Ringkasan Eksekutif Wilayah Indonesia yang sangat luas memerlukan pemerataan pembangunan kesehatan dan merupakan pekerjaan yang harus terus dibenahi oleh pemerintah. Pembenahan berdasarkan kebijakan dan rencana strategis untuk pembangunan kesehatan nasional membutuhkan data kesehatan yang komprehensif, dapat digunakan sebagai acuan, dan dapat memberikan gambaran kondisi kesehatan masyarakat Indonesia. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam penyediaan data kesehatan dilakukan melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Data Riskesdas menunjukkan adanya perbaikan status gizi, tingkat kesehatan ibu membaik, secara umum status kesehatan anak terjadi penurunan, proporsi penyakit menular membaik tetapi terjadi sebaliknya dengan penyakit tidak menular. Status penyakit ini sejalan dengan cakupan perilaku. Proporsi pengetahuan terhadap akses pelayanan kesehatan masih sangat rendah tetapi akses terhadap pelayanan kesehaan tradisional sudah cukup baik. Pendahuluan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mempunyai peran dalam mengawal kebijakan dan legitimator program pembangunan kesehatan. Penetapan kebijakan strategis (RPJMN, Renstra) dan perencanaan program diperlukan data status kesehatan dan determinannya yang diukur di masyarakat. Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dibuat menjadi trend dengan menggunakan Riskesdas secara serial 5 tahunan. Riskesdas banyak dipakai sebagai bahan penyusunan kebijakan baik oleh Kemenkes, Bappenas, TNP2K, dan K/L Lainnya, termasuk Pemerintah Daerah. Riskesdas bertujuan untuk menilai perubahan indikator terkait derajat kesehatan (pelayanan kesehatan, lingkungan dan juga perilaku) tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Riskesdas juga dipergunakan untuk melihat perkembangan IPKM di Kabupaten/Kota. Hasil penelitian dan analisis masalah A. Hasil Penelitian Page 1 of 7
Status Gizi Adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek (stunting) turun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebagai berikut 10,5% (Riskesdas 2007), 14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018). Kesehatan Ibu Tingkat kesehatan ibu semakin membaik yang terlihat dari meningkatnya proporsi pemeriksaan kehamilan dari 95,2% (Riskesdas 2013) menjadi 96,1%. Proporsi pemeriksaan kehamilan (k1 ideal) dari 81,3% (Riskesdas 2013) menjadi 86%, proporsi pemeriksaan kehamilan (k4) dari 70% (Riskesdas 2013) menjadi 74,1%, proporsi persalinan di fasilitas kesehatan dari 66,7% (Riskesdas 2013) menjadi 79,3%. Proporsi pelayanan kunjungan nifas lengkap juga meningkat dari 32,1% (Riskesdas 2013) menjadi 37%. Kesehatan Anak Cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan pada Riskesdas 2018 sebesar 57,9% menurun jika dibandingkan Riskesdas 2013 sebesar 59,2%. Adapun proporsi berat badan lahir di bawah 2500 gram (BBLR) sebesar 6,2% dan proporsi panjang badan lahir di bawah 48 cm sebesar 22,7%. Penyakit Menular Prevalensi penyakit menular seperti ISPA, malaria dan diare pada balita mengalami penurunan jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013. Prevalensi ISPA turun dari 13,8% menjadi 4,4%, malaria turun dari 1,4% menjadi 0,4%, sama halnya dengan diare pada balita juga turun dari 18,5% menjadi 12,3%. Penting untuk menjadi perhatian yaitu prevalensi tuberkulosis (TB) Paru berdasarkan diagnosis dokter tidak mengalami pergeseran, yakni sebesar 0,4% dan prevalensi pneumonia yang naik dari 1,6% menjadi 2%. Page 2 of 7
Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa, dan Kesehatan Gigi Mulut Hasil Riskesdas 2018 juga menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker naik dari 1,4 permil (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 permil; prevalensi stroke naik dari 7 permil menjadi 10,9 permil; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2 permil menjadi 3,8 permil. Hasil pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur. Prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) meningkat dari 7,2% (Riskesdas 2013) menjadi 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Data proporsi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3% menjadi 3,3%. Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8% mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Hal lainnya adalah proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5%. Peningkatan proporsi gangguan jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7 permil menjadi 7 permil. Untuk kesehatan gigi dan mulut, Riskesdas 2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2%. Adapun proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%. Disabilitas dan Cedera Data Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi disabilitas pada umur 5-17 tahun sebesar 3,3% dan pada umur 18-59 tahun sebesar 22%. Pada umur 60 ke atas 2,6% Page 3 of 7
mengalami disabilitas berat dan ketergantungan total. Terjadi penurunan cidera yang terjadi di jalan raya yaitu dari 42,8% (Riskesdas 2013) menjadi 31,4%. Kesehatan Lingkungan Data kesehatan lingkungan terlihat dari pemakaian air per hari dan pengelolaan sampah. Dibandingkan dengan Riskesdas 2013, di rumah tangga pemakaian air kurang dari 20 liter per orang per hari turun dari 5% menjadi 2,2%. Untuk pengelolaan sampah, rumah tangga yang mengelola dengan membakar sebesar 49,5%. Akses Pelayanan Kesehatan Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi pengetahuan rumah tangga terhadap kemudahan akses ke rumah sakit sebagai berikut; mudah 37,1%; sulit 36,9%; dan sangat sulit 26%. Analisis dilihat dari jenis transportasi, waktu tempuh dan biaya. Pelayanan Kesehatan Tradisional Pelayanan kesehatan tradisional Riskesdas 2018 dilihat dari pemanfaatan taman obat keluarga (toga), proporsinya sebesar 24,6%. Proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional sedikit meningkat, dari 30,4% (Riskesdas 2013) menjadi 31,4%. B. Analisis Masalah 1. Dampak Kematian Maternal (AKI) masih tinggi dan kematian neonatus merupakan proporsi terbesar dari kematian bayi Status gizi balita membaik, tetapi masih di atas cut-off WHO sehingga masih menjadi public health problem Cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) belum mencapai hasil yang diharapkan sehingga menyebabkan muncul kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Page 4 of 7
Trend beban PTM naik secara signifikan (Stroke, Penyakit Jantung Iskemik, DM, PGK, Hipertensi, Penyakit Jantung Hipertensif, Kanker). Faktor risiko PTM mencakup: factor metabolik, perilaku, dan lingkungan Trend beban PM langsung secara umum menurun, kecuali TB Paru dan prevalensi pneumonia masih masalah 2. Penyebab Cakupan pelayanan KIA membaik, tapi kualitas belum optimal. Penyebab kematian ibu: Eclampsia, perdarahan, infeksi, dan abortus Mutu intervensi gizi belum optimal (ketepatan sasaran PMT, tingkat kecukupan TTD, kualitas IMD, kualitas ASI eklusif belum optimal). Konvergensi intervensi spesifik dan sensitive belum optimal Cakupan program imunisasi wajib (imunisasi dasar lengkap/idl) mengalami penurunan, karena isu halal dan dan misunderstanding isu efek samping (autism, dll). Program Posbindu belum optimal melakukan perubahan perilaku (life style), skrining kasus kurang sesuai dengan metode pengobatan. Program Germas masih belum optimal diimplementasikan dalam menggerakkan lintas sektor Belum optimalnya kegiatan program Pengendalian Vektor Terpadu serta upaya deteksi kasus TB Paru masih di bawah target Konteks Kebijakan Terkait Strategi pemerintah untuk mengurangi jumlah kematian maternal dan anak yaitu perlu melakukan perbaikan mutu pelayanan KIA (Remaja, Bumil, Nifas), perbaikan mutu pelayanan neonatal (KN1,2,3), penguatan Implementasi SPM dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) serta peran aktif dokter dalam penanganan permasalahan ibu dan anak. Dalam penanggulangan status gizi balita, diperlukan perbaikan ketepatan dan mutu pelayanan gizi, revitalisasi Posyandu yaitu dengan menjadikan Posyandu sebagai Page 5 of 7
