PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL III SUMATERA SELATAN

TESIS. Oleh. Henry Haris NIM P

BAB III METODE PENELITIAN

R O H A D I NIM

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR DAN KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. SURYA MADISTRINDO

PENGARUH MOTIVASI, INSENTIF, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DPPKD SAMSAT CIKOKOL KOTA TANGERANG

HUBUNGAN PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PERUSAHAAN X

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA GRISSEE COFFEE & RESTO

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling. 1. Berusia dewasa madya antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkompetensi dalam berbagai bidang, salah satu indikator kompetensi

ABSTRAK. kecerdasan emosi dan kepuasan kerja. Penelitian ini hendak mengetahui serta

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data utama yaitu data mengenai hubungan antara body image dengan

ANALISIS PENGARUH SERVICE QUALITY

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH, AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH, PENGENDALIAN INTERNAL DAN VALUE FOR MONEY

Faktor yang Menentukan Kepuasan Kerja dan Dampaknya pada Kinerja. Karyawan dan Niat untuk Keluar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang merupakan suatu

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTO KEMUNING DI KEMUNING KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

PENGARUH KEPEMIMPINAN, FASILITAS KERJA, KOMPENSASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA KUD MINTOROGO DEMAK

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS MELALUI KEPUASAN PADA HYPERMARKET CARREFOUR JEMBER SKRIPSI. Oleh :

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DI KOTA JEMBER SKRIPSI

PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

TESIS. Disusun Oleh : NAMA : RAKHMAT BASUKI : P

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN SELF EFFICACY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

LAPORAN AKHIR. Oleh: INDAH KURNIATI

WARA KUSRINI NIM: S

M U S L I K H NIM: S

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA,KOMPENSASI DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CONTONG PT.NIKORAMA CITRA TOBACCO KUDUS

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BAB III METODE PENELITIAN. Kasihan, Tamantirto, Bantul, Yogyakarta. Akuntansi, Prodi Ilmu Ekonomi sejumlah 76 dosen.

PENGARUH MOTIVASI KERJA, STRESS KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. ROSALIA INDAH SOLO

LAPORAN AKHIR. Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara Prestasi Akademik (Y) dengan Self-Efficacy (X1) dan Optimisme (X2).

SKRIPSI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, KUALITAS PRODUK DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK BCA CABANG MEDAN OLEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI PEMEDIASI

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR ANTARA WANITA MENIKAH DENGAN WANITA BELUM MENIKAH (SINGLE) SKRIPSI

MUHAMAD ARIF NIM

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN DALAM MELAKUKAN PEMBELIAN MELALUI ONLINE SHOP

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

PENGARUH LOYALITAS, DISIPLIN KERJA, DAN PENGAWASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PR. SUKUN

SKRIPSI. PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR PUSAT PT. PP. LONDON SUMATERA Tbk. SUMATERA UTARA OLEH

: Pengaruh Keseimbangan Kehidupan-Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Karyawan di Hotel Mercure Kuta ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN INSENTIF DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN SECONDARY OASIS PT. DJARUM KUDUS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MURIA KUDUS TAHUN 2015

SKRIPSI PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN, DIMENSI KUALITAS SISTEM DAN DIMENSI KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA ONLINE SHOPPING

Abstrak. v Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH KOMITMEN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KINERJA PEGAWAI MELALUI KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

PENGARUH KEMAMPUAN KERJA, KOMUNIKASI DAN KETERLIBATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN UD. MUBAROKAN TOYYIBAN JEPARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

KEPUASAN PENGGUNA SISTEM INFORMASI AKADEMIK (SIAKAD ONLINE) DI FKIP UNS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MANFAAT PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi

HUBUNGAN PENILAIAN PRESTASI KERJA TERHADAP PENGEMBANGAN INDIVIDU KARYAWAN DI PT BAKRIE METAL INDUSTRIES TUGAS AKHIR

DETERMINAN MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI(PPAk) S K R I P S I

PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN TESIS

Disusun Oleh : Noor Hidayah Intan Permata Sari B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN PACITAN SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN SISWA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN GIOVANI ENGLISH COURSE BETUNG

SKRIPSI PENGARUH KEPUASAN DAN PENGETAHUAN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG GADGET APPLE PADA MAHASISWA MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI USU MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA PD SUMBER CAHAYA ABADI PALEMBANG

PENGARUH SEMANGAT KERJA, DISIPLIN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. MUBAROKFOOD CIPTA DELICIA KUDUS

EFEK MODERASI IKLIM PELAYANAN PADA SIFAT PROAKTIF, MOTIVASI DAN KINERJA PELAYANAN. (Studi Pada Karyawan Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia Di

juga kelebihan yang dimiliki

SERVICE QUALITY DAN KEPUASAN NASABAH (PADA BANK JATENG KOTA SURAKARTA)

PENGARUH DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BATIK DI KAMPUNG BATIK KLIWONAN KECAMATAN MASARAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PRAKTIK SUMBER DAYA MANUSIA PADA KEPERCAYAAN IMPERSONAL. (Studi pada Karyawan PT. PLN Persero di Surakarta) SKRIPSI

KATA PENGANTAR. penulis dapat menyelesaikan proposal ini, proposal ini dibuat untuk memenuhi

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP KEPUTUSAN CALON SISWA MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH PROSES PELAKSANAAN SELEKSI DAN PENEMPATAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KUDUS

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, LINGKUNGAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Pada PT Jago Diesel Surabaya)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KEPUASAN KERJA, SISTEM PENGHARGAAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PADA BANK BRI (PERSERO) SKRIPSI

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT DAYA KOBELCO CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA CABANG PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. KUDUS KARYA PRIMA

PENGARUH BUDAYA KERJA, FASILITAS KERJA, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN UNIT ENGINEERING PT. PURA BARUTAMA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

ABSTRAK. Kata kunci : penilaian kinerja, kompensasi, produktivitas kerja. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata-kata kunci: motivasi kerja, kepemimpinan, budaya organisasi, kepuasan kerja. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : Retno Handayani Rahayuningtyas NIM: 1110070000053 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015 i

PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL Skripsi Diajukan Kepada Psikologi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh: RETNO HANDAYANI RAHAYUNINGTYAS NIM : 1110070000053 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436H/2015 ii

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 Maret 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 24 Maret 2015 iii

PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Retno Handayani Rahayuningtyas NIM : 1110070000053 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam menyusun karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya tersebut telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 24 Maret 2015 Yang Menyatakan, Retno Handayani R. NIM. 1110070000053 iv

MOTTO HIDUP ADALAH PROSES BELAJAR DAN BERJUANG TANPA BATAS (Andrie Wongso) PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan untuk semua orang yang selalu ada disekitar penulis, yang menanti-nanti selesainya penyusunan karya penulis dan tak kenal lelah untuk mensupport penulis baik dalam bentuk materi maupun non-materi, dipersembahkan khususnya kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak Ir. Suwito dan Ibu Yanih Apriyanti v

ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) Maret 2015 (C) Retno Handayani Rahayuningtyas (D) Pengaruh Optimisme dan Dukungan Sosial Terhadap Kepuasan Hidup Karyawan Hotel (E) xv + 96 halaman + 30 lampiran (F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel. Penulis berteori bahwa variabel optimisme (permanence, pervasiveness, dan personalization) dan dukungan sosial (tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging support) serta variabel jenis kelamin sebagai faktor demografi mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel. Penelitian ini melibatkan 149 karyawan hotel maharadja. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala likert dimana peneliti memodifikasi skala kepuasan hidup yaitu Satisfaction With Life Scale, membuat sendiri skala optimisme dan mengadaptasi skala dukungan sosial yaitu Interpersonal Support Evaluation List. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software SPSS, sedangkan pengujian analisis konstruk menggunakan Lisrel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada optimisme (permanence, pervasiveness, dan personalization), dukungan sosial (tangible support, appraisal support, self-esteem support dan belonging support) dan variabel demografi (jenis kelamin) terhadap kepuasan hidup karyawan hotel. Meskipun ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa dari 8 variabel independen hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan mempengaruhi kepuasan hidup karyawan hotel yaitu self-esteem. Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya dengan menambah variabel lain yang terkait dengan kepuasan hidup karyawan hotel dapat dianalisis sebagai variabel bebas yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap kepuasan hidup karyawan hotel dan selain dari variabel independen dalam penelitian ini. (G) Bahan bacaan : 25; buku : 7 + jurnal : 15 + artikel : 3 vi

ABSTRAK (A) Faculty of Psychology, Syarif Hidayatullah Islamic State University Jakarta (B) March 2015 (C) Retno Handayani Rahayuningtyas (D) Effect of Optimism and Social Support Against Life Satisfaction s Employees Hotel (E) xv + 94 pages + 30 attachments (F) This study was conducted to determine the factors that affect life satisfaction of hotel employees. The author theorizes that optimism variables (permanence, pervasiveness, and personalization) and social support (tangible support, appraisal support, self-esteem support and belonging support) and the gender variable demographic factors affect life satisfaction of hotel employees. This study involved 149 employees of Maharadja Hotel. The sampling technique used was nonprobability sampling. Instruments in this study using a modified scale of Satisfaction With Life Scale, create my own scale of optimism and adapted of social support scale that was Interpersonal Support Evaluation List. The method of data analysis used multiple regression techniques using SPSS software, and construct validity testing using Lisrel. The result showed that there was a significant effect of optimism (permanence, pervasiveness, and personalization), social support (tangible support, appraisal support, self-esteem support and belonging support) and the gender variable demographic factors affect life satisfaction of hotel employees. Although it was found that the results showed that from 8 independent variables there is only one independent variable that significantly affects the life satisfaction of the hotel employees was self-esteem. The author hope the implications of the results of this study can be reviewed and developed in future studies. For example, by adding other variables associated with life satisfaction of employees can be analyzed as an independent variable that may have a major influence on life satisfaction of hotel employees and other independent variables in this study. (G) References : 25; books : 7 + journals : 15 + articles : 3 vii

KATA PENGANTAR Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat Nya kepada manusia. Banyak pihak yang telah membantu sehingga karya ini terselesaikan, maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan feedback kepada penulis serta kepada seluruh jajarannya yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang berakhlak dan berkualitas. 2. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan doa serta selalu berusaha meluangkan waktu untuk mahasiswa. 3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan limpahan ilmu dan pelajaran yang tidak ternilai kepada penulis. 4. Pihak HRD dan karyawan hotel cipta 2 dan Mahardja yang telah bersedia mengizinkan dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dalam skripsi ini. 5. Bapak Ir. Suwito dan Ibu Yanih Apriyanti, Retno (wulan), dan Ernesto (bagus) serta keluarga besar lainnya yang selalu sabar menunggu, memberikan support, motivasi dan doa yang tiada henti kepada penulis. viii

6. Eci, Cica, Dwi, Yanti, Andre, Iqbal, Stevyn, Sinta, Devi, Alin, Vira, Saras, Mayang Rena, dan Ka Stevany serta teman dan sahabat SD, SMP, SMA lainnya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. 7. Untuk semua keluarga Psikologi khususnya B 2010, yang selalu menghiasi hari-hari dan menjadi inspirasi penulis Ainun, Latul, Sunny, Acing, Winda, Nita, Ajeng, Gina, Estu, Putri, Niken, Dhila, Adila, Aini, Isti, Saul, Yuni, Qory, Azkya, Syifa, Nisyub, Isnia, Shintia, Tyass, Sabe, Katty, Viny, Chintya, Didik, Haris, Derry, Hilmi, Danar, Iki, Gian, Booby, Adit, dan Lian. 8. Seorang pembuka mata dan penyemangat baru yang telah dihadirkan dan dipertemukan kepada penulis. 9. Teman seperjuangan dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penelitian ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat kepada penulis, pembaca, dan pihak-pihak terkait. Jakarta, Februari 2015 Penulis ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah... 12 1.2.1 Pembatasan Masalah... 12 1.2.2 Perumusan Masalah... 13 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 13 1.3.1 Tujuan Penelitian... 13 1.3.2 Manfaat Penelitian... 14 BAB 2 LANDASAN TEORI... 15 2.1 Kepuasan Hidup... 15 2.1.1 Definisi Kepuasan Hidup... 15 2.1.2 Teori Kepuasan Hidup... 16 2.1.3 Pengukuran Kepuasan Hidup... 20 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup... 21 2.2 Optimisme... 23 2.2.1 Definisi Optimisme... 23 2.2.2 Aspel-aspek Optimisme... 24 2.2.3 Pengukuran Optimisme... 26 2.3 Dukungan Sosial... 27 2.3.1 Definisi Dukungan Sosial... 27 2.3.2 Aspek-aspek dalam Dukungan Sosial... 29 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang mendapatkan Dukungan Sosial... 30 2.3.4 Pengukuran Dukungan Sosial... 31 2.4 Kerangka Berpikir... 31 2.5 Hipotesis Penelitian... 36 BAB 3 METODE PENELITIAN... 38 3.1 Populasi dan Sampel... 38 3.1.1 Populasi... 38 3.1.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 38 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 39 x

