: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2OO4 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Dana Alokasi Khusus. Kesehatan. TA Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Jakarta, 17 Desember 2010 MENTERI KESEHATAN, ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014

2015, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lemb

huruf b dan Ayat (7) huruf f Undang-Undang Nomor 14 menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Jakarta, November 2008 Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. huruf b dan ayat (7) huruf e Undang-Undang Nomor 18

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR PERINCIAN ALAT / BAHAN / SARANA MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

-10- BAB I PENDAHULUAN

RUANG LINGKUP MENU KEGIATAN DAK BIDANG KESEHATAN TA. 2017

DAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN KABUPATEN / KOTA... YANG BERSUMBER DARI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TAHUN ANGGARAN 2017

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAK BIDANG KESEHATAN TA 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PRAKTIK BIDAN MANDIRI

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR DPA SKPD DOKUM EN P ELAKSANAAN ANGGAR AN DPA - SKPD SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH 2

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

2013, No

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

PERSYARATAN PRAKTIK BIDAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128 / PMK.07 / 2006 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2007

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

POKOK-POKOK PERUBAHAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1065/MENKES/SK/XI/2008 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

TENTANG BUPATI SERANG,

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 11TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KABUPATEN BLITAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.O7 12013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2Ol4; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2Ol4 dengan Peraturan Menteri Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a2861; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2OO4 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aaoo\

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA -2-4.Undang-UndangNomor25Tahun2oo4tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oo4 Nomor lo4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aa2l); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor t25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44371 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a8a4l; Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO4 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 36371; Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol3 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2Ol4 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol3 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5a6\; Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 20O5 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a5751; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2OO5 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO5 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a5781;

MENTERI KESEHAIAN REPUBLIK INDONESIA -3-11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenlKota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a7371; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2OOT tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a7all; 13. Keputusan Presiden Nomor 42 Tah,un 2OO2 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212l. sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2OlO; 14. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2Ol3 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2Ol4 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OI3 Nomor 91); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2OIO tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2OO9 Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OlO Nomor 59al; 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ll44lmenkes/ PerlVIll2OlO tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OlO Nomor 585), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2Ol3 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol3 Nomor 7aI); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014.

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA -4- Pasal 1 Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2Ol4 yang selanjutnya disebut DAK Bidang Kesehatan diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2Ol4 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014. Pasal 2 DAK Bidang Kesehatan diarahkan untuk kegiatan: a. subbidang pelayanan kesehatan dasar; b. subbidang pelayanan kesehatan rujukan; dan c. subbidang pelayanan kefarmasian. Penggunaan DAK Bidang Kesehatan untuk kegiatan Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan bagi Poskesdes, Puskesmas dan jaringannya yang meliputi: a. pembangunan puskesmas pembantu (Pustu) dan puskesmas di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK); b. peningkatan puskesmas menjadi puskesmas perawatan di wilayah terpencil/sangat terpencil di DTPK dan peningkatan puskesmas menjadi mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PoNED); c. pembangunan sarana instalasi pengolahan limbah; d. rehabilitasi karena rusak berat atau rehabilitasi total puskesmas/puskesmas perawatan, termasuk rumah dinas dokter dan paramedis; e. penyediaan alat kesehatan; f. penyediaan puskesmas keliling (pusling roda 4 dan pusling perairan); dan g. pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA -5- (3) Penggunaan DAK Bidang Kesehatan untuk kegiatan subbidang pelayanan kesehatan rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk pemenuhan/pengadaan sarana, prasarana dan peralatan bagi rumah sakit provinsi/kabupaten/kota yang meliputi: a. pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan tempat tidur kelas III; pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit; Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Intensiue Care Unit (rcu); d. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK); e. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Instalasi Pengolahan Limbah (IPL) rumah sakit; f. Pemenuhan Sarana Prasarana Unit Transfusi Darah (UTD) di rumah sakit atau Bank Darah Rumah Sakit (BDRS); dan g. Pemenuhan peralatan kalibrasi di rumah sakit. (4) Penggunaan DAK Bidang Kesehatan untuk kegiatan subbidang pelayanan kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan untuk: a. penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk fasilitas pelayanan kesehatan dasar untuk kabupatenlkota yang mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN); b. pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana pendukung instalasi farmasi kabupaten/kota; dan c. pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau penyediaan sarana pendukung instalasi farmasi provinsi. Pasal 3 Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2Ol4 dilaksanakan sesuai Petunjuk Teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5 Penghitungan alokasi DAK Bidang Kesehatan, dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: a. penentuan daerah tertentu yang menerima DAK Bidang Kesehatan; dan b. penentuan besaran alokasi DAK Bidang Kesehatan masing-masing daerah. Penentuan kelayakan daerah penerima DAK Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menggunakan Indeks Fiskal Wilayah (IFW) dengan bobot 5Oo/o dan Indeks Teknis (IT) dengan bobot 5Oo/o. Penentuan besaran alokasi DAK Bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menggunakan IFW dengan bobot 2Ooh dan IT dengan bobot 8Oo/o. Pasal 6 Kepala SKPD penerima DAK Bidang Kesehatan sebagai penanggung jawab anggaran sarana pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, dan pelayanan kefarmasian harus menyampaikan laporan triwulan yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK Bidang Kesehatan kepada Dinas Kesehatan Provinsi untuk dikompilasi dan Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan hasil rekapan kompilasi tersebut kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran. Kepala daerah menyampaikan laporan triwulan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DAK kepada: a. Menteri Keuangan; b. Menteri Dalam Negeri; dan c. Menteri Kesehatan.

