ANALISIS PERUBAHAN KAWASAN HUTAN KABUPATEN BLORA DENGAN PENDEKATAN KAJIAN SPATIO-TEMPORAL



dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

*) Diterima : 12 Maret 2006; Disetujui : 21 Mei 2007 ABSTRACT

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

Watermarking dengan Algoritma Kunci Publik untuk Verifikasi dan Otentikasi Citra

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Teori Dasar Medan Gravitasi

III. METODE PENELITIAN

APLIKASI PENGELOLAAN DATA KERJA PRAKTEK MAHASISWA (STUDI KASUS: FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG)

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

EVALUASI APLIKASI SISTEM INFORMASI PRAKTEK INDUSTRI DAN TUGAS AKHIR DENGAN METODE USABILITY TESTING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Komponen Struktur Tekan

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN BEROBAT PASIEN KUSTA DI PUSKESMAS KOTA PALU ABSTRAK

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM

BAB II METODA GEOLISTRIK

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Irlyna, et al., Perhitungan Persediaan Obat dengan Metode Economic Order..

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

ANALISIS PENERAPAN METODE BASIS DAN SHIFT-SHARE DALAM MENGATASI TINGKAT DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR WILAYAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI CALON DOSEN STMIK PALANGKARAYA

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA

Fisika Dasar I (FI-321)

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SPATIAL URBAN DESIGN PADA AREA SEMPADAN SUNGAI (PENERAPAN GIS DALAM URBAN DESIGN)

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

III. METODE PENELITIAN

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA)

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.2 Oktober 2009 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI ASISTEN LABORATORIUM DOSEN ELEKTRO MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT DI POLINES

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

PENDUGAAN LAPISAN RESERVOIR PANAS BUMI DI KAWASAN GUNUNGAPI SLAMET DENGAN MEMANFAATKAN DATA ANOMALI MEDAN GRAVITASI CITRA SATELIT

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI WAHANA GERAK MANDIRI YANG ADAPTIF MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN HIERARCHICAL EXTENDED KOHONEN MAP (HEKM)

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

SIMULASI KINERJA REAKTOR PELAT SEJAJAR UNTUK PRODUKSI CARBON NANOTUBE SEBAGAI MATERIAL ADI MELALUI REAKSI DEKOMPOSISI KATALITIK METANA

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

Studi Sebaran Potensi Air Tanah Di Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Samarinda Utara Berdasarkan Resistivitas Batuan

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

Transkripsi:

ANALISIS PERUBAHAN KAWASAN HUTAN KABUPATEN BLORA DENGAN PENDEKATAN KAJIAN SPATIO-TEMPORAL (Analysis of Bloa Regency s Foest Aea Change Using Spatio-Tempoal Assessment Appoach) Oleh/by : Doddy M. Yuwono 1 dan Supajaka 2 2 Staf Pusat Suvei Sumbedaya Alam Laut, 2 Peneliti Madya Bidang Geogafi Teapan, BAKOSURTANAL ABSTRAK Hutan Kabupaten Bloa meupakan salah satu kawasan hutan di Pulau Jawa yang mengalami degadasi fungsi hutan, hal ini telihat adanya alih fungsi dai hutan ke non hutan sebesa 4,49 % pe tahun. Secaa umum, bedasakan analisis Sistem Infomasi Geogafis (SIG) dipeoleh infomasi peubahan hutan tebesa tejadi di Kecamatan Randublatung, dimana total aea hutan yang beubah menjadi tegalan adalah 10.358,95 ha. Kondisi ini apabila teus belangsung akan mempepaah fungsi hutan di Kabupaten Bloa. Pengelolaan hutan yang meliputi peencanaan dan pengawasan hutan di Kabupaten Bloa menjadi sangat penting untuk dilakukan guna mencegah tejadinya degadasi fungsi hutan yang lebih paah. Analisis cita satelit dan penggunaan Sistem Infomasi Geogafi dihaapkan dapat membantu dalam poses pengelolaan fungsi kawasan hutan di Kabupaten Bloa. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pola peubahan lahan di kawasan hutan dalam kuun waktu selama 3 tahun (2001-2003). Untuk mencapai tujuan tesebut dilakukan analisis spatio tempoal data Landsat ETM7 2001, 2002 dan 2003. Selain itu dengan model analisis GIS dihaapkan dapat membeikan evaluasi dalam pengelolaan kawasan hutan di Kabupaten Bloa. Hasil analisis spatio-tempoal dipeoleh adanya pola peubahan lahan yang semakin luas jika lokasinya semakin dekat dengan kenampakan budaya beupa jalan dan pemukiman dalam enclave. ABSTRACT Bloa Regency s foest aea is one of many foest aeas in Java Island which has sevee foest degadation. Estimation of the foest degadation is 4.49 % pe yea. Based on Geogaphic Infomation System analysis, the most foest change happened in Randublatung Sub distict, which 10.358,95 ha foest changed into open field cops (tegalan). Implementing on management planning is impotant to avoid foest degadation. Satellite imagey and Geogaphic Infomation System analysis used to help the foest management pocess in Bloa Regency. The aim of this eseach was to know the foest change in Bloa Regency fo 3 yeas. The method in this eseach is Landsat ETM+ multitempoal (yea 2001 2003) intepetation, and spatial-tempoal analysis in Geogaphic Infomation System (GIS) to analysis foest change detection using ovelay and buffeing. The esult of spatio-tempoal analysis showed that moe significant landuse change patten exist nea cultual featues than it located fa fom the cultual featues. Kata Kunci: Intepetasi Cita Multitempoal, Analisis Spatio-Tempoal, dan SIG. Keywods: Multitempoal Image Intepetation, Spatio-Tempoal Analysis, and GIS