3.2.1 Variabel Penelitian... 39 3.2.2 Definisi Operasional Variabel... 40 3.3 Instrumen Pengumpulan Data... 41 3.3.1 Teknik Pengumpulan Data... 41 3.3.2 Alat Ukur Penelitian... 41 3.3.2.1 Skala Kepuasan Hidup... 41 3.3.2.2 Skala Optimisme... 42 3.3.2.3 Skala Dukungan Sosial... 44 3.4 Uji Validitas Konstruk... 45 3.4.1 Uji Validitas Skala Kepuasan Hidup... 47 3.4.2 Uji Validitas Skala Optimisme... 49 3.4.2.1 Uji Validitas Skala Permanence... 49 3.4.2.2 Uji Validitas Skala Pervasiveness... 51 3.4.2.3 Uji Validitas Skala Personalization... 53 3.4.3 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial... 55 3.4.3.1 Uji Validitas Skala Tangible Support... 56 3.4.3.2 Uji Validitas Skala Appraisal Support... 58 3.4.3.3 Uji Validitas Skala Self-esteem Support... 60 3.4.3.4 Uji Validitas Skala Belonging Support... 63 3.5 Teknik Analisis Data... 65 3.6 Prosedur Penelitian... 68 BAB 4 HASIL PENELITIAN... 70 4.1 Gambaran Subjek Penelitian... 70 4.2 Hasil Analisis Deskriptif... 71 4.2.1 Kategorisasi Skor Variabel... 72 4.3 Hasil Uji Hipotesis... 73 4.3.1 Pengujian proporsi varians independent variable... 79 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 83 5.1 Kesimpulan... 83 5.2 Diskusi... 84 5.3 Saran... 88 5.3.1 Saran metodologis... 88 5.3.2 Saran praktis... 90 DAFTAR PUSTAKA... 92 LAMPIRAN... 95 xi

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Blue Print Skala Kepuasan Hidup... 42 Tabel 3.2 Blue Print Skala Optimisme... 43 Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial... 44 Tabel 3.4 Muatan faktor item variabel kepuasan hidup... 47 Tabel 3.5 Muatan faktor item variabel kepuasan hidup setelah di drop... 48 Tabel 3.6 Muatan faktor item variabel permanence... 50 Tabel 3.7 Muatan faktor item variabel permanence setelah di drop... 50 Tabel 3.8 Muatan faktor item variabel pervasiveness... 52 Tabel 3.9 Muatan faktor item variabel pervasiveness setelah di drop... 53 Tabel 3.10 Muatan faktor item variabel personalization... 54 Tabel 3.11 Muatan faktor item variabel personalization setelah di drop... 55 Tabel 3.12 Muatan faktor item variabel tangible support... 57 Tabel 3.13 Muatan faktor item variabel tangible support setelah di drop... 57 Tabel 3.14 Muatan faktor item variabel appraisal support... 59 Tabel 3.15 Muatan faktor item variabel appraisal support setelah di drop... 60 Tabel 3.16 Muatan faktor item variabel self-esteem support... 61 Tabel 3.17 Muatan faktor item variabel self-esteem support setelah di drop... 62 Tabel 3.18 Muatan faktor item variabel belonging support... 63 Tabel 3.19 Muatan faktor item variabel belonging support setelah di drop... 64 Tabel 4.1 Subjek Penelitian... 70 Tabel 4.2 Analisis Deskriptif... 71 Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor... 72 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel... 73 Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi... 74 Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV... 75 Tabel 4.7 Koefisien Regresi... 76 Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV... 80 xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir... 36 Gambar 3.1 Path Diagram Kepuasan Hidup... 48 Gambar 3.2 Path Diagram Permanence... 51 Gambar 3.3 Path Diagram Pervasiveness... 53 Gambar 3.4 Path Diagram Personalization... 55 Gambar 3.5 Path Diagram Tangible Support... 58 Gambar 3.6 Path Diagram Appraisal Support... 60 Gambar 3.7 Path Diagram Self-esteem Support... 62 Gambar 3.8 Path Diagram Belonging Support... 65 xiii

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yaitu, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak lahir, manusia diciptakan untuk belajar dimana belajar merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi pembelajar sepanjang masa akan menambah kualitas hidup manusia itu sendiri. Individu akan mempelajari keterampilan-keterampilan untuk meningkatkan kemampuan dengan memanfaatkan pelatihan, praktik kerja, maupun pendidikan formal. Hal tersebut dapat dilakukan oleh setiap individu kapan saja dan di mana saja sehingga dapat memperkaya kehidupan individu tersebut, tetapi apakah kepuasan hidupnya menjadi lebih baik. Bila belajar sudah menjadi kebiasaan yang menyenangkan, pasti hidup akan lebih menarik dan menggairahkan (Steinbach, 2002). Berbagai pembangunan diberbagai bidang telah membuahkan kemajuan diberbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Dalam bidang pembangunan kualitas hidup manusia, bangsa Indonesia menunjukkan peningkatan yang pesat dan berkelanjutan dari keadaan pada tahun 1970. Bila angka harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 1970 hanya mencapai 1

2 47,6 tahun, angka harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2010 mencapai 68 tahun. Tingkat pendidikan masyarakat pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentasi keikutsertaan dalam pendidikan wajib meningkat dari 74,6% pada tahun 1975 menjadi 95,3% pada tahun 2009. Peningkatan juga terjadi pada bidang ekonomi. Pendapatan kotor nasional (Gross National Income; GNI) per kapita Indonesia meningkat dari US$ 80 pada tahun 1970 menjadi US$ 2.500 pada tahun 2010 (The World Bank, 2012). Dengan kata lain, bangsa Indonesia dewasa ini hidup lebih lama, mengindikasikan derajat kesehatan yang lebih tinggi, lebih terdidik, dan lebih makmur. Seperti yang didapatkan data menunjukkan adanya ketertinggalan dalam hal kepuasan hidup masyarakat. Menurut Human Development Report (UNDP, 2010), tingkat kepuasan hidup bangsa Indonesia berada pada angka 5.7, dari skala 0 (sama sekali tidak puas) s/d. 10 (sangat puas). Sebagai pembanding, dengan skala yang sama Malaysia menunjukkan tingkat kepuasan hidup sebesar 6.6. Sebanyak 63% masyarakat di Indonesia menyatakan puas dengan pekerjaan yang dimiliki, 83% dengan kondisi kesehatan, dan 62% menyatakan puas dengan standar hidupnya. Sedangkan di Malaysia sebanyak 86% menyatakan puas dengan pekerjaan, 87% kondisi kesehatan, dan 68% menyatakan puas dengan standar hidupnya. Dengan kata lain, sekalipun secara nyata bangsa Indonesia telah mencapai banyak kemajuan dalam bidang pembangunan manusia, namun pada aspek-aspek kesehatan secara komparatif bangsa Indonesia masih

