BAB I PENDAHULUAN UPN "VETERAN" JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang serba praktis. Hal ini memungkinkan masyarakat modern sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Di era modern sekarang ini, aktivitas yang dilakukan manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. sel-sel termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologi tubuh dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut ASDI, IDAI, PERSAGI tahun 2014 status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh. Orang yang mempunyai berat badan 40% lebih berat rata-rata populasi mempunyai risiko kematian dua kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata. Overweight yang tidak ditangani secara cepat akan meningkatkan penyakit penyerta, memperpendek usia harapan hidup, serta merugikan dari sisi hilangnya produktivitas pada usia produktif (Adriani, dkk. 2012). Menurut Almatsier tahun 2012 gizi lebih (overweight) dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan dapat memperpendek harapan hidup. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih, gizi lebih pada remaja akan berdampak pada kesehatan ketika dewasa seperti: penyakit degeneratif dan kecenderungan untuk tetap obesitas pada masa dewasa (Dwiningsih, 2013). Prevalensi kegemukan di Indonesia tahun 2010 pada anak laki-laki umur 13-15 tahun yaitu 2,9% sedangkan anak perempuan yaitu 2,0%, secara nasional masalah kegemukan pada anak umur 13-15 tahun masih tinggi yaitu 2,5% (RISKESDAS, 2010). Prevalensi anak dengan masalah gizi lebih pada tahun 2013 secara nasional yaitu 18,8%, terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8% (RISKESDAS, 2013). Prevalensi menurut provinsi, pada provinsi Jawa Barat anak umur 13-15 tahun dengan masalah gizi lebih tahun 2010 terdapat 2,5 %, hasil tersebut meningkat pada tahun 2013 menjadi 7,5% (RISKESDAS, 2010 & 2013). Prevalensi status gizi lebih anak umur 6-14 tahun tahun 2007 di Kabupaten Bogor laki-laki sebesar 4,6%, perempuan 4,0%, di Kabupaten Indramayu anak laki-laki sebesar 5,9%, perempuan 2,1% (RSIKESDAS, 2007), namun Prevalensi status gizi lebih anak umur 13-15 tahun tahun 2013 di 1

2 kabupaten Bogor lebih tinggi dari pada di Indramayu yaitu 8,4% sedangkan di Indramayu sebesar 2,1% (RISKESDAS, 2013). Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang yaitu faktor tidak langsung seperti pengetahuan gizi, dan faktor langsung salah satunya adalah aktivitas fisik, kebiasaan jajan, dan kebiasaan sarapan. Pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi status gizi. Pendidikan biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, serta akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih, 2011). Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi seseorang maka status gizinya akan optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan defninia tahun 2016 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan status gizi, kemudian penelitian lain yang sejalan oleh Semito tahun 2014 dan Gunawan tahun 2013 menyatakan hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dengan status gizi. Pengetahuan gizi dapat memengaruhi pemilihan makanan yang baik untuk kesehatan. Seseorang dengan pengetahuan gizi yang baik akan mendorong orang tersebut untuk mengubah kebiasaan makannya dan pilihan makanannya (Brown, 2012). Sehingga pengetahuan yang baik akan mencerminkan perilaku gizi yang baik dan akan berdampak pada status gizi suatu individu. Faktor yang mempengaruhi status gizi selanjutnya yaitu kebiasaan jajan, kebiasaan jajan seseorang juga dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Perilaku jajan anak sekolah sebagian besar tidak memenuhi syarat gizi. Makanan jajanan di Indonesia belum menerapkan standar yang direkomendasikan WHO, sehingga dinilai berkualitas buruk dan tidak memenuhi standar gizi. Kualitas makanan jajanan yang tidak memenuhi standar gizi termasuk sanitasi, dapat menyebabkan berbagai penyakit menular, serta dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit tidak menular, seperti kanker dan beberapa penyakit degeneratif lainnya. (BALITBANGKES KEMENKES RI, 2015). Makanan jajanan kaki lima sebenarnya menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%, dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan jajanan kaki lima berperan penting terhadap pertumbuhan. Akan tetapi, keamanan jajanan tersebut, baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih

3 dipertanyakan (Susilowati, dan Kuspriyanto, 2016). Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya membuktikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan jajan dengan status gizi lebih secara statistik, kebiasaan jajan memiliki risiko sebesar 7 kali lebih besar terhadap terjadinya status gizi lebih (Mariza, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Waweru dan Nasrudin,dkk pada tahun 2016, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi jajan dengan status gizi. Faktor lain yang dapat memengaruhi status gizi antara lain yaitu kebiasan sarapan. Kebiasaan sarapan dengan makanan bergizi merupakan perilaku hidup sehat yang penting bagi anak dan remaja terutama masa sekolah agar dapat secara optimal mengikuti proses belajar serta status gizinya (BALITBANGKES KEMENKES RI, 2015). Hal ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Restiani tahun 2012 terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi, serta sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rosyidah, dkk. (2015) dan gunawan (2013) yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi. Aktivitas fisik juga merupakan faktor langsung yang dapat memengaruhi status gizi. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama serta seberapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2002). Penurunan berat badan pada seseorang yang memiliki status gizi lebih (overweight) pada remaja dapat dilakukan dengan meningkatkan aktivitas fisik karena dengan aktivitas fisik yang meningkat, energi yang digunakan lebih banyak dan membuat keseimbangan energi terjaga, serta status gizinya dapat optimal (Patrick et al., 2002). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mentari pada tahun 2016, terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi, kemudian penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan olah Defnia tahun 2016 yaitu terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi di Sekolah Menengah Pertama Mardi Yuana Depok. Berdasarkan hasil observasi pada studi pendahuluan yang dilakukan di sekolah Ar-Rahmah Kabupaten Bogor, sebanyak 40% siswa di SMPIT Ar- Rahmah mempunyai status gizi lebih atau overweight, serta 60% siswa di SMPIT

4 Ar-Rahmah mempunyai status gizi normal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan, kebiasaan jajan, kebiasaan sarapan, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa kelas VII, dan VIII di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Ar-Rahmah Kabupaten Bogor. I.2 Tujuan Penelitian I.2.1 Tujuan Umum : Mengetahui hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan jajan, kebiasaan sarapan, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa sekolah menengah pertama SMPIT Ar- Rahmah, Kabupaten Bogor tahun 2017. I.2.2 Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui gambaran status gizi menurut IMT/U siswa Sekolah Menengah Pertama di Ar-Rahmah 2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi siswa di Sekolah Menengah Pertama di Ar-Rahmah 3. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan jajan siswa di Sekolah Menengah Pertama di Ar-Rahmah 4. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan sarapan siswa di Sekolah Menengah Pertama di Ar-Rahmah. 5. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik siswa di Sekolah Menengah Pertama di Ar-Rahmah 6. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi 7. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi jajan dengan status gizi 8. Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi 9. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi

5 I.3 Rumusan Masalah Salah satu masalah gizi yang dihadapi pada remaja yaitu kegemukan bukan hanya tidak enak dipandang tetapi dapat menimbulkan berbagai penyakit yang berbahaya bagi kesehatan seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan dapat memperpendek harapan hidup. Prevalensi remaja umur 13-15 tahun yang mengalami kegemukan (overweight) baik secara nasional, provinsi jawa barat, maupun kabupaten bogor sendiri mengalami kenaikan. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi status gizi, antara lain pengetahuan gizi, kebiasaan jajan, kebiasaan sarapan,dan aktivitas fisik. Pendidikan dikaitkan dengan pengetahuan akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi, kebiasaan mengkonsumsi jajanan tinggi lemak yang dikonsumsi secara berlebihan dan didukung oleh kurangnya aktivitas fisik dapat menciptakan kegemukan pada remaja. Kebiasan sarapan dengan makanan bergizi merupakan perilaku hidup sehat yang penting bagi anak dan remaja terutama masa sekolah agar dapat secara optimal mengikuti proses belajar. Hormon estrogen dan progesteron yang naik turun selama masa pubertas mengakibatkan berubahnya gaya hidup dan mengurangi aktivitas fisik karena lesu yang dirasakan, sehingga memperlambat metabolisme tubuh sehingga menyebabkan kenaikan berat badan pada perempuan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan, konsumsi jajan, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa kelas VII, dan VIII di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Ar-Rahmah. Lokasi dipilih dengan alasan belum adanya penelitian mengenai hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan jajan, kebiasaan sarapan, dan aktivitas fisik dengan status gizi siswa yang dilakukan di SMPIT Ar-Rahmah.

6 I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta manfaat praktis bagi program studi S1 Ilmu Gizi, mahasiswa, maupun bagi peneliti. I.4.1 Bagi Program Studi Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan keilmuan bagi program studi S-1 Ilmu Gizi Universitas Pembangunanan Veteran Jakarta. I.4.2 Bagi Sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perencanaan program pencegahan dan penanggulangan gizi pada siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Ar-Rahmah. I.4.3 Bagi Peneliti Lain Diharapkan, penelitian ini dapat memberikan informasi dan melengkapi penelitian-penelitian terdahulu serta bahan masukan bagi studi selanjutnya untuk penelitian yang lebih luas. I.5 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi pada siswa di SMP Ar-Rahmah 2. Ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi pada siswa di SMP Ar-Rahmah 3. Ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi pada siswa di SMP Ar-Rahmah 4. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa di SMP Ar-Rahmah

7 I.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer untuk melihat hubungan pengetahuan, kebiasaan jajan, kebiasaan sarapan, dan aktivitas fisik dengan status gizi pada siswa di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Ar-Rahmah, serta data sekunder meliputi jumlah siswa dan profil sekolah SMPIT Ar-Rahmah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner, identitas siswa, serta pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dari pengambilan data tersebut didapat data primer meliputi berat badan, tinggi badan, data identitas responden, kuesioner pengetahuan, kebiasaan jajan, kebiasaan sarapan, dan aktivitas fisik.