BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.



dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 1 PENDAHULUAN. baik pada usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

STUDI DESKRIPTIF DUKUNGAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE DALAM MENJALANI REHABILITASI STROKE DI RSUD BENDAN PEKALONGAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke juga merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sumbatan penyempitan dan pecahnya pembuluh darah. killer, diabetes mellitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Proses alami ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Contantinides, 1994 dalam Nugroho, 2000). Usia lanjut merupakan suatu periode dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh (Papalia, 2007). Secara umum, populasi penduduk lansia 60 tahun ke atas pada saat ini di negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan. Jumlah penduduk lanjut usia di dunia saat ini diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Antara tahun 2007 dan 2050, presentasi jumlah penduduk lansia di Amerika Afrika diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,3% mencapai 11%, sementara itu perkiraan peningkatan jumlah populasi lansia juga terjadi di Asia antara tahun 2007 dan 2050 dari 2,3% mencapai 7,8% (Meiner, 2011). Peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia dimulai pada tahun 1971 sebesar 4,48%, pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia sebesar 7,28%,

2 kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 9,77%, dan pada tahun 2020 diproyeksikan menjadi sebesar 11,34% (Astuti et al, 2007). Dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia paling tinggi ada di Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%), sedangkan Sumatra Barat menduduki posisi ke tujuh yaitu 8,09% (Susenus, 2012). Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Dampak meningkatnya jumlah lansia ini dapat dilihat pada kemunduran fungsi organ yang menyebabkan kelompok ini rawan terhadap penyakit-penyakit degeneratif di samping masih adanya penyakitpenyakit infeksi (Constantinides, 1994 di dalam Darmojo dan Martono, 2006). Menurut Menkes (2012) masalah yang sering ditemui pada lansia dalam kehidupan sehari hari yaitu penyakit jantung koroner (32 %), hipertensi (31,7%), arthritis (30,3%), cedera (7,5%). Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi di Indoneia (15,4%) (Riskesdas, 2007). Stroke merupakan penyebab umum kematian urutan ketiga dinegara maju setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang Amerika mengalami stroke, dan 150.000 orang meninggal akibat stroke atau akibat komplikasi segera setelah stroke. Setiap saat 4,7 juta orang di Amerika Serikat pernah mengalami stroke, mengakibatkan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan stroke mengeluarkan biaya lebih $18 milyar setiap tahun

3 (Goldszmidt, 2011). Menurut Yayasan Stroke Indonesia terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir, bahkan menurut survey tahun 2004, stroke menyerang 35,8% pasien usia lanjut dan 12,9% pada usia yang lebih muda. Penelitian lain mengatakan lebih dari 80 % stroke non hemoragik terjadi pada lanjut usia (Chen, 2010). Insidens stroke karena perdarahan (Hemoragik) lebih s ering terjadi pada usia 40 60 tahun sedangkan akibat infark (Non perdarahan) lebih sering dijumpai pada usia 60 90 tahun. Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun. Dari jumlah penderita itu sekitar 2,5% / 250.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun lumpuh berat (Junaedi dan Iskandar, 2007). Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007). Klasifikasi stroke dibagi menjadi dua, yaitu pendarahan yang mendadak karena pecahnya pembuluh darah di otak (stroke hemoragik), dan asupan darah ke otak berkurang atau pengumpulan darah atau penyumbatan pembuluh darah (non hemoragik) (Sutrisno, 2007). Stroke non hemoragik adalah suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian bagian otak tersebut (Junaidi, 2011). Stroke non hemoragik memiliki persentase paling besar yaitu sebesar 80%, terbagi atas subtipe stroke trombotik dan embolik yang dapat

4 mengurangi sirkulasi atau kebutuhan darah di otak atau mengakibatkan kematian neuron yang diperlukan otak (Agoes, 2011). Sumatera Barat memiliki Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) sebagai Rumah sakit rujukan bagi penderita Stroke. Rumah sakit ini terletak di kota Bukittinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis RS. Stroke Nasional Bukittinggi, pada tahun 2011 jumlah kunjungan stroke di unit rawat jalan berjumlah 6.971 orang, dengan stroke non hemoragik 6.698 orang dan stroke hemoragik 273 orang pada tahun 2012 jumlah kunjungan stroke di unit rawat jalan berjumlah 7.406 orang, dengan stroke non hemoragik 7.196 orang dan stroke hemoragik 210 orang dan di tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah kasus stroke menjadi 8.296 orang, dengan stroke non hemoragik 7.925 orang dan stroke hemoragik 371 orang, dengan 1483 orang pasien baru. Hasil penelitian Nastiti (2012) menyebutkan bahwa stroke no n hemoragik mencapai angka 85% lebih tinggi dibandingkan stroke hemoragik yang hanya mencapai angka 15%. Penderita stroke yang memiliki riwayat stroke non hemoragik memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami stroke ulangan dibanding penderita stroke dengan riwayat stroke hemoragik sebelumnya (Anjani, 2009). Menurut NSA (2007) di dalam Fathimah ( 2014) persentase serangan stroke berulang dalam waktu 30 hari adalah 3%-10%, dalam waktu 1 tahun 5% - 14 %, dan dalam waktu 5 tahun 25% - 40%. Beberapa studi lain menyebutkan bahwa kejadian stroke berulang 29,52 %, yang paling sering terjadi pada usia 60 69 tahun (36,5 %), dan pada kurun waktu 1-5 tahun (78,37 %) Handayani (2013).