3 tertinggal dari bangsa-bangsa lain. (cpmh.psikologi.ugm.ac.id 3 Juli 2014) Dengan adanya ketertinggalan dalam hal kepuasan hidup masyarakat di Indonesia yang telah dibandingkan dengan masyarakat di Malaysia, lalu bagaimana dengan tingkat kepuasan hidup karyawan di Indonesia. Ditemukan bahwa tingkat kepuasan para pekerja di Indonesia adalah rendah (Siringo-ringo, 2014). Accenture, sebuah lembaga konsultasi bisnis dan manajemen asal Amerika Serikat mengeluarkan hasil studi terbaru mereka dimana studi tersebut mempelajari tingkat kepuasan kerja pada karyawan yang menunjukkan pekerja atau karyawan yang bekerja di Indonesia paling tidak bahagia di dunia. Didapatkan hanya 18 persen dari kelompok responden karyawan di Indonesia yang mengatakan puas dengan kualitas kehidupan serta kebahagiaannya di tempat kerja. Indonesia berada di urutan pertama negara tempat orang-orang memiliki tingkat kepuasan dan kebahagiaan terendah di dunia. Masalah insentif dan keseimbangan karier serta kehidupan personal dianggap menjadi penyebab utama pada kepuasan tersebut. Pada karyawan yang bekerja di sektor industri, baik dalam produk barang jadi maupun industri jasa telah memainkan peran yang begitu penting bagi perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan reputasi dan kinerja perusahaan yang terus meningkat. Pencapaian kepuasan hidup tentunya akan menyebabkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya akan memberikan seluruh potensi dan kemampuannya bagi pertumbuhan dan

4 kemajuan perusahaan, namun sebaliknya apabila kepuasan hidup karyawan tidak tercapai akan menyebabkan perusahaan sulit untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Seperti pada industri perhotelan yang merupakan industri jasa, artinya banyak sekali melibatkan tenaga kerja yang kompeten dan profesional yang merupakan aset utama untuk konsumen. Dimana hotel merupakan suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersil, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan menginap, makan, minum dan juga mengadakan acara atau event event tertentu. Pada karyawan yang bekerja di hotel, dengan jabatan dan tugas yang berbeda-beda pada setiap individunya merupakan hal yang sesuai dengan minat (interest) dan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan tersebut (UU. No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Seperti halnya satpam atau security yang berjaga di area hotel, guest service agent yang bertugas memberikan penerangan/penjelasan seputar hotel/daerah sekitarnya yang biasanya standby di area lobby, bellboy yang bertugas memberikan pelayanan pengangkatan barang tamu tiba, dan waitress yang bertugas melayani kebutuhan makanan dan minuman, serta housekeeper yang bertugas membersihkan kamar-kamar tamu dan area umum yang dimiliki hotel. Namun, bagaimana dengan kehidupan karyawan hotel berkaitan dengan kepuasan hidupnya tersebut jika terjadi kasus seperti ini. Seperti halnya yang dikatakan oleh seorang istri yang dimuat dalam popbali.com

5 Saat tidak puas, wisatawan lokal marahnya ke staff (bellboy, house keeper, waitress, dll). Tidak jarang diantara mereka yang rata-rata orang kaya memarahi staff hotel seperti mengomeli babu di rumahnya sendiri. Dengan kasus tersebut, maka secara tidak langsung orang-orang tersebut menganggap dan memandang dengan sebelah mata mengenai jabatan dan tugas yang dimiliki oleh karyawan hotel. Oleh karena itu, dalam mencapai tingkat kepuasan hidup yang tinggi, karyawan tersebut tentu berhubungan dengan lingkungan yang mereka jalani. Dalam wawancara yang dilakukan terhadap salah satu HRD di hotel mahardja ditemukan bahwa dari skala 1 sampai 10 untuk tingkat kepuasan hidupnya sebagai karyawan hotel berada diangka 5 yang artinya tingkat kepuasannya rendah. Meskipun dalam segi kenyamanan dengan lingkungan dan suasana kerjanya kondusif, namun dari segi professionalnya kurang baik karena dari segi jenjang karir serta kepastian untuk menjadi karyawan tetapnya tidak ada. Kepuasan hidup menurut Diener (dalam Bailey, et.al., 2007) merupakan evaluasi koginitif yang dinilai secara global dalam kehidupan seseorang. Kepuasan hidup mungkin mencerminkan pengalaman batin yang menyenangkan dalam memotivasi orang untuk mencapai tujuan. Hal ini merupakan proses yang bersifat subyektif dari persepsi dan evaluasi yang mengacu pada perspektif masa lalu yang mempengaruhi hal tersebut (Kasprzak, 2010). Pendapat lainnya mengatakan bahwa kepuasan hidup adalah struktur yang lebih stabil daripada pengalaman indrawi, disatu sisi

6 hal tersebut bukan sebagai kehendak kehidupan (Czapinski, 2004) namun berkaitan dengan kualitas hidup (Nettle, 2005). Pavot dan Diener (dalam Yalcin, 2011) mendapatkan juga bahwa kepuasan hidup melibatkan aspek penilaian, dimana individu mengevaluasi kualitas hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu. Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kepuasan hidup. Beberapa penelitian mengenai kepuasan hidup telah ditemukan. Selim (dalam Yalcin, 2011) berpendapat bahwa penelitian tersebut telah berkembang dari waktu ke waktu dan dilakukan dalam satu Negara atau dikaitkan dengan kelompok tertentu dengan terdapat elemen demografi, pribadi, dan budaya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ilhan Yalcin (2011) hasilnya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan analisis regresi bahwa dukungan keluarga, dukungan fakultas, dan optimisme signifikan sebagai prediktor (hal yang mempengaruhi) pada kepuasan hidup. Berdasarkan penelitian yang ditemukan, kepuasan hidup dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah individual/kolektif, self-esteem, dan penguasaan perasaan (Yetim, 2003), dukungan organisasi dan work-family conflict (Dixon & Sagas, 2007), harapan dan optimisme (Bailey, et.al., 2007), etnik/ras, status ekonomisosial, kesehatan dan hubungan sosial (Barger, Donoho & Wayment, 2009), dukungan sosial dan optimisme (Yalcin, 2011).

7 Dari beberapa faktor yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan hidup, ada salah satu faktor yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Faktor tersebut adalah faktor optimisme. Hipotesis mengenai hubungan antara kepuasan hidup (life satisfaction) dan optimisme dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa literatur. Bailey, et.al. (Yalcin, 2011) berpendapat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, optimisme telah menerima banyak perhatian dalam menilai dan memprediksi kepuasan hidup. Bailey, et.al. (2007) berpendapat bahwa kepuasan hidup merupakan komponen pada definisi dan penilaian kehidupan, meskipun dalam beberapa kasus dimana kualitas kehidupan meliputi kemampuan objektif dan fungsional pada kehidupan umumnya. Dua konstruksi yang terpisah namun berhubungan telah menerima perhatian dalam memprediksi dan menilai kepuasan hidup yaitu optimisme dan hope. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Yalcin (2011) yang menemukan optimisme berkaitan dengan kepuasan hidup mahasiswa. Dan ditemukan hasil bahwa optimisme signifikan sebagai prediktor kepuasan hidup, dengan kata lain optimisme berpengaruh terhadap kepuasan hidup. Oleh karena itu, Schweizer et.al. (dalam Yalcin, 2011) berpendapat bahwa optimisme mungkin diharapkan memiliki pengaruh pada kepuasan hidup individu karena berhubungan dengan sikap terhadap masa depan dan penilaian umum kehidupan. Optimisme berasal dari kata bahasa inggris yaitu optimism yang berarti keadaan selalu berpengharapan baik. Seligman (2006) menyatakan