I. PENDAHULUAN Pengetian hutan menuut UU RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem beupa hampaan lahan beisi sumbedaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam pesekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan meupakan sumbedaya alam utama sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumbe kemakmuan akyat. 1.1. Lata Belakang Bebicaa mengenai potensi hutan, Kabupaten Bloa sebagai salah satu kabupaten yang memiliki potensi hutan yang cukup besa, entan tehadap penebangan kayu ilegal. Di Kabupaten Bloa sendii pada kuun waktu 1997 hingga 2001 keugian yang dialami pihak Pehutani semakin meningkat seiing meningkatnya pencuian kayu (illegal logging). Akibat maaknya penjaahan hutan jati, keugian ketiga KPH di Bloa peiode 1997-2001 meningkat, dimana pada Tahun 2001, keugian 414.704 batang pohon senilai Rp 165,9 milya. Selain itu, lahan kosong akibat penjaahan yang bepotensi sebagai lahan kitis sampai Febuai 2002 dipekiakan 5.600 hekta (Kompas, 07 Febuai 2003). Kegiatan inventaisasi hutan meupakan suatu kegiatan penaksian sumbedaya hutan, temasuk pembuatan peta digital dan basisdata yang mendeskipsikan lokasi seta paamete alami tutupan hutan, temasuk ukuan pohon, umu, volume dan komposisi spesies (www.boealfoest.og). Pemetaan hutan menggunakan teknologi indeaja multitempoal mampu membeikan data mengenai luasan hutan, keapatan hutan, dan peubahannya. Sedangkan Sistem Infomasi Geogafis dapat menganalisis secaa keuangan aspek-aspek yang bepengauh tehadap dinamika peubahan hutan diasosiasikan dengan bebeapa featue atau kenampakan lain di pemukaan bumi. Maaknya illegal logging di Kabupaten Bloa dapat dikaitkan dengan bebeapa featue atau kenampakan budaya di pemukaan bumi, sepeti: jalan dan pemukiman dalam enclave. Kedua kenampakan ini eat kaitannya dengan aktifitas manusia, yang keap dituding sebagai penyebab utama menyusutnya luasan hutan di bebagai daeah. Menggunakan pendekatan (analisis) spatio-tempoal, dapat diketahui sebeapa besa peubahan hutan dalam kuun waktu 2001-2003 di Kabupaten Bloa dalam kaitannya dengan tiga kenampakan tesebut di atas. Analisis spatio-tempoal meupakan metode analisis gabungan antaa analisis keuangan dan multiwaktu. 1.2. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kaitan peubahan hutan dalam kawasan hutan Kabupaten Bloa tehadap kenampakan budaya sepeti jalan dan pemukiman menggunakan analisis spatio-tempoal. 1.3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Bloa yang memiliki bebeapa Kawasan Pemangkuan Hutan (KPK) dengan jenis hutan homogen dominan jati (Tectona gandis). Kawasan hutan yang masuk wilayah administatif Kabupaten Bloa dibagi menjadi hutan poduksi tetap, hutan poduksi tebatas, dan caga alam. II. METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis cita satelit Landsat ETM+ multiwaktu, analisis Sistem Infomasi Geogafis (SIG), seta suvei lapangan. Dimana secaa keseluuhan, metode penelitian ini ditekankan menggunakan metode analisis spatiotempoal. 2.1. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Laut Jawa DKI JAKARTA BANTEN Lokasi Penelitian JAWA BARAT JAWA TENGAH KAB. BLORA JAWA TIMUR N SAMUDRA INDONESIA Gamba 1. Lokasi Penelitian Kawasan Hutan Kabupaten Bloa. Sepeangkat kompute beseta peangkat lunak pengolahan cita (ER Mappe 5.5) dan Sistem Infomasi Geogafis (Ac View 3.3); Global Positioning System Receive dan kompas; Cita digital Landsat ETM+ peekaman Mei 2001 dan 2003, path/ow 119/65; Peta Rupabumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000, Peta Kawasan Hutan skala 1:100.000, dan Peta Administasi Kabupaten Bloa. 2.2. Intepetasi Cita Satelit 1. Pa-pengolahan cita Sebelum mengintepetasi cita, koeksi tehadap kesalahan adiometik dan geometik cita pelu dilakukan. Peta dasa yang digunakan untuk koeksi geometik adalah peta RBI. Setelah cita tekoeksi, kemudian dilakukan penajam-an untuk mempemudah intepetasi secaa visual. 2. Intepetasi cita Untuk mengetahui liputan hutan dilakukan intepetasi cita secaa visual pada lokasi penelitian. Kelas penggunaan lahan yang digunakan bedasakan Malingeau (1982). Intepetasi cita tahun 2001 dan 2003 menghasilkan data sepeti tesaji pada Tabel 1. 3. Suvei Lapangan Suvei lapangan betujuan untuk veifikasi hasil intepetasi penggunaan lahan, suvei dilakukan pada Tahun 2003. Pengumpulan data tahun 2001 melalui bebagai sumbe dan wawancaa. Dai hasil suvei lapangan, dapat diuji ketelitian intepetasi cita. Untuk ketelitian intepetasi cita Tahun 2001 adalah sebesa 77,8%, sedangkan Tahun 2003 sebesa 82,2%. Penghitungan uji ketelitian menggunakan metode matik kovaian (Shot, 1982 dalam Sutanto, 1987). Tabel 1. Kelas dan Luas Penggunaan Lahan Hasil Intepetasi Cita (ha). No. Kelas Penggunaan Lahan Luas Tahun 2003 Luas Tahun 2001 1. Hutan Jati (Tectona gandis) 68.855,782 74.365,095 2. Tumpangsai 1.428,249 1.520,942 3. Tegalan 17..921,054 12.761,693 4. Sawah Tadah Hujan 812,051 1.010,035 5. Semak 277,901 82,981 6. Lahan Kitis 759,163 313,454 Luasan Total 90.054,200 90.054,200