ujung tombak penanggulangan stunting, penguatan implementasi SPM dengan pendekatan keluarga (PIS-PK). Penguatan pelaksanaan program imunisasi dalam gedung dan luar gedung (Posyandu, backlog fighting, dll), penguatan surveilans imunisasi (PWS Imunisasi) dan Surveilans PD3I diharapkan dapat meningkatkan cakupan IDL. Kolaborasi tokoh masyarakat (ulama) untuk menangkal isu negative vaksin serta ketersediaan vaksin yang halal perlu diupayakan seoptimal mungkin. Menurunkan beban PTM di rumah tangga perlu meningkatkan upaya deteksi faktor risiko yang ditindaklanjuti dengan upaya edukasi di keluarga dan masyarakat. Perluasan dan penguatan Posbindu dalam edukasi, skrining, dan rujukan pengobatan, serta gerakan hidup sehat dimanapun berada (rumah dan tempat kerja). Selain itu, diperlukan pula penguatan implementasi SPM dan PIS-PK dan gerakan kerjasama multisektor. Perluasan dan penguatan pengendalian vektor terpadu untuk PM Tular Vektor, peningkatan upaya deteksi kasus TB dan implementasi strategi SPM dan PIS-PK diharapkan dapat menjadi solusi dan strategi dalam menurunkan beban PM di masyarakat. Rekomendasi Kebijakan 1. Strategi menurunkan kematian maternal dan neonatal adalah melalui peningkatan cakupan dan mutu pelayanan remaja, bumil, bulin, dan bufas, dengan memperkuat system rujukan posyandu, puskesmas, dan rumah sakit. Apabila terdapat factor risiko, maka harus ditangani oleh dokter 2. Untuk penurunan stunting perlu implementasi konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitive di setiap level pemerintahan (pusat, provinsi, kab/kota, kecamatan, desa, posyandu) melalui revitalisasi posyandu, perbaikan survailans gizi, pemenuhan kebutuhan gizi pada 1000 HPK (Pangan Lokal) 3. Guna peningkatan cakupan dan mutu imunisasi perlu penguatan pelayanan dalam Gedung dan luar gedung, survailans imunisasi (PWS Imunisasi), Survailans PD3I, Page 6 of 7
upaya terencana untuk menanggulangi kampanye negative imunisasi (isu halal, isu efek samping) 4. Strategi penanggulangan PTM mencakup: (1) penguatan promotive-preventif: edukasi factor risiko, skrining, pengobatan dini, untuk menangkap the missing men, (2) penguatan pelayanan primer dan UKBM/ pemberdayaan masyarakat, (3) aksi multisector, (3) perluasan dan penguatan fungsi Posbindu (upaya edukasi, skrining, dan pengobatan dini), baik Posbindu Masyarakat maupun Posbindu Tempat Kerja 5. Penanggulangan PM Tular Vektor, khususnya DBD, perlu penguatan penanggulangan vector terpadu, perubahan jumantik menjadi jurbastik di tiap unit bangunan (RumahTangga, Sekolah, Masjid, dll) Ucapan Terima Kasih Terima kasih atas dukungan i Menteri Kesehatan yang telah memberikan kepercayaan kepada Badan Litbangkes dalam menunjukkan karya baktinya. Penghargaan dan terima kasih kepada seluruh tim yang penuh dedikasi dalam pelaksanaan Riskesdas. Daftar Pustaka 1. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013; 2013. 2. Kementerian Kesehatan. Laporan Nasional Riskesdas 2018; 2018. 3. Kementerian Kesehatan. Riskesdas 2018: Menyelami Kondisi Kesehatan Masyarakat Indonesia. (Edisi Desember 2018).; 2018. 4. Kementerian Kesehatan. Hasil Utama Riskesdas 2018.; 2018. 5. Redaksi. Potret Kesehatan Indoinesia dari Riskesdas 2018. https://jpp.go.id/humaniora/kesehatan/327123-potret-kesehatan-indonesia-daririskesdas-2018. Published 2018. Accessed August 9, 2019. Penulis: Ika Dharmayanti, Dwi Hapsari, Nariyah Handayani Page 7 of 7