8 bahwa optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh, melihat yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Optimisme merupakan harapan umum yang relatif stabil tentang masa depan percaya bahwa hal-hal yang baik daripada yang buruk akan terjadi menurut Scheir & Carver (dalam Snyder, et.al. 2002). Sedangkan pesimis memiliki kecenderungan untuk percaya bahwa hal buruk akan terjadi dalam hidupnya. Asumsi yang masuk akal bahwa perbedaan ini akan berhubungan dengan kepuasan hidup. Faktor selanjutnya yang berkaitan dengan kepuasan hidup adalah dukungan sosial. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Deniz (dalam Yalcin, 2011), hasilnya ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan kepuasan hidup. Cohen (dalam Cohen, et.al, 1985) berpendapat bahwa dukungan sosial merupakan suatu hal yang diperkirakan berpengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik melalui emosi, kognisi, dan perilaku. Dukungan sosial tersebut terjadi melalui komunikasi apa yang diharapkan, norma-norma yang sesuai, penghargaan dan hukuman, serta melalui pemberian bantuan dalam mengatasi suatu masalah. Menurut Cohen, et.al (dalam Yalcin, 2011), ada empat aspek atau tipe sumber sistem dukungan sosial, yaitu (a) tangible support atau dukungan nyata, seperti uang, barang dan jasa; (b) appraisal support atau dukungan penilaian, seperti saran dan masukan dari berbagai masalah pribadi; (c) self-esteem support atau dukungan harga diri, seperti

9 pernyataan positif dan evaluasi mengenai pencapaian; dan (d) belonging support atau dukungan yang dimiliki (pribadi), seperti berbagi kegiatan waktu luang dan memiliki seseorang untuk menghabiskan waktu bersama. Pada dukungan nyata (tangible support), biasanya dukungan yang diberikan itu berupa uang, barang dan jasa. Hal tersebut dapat dilihat dari besaran gaji atau upah yang diberikan oleh perusahaan terhadap karyawannya. Tetapi ada dukungan lain seperti hubungan atasan dan ataupun rekan sekerja yang dapat memberikan dukungan jasa baik dalam fasilitas yang diberikan kepada karyawan tersebut sehingga akan mempengaruhi kepuasan hidup pada karyawan tersebut. Dixon dan Sagas (2007) menyatakan dalam penelitiannya menghasilkan pengaruh langsung dari dukungan organisasi terhadap kepuasan hidup. Selanjutnya dukungan penilaian (appraisal support) sangat penting juga bagi kualitas hidup individu. Seperti halnya dalam membuat keputusan bagi individu untuk bekerja di hotel. Oleh karena itu, saran dan penilaian-penilaian sangat diperlukan bagi individu sehingga akan mempengaruhi kepuasan hidupnya. Dalam penelitian Edward dan Lopez (dalam Yalcin, 2011) melaporkan bahwa dukungan keluarga yang dirasakan merupakan prediktor yang siginifikan dari kepuasan hidup. Adapun penelitian lainnya, Henry dan Chang et.al. (dalam Yalcin, 2011) menemukan bahwa dukungan orangtua berhubungan positif dengan kepuasan hidup. Dengan demikian, hal tersebut mendukung bahwa dukungan dari keluarga yang berupa masukan dan penilaian-penilaian

10 yang diberikan oleh keluarga berpengaruh terhadap kepuasan hidup anaknya. Begitu juga dengan dukungan harga diri (self-esteem support) baik antara individu dan company juga berkontribusi dalam kepuasan hidup. Seperti halnya dukungan yang diberikan oleh company tersebut terhadap evaluasi kegiatan (tugas) dan pernyataan positif atas kerja karyawan. Hal tersebut mengukur sejauhmana individu merasa puas terhadap penghargaan yang diberikan berdasarkan hasil kerja. Seperti yang ditemukan dalam penelitian Sax, et.al. (dalam Yalcin, 2011) bahwa dukungan yang dirasakan dari fakultas terkait dengan berbagai hasil yang positif, seperti kesejahteraan emosional. Bersamaan dengan penelitian tersebut menunjukan pentingnya dukungan sosial dari berbagai bentuk terhadap pengalaman kepuasan hidup mahasiswa. Dukungan lainnya yaitu belonging support hal tersebut berhubungan dengan rekan kerja, teman dan keluarga. Dimana mereka memberikan dukungan terhadap individu yang nyaman sehingga dapat meningkatkan kepuasan hidupnya. Misalnya rekan kerja yang menyenangkan atau hubungan dengan rekan kerja yang rukun, begitu juga dengan teman dan keluarga yang dapat meluangkan atau menyediakan waktu untuk menghabiskan waktu bersama dengan individu tersebut, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kepuasan hidupnya. Dengan demikian dalam membuat keputusan untuk bekerja tersebut, individu sebaiknya memiliki optimise dan dukungan sosial dari

11 orang lain. Seperti anggota keluarga, teman, dan company (perusahaan). Begitupun halnya dalam mencapai tingkat kepuasan hidup yang tinggi, bagi karyawan yang bekerja di hotel hal tersebut tentu berhubungan dengan lingkungan keluarga, teman dan perusahaan. Dimana keluarga merupakan salah satu hal yang perlu diperioritaskan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan. Selain optimisme dan dukungan sosial, faktor demografis seperti jenis kelamin dapat mempengaruhi kepuasaan hidup seseorang. Dalam garis gender, para pekerja laki-laki lebih banyak mengeluhkan keseimbangan kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Orang-orang yang bekerja di kantor ingin pihak perusahaan menyadari bahwa tiap karyawan memiliki keluarga di rumah, memerlukan jam berkualitas bersama pasangan dan anak, serta kesempatan untuk mengaktualisasi diri lewat komunitas. Sementara itu, para pekerja perempuan lebih meminta penyesuaian preferensi mereka dalam hal gaji, tunjangan, serta bonus. Meski demikian, hampir separuh dari total responden mengeluhkan hal yang sama, yaitu keseimbangan waktu antara bekerja dan menikmati waktu bersama keluarga (www.medanbisnisdaily.com). Berdasarkan data dan fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya terutama dari wawancara yang telah dilakukan terhadap salah satu HRD hotel mengenai kepuasan hidup sebagai karyawan hotel, maka peneliti merasa penting dan tertarik untuk meneliti tentang PENGARUH

12 OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUASAN HIDUP KARYAWAN HOTEL. 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu batasan mengenai Pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap kepuasan hidup karyawan hotel. Adapun pengertian konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kepuasan hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu mengevaluasi kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan dinilai secara global. (Pavot dan Diener, 1993) 2. Optimisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri terhadap suatu peristiwa atau kejadian. (Seligman, 2006) 3. Dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. (Cohen, 1985) 4. Subjek penelitian ini adalah para pegawai/ karyawan yang bekerja di hotel.

