Duduk statis sebagai faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja perempuan



dokumen-dokumen yang mirip

Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri pinggang bawah

Sikap membungkuk dan memutar selama bekerja sebagai faktor risiko nyeri punggung bawah

HUBUNGAN ANTARA LAMA DAN SIKAP DUDUK TERHADAP KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI POLIKLINIK SARAF RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

Hubungan Sikap Tubuh Saat Mengangkat dan Memindahkan Pasien pada Perawat Perempuan dengan Nyeri Punggung Bawah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PEKERJAAN JASA KULI ANGKUT DI PASAR BADUNG MENINGKATKAN RISIKO KELUHAN NYERI PUNGGUNG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI KURSI DAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MAHASISWA FK UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

SIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN -PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN.

ABSTRAK PREVALENSI LOW BACK PAIN PADA TENAGA KERJA PERUSAHAAN PENGOLAHAN TEH PT. X DI KOTA GARUT

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR

Faktor Risiko Kejadian Low Back Pain Pada Operator Tambang Sebuah Perusahaan Tambang Nickel Di Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

Kata Kunci : Lama Duduk, Sindroma Piriformis, Pemain Game Online

HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA DENGAN RISIKO TERJADINYA NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) PADA KARYAWAN PT. KRAKATAU STEEL DI CILEGON BANTEN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO LOW BACK PAIN PADA PENGEMUDI BUS PO. JEMBER INDAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

FAKTOR RISIKO LOW BACK PAIN PADA MAHASISWA JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

HUBUNGAN SIKAP DUDUK DAN LAMA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGRAJIN PERAK DI DESA CELUK, KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR

PENGARUH POSTUR DAN POSISI TUBUH TERHADAP TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

HUBUNGAN LAMA DUDUK DENGAN KEJADIAN LOW BACK PAIN PADA OPERATOR KOMPUTER PERUSAHAAN TRAVEL DI MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN SIKAP DUDUK DAN LAMA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGRAJIN PERAK DI DESA CELUK, KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 5% per tahun. Sementara pada anak-anak dan remaja kejadiannya

ABSTRAK. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insidensi Nyeri Pungggung Bawah. Januari-Desember 2009

PROGRAM STUDI DIV FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson,

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

IMT dan Masa Kerja terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Buruh Panggul

Oleh: Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS Siti Nuryati, STP, MSi Muhammad Aries

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

B. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kedungkandang. Waktu pelaksanaan April 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB I PENDAHULUAN. Laundry dikenal sebagai kegiatan binatu atau pencucian pakaian dengan. mencucikan pakaian-pakaian (Samsudin, 2009).

METODE. Tabel 5 Pengkategorian variabel penelitian Variabel

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan dalam Pengambilan Gelar Sarjana Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik

BAB III METODE PENELITIAN

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia

Hayati, et al, Pengaruh Posisi Kerja terhadap Kejadian Low Back Pain pada Pekerja.

Zaman, Hubungan Beberapa Faktor Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Karyawan Kantor 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB VI HASIL. Universitas Indonesia. Gambaran faktor-faktor..., Ami Kesumaningtyas, FKM 33 UI, 2009

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Transkripsi:

