Indikator Kinerja Dalam rangka mengetahui seberapa jauh pencapaian indikator kinerja SPM Bidang KB dan KS telah ditetapkan pula Kondisi Ideal yang diinginkan dari indikator kinerja tersebut sebagai dasar untuk mencapai kondisi yang diharapkan dalam pelaksanaan Program KB dan KS di Kabupaten dan Kota. Pelaksanaan penilaian indikator kinerja disini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan pencapaian indikator kinerja dengan kondisi yang diinginkan, dengan cara membandingkan antara hasil penghitungan indikator kinerja dengan kondisi ideal yang diinginkan. Sedangkan total nilai dan rangking per kabupaten/kota di 6 provinsi serta nasional dapat dilihat pada Lampiran A/II/1. Adapun hasil penghitungan nasional dan 6 provinsi (DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Banten, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau) seperti berikut: 1. yang isterinya berusia <20 tahun Target yang harus dicapai untuk persentase PUS yang isterinya berusia <20 tahun atau kondisi idealnya adalah 3,5% atau semakin rendah semakin baik. Semakin kecil proporsi perempuan yang menikah dibawah usia 20 tahun semakin baik, karena dapat memberikan kontribusi pada penurunan angka kelahiran. Selain itu juga dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan menurunkan potensi angka kematian maternal. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS yang isterinya berusia kurang dari 20 tahun di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/ kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS yang isterinya kurang dari 20 tahun untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Selatan yaitu 0,2% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 9,8%; DI Yogyakarta terendah di Sleman yaitu 0,7% dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 2,3%; Banten terendah di Kota Tenggerang yaitu 1,5% dan tertinggi di Lebak yaitu 10,5%; Sumatera Selatan terendah di Kota Pagar Alam yaitu 1,2% dan tertinggi di Empat Lawang yaitu 9,9%; Bangka Belitung terendah di Kota Pangkal Pinang yaitu 0,9% dan tertinggi Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 7

di Bangka yaitu 7,7%; Kepulauan Riau terendah di Lingga yaitu 0,8% dan tertinggi di Kepulauan Anambas yaitu 26,8%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi, dapat dikatakan provinsi DKI Jakarta yang terendah persentase PUS yang isterinya kurang dari 20 tahun yaitu 1,1% dengan nilai 328,6. Sedangkan yang tertinggi persentase PUS yang isterinya kurang dari 20 tahun adalah provinsi Papua Barat sebesar 14,9% dengan nilai 23,5. Hasil penghitungan di masing-masing kabupaten/kota sangat bervariasi dengan disparitas antar kabupaten/kota dan disparitas antar provinsi yang relatif tidak besar namun bila dilihat dari hasil penghitungan nilainya, disparitas antar provinsi cukup besar. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase pasangan usia subur yang istrinya berusia kurang dari 20 tahun sebesar 4,0%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS yang isterinya berusia <20 tahun melebihi 3,5%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 88,1. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator pasangan usia subur yang isterinya berusia kurang dari 20 tahun tidak tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 2. yang menjadi Peserta KB Aktif Pada variabel ini, makin besar hasil penghitungan menunjukkan kondisi yang lebih baik dari kondisi ideal sebesar 65,0%. Hal ini dilakukan dengan mengajak PUS untuk menjadi peserta KB baru (PB yakni PUS yang baru pertama kali menggunakan salah satu alat, obat dan cara kontrasepsi, atau yang menjadi peserta KB setelah melahirkan atau keguguran) dan membina peserta KB aktif. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Utara yaitu 75,0% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 78,0%; DI Yogyakarta terendah di Kota Yogyakarta yaitu 65,3% dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 77,0%; Banten terendah di Lebak yaitu Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 8