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA -7 - (3) Penyampaian laporan triwulan kegiatan DAK Bidang Kesehatan dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir. Pasal 7 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

- 8 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 84 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014 A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan yang dilaksanakan harus dapat menjamin bahwa manfaatnya dapat diterima oleh semua pihak, berdampak adil bagi perempuan dan laki-laki (responsif gender). Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada pasal 2 dan 3 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan nondiskriminatif dan normanorma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

- 9 - Pembangunan bidang kesehatan juga menjadi perhatian penting dalam komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs terdapat tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu target 4 (menurunkan angka kematian anak), target 5 (meningkatkan kesehatan ibu) dan target 6 (memerangi HIV dan AIDS, TB dan Malaria serta penyakit lainnya), serta 2 target lainnya yang tidak terkait langsung yaitu target 1 (menanggulangi kemiskinan dan kelaparan) dan target 3 (mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan). Kementerian Kesehatan telah menyusun strategi untuk pencapaian target-target tersebut. Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, perlu adanya pembiayaan kesehatan, yang bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, telah menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga pemerintah baik pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), Pemerintah Pusat memberikan anggaran pada daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. DAK Bidang Kesehatan, diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2014 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014. RKP Tahun 2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2013, merupakan acuan bagi Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian dan Pemerintah Daerah maupun masyarakat termasuk dunia usaha sehingga tercapai sinergi dalam pelaksanaan program pembangunan.

- 10 - DAK Bidang Kesehatan tahun 2014 difokuskan pada Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas dan jaringannya) serta Pos Kesehatan Desa; Pelayanan Kefarmasian untuk Provinsi/Kabupaten/Kota; dan Pelayanan Kesehatan Rujukan (Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota). Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 berisi penjelasan rinci pemanfaatan DAK, dilengkapi informasi dalam pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di daerah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri Keuangan tentang Alokasi dan Pedoman Umum Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2014. Selanjutnya petunjuk teknis ini menjadi pedoman pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014. B. Arah Kebijakan Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan pelayanan kefarmasian dalam rangka akselerasi pencapaian MDGs yang difokuskan untuk menurunkan angka kematian ibu, angka kematian bayi dan anak, penanggulangan masalah gizi serta pengendalian penyakit (menular dan tidak menular) dan penyehatan lingkungan terutama bagi penduduk miskin dan penduduk di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) melalui peningkatan sarana prasarana dan peralatan kesehatan di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Puskesmas dan jaringannya, RS Provinsi/Kabupaten/Kota serta penyediaan dan pengelolaan obat, perbekalan kesehatan, vaksin, yang berkhasiat, aman dan bermutu untuk mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan Tahun 2014. C. Tujuan 1. Umum Membantu mendanai kegiatan fisik bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014.

- 11-2. Khusus Mendukung percepatan pencapaian MDGs yang terkait dengan kesehatan, pelaksanaan SJSN bidang kesehatan, melalui pembangunan/perbaikan/peningkatan sarana prasarana dan peralatan di Poskesdes, Puskesmas dan jaringannya, pemenuhan fasilitas sarana prasarana dan peralatan di RS Provinsi/Kabupaten/Kota dan peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar, terutama bagi pelayanan untuk masyarakat miskin dan DTPK. D. Ruang Lingkup DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 diarahkan untuk kegiatan: 1. Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan bagi Poskesdes, Puskesmas dan jaringannya, meliputi: a. Pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas di DTPK. b. Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan di wilayah terpencil/sangat terpencil di DTPK dan peningkatan Puskesmas menjadi mampu PONED. c. Pembangunan sarana Instalasi Pengolahan Limbah. d. Rehabilitasi karena rusak berat atau rehabilitasi total Puskesmas/Puskesmas Perawatan, termasuk rumah dinas dokter dan paramedis. e. Penyediaan Alat Kesehatan. f. Penyediaan Puskesmas Keliling (Pusling Roda 4 dan Pusling Perairan). g. Pembangunan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)/Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). 2. Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Pemenuhan/pengadaan sarana, prasarana dan peralatan bagi Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota, meliputi: a. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan Tempat Tidur Kelas III. b. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan IGD RS. c. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan ICU RS.