Duduk statis sebagai faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja perempuan Diana Samara,* Bastaman Basuki,** Jofizal Jannis*** * Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti **Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ***Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ABSTRAK Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan fenomena yang seringkali dijumpai pada setiap pekerjaan Insidens dan beratnya gangguan NPB lebih sering ditemukan pada pekerja wanita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi duduk statis sebagai faktor risiko terjadinya risiko NPB. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus-kontrol tidak berpadanan yang dilakukan pada bulan Februari-Maret 2003 pada pekerja perempuan kaset-video di Pabrik X dengan total sampel sebanyak 298 subyek (82 kasus dan 216 kontrol). Kasus adalah pekerja perempuan yang pernah NPB atau sedang menderita NPB akibat kerja dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, nyeri bersifat intermitten, dengan nyeri tekan pada regio paralumbal atau glutea dan tes Lasque negatif. Ditemukan bahwa pekerja yang duduk statis 91-300 menit mempunyai risiko timbulnya NPB 2,35 kali lebih besar bila dibandingkan dengan pekerja yang duduk statis 5-90 menit {Rasio Odds suaian (RO)=2,35; 95% Interval Keyakinan (IK)=1,35-4,11}. Indeks massa tubuh kurus juga terbukti merupakan faktor risiko timbulnya NPB (OR=2,2; IK 95%=1,20-4,00). Faktor umur, paritas, olahraga, pekerjaan, relaksasi, dan sikap duduk tidak terbukti berkaitan dengan NPB. Kata kunci : Nyeri punggung bawah, duduk statis, pekerja perempuan Static sitting as risk factor of low back pain in women workers ABSTRACT Low back pain (LBP) is a frequent phenomenom found in every occupational category. The incidence and severity of low back pain were higher in women. The purpose of this study was to identify static sitting as a risk factor of low back pain. Case-control unmatched design was conducted during February March 2003 at video-cassette women workers in X factory, Cikarang. The total sample were 298 (82 cases and 216 controls). The case was subject who had story of intermittent low back pain (LBP) by working in last 3 months with local pain, and Laseque test negative. Control was subject without LBP as criteria as the case. This study showed that static sitting for 5-90 minutes compared to 91-300 minutes, had higher risk of getting LBP for 2.35 times {Adjusted Odds Ratio (OR)=2.35; 95% Confidence Interval (CI)= 1.35-4.1}. Those employees who had underweight were identified as risk factors contributed to LBP (OR=2.20; 95% CI=1.20-4.00). The other factors such as ages, parities, exercise, jobs, relaxation, and posture of sitting were not correlated with LBP. Keywords : Low back pain, static sitting, women workers 73

Samara, Basuki, Jannis Duduk statis dan nyeri punggung bawah PENDAHULUAN Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan fenomena yang seringkali dijumpai pada setiap pekerjaan. Insidens dan beratnya gangguan NPB lebih sering dijumpai pada pekerja wanita dibandingkan laki-laki. (1) Posisi statis dalam bekerja kadang-kadang tidak dapat terhindarkan. Bila keadaan statis tersebut bersifat kontinu maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara lain NPB. NPB yang timbul dapat mengakibatkan kehilangan jam kerja sehingga mengganggu produktivitas kerja. Duduk yang lama menyebabkan beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal. Prevalensi NPB karena posisi duduk besarnya 39,7%, di mana 12,6% sering menimbulkan keluhan; 1,2% kadang-kadang menimbulkan keluhan dan 25,9% jarang menimbulkan keluhan. (2) Faktor-faktor risiko lain yang turut mempengaruhi timbulnya NPB antara lain umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), jenis pekerjaan, dan masa kerja. (3-5) Kebiasaan sehari-hari yang dapat merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB antara lain kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, olahraga, dan aktivitas rumah tangga seharihari seperti berkebun, membersihkan rumah, mencuci, dan menjaga anak. Merokok maupun mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan NPB oleh karena diduga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah pada jaringan lunak. (5,6) Pekerjaan yang dilakukan secara berulangulang, vibrasi seperti pada pengemudi truk, paritas, dan stres psikososial juga turut berperan untuk terjadinya NPB. (4,5,7) Terlalu lama duduk dengan posisi yang salah akan menyebabkan ketegangan otot-otot dan keregangan ligamentum tulang belakang. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit. (5) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko (umur, IMT, paritas, olahraga, masa kerja, jenis pekerjaan, duduk statis, sikap duduk, dan kesempatan berelaksasi) terjadinya NPB pada pekerja perempuan. METODE Rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan kasus-kontrol. Kasus adalah pekerja perempuan yang pernah NPB atau sedang menderita NPB akibat kerja dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, nyeri bersifat intermitten, dengan nyeri tekan pada regio paralumbal atau glutea dan tes Laseque negatif. Kontrol adalah pekerja perempuan yang tidak menderita NPB. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di suatu pabrik X mulai bulan Februari sampai dengan Maret 2003. Subjek penelitian Karena tidak ada informasi tentang prevalensi NPB pada pekerja perempuan, maka dilakukan penelitian pendahuluan pada 30 pekerja perempuan dengan faktor risiko (duduk statis >4 jam) dan 30 pekerja dengan duduk statis <4 jam. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan prevalensi NPB pada kelompok pekerja perempuan yang duduk statis < 4 jam besarnya 0,37 dan odds rasio sebesar 4,6. Maka besar sampel yang diperlukan adalah 98 per kelompok. (8) Untuk mengurangi terjadinya bias pada pemilihan kontrol, seringkali besarnya subyek pada kelompok kontrol diambil sebanyak dua kali kelompok kasus. (9) Besar sampel yang digunakan pada penelitian adalah kasus sebesar 98 dan kontrol 196 subyek. Kriteria inklusi adalah perempuan, masa kerja 74