64,2% dan tertinggi di Kota Cilegon yaitu 74,9%; Sumatera Selatan terendah di Ogan Ilir yaitu 63,3% dan tertinggi di Kota Pagar Alam yaitu 82,2%; Bangka Belitung terendah di Kota Pangkal Pinang yaitu 71,1% dan tertinggi di Belitung Timur yaitu 82,3%; Kepulauan Riau terendah di Kota Tanjung Pinang yaitu 62,5% dan tertinggi di Natuna yaitu 81,8%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi dapat dikatakan provinsi Papua yang terendah persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif yaitu 39,6% dengan nilai 60,9. Sedangkan yang tertinggi persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif adalah provinsi Bali sebesar 84,8% dengan nilai 130,4. Hasil penghitungan di masing-masing kabupaten/kota sangat bervariasi dengan disparitas antar kabupaten/kota dan disparitas antar provinsi yang relatif tidak besar namun bila dilihat dari hasil penghitungan nilainya, disparitas antar provinsi cukup besar. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif sebesar 71,6%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif melebihi 65,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya lebih dari 100,0 yaitu 110,1. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase PUS yang menjadi Peserta KB Aktif telah tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 3. yang tidak ber-kb (Unmet Need) Unmet need adalah PUS yang tidak ingin anak lagi dan PUS yang ingin mempunyai anak ditunda tetapi tidak memakai alat/obat kontrasepsi dengan kondisi ideal 5,0%. Cakupan ini untuk mengukur akses dan kualitas pelayanan KB yang tidak terpenuhi di suatu daerah. Diharapkan persentase pada indikator ini semakin rendah karena persentase yang semakin rendah akan semakin baik. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) di masing-masing kabupaten/ kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) untuk DKI Jakarta terendah di Kepulauan Seribu yaitu 9,7% dan Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 9

tertinggi di Jakarta Utara yaitu 16,8%; DI Yogyakarta terendah di Gunung Kidul yaitu 10,5% dan tertinggi di Kota Yogyakarta yaitu 16,3%; Banten terendah di Kota Cilegon yaitu 13,2% dan tertinggi di Lebak yaitu 23,9%; Sumatera Selatan terendah di Kota Pagar Alam yaitu 6,2% dan tertinggi di Ogan Ilir yaitu 24,3%; Bangka Belitung terendah di Belitung Timur yaitu 7,1% dan tertinggi di Kota Pangkal Pinang yaitu 17,2%; Kepulauan Riau terendah di Kepulauan Anambas yaitu 8,3% dan tertinggi di Kota Tanjung Pinang yaitu 24,0%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi dapat dikatakan provinsi Papua yang tertinggi persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) yaitu 38,3% dengan nilai 13,0. Sedangkan 3 provinsi yang terendah persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) adalah provinsi Bali sebesar 4,2% dengan nilai 118,2; Sulawesi Utara sebesar 10,1% dengan nilai 49,3; dan Bangka Belitung sebesar 10,7% dengan nilai 46,8. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) sebesar 15,2%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS yang tidak ber-kb (Unmet Need) melebihi 5,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu hanya 33,0. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase PUS yang tidak berkb (Unmet Need) tidak tercapai, bahkan masih jauh dari target. Diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras untuk menurunkan persentase Unmet Need nasional agar tercapai kondisi ideal 5%. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 4. Keluarga anggota BKB yang ikut KB Kelompok BKB pada hakekatnya merupakan wadah pembinaan kelangsungan berkb bagi para keluarga balita anggota BKB, khususnya yang masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah anak yang sudah dimilikinya. Penilaian indikator ini dengan pencapaian semakin tinggi dari kondisi ideal (70,0%) maka semakin baik. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 10

yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Pusat yaitu 64,0% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 96,8%; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo yaitu 81,2% dan tertinggi di Bantul yaitu 90,6%; Banten terendah di Kota Serang yaitu 68,9% dan tertinggi di Kota Tanggerang Selatan yaitu 97,6%; Sumatera Selatan terendah di Kota Lubuk Linggau yaitu 59,7% dan tertinggi di Ogan Komering Ulu Selatan yaitu 91,1%; Bangka Belitung terendah di Bangka Tengah yaitu 67,6% dan tertinggi di Bangka yaitu 100,0%; Kepulauan Riau terendah di Kepulauan Anambas yaitu 31,8% dan tertinggi di Kota Batam yaitu 97,6%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi, terdapat 1 provinsi yang tidak mengirimkan kondisi pencapaiannya yaitu Papua Barat. Pencapaian tertinggi untuk 3 provinsi yaitu Gorontalo sebesar 89,8% dengan nilai 128,3; Bali sebesar 87,3% dengan nilai 124,7; dan Sulawesi Barat sebesar 86,3% dengan nilai 123,3. Sedangkan 3 provinsi yang terendah persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB adalah Papua sebesar 48,3% dengan nilai 69,0; Sumatera Utara sebesar 71,0% dengan nilai 101,5; dan Maluku sebesar 72,3% dengan nilai 103,3. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB sebesar 79,6%. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB melebihi 70,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya lebih dari 100,0 yaitu 113,7. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase keluarga anggota BKB yang ikut KB telah tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 5. anggota UPPKS yang ikut KB Indikator ini menggunakan penilaian dengan cara semakin tinggi pencapaian dari kondisi ideal (87%) maka semakin baik. Sehingga diharapkan laporan yang disampaikan sesuai dengan pelaksanaan dilapangan. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 11