- 12 - d. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan PONEK RS. e. Pemenuhan Sarana, Prasarana Dan Peralatan IPL RS. f. Pemenuhan Sarana Prasarana UTD di RS/BDRS. g. Pemenuhan Peralatan Kalibrasi di RS. 3. Subbidang Pelayanan Kefarmasian, meliputi: a. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk fasilitas pelayanan kesehatan dasar untuk Kabupaten/Kota yang mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). b. Pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau Penyediaan sarana pendukung Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota. c. Pembangunan baru/rehabilitasi dan/atau Penyediaan sarana pendukung Instalasi Farmasi Provinsi. E. Pengalokasian Dan Penyaluran DAK Proses pengalokasian dan penyaluran DAK meliputi: 1. Pengalokasian Penghitungan alokasi DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014, dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu: a. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK Penentuan kelayakan daerah penerima DAK menggunakan Indeks Fiskal Wilayah (IFW) dengan bobot 50% dan IT (Indeks Teknis) dengan bobot 50%. b. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah 1) Penentuan besaran alokasi daerah penerima DAK menggunakan IFW dengan bobot 20 % dan IT dengan bobot 80%. 2) IFW ditentukan berdasarkan Kriteria Umum merupakan kewenangan Kementerian Keuangan dan Kriteria Khusus merupakan kewenangan dari Kementerian/Lembaga terkait, sedangkan kriteria teknis merupakan kewenangan dari Kementerian Kesehatan. 3) Usulan ruang lingkup kegiatan dan besaran alokasi DAK kemudian dibahas dan diputuskan bersama antara pemerintah dengan Panitia Kerja Belanja Transfer ke Daerah DPR RI.

- 13-4) Kaidah-kaidah mengenai mekanisme pengalokasian DAK dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005. 2. Penyaluran DAK Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2014 disalurkan melalui mekanisme transfer yang diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan dan ketentuan peraturan yang berlaku lainnya. a. Penyediaan Sarana, Prasarana Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Penyediaan Obat, BMHP dan Sarana Prasarana Pelayanan Kefarmasian untuk Kabupaten/Kota, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sedangkan penyediaan Sarana Prasarana Pelayanan Kefarmasian untuk Provinsi, disalurkan melalui SKPD Dinas Kesehatan Provinsi. c. Penyediaan Sarana Prasarana Dan Peralatan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Rujukan disalurkan melalui SKPD Rumah Sakit Umum atau Khusus Provinsi/Kabupaten/Kota.

- 14 - BAB II PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN TEKNIS DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2014 A. Perencanaan Sesuai dengan Pasal 162 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) harus saling berkoordinasi dalam penyusunan kegiatannya. Dalam rangka menjaga sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program kesehatan Kabupaten/Kota dengan Provinsi, SKPD yang memperoleh alokasi DAK Bidang Kesehatan agar berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi. Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang disusun mengacu kepada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014. B. Pelaksanaan Teknis 1. Pagu anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 terdiri dari anggaran Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; anggaran Subbidang Pelayanan Kesehatan Rujukan untuk RS Provinsi/Kabupaten/Kota; dan anggaran Subbidang Pelayanan Kefarmasian untuk Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota. 2. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014 harus mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan TA 2014. Ruang lingkup kegiatan DAK dalam juknis ini sifatnya pilihan sesuai dengan subbidang masing-masing dan disesuaikan dengan prioritas nasional. 3. Penggunaan anggaran DAK Bidang Kesehatan 2014 yang tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan 2014 menjadi tanggung jawab Kepala Daerah dan SKPD yang bersangkutan. 4. Tidak diperkenankan pengalihan anggaran ataupun kegiatan antar subbidang karena besaran alokasi per subbidang mempunyai keterikatan dengan Undang Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (UU APBN) Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.07/2013 tentang Pedoman Umum dan Alokasi DAK Tahun Anggaran 2014.