minimal 3 bulan, tidak hamil, tidak ada riwayat nyeri kolik atau batu ginjal, tidak ada riwayat trauma dan penyakit pada tulang punggung atau panggul, serta tidak ada nyeri radikuler. Pengumpulan data Wawancara dilakukan oleh peneliti menggunakan kuesioner yang mencakup karakteristik responden, jenis pekerjaan dan jenis olahraga. Pemeriksaan tinggi dan berat badan menggunakan alat ukur merk SECA buatan Jerman. Tes Laseque dilakukan dengan cara responden diminta berbaring terlentang, salah satu tungkai atas diangkat oleh pemeriksa dengan menempatkan salah satu tangan pemeriksa pada tumit dan tangan yang lain pada lutut untuk menjaga agar lutut tidak difleksikan. Responden dengan tes Laseque positif tidak diikutsertakan dalam penelitian. Pekerja duduk statis adalah mereka yang duduk selama bekerja tanpa ada waktu untuk merelaksasikan badan. Pekerja yang berelaksasi adalah mereka yang memiliki kesempatan untuk merelaksasikan badan dengan berdiri sejenak menggerak-gerakkan badannya di antara selama duduk bekerja. Pekerja dengan status gizi normal adalah mereka dengan IMT 18,5-24,9, kurus <18,5, dan gemuk 25. Jenis olahraga adalah olahraga yang dilakukan yang tidak bersifat ketahanan. Jenis pekerjaan sekarang adalah jenis pekerjaan yang sedang dilakukan tiga bulan terakhir. Analisis data Analisis dilakukan dengan uji regresi logistik ganda menggunakan program Statitiscal Package for Social Sciences (SPSS) 10 for Windows dan Stata 6. Untuk pemilihan faktor risiko yang kiranya dapat dimasukkan ke model akhir dipilih variabel pada analisis bivariat dengan OR dan IK 95% lebih lebih dari 1 (satu). HASIL Jumlah perempuan yang bekerja di pabrik tersebut ternyata sebanyak 298, maka diputuskan untuk mengambil semua pekerja perempuan sebagai subjek penelitian ini. Dari 298 subyek yang diperiksa diperoleh 82 kasus (27,5%). Karakteristik responden Umur termuda pekerja adalah 18 tahun, umur tertua 30 tahun, dengan kelompok umur terbanyak pada umur 21-25 tahun sebenyak 262 (87,9%) orang. Sebagian besar pekerja memiliki IMT normal sebesar 205 (68,8%) orang. Faktor risiko NPB Dari faktor-faktor risiko yang diteliti (umur, IMT, paritas, olahraga, jenis pekerjaan sekarang, jenis pekerjaan dahulu, masa kerja sekarang, masa kerja dahulu, lama kerja per hari, lama kerja per minggu, jabatan sekarang, kesempatan berelaksasi ketika bekerja, lama duduk, dan sikap duduk), maka didapatkan 4 faktor yang kiranya dapat dijadikan model akhir seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan, bahwa IMT kurus memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,3 kali lebih besar dibandingkan IMT normal (IK 95%=1,29-4,10). Pekerja dengan jenis pekerjaan bagian pemasangan memiliki risiko untuk terjadinya NPB 4,02 kali lebih besar dibandingkan dengan bagian pengisian. Lama duduk statis 91-300 menit memiliki risiko untuk terjadinya NPB 2,63 kali lebih besar dibandingkan dengan 5-90 menit. Sedangkan subyek yang tidak berkesempatan merelaksasikan badannya selama bekerja memiliki risiko 3,5 kali lebih besar untuk terjadinya NPB. 75

Samara, Basuki, Jannis Duduk statis dan nyeri punggung bawah Tabel 1. Hubungan antara berbagai faktor risiko (IMT, jenis pekerjaan sekarang, duduk statis, dan relaksasi) dan NPB * Grup pembanding dasar Keempat faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya NPB dimasukkan kedalam model penelitian menggunakan analisis regresi logistik ganda. Ternyata dari keempat faktor tersebut ditemukan dua faktor yang berhubungan dengan kejadian NPB (Tabel 2). Tabel 2. Model akhir keterkaitan faktor indeks massa tubuh, lama duduk statis, dan nyeri punggung bawah * Grup pembanding dasar Rasio odds saling disesuaikan dengan faktor-faktor risiko yang tertera dalam tabel ini 76

