MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK



dokumen-dokumen yang mirip
PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

DIAGNOSTIK POTENSI PESERTA DIDIK

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

ANAK BERBAKAT. Oleh: Euis Kurniati, S.Pd Jumát 21 mei 2004 Nara sumber di mq fm bandung

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

Psikologi Pendidikan SETIAWATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

Mengembangkan Bakat Anak

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

Beri tanda [v] pada statement di bawah ini yang sesuai dengan diri Anda saat ini. Jumlahkan tanda [v] pada masing-masing kolom.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

Mengapa perlu menulis karya ilmiah?

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

Jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan Fakultas ilmu pendidikan upi 2009

PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

UPAYA PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK ISTIMEWA MELALUI PROGRAM AKSELERASI OLEH PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga. menuju tercapainya Prestasi Olahraga

Transkripsi:

MATERI KULIAH MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK Oleh: Maryati, M.Pd SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2012 2013 Rev. Akhir

KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat taufiq, rahmat, dan hidayahnya, buku Pedoman Mendeteksi Potensi Peserta Didik telah selesai disusun. Buku pedoman ini ditujukan kepada para mahasiswa dan guru serta pengelola pendidikan untuk mengembangkan strategi manajemen pendidikan. Pembuatan pedoman ini mengunakan pendekatan teoritis dan empiris. Pendekatan teoritis dilakukan melalui kajian sejumlah buku-buku teks dan jurnal-jurnal yang membahas strategi manajemen pendidikan. Pendekatan empiris dilakukan melalui validasi pedoman ini kepada sejumlah guru serta kepala sekolah. Oleh karena itu diharapkan buku ini bisa digunakan oleh para guru serta pengelola pendidikan dalam mendeteksi peserta didik. Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberi masukan demi sempurnanya buku ini. Walaupun demikian, kami yakin buku ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran demi sempurnanya buku ini sangat kami harapkan. Bima, Oktober 2011 Penyusun Maryati, M.Pd NIDN : Mendeteksi Potensi Peserta Didik ii

DAFTAR ISI HALAN JUDUL... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I ii iii I. PENDAHULUAN... 1 II. MEMAHAMI PESERTA DIDIK... 2 III. BAKAT DAN KECERDASAN PESERTA DIDIK... 5 A. Tanda-tanda Bakat Peserta Didik... 7 B. Kecerdasan Peserta Didik... 9 IV. IDENTIFIKASI POTENSI PESERTA DIDIK... 15 A. Ciri-ciri Keberbakatan Peserta Didik... 15 B. Kecenderungan Minat Jabatan Peserta Didik... 18 C. Proses Identifikasi Potensi Peserta Didik... 19 V. PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI PESERTA DIDIK... 21 VI. PENUTUP... 22 DAFTAR ACUAN... 24 Lampiran-lampiran: 1. Skala Nominasi Guru Indikator Kreativitas... 25 2. Format Identifikasi Potensi Peserta Didik... 27 3. Format Hasil Penjaringan Potensi Peserta Didik... 28 4. Format Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik... 26 5. Format Kecenderungan Minat Jabatan dan Tipe Kepribadian Peserta Didik... 29 Mendeteksi Potensi Peserta Didik iii

I. PENDAHULUAN Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, yang dikelola secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Oleh karena itu, strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (unggul), yaitu dengan cara penyelenggaraan program pembelajaran yang mampu mengembangkan keunggulankeunggulan tersebut, baik keunggulan dalam hal potensi intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keterampilan (gifted and talented). Strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat masal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat dan kreativitasnya. Strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang tepat dalam konteks pemerataan kesempatan, akan tetapi kurang menunjang usaha mengoptimalisasikan pengembangan potensi peserta didik secara cepat. Hasil beberapa penelitian Depdikbud (1994) menunjukkan sekitar sepertiga peserta didik yang dapat digolongkan sebagai peserta didik berbakat (gifted and talented) mengalami gejala prestasi kurang (underachiever). Hal sama dikemukakan oleh Munandar (1992) cukup banyak peserta didik berbakat yang prestasinya di sekolah tidak mencerminkan potensi intelektual mereka yang menonjol. Salah satu penyebabnya adalah kondisi-kondisi ekternal atau lingkungan belajar yang kurang menunjang, kurang menantang kepada mereka untuk mewujudkan kemampuannya secara optimal. Padahal, upaya untuk mencapai keunggulan melalui strategi pelayanan pendidikan massal akan memiliki konsekuensi sumberdaya pendidikan (dana, tenaga dan sarana) yang kurang menguntungkan. Model strategi pelayanan pendidikan alternatif perlu dikembangkan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan berdasarkan bakat, minat dan kemampuannya. Mendeteksi Potensi Peserta Didik 1

Peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan kelompok kecil, data di Balitbang Depdikbud (1994) menunjukkan hanya 2-5% dari seluruh peserta didik yang ada. Jumlah ini semakin meningkat pada jenjang yang lebih tinggi, di tingkat SMU jumlah peserta didik berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa mencapai 8%. Lebih lanjut dikemukakan berdasarkan intelegensi Wechsler peserta didik berbakat intelektual tergolong sangat unggul (IQ 130 keatas) berjumlah 2,2% dan tergolong unggul (IQ 120-129) berjumlah 6,7% dari populasinya. Jumlah ini memang masih tergolong kecil, namun secara potensial mereka unggul dalam salah satu atau beberapa bidang yang meliputi bidang-bidang intelektual umum dan akademis khusus, berpikir kreatif-produktif, psikososial/kepemimpinan, seni/kinestetik dan psikomotorik. Strategi pelayanan pendidikan alternatif dalam manajemen pendidikan perlu dikembangkan untuk menghasilkan peserta didik yang unggul, melalui pemberian perhatian, perlakuan dan layanan pendidikan berdasarkan bakat minat dan kemampuannya. Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan kepada peserta didik mencapai sasaran yang optimal, maka pembelajaran harus diselaraskan dengan potensi peserta didik. Oleh karena itu guru perlu melakukan pelacakan potensi peserta didik. II. MEMAHAMI PESERTA DIDIK Mengajar atau teaching adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996). Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta didik. Itulah sebabnya dalam belajar peserta didik tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi juga dengan keseluruhan sumber belajar yang lain. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana Mendeteksi Potensi Peserta Didik 2

membelajarkan peserta didik, dan bukan pada apa yang dipelajari peserta didik. Dengan demikian pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subyek bukan sebagai obyek. Oleh karena itu agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik peserta didik. Menurut Piaget sejak lahir peserta didik mengalami tahap-tahap perkembangan kognitif. Setiap tahapan perkembangan kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. A. Tahap-tahap Perkembangan Peserta Didik 1. Tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini kemampuan skema kognitifnya masih terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku orang lain. Perilaku yang ditiru terutama perilaku orang lain (khususnya orang tua dan guru) yang pernah ia lihat ketika orang itu merespons terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Peserta didik mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimatkalimat pendek secara efektif. 2. Tahap operasional-konkret (usia 7-11 tahun). Pada tahap ini peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu peserta didik sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 3. Tahap operasional-formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah menginjak usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik pada tahap ini telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara simultan (serentak) maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis, dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis (anggapan dasar) peserta didik mampu berpikir untuk memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Sedangkan dengan kapasitas menggunakan prinsip- Mendeteksi Potensi Peserta Didik 3

prinsip abstrak, peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya. Peserta didik SMU berada pada tahap perkembangan usia masa remaja yang pada umumnya berusia antara 15 sampai 18 tahun. Setiap tugas perkembangan individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan dalam hidupnya. Tugas perkembangan yang berhasil adalah yang dapat direalisasikan dalam hidupnya sesuai dengan situasi dan kondisinya. B. Tugas-tugas Perkembangan Peserta Didik berikut : Tugas-tugas perkembangan peserta didik SMU pada dasarnya adalah sebagai 1. mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri. 3. mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita. 4. mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau wanita. 5. memantapkan cara-cara bertingkah laku yang dapat diterima lingkungan sosialnya. 6. mengenal kemampuan, bakat, minat serta arah perkembangan karir. 7. mengembangan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk melanjutkan pelajaran dan atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat. 8. mengenal gambaran dan mengembangan sikap tentang kehidupan mandiri, baik secara emosional maupun sosial ekonomis. 9. mengenal seperangkat sistem etika dan nilai-nilai untuk pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan sebagai makhluk Tuhan. Mendeteksi Potensi Peserta Didik 4