- 15-5. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan anggaran transfer daerah termasuk DAK Bidang Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Keuangan. 6. Daerah penerima DAK wajib menganggarkan dana pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari besaran alokasi DAK yang diterima sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan pasal 61. Pengunaan Dana Pendamping ini merupakan satu kesatuan dengan pagu DAK dan penggunaannya untuk kegiatan fisik yang mengacu pada Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2014. 7. DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik, penelitian, pelatihan, perjalanan dinas, biaya operasional, biaya pemeliharaan/perawatan dan biaya konsultan/jasa/tenaga pelaksana ataupun aspek lainnya sebagai akibat pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan. 8. Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan RS Provinsi/Kabupaten/Kota melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Kesehatan sesuai dengan subbidangnya yang meliputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi fisik kepada Dinas Kesehatan Provinsi, paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September, Desember). 9. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kompilasi dan merekap laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di wilayah kerjanya, kemudian hasil rekapan kompilasi per subbidang meliputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi fisik tersebut dikirimkan ke Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran, paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni, September, Desember). 10. Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang Kesehatan dan dana pendampingnya tidak boleh duplikasi dengan sumber pembiayaan lainnya dari APBN maupun APBD.

- 16 - BAB III SUBBIDANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR A. Pembangunan Puskesmas Pembantu/dan Puskesmas di DTPK 1. Pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) Di era desentralisasi terjadi pengembangan Kabupaten/ Kota diikuti oleh pengembangan kecamatan dan desa. Disetiap kecamatan harus memiliki Puskesmas. Dalam mendekatkan akses pelayanan kesehatan, Puskesmas dibantu oleh keberadaan Puskesmas Pembantu. Puskesmas Pembantu melayani 2-3 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Pembangunan Puskesmas Pembantu juga diperlukan untuk hal-hal khusus seperti Puskesmas Pembantu yang rusak akibat bencana alam, relokasi Pustu yang disebabkan adanya perubahan tata ruang wilayah, dan lain-lain. Pembangunan Puskesmas Pembantu diprioritaskan untuk Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian Ibu yang tinggi. Persyaratan pembangunan Puskesmas Pembantu adalah sebagai berikut : a. Persyaratan Umum 1) Adanya telaah kebutuhan akan adanya Pustu, antara lain karena: a) Mendukung peningkatan pelayanan Puskesmas. b) Mengganti Pustu yang rusak karena bencana alam. c) Relokasi Pustu, yang disebabkan adanya jalur hijau, perubahan tata ruang wilayah, terjadinya masalah hukum pada lokasi fisik bangunan. d) Pustu diharapkan dapat melayani 2 3 desa yang ada. 2) Lokasi: a) Berada di tengah pemukiman penduduk. b) Kepadatan penduduk berkisar antara 3.000 5.000 penduduk, atau terdapat pertimbangan lain. c) Jarak lokasi pembangunan baru Pustu dengan sarana kesehatan lain, dengan kisaran 3 5 km, atau terdapat pertimbangan lain.

- 17-3) Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi: a) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan dan biaya operasional. b) Tersedia tanah yang tidak bermasalah untuk pembangunan. c) Pembangunan belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya. 4) Tersedia rumah dinas bagi petugas bila berada di daerah terpencil atau sangat terpencil. 5) Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang harus disediakan seperti pagar, listrik, air, perlengkapan mebeulair, dan perlengkapan kesehatan yang dibutuhkan. b. Persyaratan Teknis: 1) Luas ruangan/bangunan sesuai dengan kondisi setempat dengan memperhatikan kebutuhan minimal pelayanan/kegiatan. Sedangkan jumlah sarana dan ruangan tergantung jenis pelayanan/kegiatan yang dilaksanakan. Pembangunan baru Pustu dapat menggunakan bahan bangunan yang dihasilkan oleh wilayah setempat. 2) Denah tata ruang agar memperhatikan fungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan. Denah kebutuhan tata ruang mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program. 3) Peralatan kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan pembangunan Pustu mengacu pada buku Pedoman Peralatan. c. Acuan: 1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007. 2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008.