5 Stroke yang menyerang lanjut usia menyebabkan ketergantungan lanjut usia semakin meningkat. Pada lansia terjadinya proses menua yang mengakibatkan kelemahan (impairment), keterbatasan (disability) dan keterlambatan atau ketidak mampuan ( handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Nugroho, 2000). Akibat proses menua menyebabkan lansia tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari sehingga membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, pemenuhan kebutuhan dasarnya dilakukan secara dependen dengan bantuan caregiver baik perawat ataupun keluarga (Sonatha, 2012). Teori tentang perawatan diri yang diperkenalkan oleh Orem menekankan pada tujuan keperawatan untuk memandirikan pasien. Teori tersebut dapat dijadikan dasar dalam pemberian perawatan pada pasien pasca stroke dalam memenuhi kebutuhan aktivitas dasar sehari-harinya (Potter&Perry, 2005). Pasien pasca stroke mengakibatkan berbagai masalah kecatatan fisik seperti mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan (90%), kesulitan berjalan atau gangguan keseimbangan (16,43%), mandi (14,04%), makan (3,39%), gangguan inkontinensia urin (15-20%). Suwantara (2004) menyatakan, kira-kira 30% penderita stroke menunjukkan gangguan bicara, sekitar 15-25% mengalami gangguan memori yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari pada pasien tersebut. Kelemahan atau kelumpuhan ini seringkali masih dialami pasien sewaktu keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, hal yang perlu dipertimbangkan oleh keluarga adalah tingkat kemandirian atau tingkat ketergantungan pasien

6 terhadap orang lain dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (AKS) Mulyatsih (2008). Aktivitas Kehidupan Sehari-hari /ADL ( activity daily living) adalah fungsi dan aktivitas individu yang normalnya dilakukan tanpa bantuan orang lain (Wallace dalam Triswandari, 2008). ADL pasien pasca stroke merupakan masalah yang menarik perhatian para professional kesehatan. Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai kecacatan, dari angka ini 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini di dukung oleh penelitian Haqhqoo et al, (2013) menemukan sekitar 65,5% penderita stroke ketergantungan dan membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik sehinggga mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan sehari-harinya (ADL) yang berakibat dapat meningkatkan ketergantungan untuk memerlukan bantuan orang lain (Nugroho, 2008). Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya (Maryam et al, 2009). Keluarga merupakan sistem pendukung utama pemberi pelayanan langsung pada setiap keadaan (sehatsakit) anggota keluarga. Dukungan sosial keluarga merupakan sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Setiadi, 2008). Selama perawatan

7 di rumah, keluarga berperan penting dalam upaya meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri, meningkatkan rasa percaya diri pasien, meminimalkan kecacatan menjadi seringan mungkin, serta mencegah terjadinya serangan ulang stroke (Mulyatsih, 2008). Dukungan keluarga sangat penting untuk menjaga dan memaksimalkan penyembuhan dan pemulihan fisik dan kognitif pasien (Wurtiningsih, 2012). Keluarga merupakan satu-satunya tempat yang sangat penting untuk memberikan dukungan, pelayanan serta kenyamanan bagi lansia (Depkes RI: 2003). Dukungan keluarga terbagi atas 4 jenis yaitu; dukungan emosional, dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk perhatian, kasih sayang pada lansia pasca stroke non hemoragik. Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk menghargai, mendengarkan, dan berbicara pada lansia pasca stroke non hemoragik. Dukungan informasi yaitu dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk pemberian informasi terkait tentang stroke pada lansia pasca stroke non hemoragik. Dukungan instrumental yaitu dukungan yang diberikan keluarga dalam bentuk bantuan tenaga, waktu, dan biaya untuk mengontrol kesehatan lansia pasca stroke non hemoragik. Dukungan tersebut bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan sehari-harinya. Penelitian yang terkait yaitu penelitian Margi (2014) tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas seharihari di desa Adimulya Kecamatan Wanareja kabupaten Cilacap, terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan dukungan keluarga dengan

8 kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. Penelitian lainnya yang mendukung yaitu penelitian Chusnul (2012) menyatakan adanya hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian dalam pemenuhan activity daily living (ADL) pada lansia. Serta penelitian Yenni (2011) menyatakan terdapat hubungan antara dukungan keluarga, suku, pendidikan dengan kejadian stroke pada lansia hipertensi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30 April 2014 di poliklinik neurologi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi kepada 10 orang pasien lansia yang menderita stroke non hemoragik didapatkan data, 2 dari 10 pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengantarkan pasien saat menjalani kontrol rawat jalan dan pasien mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 3 dari 10 pasien tergantung ringan dalam melakukan aktivitas seharihari dan pasien diantar anggota keluarga saat menjalani konrol rawat jalan. 4 dari 10 pasien perlu bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan seharihari/ ketergantungan sedang, dan pasien diantar oleh keluarganya. 1 dari 10 pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari/ketergantungan berat. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimanakah pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2014

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan bahwa masalah penelitian adalah Bagaimanakah pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui dukungan keluarga pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. b. Untuk mengetahui tingkat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. c. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

10 d. Untuk mengetahui kekuatan hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. D. Manfaat Penelitian a. Bagi Rumah Sakit Nasional Stroke Bukittinggi Hasil penelitian dapat menjadi masukan dan informasi baru khususnya tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari pada lansia pasca stroke non hemoragik di Poliklinik neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. b. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini memberikan tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang ilmu keperawatan geriatrik. c. Bagi Keluarga Lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada keluarga untuk memberikan dukungan dan perhatian kepada lansia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan oleh pihak lain sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

11