Tabel 2. Uji Ketelitian Hasil Intepetasi untuk Penggunaan Lahan Tahun 2003. Data Lapangan (pixel) Data Komisi Total Teklasifikasi Ht TS T STH S LK (%) Hutan Jati (Ht) Tumpangaai (TS) 784 - - 24 - - 808 2,97 98 492 124-23 49 786 37,40 Tegalan (T) - 78 484 - - 30 592 18,24 Sawah Tadah Hujan (STH) - - - 124 34-158 21,52 Semak (S) - 50 24-346 - 420 17,62 Lahan Kitis (LK) - - - - 44 440 484 9,09 Total 882 620 632 148 447 519 3248 Omisi (%) 11,11 20,65 23,42 16,22 22,60 15,22 Contoh Pehitungan : Omisi Penggunaan Lahan Hutan : (98 / 882) 11,11 % Komisi Penggunaan Lahan Hutan : (24 / 808) 2,97 % Ketelitian Keseluuhan Intepetasi : ((784 + 492 + 484 + 124 + 346 + 440) / 3248) 82,2 % Ketelitian Individu (%) (784/808) 88,89 % (492/786) 79,35 % (484/592) 76,58 % (124/158) 83,78 % (346/420) 77,40 % (440/484) 84,78 % 82,2 % 2.3. Analisis Sistem Infomasi Geogafis (SIG) Menggunakan fasilitas ovelay untuk mengetahui peubahan lahan yang tejadi di dalam kawasan hutan Kabupaten Bloa. Hasil ovelay tesebut menghasilkan peta peubahan lahan kawasan hutan. Selanjutnya peta peubahan lahan tesebut kembali di-ovelay dengan buffe dai jalan dan dai pemukiman dalam enclave. Jaak buffe itu sendii bevaiasi, yakni 0-500 mete dan 500-1000 mete. Fasilitas menu Quey membantu pelacakan dalam basisdata atibut hasil ovelay untuk mengetahui luasan atau lokasi peubahan hutan bedasakan kenampakan budaya dan ange buffe-nya. III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bedasakan peta peubahan lahan kawasan hutan dai hasil ovelay peta penggunaan lahan kawasan hutan dapat dipeoleh kelas-kelas penggunaan lahan yang beubah fungsi. Dai Tabel 2 dapat diamati kelas dan luas penggunaan lahan yang mengalami peubahan. Analisis tempoal peubahan lahan kawasan hutan menghasilkan data peubahan lahan kawasan hutan yang tejadi di wilayah administatif desa atau keluahan. Dai Tabel 2, peubahan lahan hutan yang menjadi lahan penggunaan lain tebesa adalah menjadi tegalan, dengan luasan total 10.358,950 ha. Memanfaatkan quey

