BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

HUBUNGAN STRES LANSIA DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DUSUN PURWOSARI MLATI SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk kelompok lanjut usia belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya usia lanjut, lanjut usia (lansia), ada yang menyebutnya golongan lanjut umur (glamur), jompo, bahkan di Inggris orang biasa menyebutnya warga negara senior (Tamher, dkk, 2009). Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, dan produktif (Maryam, dkk, 2008). Menurut Nugroho (2000) pertambahan penduduk di seluruh dunia semakin cepat, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia akan meningkat sekitar 11% pada tahun 2020 dengan angka harapan hidup 70-75 tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan jumlah lanjut usia di Indonesia akan mencapai 1,2 miliar. Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah lansia di Indonesia cenderung meningkat. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa 1

2 (7,18%), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%). Sedangkan organisasi kesehatan dunia (WHO) telah memperhitungkan pada tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia akan mengalami peningkatan sebesar 414%. Sementara itu, angka tersebut meningkat dibanding tiga tahun lalu, yakni 72 tahun untuk warga perempuan, dan 70 tahun warga laki-laki. Jumlah populasi kelompok lanjut usia di Indonesia apabila tidak ditangani dengan serius penambahan usia lanjut akan menimbulkan masalah di bidang kesehatan, ekonomi, dan sosial. Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan baik yang bersifat promotif dan preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna. Penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam, dkk, 2008). Menurut Darmodjo dkk (2006), proses menua merupakan proses yang terus menerus yang dimulai sejak manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan kemampuan jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Proses menua ini dipengaruhi berbagai macam faktor, maka diperlukan upaya untuk mempertahankan fungsi semangat hidup. Manusia akan mengalami tua akan tetapi akan menjadi lebih baik menjadi tua yang sehat.

3 Tahap lansia merupakan proses yang paling krusial. Dalam tahap ini, manusia secara alami terjadi penurunan dan perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan lansia dalam melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk, akan tetapi ciri-ciri lanjut usia cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan daripada kebahagiaan. Itulah sebabnya mengapa usia lanjut lebih rentan daripada usia madya (Affandi, 2008). Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi ompong, pendengaran dan penglihatan mulai berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban. Kemunduran yang lain berupa kemampuan kognitifnya menjadi sering lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal baru (Maryam, dkk, 2008). Berdasarkan data Inggris ada 12 macam penyakit dan gangguan pada lansia. Salah satu gangguan penyakit tersebut adalah kecemasan. Gejala neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia. Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilik serta daya menilai realitasnya yang baik (Kuntjoro, 2002). Gangguan mental yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah depresi, insomnia, ansietas

4 dan delirium (Maryam dkk, 2008). Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Salah satu masalah psikologis yang dapat muncul pada lansia adalah kecemasan. Kecemasan dianggap sebagai suatu bagian yang normal pada proses penuaan. Bersamaan dengan menjadi lebih lemah, seringnya menderita sakit dan nyeri, serta mulai berkurangnya sel-sel otak (Kennard, 2009). Walaupun kecemasan ini merupakan masalah yang sering terjadi pada lansia akan tetapi penelitian tentang masalah ini sangat sedikit. Oleh karena kurangnya evidence, para dokter seringkali berpikir bahwa penyakit ini jarang terjadi pada lansia sehingga seringkali tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan. Padahal pada kenyataannya kecemasan ini cukup sering muncul pada lansia dan dapat berakibat buruk pada kualitas hidup para lansia (Lenze, 2000). Kecemasan pada lansia dapat berupa kecemasan akan kematian, yang bagaimanapun juga proses menua merupakan tahap akhir dari alur kehidupan manusia. Apalagi jika lansia tersebut juga menderita penyakit kronis. Cemas juga dapat disebabkan karena ketakutan akan kehilangan atau ditinggalkan oleh orangorang terdekatnya. Disebabkan oleh perasaan para lansia yang terkadang merasa bahwa dirinya tidak berguna. Serta dapat pula disebabkan oleh hal-hal lain (Tamher dkk, 2009). Kecemasan bisa timbul dikarenakan adanya konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Ketakutan juga