13 5. Variabel demografis jenis kelamin. 1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan optimisme, dukungan sosial dan faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel? 2. Seberapa besar pengaruh optimisme, dukungan sosial dan faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel? 3. Variabel apa yang signifikan mempengaruhi kepuasan hidup karyawan di hotel? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan optimisme, dukungan sosial dan faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh optimisme, dukungan sosial dan faktor demografis terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel. 3. Mengatahui variabel apa yang signifikan mempengaruhi kepuasan hidup karyawan di hotel.

14 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Secara Teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan Psikologi khususnya ilmu Psikologi Industri dan Organisasi serta memberikan gambaran mengenai pengaruh optimisme dan dukungan sosial terhadap kepuasan hidup karyawan di hotel. 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi kepada karyawan, keluarga, teman, dan perusahaan (company) serta dapat dijadikan pertimbangan untuk karyawan bisa mencapai kepuasan hidupnya dengan baik.

BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab kajian teori ini dipaparkan teori kepuasan hidup, teori optimisme, teori dukungan sosial, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. 2.1 Kepuasan Hidup 2.1.1 Definisi Kepuasan Hidup Menurut Santrock (2002) kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologi secara umum ataupun kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan. Kepuasan hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada setiap individu. Pendapatan, kesehatan, gaya hidup yang aktif, serta jaringan keluarga dan pertemanan dikaitkan dengan jalan yang memungkinkan tercapainya kepuasan hidup seseorang. Selanjutnya, kepuasan hidup menurut Diener (dalam Bailey, et.al., 2007) merupakan evaluasi koginitif yang dinilai secara global dalam kehidupan seseorang. Kepuasan hidup mungkin mencerminkan pengalaman batin yang menyenangkan dalam memotivasi orang untuk mencapai tujuan. Pavot dan Diener (dalam Yalcin, 2011) juga berpendapat bahwa kepuasan hidup melibatkan aspek penilaian, dimana individu mengevaluasi kualitas hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu. Teori tersebut sejalan dengan Shin dan Johnson (dalam Pavot & Diener, 1993) yang menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah proses penilaian 15

16 seseorang, dimana individu tersebut menilai kualitas hidup mereka berdasarkan kriteria yang unik terjadi dalam kehidupan individu tersebut. Sejalan dengan pendapat di atas, Veenhoven (1996) berpendapat bahwa kepuasan merupakan keadaa pikiran, yang mengevaluasi suatu penilaian yang mengacu pada kedua kata kepuasan dan kenikmatan karena hal tersebut mencakup penilaian kognitif dan afektif. Sedangkan kepuasan hidup merupakan sejauh mana seseorang mengevaluasi kualitas keseluruhan hidupnya secara positif. Sedangkan kepuasan hidup menurut Kasprzak (2010) merupakan sikap afektif dan reflektif umum terhadap kehidupan. Proses yang bersifat subyektif dari persepsi dan evaluasi yang mengacu pada perspektif masa lalu yang mempengaruhi hal tersebut. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa kepuasan hidup merupakan penilaian atau evaluasi kognitif, dimana individu mengevaluasi kualitias hidup mereka berdasarkan kriteria tertentu dan dinilai secara global dengan menikmati pencapaian-pencapaian yang telah didapat atau diraih. 2.1.2 Teori Kepuasan Hidup Kepuasan hidup yang didasarkan oleh teori kebahagiaan (Snyder, 2002) dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Teori Kebutuhan dan Kepuasan Tujuan (Need and Goal Satisfaction Theory)

17 Teori ini berpendapat bahwa suatu kebahagiaan didasari dengan adanya pengurangan ketegangan melalui adanya kepuasan terhadap kebutuhan dan tujuannya. Hal ini didasari oleh adanya usaha untuk mengurangi ketegangan. Omodei dan Waering (dalam Snyder, 2002) menyetujui pandangan ini, mereka menyatakan bahwa tingkatan kebutuhan seseorang berhubungan positif dengan tingkat kepuasaan seseorang pada hidupnya. Salah satu implikasi dari teori pengurangan ketegangan ialah kebahagiaan terjadi setelah kebutuhan telah ditemukan dan targetnya dapat dipenuhi. Dalam kata lain, kebahagiaan adalah keadaan akhir suatu hasrat dimana seluruh kegiatannya dapat dilangsungkan. 2. Teori Proses atau Aktivitas (Process Or Activity Theory) Teori ini berpendapat bahwa kebahagiaan dihasilkan oleh adanya keterikatan dalam beberapa aktifitas atau pekerjaan dalam mencapai target atau tujuannya. Csikszentmihalyi (dalam Snyder, 2002) menyatakan bahwa seseorang akan merasa bahagia ketika mereka merasakan keterikatan pada aktivitas tertentu yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang mereka miliki. Hampir serupa, Cantor (dalam Snyder, 2002) juga menekankan pentingnya partisipasi dalam suatu kegiatan dalam tugastugas kehidupan. Sebagai contoh, Harlow dan Cantor (dalam Snyder, 2002) menemukan bahwa partisipasi sosial merupakan prediktor kuat dari kepuasan hidup pada kelompok lansia yang sudah pension. Emmons (dalam Snyder, 2002) menyetujui bahwa mempunyai target dan berusaha untuk mencapainya adalah indicator yang reliable dari

18 well-being dan oleh karena itu teori tujuan ini dapat dikombinasikan dengan elemen-elemen dari pengurangan ketegangan dan rasa tenang terhadap suatu kegiatan. Individu yang mempunyai tujuan cenderung lebih energik, merasakan emosi-emosi positif dan merasa bahwa hidupnya berarti. 3. Teori Kecenderungan Genetik dan Kepribadian (Genetic And Personality Predisposition) Teori ini berpendapat bahwa kebahagiaaan lebih berhubungan dengan perilaku atau karakteristik kepribadian yang stabil berdasarkan genetik. Walaupun memprediksi kebahagiaan seseorang pada setiap peristiwa itu cukup sulit, ketika afek merasakan banyak kesempatan, maka pola kestabilan yang muncul pada seseorang cenderung berbeda. Kepuasan hidup memiliki sinonim yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan (dalam Veenhoven, 1996). Salah satu keuntungan dalam menggunakan istilah kepuasan hidup daripada menggunakan kata kebahagiaan adalah dimana kepuasan hidup menekankan karakter subjektif dari konsep. Sedangkan istilah kepuasan hidup memiliki keuntungan daripada menggunakan istilah kesejahteraan adalah bahwa kepuasan hidup mengacu pada evaluasi keseluruhan hidup daripada perasaan saat ini. Evaluasi kogntif adalah evaluasi terhadap kepuasan hidup. Evaluasi tersebut dapat dikategorikan menjadi evaluasi umum (global) dan evaluasi khusus (domain tertentu), (Diener et.al., 1999). Ed.