yang dilakukan penilaian SPMnya, persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Utara yaitu 72,3% dan tertinggi di Jakarta Barat yaitu 88,1%; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo dan Kota Yogyakarta yaitu 85,9% dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 92,3%; Banten terendah di Lebak yaitu 57,6% dan tertinggi di Kota Tanggerang Selatan yaitu 96,2%; Sumatera Selatan terendah di Ogan Komering Ulu yaitu 61,8% dan tertinggi di Penukal Abab Lematang Ilir yaitu 95,2%; Bangka Belitung terendah di Belitung Timur yaitu 64,5% dan tertinggi di Bangka yaitu 89,0%; Kepulauan Riau terendah di Bintan yaitu 53,5% dan tertinggi di Natuna yaitu 100,0%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi, terdapat 1 provinsi yang tidak mengirimkan kondisi pencapaiannya yaitu Papua Barat. Pencapaian tertinggi untuk 3 provinsi yaitu Gorontalo sebesar 98,1% dengan nilai 112,8; Aceh sebesar 90,4% dengan nilai 103,9; dan Kalimantan Timur sebesar 89,2% dengan nilai 102,5. Sedangkan 3 provinsi yang terendah persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB adalah Riau sebesar 70,1% dengan nilai 80,5; Sulawesi Tenggara sebesar 74,2% dengan nilai 85,3; dan Papua sebesar 75,5% dengan nilai 86,8. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB sebesar 83,4%. Karena hasil penghitungan lebih rendah dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB kurang dari 87,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 95,9. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB tidak tercapai. Diharapkan kepada provinsi yang pencapaiannya masih jauh di bawah kondisi ideal agar lebih aktif lagi mengajak pasangan usia subur yang menjadi anggota UPPKS untuk ber-kb. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 6. Ratio PLKB/PKB di PLKB dan PKB merupakan ujung tombak penyuluhan KB yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan atau sebagai penggerak masyarakat di desa/kelurahan binaannya agar mendapatkan akses dan kualitas pelayanan KB dan KS yang memadai. Target SPM yang ditetapkan dengan kondisi ideal yaitu 2, atau setiap 2 desa/kelurahan dibina oleh 1 orang PLKB/PKB. Diharapkan ratio pada indikator ini semakin kecil karena ratio yang semakin kecil akan semakin baik. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 12

a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan untuk DKI Jakarta terendah di Jakarta Timur yaitu 0,5 dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 6,0; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo yaitu 1,2 dan tertinggi di Gunung Kidul yaitu 2,3; Banten terendah di Kota Cilegon yaitu 0,7 dan tertinggi di Tanggerang yaitu 13,7; Sumatera Selatan terendah di Kota Prabumulih yaitu 0,5 dan tertinggi di Muara Enim yaitu 7,3; Bangka Belitung terendah di Bangka yaitu 2,0 dan tertinggi di Kota Pangkal Pinang yaitu 7,7; Kepulauan Riau terendah di Kota Batam yaitu 0,9 dan tertinggi di Bintan yaitu 5,1. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa provinsi Papua mempunyai ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan yang paling tinggi yaitu 216,0 dengan nilai sebesar 0,9. Hal ini menunjukkan bahwa di Papua 1 PLKB/PKB membina 216 desa/kelurahan sehingga tenaga lapangan di Papua sangatlah kurang. Sedangkan 3 provinsi yang terendah ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan adalah DKI Jakarta sebesar 0,6 dengan nilai 320,6; Sumatera Barat sebesar 1,2 dengan nilai 173,0; dan Bali sebesar 1,2 dengan nilai 171,5. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan sebesar 2,4. Hal ini berarti 1 PLKB/PKB membina 2 s.d. 3 desa/kelurahan. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan melebihi 2,0, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 82,9. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan tidak tercapai. Diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras untuk menurunkan ratio PLKB/PKB di desa/kelurahan agar tercapai ratio kondisi ideal yaitu 2. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 7. Ratio PPKBD di PPKBD sebagai mitra PLKB/PKB merupakan ujung tombak penyuluhan KB yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan atau sebagai penggerak masyarakat di binaannya agar mendapatkan akses dan kualitas Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 13