5 merupakan faktor penyebab kecemasan, misalnya ketakutan akan sesuatu (takut gagal atau takut akan penolakan). Cemas merupakan hasil frustasi yang menimbulkan rasa ketidakberdayaan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Pengobatan juga dapat menyebabkan gangguan kecemasan, yaitu pengobatan yang mengandung benzodiazepine, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmitter (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron yang menghasilkan kecemasan (Suliswati, dkk, 2005). Dalam Alq disebutkan bahwa Allah menjadikan manusia itu untuk diuji sebagaimana tercantum sebagai berikut: dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang- Menurut Stuart (2006) untuk mengatasi kecemasan seorang individu dapat menggunakan sumber koping yang ada di lingkungan yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan salah satu koping yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan. Dukungan sosial adalah perasaan diterima, dicintai, dihormati dan dibutuhkan. Dukungan sosial memungkinkan seseorang mampu menyesuaikan diri dengan keadaannya merasa dirinya berharga dan dapat mengurangi ketidakberdayaan dan putus asa. Menurut Friedman (2003), adanya dukungan sosial yang adekuat akan menurunkan angka mortalitas, lebih cepat sembuh dari penyakit, meningkatkan fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Hasil wawancara dengan 2 orang petugas PSTW pada bulan Februari 2012 yang lalu menyatakan bahwa lansia yang sendirian, jauh dari keluarga

6 kadang timbul rasa sedih karena keluarga jarang berkunjung. Hal inilah yang menyebabkan kecemasan pada lansia. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 5 orang lansia di PSTW Budhi Luhur Yogyakarta mereka mengatakan sudah cukup senang tinggal di PSTW ini karena banyak teman, tapi para lansia juga mengatakan ingin sekali berkumpul bersama keluarganya (anak, cucu, dan keluarga yang lain). Peneliti melakukan penelitian di PSTW Budhi Luhur ini, karena di PSTW ini peneliti menemukan masalah seperti lansia mengatakan kalau mereka sering mengalami susah tidur, kadang merasa gelisah, dan kekhawatiran yang tidak jelas penyebabnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budhi Luhur Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui adanya hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi luhur Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkat dukungan sosial pada lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Yogyakarta.

7 b. Diketahuinya tingkat kecemasan yang dihadapi lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Yogyakarta. c. Diketahuinya hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan mendapat pengalaman melakukan penelitian tentang hubungan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan lansia yang tinggal di PSTW. 2. Bagi PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta Agar dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan dan dapat mengklarifikasi masalah kecemasan yang dihadapi lansia secara dini serta dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kebutuhan lansia akan dukungan sosial sehingga membantu memberikan dukungan pada lansia. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu keperawatan terutama dalam keperawatan gerontik, sehingga perawat dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk lansia dan komunitas. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya

8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut tentang pengaruh dukungan sosial dengan kecemasan yang dialami lansia saat tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang dukungan sosial dengan kecemasan sudah banyak dilakukan, tetapi peneliti belum pernah menemukan atau membaca hasil penelitian yang mempunyai kesamaan judul, namun ada beberapa yang mempunyai kesamaan tema. Beberapa penelitian tersebut antara lain: 1. Hubungan dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup di Panti Sosial Tresna Werdha unit Abiyoso Yogyakarta oleh Andri tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah deskriptif menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata lansia menerima sumber dukungan terbanyak dari sumber sekunder (teman, kenalan, tetangga, dan rekan kerja) dalam kategori sedang. Sedangkan tingkat kecemasannnya dalam kategori ringan. Perbedaan dengan peneliti yaitu tempat penelitiannya dilakukan di PSTW unit Abiyoso Sleman Yogyakarta, dan instrumen untuk mengukur kecemasan menggunakan T-MAS sedangkan persamaannya adalah pada jenis penelitian yaitu deskriptif, dengan metode kuantitatif dan pendekatan secara cross sectional. 2. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di rumah sakit umum Aisyiyah Ponorogo oleh Nurhidayat tahun 2005. Penelitian