Peserta didik SMU pada masa ini memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif. Indikator individu yang kreatif antara lain memiliki rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi risiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya. Pemahaman terhadap peserta didik diperlukan dalam rangka membantu peserta didik menjalani tugas-tugas perkembangan tersebut secara optimal, sehingga peserta didik memiliki kecakapan hidup dan mampu menjalani realita dalam kehidupannya sesuai potensi yang ada pada dirinya. III. BAKAT DAN KECERDASAN PESERTA DIDIK Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otaknya. Secara genetik struktur otak telah terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh caran peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan, dimana kecerdasan atau intelegensi (Intelligence Quotient) merupakan modal awal untuk bakat tertentu. Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik. Tingkat intelektualitas peserta didik berbakat biasanya cenderung di atas rata-rata. Namun peserta didik yang intelektualitasnya tinggi tidak selalu menunjukkan peserta didik berbakat. Bakat seni dan olahraga misalnya, keduanya memerlukan strategi, taktik, dan logika yang berhubungan dengan kecerdasan. Dengan demikian, umumnya peserta didik berbakat memang memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata. Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuankemampuan tersebut meliputi : 1. kemampuan intelektual umum (kecerdasaaan atau intelegensi) 2. kemampuan akademik khusus Mendeteksi Potensi Peserta Didik 5

3. kemampuan berpikir kreatif-produktif 4. kemampuan memimpin 5. kemampuan dalam salah satu bidang seni 6. kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga) Selain itu masih ada faktor lain yang juga turut menentukan perkembangan potensi peserta didik menjadi bakat, yakni kecerdasan emosi (Emotional Quetient). Peserta didik yang kontrol emosinya bagus akan lebih baik dalam mengembangkan bakat yang ia miliki. Misalnya, ketika ia memiliki bakat menyanyi, maka saat harus naik pentas ia akan menyanyi dengan penuh percaya diri. Artinya baik IQ dan EQ berperan menunjang keberhasilan peserta didik dalam mengembangkan potensinya menjadi bakat. Namun demikian selama ini orang tua lebih terpaku pada upaya peningkatan intelektualitas semata. Sehingga peserta didik hanya diberikan konsumsi untuk daya pikirnya, EQ-nya tidak dikembangkan. Bakat yang dimiliki peserta didik tidak terbatas pada satu keahlian. Jika bakat tersebut dikembangkan bisa menjadi lebih dari dua keahlian yang saling berkaitan. Misalnya jika peserta didik suka menyanyi tak jarang pula ia akan berbakat menari. Jika peserta didik suka baca puisi biasanya peserta didik akan punya bakat seni peran, dsb. Bakat peserta didik juga berkaitan dengan bakat orangtua. Sekitar 60% bakat peserta didik diturunkan dari orangtua, selebihnya dipengaruhi faktor lingkungan. Bakat turunan bisa dideteksi dengan cara membandingkan peserta didik dengan peserta didik lain. Peserta didik berbakat lebih cepat berkembang ketimbang peserta didik lain seusianya, misalnya mereka lebih cepat dalam hal berhitung soal matematik, menari, atau menghafal lagu jika dibandingkan dengan peserta didik lainnya. A. Tanda-tanda Bakat Peserta Didik Berikut ini tanda-tanda bakat yang bisa tampak sejak dini pada peserta didik. 1. Mempunyai ingatan yang kuat. Contoh: sanggup mengingat letak bendabenda, tempat-tempat penyimpanan, lokasi-lokasi, dsb. Mendeteksi Potensi Peserta Didik 6

2. Mempunyai logika dan keterampilan analitis yang kuat. Contoh: sanggup menyimpulkan, menghubung-hubungkan satu kejadian dengan kejadian lain 3. Mampu berpikir abstrak. Contoh: membayangkan sesuatu yang tidak tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi. Misal, membayangkan keadaan di bulan, di luar angkasa, atau tempat lain yang belum pernah dikunjunginya. 4. Mampu membaca tata letak (ruang). Contoh: menguasai rute jalan, ke mana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang. 5. Mempunyai keterampilan mekanis. Contoh: pintar bongkar pasang benda yang rumit. 6. Mempunyai bakat musik dan seni 7. Luwes dalam atletik dan menari 8. Pintar bersosialisasi. Contoh: mudah bergaul, mudah beradaptasi 9. Mampu memahami perasaan manusia. Contoh: pandai berempati, baik dan peduli pada orang lain. 10. Mampu memikat dan merayu. Contoh: penampilannya selalu membuat orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti kemauannya, dsb. Selain memiliki tanda-tanda keunggulan diatas peserta didik berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya : 1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit 2. Dapat mendominasi diskusi 3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya 4. Sukaribut 5. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik 6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu 7. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari 8. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang 9. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu Mendeteksi Potensi Peserta Didik 7

10. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas Peserta didik yang unggul dalam bidang tertentu belum tentu unggul di bidang yang lain. Misalnya ada peserta didik yang unggul di bidang matematika, namun ia kurang mampu menyanyi di depan kelas atau menggambar. Sebaliknya peserta didik yang sudah sering tampil menyanyi di layar televisi, mungkin kurang tangkas bila harus memecahkan soal-soal matematika yang rumit di kelas. Kondisi semacam ini harus dipahami oleh guru. Kelebihan dan kelemahan yang ada pada peserta didik hendaknya diperlakukan secara seimbang. Dengan demikian potensi yang dipunyai peserta didik akan tumbuh dan berkembang selaras dengan perkembangan ilmu yang mereka terima melalui pembelajaran di sekolah maupun di lingkungannya. Keberhasilan pendidikan terkait dengan kemampuan orang tua dan guru dalam hal memahami peserta didik sebagai individu yang unik. Peserta didik harus dilihat sebagai individu yang memiliki berbagai potensi yang berbeda satu sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan sebagai bunga-bunga aneka warna di suatu taman yang indah, mereka akan tumbuh dan merekah dengan keelokannya masing-masing. B. Kecerdasan Peserta Didik Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Secara rinci masingmasing kecerdasaan tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Kecerdasan matematika-logika Mendeteksi Potensi Peserta Didik 8

Kecerdasan matematika-logika memuat kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki. 2. Kecerdasan bahasa Kecerdasan bahasa memuat kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya. 3. Kecerdasan musikal Kecerdasan musikal memuat kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama Mendeteksi Potensi Peserta Didik 9

yang indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio, pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik. 4. Kecerdasan visual-spasial Kecerdasan visual-spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan. 5. Kecerdasan kinestetik Kecerdasan kinestetik memuat kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula tampil pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap. 6. Kecerdasan interpersonal Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup Mendeteksi Potensi Peserta Didik 10

kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antarteman, memperoleh simpati dari peserta didik yang lain, dan sebagainya. 7. Kecerdasan intrapersonal Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan intropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian, merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri. 8. Kecerdasan naturalis Kecerdasan naturalis ialah kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya. Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja. Atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka. Tetapi kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan. Teori Gardner ini selanjutnya dikembangkan dan dilengkapi oleh para ahli lain. Diantaranya adalah Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal, Emotional Intelligence atau Kecerdasan Emosional. Mendeteksi Potensi Peserta Didik 11

Dari kedelapan spektrum kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner di atas, Goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan interpersonal atau antarpribadi. Inti sari kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan hasrat keinginan orang lain. Namun menurut Gardner, kecerdasan antarpribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman, sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Menurut Goleman faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam kecerdasan antarpribadi ini. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional. Lima wilayah tersebut adalah kemampuan mengenali emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan. Secara rinci lima wilayah kecerdasan tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Kemampuan mengenali emosi diri Kemampuan mengenali emosi diri adalah kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang mengenali emosinya sendiri adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap, dalam hal ini misalnya sikap yang diambil dalam menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, pekerjaan, sampai soal pasangan hidup. 2. Kemampuan mengelola emosi Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara salah. Mungkin dapat diibaratkan sebagai seorang pilot pesawat yang dapat membawa pesawatnya ke suatu kota tujuan kemudian mendaratkannya secara mulus. Misalnya, seseorang yang sedang marah dapat mengendalikan kemarahannya secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesalinya di kemudian hari. Mendeteksi Potensi Peserta Didik 12

3. Kemampuan memotivasi diri Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi sehingga seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain, dan sebagainya. 4. Kemampuan mengenali emosi orang lain Kemampuan mengenali emosi orang lain adalah kemampuan untuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain sehingga orang lain akan merasa senang dan dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering pula disebut sebagai kemampuan berempati, mampu menangkap pesan nonverbal dari orang lain. Dengan demikian, peserta didik-peserta didik ini akan cenderung disukai orang. 5. Kemampuan membina hubungan Kemampuan membina hubungan adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Peserta didik dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul, dan menjadi lebih populer. Dengan demikian dapat disimpulkan betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada diri peserta didik. Banyak dijumpai peserta didik yang begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa, atau angkuh dan sombong, sehingga prestasi tersebut tidak banyak bermanfaat untuk dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada peserta didik sejak usia dini karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal. Mendeteksi Potensi Peserta Didik 13

Hal lain dikemukakan oleh Robert Coles (1997) dalam bukunya yang berjudul The Moral Intelligence of Children bahwa di samping IQ (Intelligence Quotient) ada suatu jenis kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan moral yang juga memegang peranan amat penting bagi kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang peserta didik untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan kunci keberhasilan bagi seorang peserta didik di masa depan. Sebagai individu, peserta didik berada dalam komunitas sekolah selalu berkomunikasi dengan sesama teman, guru, dan orang lain. Namun sebagai makhluk Tuhan peserta didik mempunyai kewajiban untuk selalu taat menjalankan perintah agamanya (Emotionally and Spiritual Quotient). Oleh karena itu harus dijaga hubungan yang seimbang antara diri individu (IQ), sosial (EQ), dan hubungan dengan Tuhan (ESQ). IV. IDENTIFIKASI POTENSI PESERTA DIDIK Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dapat dikenali dari ciri-ciri (indikator) keberbakatan peserta didik dan kecenderungan minat jabatan. A. Ciri-Ciri (indikator) Keberbakatan peserta didik Untuk menyelesaikan pendidikan di SMU, peserta didik diharuskan menempuh sejumlah mata pelajaran yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa. Selain itu peserta didik juga harus menempuh beberapa mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik, berpikir abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang secara vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat kegiatan fisik. Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan sosial. Minat komersial adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan luar, dan minat navigasi (kedirgantaraan/ penerbangan). Mendeteksi Potensi Peserta Didik 14

Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan bakat dan minat masingmasing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain. Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity) tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi. Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat memiliki perbendaharaan katakata yang lebih banyak dan lebih maju dibandingkan peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat; cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun dan waspada; mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian, fakta, orang atau benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar; tidak terhambat mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka mencoba; peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya. (3) komitmen terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu tugas; sangat tangguh dan ulet menyelesaikan masalah; bosan menghadapi tugas rutin; mendambakan dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja secara mandiri; sangat terikat pada nilainilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk; bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya. Munandar (1992) mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik berbakat sebagai berikut : 1. Indikator Intelektual/belajar a. mudah menangkap pelajaran Mendeteksi Potensi Peserta Didik 15

b. mudah mengingat kembali c. memiliki perbendaharaan kata yang luas d. penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat) e. daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan) f. menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik g. senang dan sering membaca h. mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara lisan/tertulis dengan lancar dan jelas i. mampu mengamati secara cermat j. senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi k. cepat memecahkan soal l. cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan m. cepat menemukan asas dalam suatu uraian n. mampu membaca pada usia lebih muda o. daya abstraksi cukup tinggi p. selalu sibuk menangani berbagai hal 2. Indikator kreativitas a. memiliki rasa ingin tahu yang besar b. sering mengajukan pertanyaan yang berbobot c. memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah d. mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu e. mempunyai/menghargai rasa keindahan f. mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain g. memiliki rasa humor tinggi h. mempunyai daya imajinasi yang kuat i. mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain (orisinil) j. dapat bekerja sendiri k. senang mencoba hal-hal baru l. mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi) Mendeteksi Potensi Peserta Didik 16

3. Indikator motivasi a. tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai) b. ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c. tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi d. ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan e. selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya) f. menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya) g. senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut) h. mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian) i. senang mencari dan memecahkan soal-soal B. Kecenderungan Minat Jabatan peserta didik Kecenderungan minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut disajikan kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya. 1. Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah : rapi, terus terang, keras kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras. 2. Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-ciri kecenderungan ini meliputi : analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit, rasa ingin tahu besar. 3. Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif, terbuka. Mendeteksi Potensi Peserta Didik 17