pelayanan KB dan KS yang memadai. Target SPM yang ditetapkan dengan kondisi ideal yaitu 1 yaitu satu orang PPKBD membina 1 desa/kelurahan. Diharapkan ratio pada indikator ini semakin kecil karena ratio yang semakin kecil akan semakin baik. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat besaran ratio PPKBD di desa/kelurahan di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/ kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, ratio PPKBD di untuk DKI Jakarta di semua kab/kota yaitu 0,1 kecuali di Kepulauan Seribu yaitu 0,3; DI Yogyakarta di semua kab/kota yaitu 1,0 kecuali di Kulon Progo yaitu 0,6; Banten di semua kab/kota yaitu 1,0 kecuali di Kota Cilegon yaitu 0,8; Sumatera Selatan terendah di Ogan Komering Ulu Selatan yaitu 0,8 dan tertinggi di Empat Lawang yaitu 1,5; Bangka Belitung terendah di Bangka Selatan yaitu 0,8 dan tertinggi di Bangka Barat yaitu 1,3; Kepulauan Riau terendah di 4 kab/kota yaitu 0,1 di Bintan, Lingga, Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang sedangkan tertinggi di Natuna yaitu 21,5. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa provinsi Papua mempunyai ratio PPKBD di desa/kelurahan yang paling tinggi yaitu 8,6 dengan nilai sebesar 11,6. Sedangkan 4 provinsi yang terendah ratio PPKBD di desa/kelurahan dengan ratio kurang dari 1 adalah DKI Jakarta sebesar 0,1 dengan nilai 1.011,2; Sumatera Barat sebesar 0,4 dengan nilai 223,6; Jawa Barat sebesar 0,8 dengan nilai 130,3; dan DI Yogyakarta sebesar 0,9 dengan nilai 112,8. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. b. Tingkat Nasional Secara nasional, ratio PPKBD di desa/kelurahan sebesar 1,02 Hal ini berarti 1 s.d. 2 PPKBD membina 1 desa/kelurahan. Karena hasil penghitungan lebih tinggi dari kondisi ideal sama artinya bahwa ratio PPKBD di desa/kelurahan melebihi 1,0, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 98,1. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator ratio PPKBD di desa/kelurahan tidak tercapai. Diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras untuk menurunkan ratio PPKBD di desa/kelurahan agar tercapai ratio kondisi ideal yaitu 1. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 14

8. Cakupan penyediaan alat kontrasepsi untuk memenuhi PPM Penyediaan (pengadaan, penyimpanan dan penyaluran) alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat merupakan upaya penyediaan oleh Pemerintah Pusat (BKKBN) sebesar 30,0% untuk Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I, kekurangannya dipenuhi oleh pelayanan swasta sekitar 40% dan sekitar 30% oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Provinsi. Namun demikian tidak semua kab/kota melakukan penyediaan ALKON yang bersumber dari dana APBD II. Dalam penghitungannya terdapat perbedaan antara tingkat provinsi dan nasional, yaitu mengenai jumlah PPM PA dan PPM PB. Hal ini dikarenakan pada tingkat provinsi seringkali terjadi peningkatan target PPM PA dan PPM PB untuk meningkatkan kinerja kab/kota. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/ kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat wilayah DKI Jakarta di terendah di Jakarta Selatan yaitu 0,3% dan tertinggi di Kepulauan Seribu yaitu 82,1%; DI Yogyakarta terendah di Kulon Progo yaitu 1,6% dan tertinggi di Bantul yaitu 17,2%; Banten hanya 1 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Kota Cilegon sebesar 21,9%; Sumatera Selatan hanya 1 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Ogan Ilir sebesar 21,9%; Bangka Belitung hanya 2 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Kota Pangkal Pinang sebesar 1,3% dan Bangka Selatan sebesar 61,9%; Kepulauan Riau hanya 1 kab/kota yang menyediakan alkon dari APBD II yaitu Kota Batam sebesar 1,4%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Hasil penilaian menunjukkan bahwa dari 6 provinsi yang menyediakan alkon dari dana APBD II, tidak ada provinsi yang memenuhi kondisi ideal (30,0%). Secara berurutan pencapaian masing-masing dari 6 provinsi tersebut yaitu Bangka Belitung sebesar 11,7% dengan nilai 39,0; DKI Jakarta sebesar 7,6% dengan nilai 25,3; DI Yogyakarta sebesar 6,6% dengan nilai 22,2; Kepulauan Riau sebesar 0,9% dengan nilai 3,0; Banten sebesar 0,9% dengan nilai 2,9; Sumatera Selatan sebesar 0,2 dengan nilai 0,5%. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 15