Dari Tabel 2 terlihat bahwa lama duduk statis 91-300 menit meningkatkan risiko untuk terjadinya nyeri punggung bawah 2,35 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek yang duduk statis 5-90 menit. Subyek yang kurus meningkatkan risiko 2,20 kali lebih besar untuk terjadinya nyeri punggung bawah jika dibandingkan dengan subyek yang normal. PEMBAHASAN Studi ini menunjukkan prevalensi NPB pada pekerja perempuan besarnya 27,5%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada pekerja perempuan di Paris yang mendapatkan prevalensi NPB sebesar 58,2% (1) dan perawat sebesar 73%. (10) Sebaran umur responden tampak homogen dengan 89,73% berusia antara 21-25 tahun dan pekerja paling tua berusia 30 tahun sehingga umur tidak merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB dalam penelitian ini. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alcouffle (1) dan Nurminea. (11) Pekerja dengan lama duduk statis 91-300 menit terbukti merupakan faktor risiko untuk terjadinya NPB (OR=2,35) setelah dilakukan analisis regresi logistik ganda dengan metode ENTER dari keempat variabel yang terdapat di Tabel 1. Penelitian-penelitian yang pernah ada sekalipun dengan lama duduk yang berbeda menunjukkan bahwa semakin lama seseorang duduk maka semakin besar risiko NPB. Dari beberapa penelitian menunjukkan keterkaitan antara lama duduk dengan NPB. Prevalensi sesaat NPB sebesar 12,6% pada orang yang sering bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2% kadang-kadang duduk, dan 25,9% jarang duduk dengan waktu kurang dari 2 jam. Orang yang bekerja dengan posisi duduk selama setengah hari waktu kerja atau lebih memiliki risiko relatif 1,6 untuk terjadinya nyeri punggung bawah. Risiko semakin besar pada pekerja yang lebih tua, supir, dan paling besar pada supir truk. (12) Penelitian yang pernah ada menunjukkan bahwa NPB tidak meningkat selama duduk satu jam per hari. Namun NPB pada perempuan berkaitan dengan duduk selama lebih dari 4 jam (p<0,05). (13) Hal ini disebabkan makin lama seseorang duduk maka ketegangan otot dan keregangan ligamentum khususnya ligamentum longitudinalis posterior makin bertambah, khususnya dengan duduk membungkuk. (12) Sebagaimana diketahui ligamentum longitudinalis posterior memiliki lapisan paling tipis setinggi L2- L5. (14) Keadaan ini mengakibatkan daerah tersebut lebih sering terjadi gangguan. Namun demikian kaitan antara pekerjaan dan terjadinya NPB sangaat kompleks karena melibatkan banyak struktur, elemen dari vertebra lumbalis. (15) Vertebra lumbalis memiliki saraf sensoris sehingga mempunyai potensi untuk menimbulkan rasa nyeri. (4) Sebagian besar pekerja yang diteliti memiliki IMT normal sebanyak 205 (68,8%) orang. Hasil analisis variabel ganda menunjukkan subyek yang kurus meningkatkan risiko untuk terjadinya NPB 2,39 kali lebih besar dibandingkan dengan subyek normal, sedangkan subyek yang gemuk menurunkan risiko sebesar 0,22 kali dibandingkan dengan subyek yang normal (Tabel 2). Riihimaki bependapat bahwa kejadian hubungan antara NPB dan kelebihan berat badan masih kontradiksi. (16) Selain itu kaitan obesitas dengan NPB terjadi karena obesitas menyebabkan tekanan pada diskus intervertebralis lebih besar dan bukan karena faktor ketegangan otot dan keregangan ligamentum. Pada beberapa penelitian 77