19 Diener (dalam Diener et. al., 1999) membagi evaluasi kognitif menjadi dua aspek, yaitu: 1. Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, yaitu evaluasi individu terhadap kehidupannya secara menyeluruh. Penilaian umum ini merupakan penilaian individu yang bersifat reflektif terhadap kepuasan hidupnya (Diener, 2005). Kepuasan hidup secara global dimaksudkan untuk merepresentasikan penilaian individu secara umum. Kepuasan hidup secara global didasarkan pada proses penilaian dimana individu mengukur kualitas hidupnya dengan didasarkan pada satu set kriteria yang unik yang mereka tentukan sendiri. Secara lebih spesifik, kepuasan hidup secara global melibatkan persepsi individu terhadap perbandingan keadaan hidupnya dengan standar unik yang mereka miliki. 2. Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, yaitu penilaian yang dibuat individu dalam mengevaluasi domain atau aspek tertentu dalam kehidupannya, seperti kesehatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial, kehidupan dengan pasangan hidup dan kehidupan dengan keluarga (Diener, 2005). Kedua aspek tersebut tidak sepenuhnya terpisah. Evaluasi global dan evaluasi terhadap domain tertentu memilik keterkaitan satu sama lain. Dalam melakukan penilaian mengenai kepuasan hidup secara umum, individu kemungkinan besar akan menggunakan informasi mengenai kepuasan pada salah satu aspek hidup yang dianggap paling penting. Evaluasi terhadapkepuasan hidup secara global merupakan refleksi dari

20 persepsi individu terhadap hal-hal yang ada di dalam hidupnya, ditambah dengan bagaimana kultur mempengaruhi pandangan hidup positif individu. 2.1.3 Pengukuran Kepuasan Hidup Skala kepuasan hidup yang digunakan secara adalah Satisfaction With Life Scale Diener et.al (dalam Yalcin, 2011). Skala ini dibuat oleh Ed. Diener, Emmons Larsen dan Griffin pada tahun 1985. Skala ini terdapat 5 item dan menggunakan skala Likert dimana terdapat tujuh alternatif jawaban untuk setiap item, yaitu mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Skor total didapatkan dengan menjumlah skor per item. Skor total dipandang sebagai tingkat kepuasan hidup. Seperti dalam penelitian Dixon dan Sagas (2007), Bailey, et.al (2007), dan Yalcin (2011) menggunakan Satisfaction With Life Scale (SWLS) dalam penelitiannya. Sedangkan ditemukan pada penelitian Barger, Donoho dan Wayment (2009) menggunakan pertanyaan sebagai alat ukur kepuasan hidup secara umum, bagaimana kepuasan hidupmu? dengan menggunakan 4 alternative jawaban dari sangat puas, puas, tidak puas dan sangat tidak puas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Satisfaction With Life Scale. Peneliti memodifikasi skala tersebut dengan menerjemahkan dan menyesuaikan item agar mudah dipahami oleh responden dalam penelitian dan hanya menggunakan empat kategori (alternative) jawaban.

21 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup Kepuasan hidup merupakan konsep yang luas untuk dipelajari. Faktorfaktor yang mempengaruhi kepuasan hidup dipelajari satu persatu bagi setiap aspeknya. Faktor-faktor ini terus berkembang seiring dengan dipelajari lagi lebih dalam mengenai kepuasan hidup itu sendiri. Individualime merupakan prediktor yang tinggi terhadap kepuasan hidup dibandingkan dengan kolektif, sedangkan self-esteem dan penguasaan perasaan juga merupakan prediktor yang tinggi terhadap kepuasan hidup (Yetim, 2003). Hasilnya ditemukan bahwa individualime, self-esteem dan penguasaan perasaan merupakan prediktor utama terhadap kepuasan hidup. Dalam penelitian Dixon dan Sagas (2007) menghasilkan bahwa dukungan organisasi merupakan faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan hidup. Sedangkan work-family conflict merupakan salah satu faktor yang memediasi hubugan antara dukungan organisasi dan kepuasan kerja. Dan kepuasan kerja memediasi pengaruh dukungan organisasi dan work-family conflict terhadap kepuasan hidup. Perbedaan ras/etnis, status ekonomi sosial (SES: pendidikan, pendapatan, status pekerjaan, kekayaan), kesehatan, dan hubungan sosial (ikatan sosial, dukungan emosional) berkontribusi dalam kepuasan hidup untuk kesejahteraan di dalam dan di seluruh kelompok ras atau etnis (Barger, Donoho & Wayment, 2009). Barger, Donoho dan Wayment (2009) membandingkan kepuasan hidup pada etnis putih, hispanik dan

22 hitam dan juga mengevaluasi sejauh mana status ekonomi sosial, kesehatan, dan hubungan sosial menjelaskan perbedaan kepuasan hidup pada etnis-etnis tersebut. Hasilnya ditemukan bahwa baik etnis puti, hispanik dan hitam cenderung tidak puas terhadap kehidupannya namun pada etnis hitam terdapat kecenderungan yang lebih besar terhadap ketidakpuasan hidup. Juga didapatkan bahwa SES, kesehatan, dan hubungan sosial secara konsisten dikaitkan dengan kepuasan hidup, dimana dukungan emosional memiliki hubungan paling kuat terhadap kepuasan hidup. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ilhan Yalcin (2011) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pada variabel tersebut dengan menggunakan analisis regresi bahwa dukungan keluarga, dukungan fakultas, dan optimisme signifikan sebagai prediktor pada kepuasan hidup. Selanjutnya, terdapat penelitian kepuasan hidup di Kroasia yang dilakukan oleh Perovic (2010) ditemukan pada Nilai Eropa Survey (EVS) bahwa pada tahun 1999 kepuasan hidup lebih tinggi bagi orang-orang yang menikah, mereka yang bekerja, dan mereka yang memiliki penghasilan antara 5.001 dan 8.000 kuna Kroasia (HRK) per bulan. Tampaknya ada sedikit korelasi antara kepuasan hidup dan tingkat pendidikan. Berdasarkan analisis dari United Nations Development Program (UNDP) tahun 2006, telah ditemukan bahwa pada tahun 2006 kepuasan hidup lebih tinggi bagi orang-orang yang sudah menikah,

23 mereka yang bekerja, mereka yang keluar dari tenaga kerja, mereka yang memiliki gelar universitas, dan mereka yang memiliki pendapatan lebih tinggi. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan menggunakan dua variabel, yaitu optimisme dan dukungan sosial. Peneliti menggunakan variabel optimisme dan dukungan sosial karena dua variabel tersebut merupakan variabel prediktor penting terhadap kepuasan hidup terutama bagi karyawan di Indonesia. 2.2 Optimisme 2.2.1 Definisi Optimisme Optimisme berasal dari kata bahsa inggris yaitu optimism yang berarti keadaan selalu berpengharapan baik. Makna optimisme sebetulnya lebih dalam dari itu, dasar dari optimisme adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu masalah. Seligman (2006) menyatakan bahwa optimisme merupakan suatu pandangan secara menyeluruh, melihat yang baik, berpikir positif, dan mudah memberikan makna bagi diri. Selanjutnya Carver dan Scheier (dalam Synder & Lopez, 2002) mengatakan bahwa individu yang optimis merupakan individu yang mengira akan terjadi hal-hal baik pada diri mereka, sedangkan individu yang pesimis merupakan individu yang mengira akan terjadi hal-hal buruk