9 ini menggunakan rancangan cross sectional dengan metode kuantitatif bersifat deskriptif korelatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat dukungan keluarga pada pasien pre operasi pada kategori tinggi dan tingkat kecemasan pasien pre operasi pada tingkat ringan serta terdapat korelasi sedang antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Perbedaan dengan peneliti adalah subjek penelitian ini yaitu lansia yang tinggal di PSTW Budhi Luhur Yogyakarta sedangkan persamaannya adalah pada jenis penelitiannya deskriptif dengan metode kuantitatif dan pendekatan secara cross sectional. 3. Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia sekolah diruang anak RSUD Merauke oleh Wibowo tahun 2008. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan cross sectional. Hasilnya, mayoritas dukungan keluarga yang diberikan oleh orangtua pada anak dalam kategori tinggi sedangkan kecemasan akibat hospitalisasi dalam kategori sedang. Perbedaannya adalah subjek dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah, dan variabel bebasnya dukungan keluarga sedangkan persamaannya pada variabel terikatnya dan rancangan penelitiannya. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian yang diadopsi dari kuesioner Gamayanti (2006) dengan penentuan skor dengan skala likert. 4. Hubungan antara usia lanjut dengan tingkat kecemasan pada penghuni Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh

10 Hayati 2006. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah lansia di PSTW Yogyakarta dengan pengambilan sampel secara teknik purposive sampling. Hasilnya, tidak ada perbedaan yang signifikan dari tingkat kecemasan pada lansia yang berumur 60-69, 70-79, >80 tahun. Hal ini terjadi karena tidak adekuatnya sampel dan teknik pengambilan sampelnya salah. Perbedaannya dengan peneliti yaitu cara pengambilan sampelnya dan variabel bebasnya, sedangkan persamaannya yaitu subjek penelitiannya, variabel terikatnya, tempat penelitiannya dan metode penelitiannya. 5. Hubungan senam lansia dengan tingkat kecemasan pada lansia di PSTW Budhi Luhur Bantul Yogyakarta oleh Hidayati 2003. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengikuti senam lansia, dan cara pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Hasilnya, frekuensi senam lansia tidak berkorelasi secara signifikan dengan kecemasan. Lansia yang mengalami cemas ringan 57,5%, sedang 25%, tidak cemas 17,5%. Perbedaannya dengan peneliti yaitu variabel bebasnya yaitu frekuensi senam lansia sedangkan persamaannya dengan peneliti variabel terikatnya sama-sama tingkat kecemasan, tempat penelitiannya dan metode penelitiannya. 6. Hubungan dukungan sosial keluarga dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan kebidanan angkatan IV semester VI Politeknik Kesehatan

11 Palangkaraya oleh Legawati 2005. Jenis penelitian ini observational non eksperiment dengan pendekatan cross sectional. Subjek pada penelitian ini yaitu mahasiswa jurusan kebidanan, dengan variabel terikatnya yaitu prestasi belajar. Instrumen penelitiannya dengan menggunakan data sekunder berupa transkrip nilai. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Legawati, uji validitasnya dengan menggunakan Product Moment sedangkan uji reliabilitasnya dengan menggunakan Alpha Cronbach dan analisis data dengan menggunakan Product Moment. Penelitian ini menunjukkan hasil prestasi belajar mahasiswa terbanyak adalah kategori memuaskan sebanyak 17 orang (36,2%), dan dukungan sosial keluarga yang didapatkan terbanyak adalah kategori sedang sebanyak 48,9%, sedangkan hasil nilai r hitung =0,500 yang dikonsultasikan pada tabel interpretasi koefisien korelasi yang menunjukkan adanya hubungan yang negatif dengan keeratan hubungan sedang. Perbedaan dengan peneliti yaitu terletak pada lokasi dan variabel terikatnya. Persamaannya terletak pada variabel bebas dan desain penelitiannya.