Samara, Basuki, Jannis Duduk statis dan nyeri punggung bawah menunjukkan hubungan yang lemah antara obesitas dengan NPB. (17) Hasil yang berbeda ini menunjukkan bahwa ada faktor lain di luar faktor IMT yang turut mempengaruhi risiko NPB. Biering- Sorensen dan Heliovara dalam penelitiannya mencoba mengaitkan antara tinggi badan atau panjang punggung dengan nyeri punggung bawah, namun masih belum jelas kemaknaannya. (2) Masalah tinggi badan mungkin berhubungan dengan masalah ergonomi di lingkungan kerja. (18) Oleh karena dalam penelitian ini tidak dilakukan penelitian ergonomi, maka tidak dapat diambil kesimpulan lebih lanjut. Pada penelitian ini justru ditemukan pekerja kurus yang lebih berisiko NPB antara lain telah terbukti karena lebih banyak pekerja kurus yang duduk statis 91-300 menit dan tidak memiliki kesempatan berelaksasi. Kemungkinan yang lain adalah karena pekerja kurus lebih banyak yang tidak berelaksasi sehingga kesempatan untuk makan makanan kecil kurang akibatnya berat badannya berkurang. Dengan demikian pekerja kurus lebih berisiko untuk terjadinya NPB. KESIMPULAN Faktor-faktor yang terbukti merupakan risiko timbulnya NPB pada pekerja perempuan adalah duduk statis selama 90-300 menit (1,5-5 jam), IMT kurus. Oleh karena itu lama duduk statis tidak boleh melebihi 1,5 jam dan berat badan pekerja kurus perlu diarahkan menjadi normal. Bila pekerjaan yang dilakukan membutuhkan duduk statis >1,5 jam, maka diperlukan waktu untuk merelaksasikan badan di antara jam kerja tersebut. Daftar Pustaka 1. Alcouffe J, Maniler P, Brehier M, Fabin C, Faupin F. Analysis by sex of low back pain among workers from small companies in the Paris area: severity and occupational consequences. Occup Environ Med 1999; 56: 696-701. 2. Pheasant S. Ergonomics, work & health.1 st ed. Gaithenburg Maryland: Aspen Publishers Inc; 1991. 3. Bernard B, editor. Low back muskuloskletal disorders. Ergonext; 2001. Available from URL: http://www.ergonext.com. Accessed March 8, 2002. 4. Hills EC. Mechanical low back pain Available from URL: http://www.emedicine.com. Accessed March 8, 2002. 5. Harnitz JC. Low back pain. Available from URL:http://www.homecarelink.net/backpain/.htm. Accessed June 21, 2002. 6. Jannis J. Pathophysiology event on low back pain. Jakarta: Bagian Neurologi FKUI/RSUPN- CM;2 Oktober 1999. Dalam pertemuan PERDOSSI JAYA. 7. Levangie PK. Association of low back pain with self-reported risk factors among patients seeking physical therapy services. Phys Ther 1999: 79. 8. Bastaman B. Aplikasi metode kasus control. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. 9. Newman TB, Browner WS, Cummings SR, Mulley SB. Designing an observational study: cross-sectional and case-control studies. In: Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Hearst N, Newman TB, editors. Designing clinical research: an epidemiological approach. 2 nd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins; 2001. p. 107-23. 10. Maul I, Laubli T, Klipstein A, Krueger H. Course of low back pain among nurses: a longitudinal study across eight years. Occup Environ Med 2003; 60: 497-503. 11. Nurminen M. Reanalysis of the occurrence of back pain among conctruction workers 78

modeling for the interdependent effects of heavy physical work, earlier back accident, and, aging. Occup Environ Med 1997; 54: 807-11. 12. Weitz. Sitting and low back pain. Available from URL: http//drwetz.com/scientific/ sitting.htm. Accessed Januari 7, 2005. 13. Emami ML, Abdinejad F. Nazarizedah H. Epidemiology of low back pain in women. Irn J Med Sci 1998; 23: 116-9. 14. Cailliet R. Low back pain syndrome. 5 th ed. F.A. Davis Company, Philadelphia; 1995. 15. Elders LAM, Burdorf A. Interrelations of risk factors and low back pain in scaffolders. Occup Environ Med 2001; 58: 597-603. 16. Riihimaki H. Hands up or back to work: futire challenges in epidemiologic research on musculoskeletal disease. Scan J Work Environ Health 1995; 21: 401-3. 17. The Gym Ball Store. Sitting & neck & back pain. Available from URL: http:// www.gymball.com/neck_and_back_pain.html. Accessed September 19, 2002. 18. Nidus Information Services Inc. What are the lifestyle risk factors for low back pain? Available from URL: http:// www.ucdonc.ucdavis.edu/ucdhs/health/a-2/ 54Bacpain/doc54lifestyle.html. Accessed September 11, 2002. 79