b. Tingkat Nasional Secara nasional, cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat sebesar 0,5%. Hal ini berarti hasil penghitungan jauh lebih rendah dari kondisi ideal, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 1,6. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 bagi indikator cakupan penyediaan ALKON untuk memenuhi permintaan masyarakat tidak tercapai. Tidak tercapainya indikator ini ada kemungkinan disebabkan sedikitnya provinsi yang mengirimkan data untuk ketersediaan dana penyediaan alkon dari APBD II. Namun demikian tetap diperlukan upaya yang lebih serius dan kerja keras dalam meningkatkan dukungan APBD II terhadap tersedianya alat kontrasepsi untuk memenuhi permintaan masyarakat. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. 9. Cakupan Informasi Data Mikro Keluarga di setiap desa/kelurahan Data mikro keluarga memuat informasi individu dan anggota keluarga yang mencakup aspek data demografi, data KB dan data tahapan KS untuk menunjang kegiatan operasional Program KKBPK di. Kondisi ideal Indikator ini adalah 100,0%. a. Tingkat Provinsi Pada Lampiran A/II/1 untuk tingkat provinsi dapat dilihat cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan di masing-masing kabupaten/kota untuk 6 provinsi seperti terlampir. Dari keseluruhan kabupaten/kota di 6 provinsi yang dilakukan penilaian SPMnya, cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan untuk DKI Jakarta, DI Yogyakarta, dan Banten yaitu 100,0% untuk semua kab/kota. Untuk Sumatera Selatan terendah di Musi Banyuasin yaitu 75,4%; Bangka Belitung terendah di Kota Pangkal Pinang yaitu 77,8%; Kepulauan Riau terendah di Lingga yaitu 78,9%. Dari Lampiran A/II/1 untuk tingkat nasional memperlihatkan kondisi hasil rekap di 33 provinsi. Terdapat 7 provinsi dengan pencapaian telah memenuhi kondisi ideal yaitu 100,0% yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan Barat dan Jambi. Pencapaian terendah untuk 3 provinsi yaitu Kalimantan Timur sebesar 78,9%; Kalimantan Selatan sebesar 88,4%; Riau sebesar 89,3%. Sedangkan 23 provinsi lainnya mempunyai rentang sebar antara 92,1% di Kepulauan Riau sampai 99,97% di Jawa Tengah. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 16

b. Tingkat Nasional Secara nasional, cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/ kelurahan sebesar 97,2%. Karena hasil penghitungan lebih rendah dari kondisi ideal sama artinya bahwa persentase PUS anggota UPPKS yang ikut KB kurang dari 100,0%, maka nilai dari hasil penghitungannya kurang dari 100,0 yaitu 97,2. Dengan kata lain target nasional pada tahun 2013 untuk indikator cakupan informasi data mikro keluarga di setiap desa/kelurahan tidak tercapai. Untuk lebih jelasnya lihat Lampiran A/II/1 dan Lampiran A/III/1. Rekapitulasi nilai total dari pencapaian indikator kinerja terhadap kondisi ideal yang diinginkan pada masing-masing provinsi dan nasional dapat dilihat pada tabel berikut: 1. Tingkat Provinsi No Provinsi Total No Provinsi Total 1 DKI Jakarta 2.142,1 18 Sulawesi Selatan 727,3 2 Jawa Barat 776,4 19 Gorontalo 858,5 3 Jawa Tengah 788,3 20 Sulawesi Barat 760,5 4 DI Yogyakarta 1.031,8 21 Riau 579,0 5 Jawa Timur 769,2 22 Jambi 708,5 6 Banten 630,9 23 Bengkulu 675,4 7 Bali 1.059,0 24 Kepulauan Riau 692,5 8 Aceh 734,1 25 Nusa Tenggara Timur 704,2 9 Sumatera Utara 693,5 26 Kalimantan Tengah 634,3 10 Sumatera Barat 1.059,2 27 Kalimantan Timur 637,9 11 Sumatera Selatan 697,6 28 Sulawesi Tengah 721,6 12 Lampung 702,5 29 Sulawesi Tenggara 632,7 13 Bangka Belitung 743,8 30 Maluku 601,1 14 Busa Tenggara Barat 770,7 31 Maluku Utara 597,0 15 Kalimantan Barat 616,9 32 Papua 379,4 16 Kalimantan Selatan 698,8 33 Papua Barat 275,9 17 Sulawesi Utara 811,8 Nasional 720,7 Standar Pelayanan Minimal Bidang KB dan KS Tahun 2013 17