data, maka bebeapa desa yang memiliki luasan peubahan hutan menjadi tegalan tebesa adalah Desa Tlogotuwung 177,596 ha, dan Gempol 170,237 ha. Lebih mendalam menggunakan analisis spasial, yaitu ovelay antaa peta peubahan lahan dengan peta buffe jalan dan pemukiman seta peta administatif. Featue jalan yang di-buffe adalah semua kelas jalan dengan ange 500 m, dan 1.000 m. Bedasakan hasil pehitungan, dapat ditaik kesimpulan sementaa bahwa peubahan hutan menjadi penggunaan lahan yang lain mayoitas tejadi pada buffe 500 hingga 1.000 mete, kecuali pada penggunaan lahan tumpangsai. Nampaknya banyak penggunaan lahan tumpangsai yang tedapat dekat dengan jalan, namun peubahan hutan tebesa adalah peubahan menjadi penggunaan lahan tegalan. Hasil pehitungan peubahan hutan keseluuhan kawasan hutan adalah 13.339,816 ha. Bila dibandingkan dengan peubahan hutan yang tejadi dalam seluuh kawasan hutan tesebut, maka peubahan hutan pada buffe jalan 0-500 m adalah sebesa 28,85%. Sedangkan peubahan yang tejadi pada buffe jalan 500-1.000 m adalah sebesa 27,32%. Semakin menjauhi jalan, maka luasan peubahan hutannya semakin menuun. Akan tetapi jumlah luasan keseluuhan peubahan hutan yang tejadi dalam aea buffe jalan mencapai angka cukup tinggi hingga 50% lebih dai jumlah total peubahan hutan. Hal ini mengindikasikan kaitan yang cukup signifikan antaa kenampakan budaya beupa jalan dengan bekuangnya atau beubahnya lahan hutan. Di Desa Getas, Kecamatan Kadenan, luas hutan yang beubah menjadi tegalan di desa tesebut seluas 102,262 ha atau 0,77% dai seluuh peubahan hutan, ini adalah yang teluas dalam analisis. Analisis spasial yang selanjutnya ialah dengan meng-ovelay peta peubahan lahan dengan peta buffe enclave yang banyak tedapat pemukiman. Dai hasil buffe enclave dalam kawasan hutan Kabupaten Bloa, dipeoleh data yang menunjukkan pola peubahan hutan yang semakin besa bila lokasinya semakin dekat dengan enclave, khususnya untuk penggunaan lahan tegalan, dan total penggunaan lahan pada umumnya. Tabel 4, mempelihatkan bahwa penggunaan lahan hutan yang beubah menjadi tegalan betuut-tuut dai buffe 0-500 m, 500-1.000 m, dan 1.000-1.500 m mempunyai luasan yang semakin menuun, yaitu: 1.851,076 ha (13,88%), 1.293,475 ha (9,70%), dan 1.183,118 ha (8,87%). Sebaliknya, penggunaan lahan hutan yang beubah fungsi menjadi lahan tumpangsai, semakin menjauhi enclave luasannya justu semakin besa. Tabel 3. Tipe dan Luasan Peubahan Lahan No. Peubahan Jenis Penggunaan Lahan Luasan (ha) 1. Hutan Hutan 67.924,368 2. Hutan - Lahan Kitis 449,918 3. Hutan - Sawah Tadah Hujan 380,822 4. Hutan Semak 141,696 5. Hutan Tegalan 10.358,950 6. Hutan - Tumpangsai 825,168 7. Lahan Kitis - Lahan Kitis 111,786 8. Lahan Kitis Tegalan 95,644 9. Sawah Tadah Hujan - Tegalan 778,151 10. Sawah Tadah Hujan Lahan Kitis 0,255 11. Sawah Tadah Hujan Sawah Tadah Hujan 84,176

12. Sawah Tadah Hujan - Tumpangsai 10,670 13. Semak Semak 32,717 14. Semak Tegalan 41,687 15. Semak - Tumpangsai 1,902 16. Tegalan - Lahan Kitis 168,614 17. Tegalan - Sawah Tadah Hujan 345,237 18. Tegalan Semak 94,622 19. Tegalan Tegalan 6.464,619 20. Tegalan - Tumpangsai 218,798 21. Tumpangsai Hutan 931,414 22. Tumpangsai - Lahan Kitis 28,590 23. Tumpangsai - Sawah Tadah Hujan 1,816 24. Tumpangsai Semak 8,866 25. Tumpangsai Tegalan 182,003 26. Tumpangsai - Tumpangsai 371,711 Jumlah 90.054,2 Tabel 4. Tipe Peubahan Hutan dan Luasan dalam Aea Buffe Jalan. Peubahan Lahan Luasan pd Buffe Luasan pd Buffe Luasan pd Buffe 0 500 m 500 1.000 m 0 1.000 m ha % ha % ha % Hutan - Lahan Kitis 99,547 0,75 178,074 1,33 277,621 2,08 Hutan - Sawah Tdh Hujan 105,163 0,79 181,710 1,36 286,873 2,15 Hutan Semak 32,960 0,25 21,059 0,16 54,019 0,40 Hutan Tegalan 2.978,541 22,33 2.795,411 20,96 5.773,952 43,28 Hutan Tumpangsai 340,212 2,55 154,622 1,16 494,834 3,71 Tumpangsai Hutan 292,041 2,19 313,710 2,35 605,751 4,54 Jumlah 3.848,464 28,85 3.644,586 27,32 7.493,050 56,17 Tabel 5. Tipe peubahan dan luasan dalam aea buffe enclave. Luasan pd Luasan pd Buffe Luasan pd Buffe Peubahan Buffe 500 1.000 1000 1.500 Lahan 0 50 Luasan pd Buffe 0 1.500 ha % ha % ha % ha % Hutan - Lahan Kitis 110,505 0,83 98,246 0,74 116,921 0,88 325,672 2,44 Hutan - Sawah Tadah Hujan 18,574 0,14 4,154 0,03 31,637 0,24 54,365 0,41 Hutan Semak 12,397 0,09 35,984 0,27 30,680 0,23 79,061 0,59 Hutan Tegalan 1.851,076 13,88 1.293,475 9,70 1.183,118 8,87 4.327,669 32,44 Hutan - Tumpangsai 83,636 0,63 101,145 0,76 169,954 1,27 354,735 2,66 Tumpangsai Hutan 210,523 1,58 209,189 1,57 160,367 1,20 580,079 4,35 Jumlah 2.286,711 17,14 1.742,193 13,06 1.692,677 12,69 5.721,581 42,89

IV. KESIMPULAN 1. Peubahan hutan yang tejadi dalam kawasan hutan Kabupaten Bloa cukup signifikan. Peubahan tebesa tejadi pada lahan hutan yang beubah menjadi lahan tegalan, yakni sebesa 10.358.95 hekta atau 11,5% dai total luasan kawasan hutan. Sedangkan peubahan tekecil tejadi pada peubahan hutan menjadi lahan semak, yaitu 141,696 hekta atau 0,16%. Desa dengan luasan peubahan hutan tebesa tedapat di Desa Tlogotuwung Kecamatan Randublatung, dimana tejadi peubahan hutan menjadi lahan tegalan seluas 177,596 hekta. Sedangkan desa dengan peubahan hutan tekecil tedapat di Desa Buloh Kecamatan Kunduan, dengan jenis peubahan hutan yang sama. 2. Analisis peubahan hutan lebih lanjut adalah yang tejadi di dalam aea buffe jalan, dimana memiliki luasan sebesa 7.493,050 hekta atau 56,17% dai total peubahan hutan keseluuhan. Jenis peubahan hutan tebesa adalah dai lahan hutan menjadi tegalan, tedapat di Desa Getas Kecamatan Kadenan dengan luas 102,262 hekta. Fenomena penting yang pelu dijelaskan adalah adanya pola peubahan hutan yang semakin besa jika lokasinya semakin dekat dengan jalan. Hal ini nampak pada adanya peningkatan luasan dalam aea buffe 0-500 mete dibanding aea buffe 500-1.000 mete. 3. Sedangkan pada aea buffe enclave peubahan hutan sebesa 5.721,581 hekta atau 42,89%, lebih kecil bila dibandingkan dengan aea dalam buffe jalan. Dengan mayoitas peubahan menjadi penggunaan lahan tegalan, dimana luasan tebesa tedapat di Desa Tlogotuwung Kecamatan Randublatung seluas 110,441 hekta. Fenomena yang sama dengan buffe jalan tejadi juga dalam buffe enclave, yakni adanya peningkatan luas peubahan hutan secaa umum seiing dengan semakin dekat jaak lokasi peubahan hutan tehadap enclave. DAFTAR PUSTAKA Buough, Pete A. 1986. Pinciple of Geogaphical Infomation System fo Land Resouces Assessment. Claendon Pess. Oxfod. Danoedoo, Pojo. 1996. Pengolahan Cita Digital : Teoi dan Aplikasinya dalam Bidang Pengindeaan Jauh. Diktat Kuliah. Fakultas Geogafi UGM. Yogyakata. DeMes, Michael N. 1997. Fundamental of Gepgaphic Infomation Systems. New Yok. John Wiley and Sons, Inc. Howad, John A. 1996. Pengindeaan Jauh untuk Sumbedaya Hutan : Teoi dan Aplikasi. Edito: Sutanto. Gadjah Mada Univesity Pess. Yogyakata. Jensen, John R. 1986. Intoductoy Digital Image Pocessing a Remote Sensing Pespective. Pentice Hall. London. Malingeau, Jean-Paul dan Rosalia, Chistiani. 1982. A Land Cove/Land Use Classification fo Indonesia. Lapoan Penelitian. Fakultas Geogafi UGM. Yogyakata. McCloy, Keith R. 1995. Resouce Management Infomation System : Pocess and Pactice. Taylo & Fancis. London. Sutanto. 1987. Pengindeaan Jauh Dasa Jilid I. Gadjah Mada Univesity Pess. Yogyakata.