- 18-2. Pembangunan Puskesmas di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) Pembangunan Puskesmas ditujukan untuk peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. a. Persyaratan Umum: 1) Adanya telaah kebutuhan akan adanya Puskesmas di DTPK, antara lain karena : a) Kecamatan pemekaran yang tidak mempunyai Puskesmas. b) Kepadatan penduduk tinggi, jumlah penduduk lebih dari 30.000 penduduk per kecamatan. c) Wilayah kerja sangat luas 2) Lokasi: a) Didirikan pada area yang mudah terjangkau baik dari segi jarak maupun sarana transportasi umum dari seluruh wilayah kerjanya. b) Pertimbangan lainnya yang ditetapkan oleh daerah. 3) Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah, yang berisi: a) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan dan biaya operasional. b) Tersedia tanah yang tidak bermasalah untuk pembangunan c) Pembangunan belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya. 4) Dilengkapi rumah dinas bagi petugas bila berada di daerah terpencil atau sangat terpencil. Rumah dinas berada satu lokasi dengan Puskesmas. 5) Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang harus disediakan seperti pagar, listrik, air, perlengkapan mebeulair, SPAL/IPAL, sarana pembuangan sampah, dan peralatan kesehatan yang dibutuhkan.

- 19 - b. Persyaratan Teknis: c. Acuan 1) Luas lahan dan bangunan tergantung jenis pelayanan kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang optimal. 2) Denah tata ruang a) Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program. b) Setiap pembangunan Puskesmas perlu memperhatikan ruang penyimpanan obat, ruang laboratorium, adanya ruang laktasi/pojok ASI (standar ruang laktasi terlampir), dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gender. 3) Peralatan Kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan pembangunan Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Peralatan. 1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007. 2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008. B. Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan di DTPK dan Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Mampu PONED 1. Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Perawatan di DTPK Peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas Perawatan di DTPK, ditujukan untuk meningkatkan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada pelayanan rawat inap. Sasaran utama Puskesmas yang ditingkatkan menjadi Puskesmas Perawatan adalah Puskesmas yang berada di perbatasan dengan negara tetangga dan Puskesmas yang

- 20 - berada di daerah terpencil / sangat terpencil (daftar terlampir). a. Persyaratan Umum 1) Adanya telaahan kebutuhan akan adanya Puskesmas Perawatan, antara lain karena: a) Puskesmas di wilayah terpencil, tertinggal, kepulauan, perbatasan dengan negara lain sesuai dengan target (101 Puskesmas terlampir). b) Kabupaten pemekaran yang belum tersedia Rumah Sakit. 2) Lokasi Puskesmas: a) Wilayah terpencil/sangat terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan. b) Waktu tempuh lebih dari 2 jam dengan menggunakan sarana transportasi yang tersedia. 3) Ada surat pernyataan yang ditandatangani Kepala Daerah yang berisi: a) Kesanggupan daerah untuk memenuhi ketenagaan dan biaya operasional. b) Tersedia tanah yang tidak bermasalah untuk pembangunan c) Pembangunan belum pernah diusulkan dari sumber dana lainnya. 4) Dilengkapi rumah dinas bagi petugas bagi Puskesmas yang membutuhkan. Rumah dinas harus satu lokasi dengan Puskesmas. 5) Usulan disertai sarana prasarana penunjang yang harus disediakan seperti pagar, listrik, air, perlengkapan mebeulair, SPAL/IPAL, sarana pembuangan sampah, dan peralatan kesehatan yang dibutuhkan. b. Persyaratan Teknis 1) Luas lahan dan bangunan tergantung jenis pelayanan kesehatan/kegiatan yang dilaksanakan guna memberikan pelayanan yang optimal. 2) Denah tata ruang:

- 21 - a) Denah tata ruang Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007 serta lampiran pedoman yang disempurnakan dan pedoman program. b) Setiap pembangunan Puskesmas perlu memperhatikan ruang penyimpanan obat, ruang laboratorium, adanya ruang laktasi/pojok ASI (standar ruang laktasi terlampir), dan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gender. 3) Peralatan Kesehatan Kebutuhan minimal peralatan kesehatan pembangunan Puskesmas mengacu pada buku Pedoman Peralatan. c. Acuan 1) Pedoman Tata Ruang Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2007. 2) Pedoman Peralatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat tahun 2008. 2. Peningkatan Puskesmas Menjadi Puskesmas Mampu PONED Dalam rangka mendekatkan akses penanganan gawat darurat obstetrik dan neonatal, Puskesmas Perawatan perlu di lengkapi dengan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar). Prioritas peningkatan Puskesmas menjadi Mampu PONED adalah Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk yang besar dan Angka Kematian Ibu yang tinggi. a. Persyaratan Umum 1) Adanya telaahan kebutuhan Puskesmas Perawatan mampu PONED dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 2) Lokasi: a) Letak strategis dengan Puskesmas lain dan Rumah sakit atau ketentuan khusus. b) Berada dalam waktu tempuh lebih dari 2 jam ke Rumah Sakit. c) Dapat dilalui dilalui oleh sarana trasportasi umum.