24 yang akan terjadi pada diri mereka. Scheier dan Carver juga menyatakan bahwa optimisme merupakan dimensi kepribadian yang stabil. Sedangkan Lopez dan Snyder (2002) berpendapat bahwa optimisme merupakan suatu harapan yang ada pada diri individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju ke arah kebaikan. Perasaan optimisme membawa individu pada tujuan yang diinginkan, yakni percaya diri akan kemampuan yang dimiliki. Sikap optimis menjadikan seseorang keluar dengan cepat dari permasalahan yang dihadapi karena adanya pemikiran dan perasaan akan kemampuan yang dimiliki. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh akan suatu harapan dan kejadian (peristiwa) dengan berpikir positif dan memaknai akan segala sesuatunya berjalan menuju ke arah yang baik terutama untuk masa yang akan datang. 2.2.2 Aspek-aspek Optimisme Seligman (2006) menjelaskan bahwa bagaimana cara individu memandang suatu peristiwa di dalam kehidupannya berhubungan erat dengan gaya individu dalam menjelaskan suatu peristiwa (explanatory style). Dengan gaya penjelasan tersebut, seseorang yang optimis dapat menghentikan rasa ketidakberdayaannya. Ditinjau dari perspektifnya, orang yang optimis menjelaskan suatu kejadian atau pengalaman negatif diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal, dan bersifat sementara. Sedangkan orang yang

25 pesimis menjelaskan bahwa kejadian negatif dikarenakan oleh faktor internal, bersifat stabil, dan diakibatkan oleh faktor-faktor global. Selanjutnya, Seligman (2006) mengemukakan tiga macam gaya penjelasan (explanatory style), yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization. 1. Permanence Gaya ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa yang terjadi, sebagai peristiwa yang bersifat sementara (temporary) atau menetap (permanence). Pada orang yang optimis melihat peristiwa buruk sebagai suatu hal yang hanya bersifat sementara, yang terjadi dengan kata kadang-kadang, misalnya: Dia kadang-kadang menjengkelkan. Sedangkan mereka melihat hal yang baik sebagai suatu hal yang bersifat menetap (permanence), misalnya Saya selalu beruntung. Sebaliknya pada orang yang pesimis akan mudah menyerah dan percaya bahwa penyebab dari peristiwa buruk yang terjadi pada mereka sebagai sesuatu yang menetap, mereka biasanya berpikir bahwa kejadian itu bersifat selalu, tidak pernah, dan menetap, misalnya: Dia selalu membuat saya jengkel. Sedangkan, orang pesimis melihat hal yang baik hanyalah sebagai hal yang bersifat sementara, misalnya saya beruntung hari ini. 2. Pervasiveness Gaya penjelasan ini berkaitan dengan ruang lingkup dari peristiwa tersebut, yang meliputi universal (menyeluruh) dan spesifik (khusus).

26 Orang yang optimis bila dihadapkan pada hal yang baik ia akan menjelaskan hal itu diakibatkan oleh faktor yang bersifat universal. Misalnya: Saya mendapat nilai yang bagus karena saya pintar. Namun, bila dihadapkan pada kejadian yang buruk akan membuat penjelasan yang spesifik dari kejadian itu, bahwa hal buruk terjadi diakibatkan oleh sebabsebab khusus dan tidak akan meluas kepada hal-hal yang lain. Misalnya: Meskipun nilai ulangan saya kemarin jelek, itu tidak akan membuat saya gagal menjadi juara kelas. 3. Personalization Personalisasi merupakan gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan sumber dari penyebab kejadian tersebut, meliputi internal dan eksternal. Orang yang optimis akan menganggap hal yang baik merupakan hal yang disebabkan oleh faktor internal, misalnya Keberhasilan ini karena kemampuan saya. Namun, menganggap hal yang buruk sebagai hal yang disebabkan oleh faktor eksternal, misalnya Dia tidak mau berdansa dengan saya karena dia tidak suka berdansa. Sebaliknya, orang yang pesimis akan menganggap bahwa hal yang buruk itu terjadi karena faktor internal. Sedangkan, bila dihadapkan pada peristiwa baik ia akan menganggap bahwa hal itu disebabkan oleh faktor eksternal. 2.2.3 Pengukuran Optimisme Skala Optimisme yang dapat digunakan secara umum salah satunya adalah Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang telah disusun oleh Scheiver,

27 Carver & Bridges (1994) yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya (= 0.70 sampai = 0.80). Pada skala asli terdapat 10 item dan lima pilihan jawaban (0-4), yaitu dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Namun, untuk kepentingan penelitian ini, karena skala tersebut tidak terdapat aspekaspek didalamnya, maka peneliti akan mengguakan skala yang disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi dari optimisme yaitu permanence, pervasiveness, dan personalization dengan menggunakan empat kategori (alternative) jawaban. 2.3 Dukungan Sosial 2.3.1 Definisi Dukungan Sosial Kehadiran orang lain dalam kehidupan pribadi sangat diperlukan, mengingat bahwa setiap individu saling membutuhkan untuk memberi dukungan. Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan definisi-definisi dukungan sosial, seperti didefinisikan oleh Cohen (dalam Cohen, Mermelstein, Kamark dan Hoberman, 1985) bahwa dukungan sosial merupakan suatu hal yang diperkirakan berpengaruh terhadap kesehatan mental dan fisik melalui emosi, kognisi, dan perilaku. Dukungan sosial tersebut terjadi melalui komunikasi apa yang diharapkan, norma-norma yang sesuai, penghargaan dan hukuman, serta melalui pemberian bantuan dalam mengatasi suatu masalah.

28 Selanjutnya yang dikemukakan oleh Taylor (2009) yang mendefinisikan bahwa dukungan sosial sebagai informasi dari orang lain yang sayang dan memiliki perhatian, menghormati dan menghargai, dan merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orang tua, pasangan hidup atau kekasih, relasi lain, teman, kontak sosial dan lingkungan seperti keanggotaan gereka atau klub, atau bahkan binatang peliharaan. Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai kenyamanan, perhatian, penghargaan ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain. Schulz dan Schwarzer (dalam Nurullah, 2012) menyebutkan dukungan sosial sebagai pengalaman menerima tindakan dan perilaku yang dianggap mendukung oleh penerima dalam membina persahabatan, kebutuhan emosional, instrumental, informasi, dan penilaian, jenis dukungan tersebut dicari oleh penerima terhadap orang-orang yang berada atau bersedia untuk berhubungan dekat (misalnya, pasangan, teman, keluarga, kerabat, kelompok dll) dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan efektif menangani krisis kehidupan. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-orang tertentu yang berada dalam kehidupannya dan berada dalam lingkungan sosial tertentu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai.