MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG



dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.01/2011 TENTANG

, Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia), Indonesian (Indonesia) 2011, No Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 41/PMK.01/2011 TENTANG

2011, No tertulis, pemberian dan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2 Di Lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara R

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang K

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2014, No diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR214/PMK.01/2011

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 86/PMK.01/2010 TENTANG

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 68/Permentan/OT.140/11/2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 05 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (INDONESIAN INSTITUTE OF SCIENCES)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 12 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.66/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PERTANIAN. Tunjangan Kinerja. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

2011, No dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lemba

2 Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan N

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

2 Tahun 1966 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2797); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri

BERITA NEGARA. No.1496, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Tunjangan Kinerja. Pegawai. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.73/KP.403/MPEK/2013 TENTANG

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Tunjangan. Kinerja Pegawai.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

BADAIT KEPBGAUIAHIT NEGARA. DI LINGKTItrGII"IT BIII'IIN KTPEGAWAIAI NEGARA

BERITA NEGARA. No.1567, 2013 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. Tunjangan Kinerja. PNS. Pelaksanaan. MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGANRAHMATTUHANYANGMARAESA MENTERIAGAMAREPUBLIKINDONESIA,

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEMOTONGAN TAMBAHAN PENGHASILAN ATAU TUNJANGAN LAINNYA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR: 1 TAHUN 2014 TENTANG

DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN HARI DAN JAM KERJA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usah

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 7, Tambaha

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4266); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 237/PMK.01/2014 TENTANG

-1- REPUBLIK INDONESIA

2015, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegaw

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

2014, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Repu

2016, No ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Ta

Transkripsi:

MENTER! KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 85 /PMK.01/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 214/PMK.01/2011 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN DALAM KAITANNYA DENGAN TUNJANGAN KHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KEUANGAN, Menimbang a. bahwa dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Keuangan, terdapat adanya ketentuan terkait perubahan nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagai salah satu unsur tunjangan yang diberikan kepada pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan; b. c. d. bahwa sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan, telah diatur bahwa penegakan disiplin bagi seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan berpengaruh terhadap besaran tunjangan yang diberikan kepada Pegawai Kementerian Keuangan; bahwa dalam rangka menyesuaikan. nomenklatur Tunjangan Kinerja dan pemberian Tunjangan Kinerja sebagaimana diatur dengan Peraturan Pr'esiden Nomor 156 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu dilakukan perubahan terhadap beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/201 ltentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 Tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan; ' J

- 2 - Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Presiden Nomor 156 Tahun 2014 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 313); 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/ PMK.01/ 2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 214/ PMK.01/ 2011 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN DALAM KAITANNYA DENGAN TUNJANGAN KHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN. Pasa] I Beberapa ketentuan dan Lampiran dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/ PMK.01/ 2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan, diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Pegawai, adalah Pegawai Negeri Sipil Kementerian Keuangan dan Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukah atau dipekerjakan di lingkungan Kementerian Keuangan. 2. Jam Kerja adalah jam kerja sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai hari dan jam kerja di lingkungan Kementerian Keuangan. 3. Tunjangan adalah penghasilan selain gaji yang diberikan kepada Pegawai yang aktif berdasarkan kompetensi dan kinerja yang meliputi Tunjangan Kinerja dan Tunjangan Tambahan Unsur Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara.

MENTER! KEUANGAN - 3-4. Alasan yang sah adalah alasan yang dapat dipertanggungjawabkan yang disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam surat permohonan izin/pemberitahuan serta disetujui oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri ini. 2. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 7 (1) Pemotongan Tunjangan diberlakukan kepada: a. Pegawai yang tidak masuk bekerja atau tidak berada di tempat tugas selama 7 Y2 (tujuh setengah) jam atau lebih dalam sehari; b. Pegawai yang terlambat masuk bekerja; c. Pegawai yang pulang sebelum waktunya; d. Pegawai yang tidak mengganti keterlambatan; e. Pegawai yang tidak mengisi daftar hadir; f. Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin; waktu g. Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara dari jabatan negeri; h. Pegawai yang diberhentikan dari jabatan organiknya dengan diberikan uang tunggu (belum diberhentikan sebagai Pegawai); dan/ atau i. Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan yang diberikan cuti di luar tanggungan Negara atau dalam bebas tugas untuk menjalani masa.. persiapan pens1un. (2) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam % (perseratus). 3. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 8 (1) Kepada Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 5% (lima perseratus) untuk tiap 1 (satu) hari tidak masuk bekerja atau tidak berada di tempat tugas selama 7 Y2 (tujuh setengah) jam atau lebih dalam sehari. (2) Kepada Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b dan huruf e, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. ' '

MENTERIKEUANGAN - 4 - (3) Kepada Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c dan huruf e, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 4. Ketentuan Pasal sebagai berikut: 9 diubah Pasal 9 sehingga berbunyi Khusus bagi Pegawai yang berlokasi kerja di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berlaku ketentuan sebagai berikut: a. kepada Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b dan huruf e, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; b. kepada Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) hu.ruf c, huruf d, dan huruf e, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; dan c. Pegawai yang terlambat masuk bekerja sebagaimana dimaksud pada huruf a, berupa Tingkat Keterlambatan 1 (TL 1) diwajibkan untuk mengganti waktu keterlambatan sesuai waktu keterlambatan setelah jam pulang bekerja pada hari yang bersangku tan. 5. Ket en tu an Pasal sebagai berikut: 10 diubah Pasal 10 sehingga berbunyi Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9 dihitung secara kumulatif yang dalam 1 (satu) bulan paling banyak sebesar 100% (seratus perseratus). 6. Ketentuan Pasal sebagai berikut: 11 diubah Pasal 11 sehingga berbunyi Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1), bagi Pegawai yang tidak masuk bekerja karena: a. menja1ani cuti tahunan, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 0% (nol perseratus), kecuali cuti tahunan pada tahun berjalan yang kemudian menjalani cuti besar pada tahun yang sama diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 5% (lima perseratus); I j

MENTERIKEUANGAf\I - 5 - c. menjalani cuti sakit, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 0% (nol perseratus) dan 2,5% (dua koma lima perseratus); atau d. menjalani cuti bersalin, diberlakukan pemotongan Tunja:ngan sebesar 0% (nol perseratus) dan 2,5% (dua koma lima perseratus). (2) Bagi Pegawai yang menjalani cuti tahunan menggunakan hak cuti tahunan pada tahun berjalan dan pada tahun yang sama menjalani cuti besar, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 5% (lima perseratus) untuk setiap 1 (satu) hari cuti tahunan yang dijalani. 7. Ketentuan Pasal sebagai berikut: 12 diubah Pasal 12 sehingga berbunyi (1) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b hahya diberikan bagi Pegawai yang mengajukan cuti karena alasan penting dengan alasan orang tua, mertua, istri/ suami, anak, saudara kandung, atau menantu meninggal dunia. (2) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. paling lama 3 (tiga) hari kerja untuk setiap pengajuan cuti karena alasan penting karena orang tua, istri/ suami, anak, dan/ a tau saudara kandung meninggal dunia; atau b. paling lama 2 (dua) hari kerja untuk setiap pengajuan cuti karena alasan penting karena mertua dan/ atau menantu meninggal dunia. (3) Bagi Pegawai yang menjalani cuti karena alasan penting melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pada hari berikutnya dikenakan pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1). 8. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 13' (1) Kepada Pegawai yang sedang menjalani cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c diberlakukan ketentuan sebagai berikut: a. Pegawai yang sakit dengan surat keterangan dokter namun tidak menjalani rawat inap untuk paling lama 2 (dua) ari_, kerja, diberlakukan pemotongan Tunjangart sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus) dan untuk hari berikutnya dikenakan pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1); \. j '--"

- 6 - b. Pegawai yang menjalani rawat inap di Puskesmas atau rumah sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan rawat inap dan fotokopi rincian biaya rawat inap dari Puskesmas atau rumah sakit untuk paling lama 25 (dua puluh lima) hari kerja, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 0% (nol perseratus) dan untuk hari berikutnya dikenakan pemotongan Tunjangan sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus); c. Pegawai yang menjalani rawat jalan setelah selesai menjalani rawat inap yang dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus). d. Pegawai wanita yang mengalami gugur kandungan namun tidak menjalani rawat inap yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter untuk paling lama 5 (lima) hari kerja, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 0% (nol perseratus) dan untuk hari berikutnya dikenakan pemotongan Tunj angan se bagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1). (2) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disesuaikan dengan ketentuan yang mengatur mengenai Cuti Pegawai Negeri Sipil. 9. Ketentuan Pasal se bagai beriku t: 14 diubah sehingga berbunyi Pasal 14 (1) Kepada Pegawai wanita yang sedang menjalani cuti bersalin se bagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf d untuk melaksanakan persalinan yang pertama sampai dengan ketiga sejak diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 0% (nol perseratus) selama 5 (lima) hari kerja dan untuk hari berikutnya diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 2,5% (dua koma lima perseratus). (2) Kepada Pegawai wanita yang melaksanakan persalinan yang keempat dan seterusnya sejak diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dikenakan potongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ( 1).

- 7-10. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 15 (1) Kepada Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f yang berdasarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil dijatuhi hukuman disiplin karena melakukan pelanggaran terkait non administratif, dikenakan pemotongan Tunjangan secara proporsional dengan ketentuan sebagai berikut: a. Hukuman disiplin ringan: 1. sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) selama 2 (dua) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran lisan; 2. sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) selama 3 (tiga) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa teguran tertulis; dan 3. sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) selama 6 (enam) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa pernyataan tidak puas secara tertulis. b. Hukuman disiplin sedang: 1. sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 6 (enam) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun; 2. sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 9 (sembilan) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan 3. sebesar 50% (lima puluh perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun. c. Hukuman disiplin berat: 1. sebesar 85% (delapan puluh lima perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; 2. sebesar 90% (sembilan puluh perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; I j

- 8-3. sebesar 95% (sembilan puluh lima perseratus) selama 12 (dua belas) bulan, jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan; dan 4. sebesar 100% (seratus perseratus), jika Pegawai dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat dan mengajukan banding administratif ke Badan Pertimbangan Kepegawaian. (2) Kepada Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f yang berdasarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai disiplin Pegawai Negeri Sipil dijatuhi hukuman disiplin karena melakukan pelanggaran terkait administratif tidak dikenakan pemotongan Tunjangan. (3) Kepada Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan pemotongan Tunjangan apabila pelanggaran terkait administratif yang dilakukan berupa pelanggaran: a. jam kerja yang merupakan perbuatan berulangulang dengan kesengajaan; b. pencapaian sasaran kerja dikarenakan murm kesalahan Pegawai yang bersangkutan; c. standar prosedur ketja (Standar Operating Procedure) yang memiliki unsur merugikan keuangan negara atau memperkaya diri sendiri dan/ atau orang lain; d. proses perceraian tanpa izin murni kesengajaan Pegawai yang bersangkutan; dan/ atau e. melakukan pernikahan kedua clan seterusnya tan pa izin (poligami). (4) Kepada Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberlakukan pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (5) Dalam hal banding administratif yang diajukan oleh Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c angka 4 diterima oleh Badan Pertimbangan Kepegawaian clan hukuman disiplinnya diubah menjadi selain pemberhentian atau hukuman disiplinnya dibatalkan, maka Tunjangan Pegawai yang bersangkutan dibayarkan kembali terhitung sejak Pegawai yang bersangkutan diizinkan untuk tetap melaksanakan tugas. :J. 1 (}, _,

MENTER! KEUANGAN - 9-11. Ketentuan Pasal sebagai berikut: 17 diubah Pasal 17 sehingga berbunyi (1) Kepada Pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara dari jabatan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat ( 1) huruf g karena dilakukan penahanan oleh pihak yang berwajib, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 100% ( seratus perseratus) selama dalam masa pemberhentian sementara dari jabatan negeri. (2) Dalam hal berdasarkan pemeriksaan atau keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan tidak bersalah, Tunjangan Pegawai yang dikenakan pemotongan selama masa pemberhentian sementara dari jabatan negeri dibayarkan kembali. 12. Di antara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 2 (dua) pasal yakni Pasal 1 7 A dan Pasal 1 7B, sehingga Pasal 1 7 A dan Pasal 17B berbunyi sebagai berikut: Pasal 17A Kepada Pegawai yang diberhentikan dari jabatan organiknya dengan diberikan uang tunggu (belum diberhentikan sebagai Pegawai) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf h, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 100% (seratus perseratus). Pasal 17B Kepada Pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan yang diberikan cuti di luar tanggungan Negara atau dalam bebas tugas untuk menjalani masa persiapan pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) hur_uf j, diberlakukan pemotongan Tunjangan sebesar 100% (seratus perseratus) sampai diaktifkan kembali setelah menjalani cuti di luar tanggungan Negara. 13. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 18 (1) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a, huruf c angka 1, angka 2, angka 3, dan ayat (4) diberlakukan terhitung mulai bulan berikutnya sejak keputusan penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan. j I -"

- 10 - (2) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b angka 1 dan angka 2 diberlakukan terhitung mulai bulan berikutnya sejak hari ke-15 (lima belas) setelah Pegawai menerima hukuman disiplin, apabila Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin tidak mengajukan keberatan. (3) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b angka 1 dan angka 2, diberlakukan mulai bulan berikutnya setelah keputusan atas keberatan ditetapkan, apabila Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin mengajukan keberatan. (4) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b diberlakukan ketentuan sebagai berikut: dimaksud angka 3 a. bagi Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin oleh Menteri Keuangan, diberlakukan terhitung mulai bulan berikutnya sejak keputusan penjatuhan hukuman disiplin kepada Pegawai yang bersangkutan ditetapkan; dan b. bagi Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin oleh Pejabat struktural Eselon II di lingkungan instansi vertikal, diberlakukan terhitung mulai: 1. sejak hari ke-15 (lima belas) ada bulan berikutnya setelah Pegawai menerima hukuman disiplin, dalam hal Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin tidak mengajukan keberatan; atau 2. pada bulan berikutnya setelah keputusan atas keberatan ditetapkan, dalam hal Pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin mengajukan keberatan. (5) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c angka 4 diberlakukan mulai bulan berikutnya sejak hari ke-15 (lima belas) setelah Pegawai menerima hukuman disiplin. (6) Pemotongan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diberlakukan pada bulan berikutnya terhitung sejak tanggal penahanan. 14. Ketentuan Pasal sebagai berikut: (1) 19 diubah sehingga berbunyi Pasal 19 Dalam hal Pegawai dijatuhi lebih dari satu hukuman disiplin pada bulan yang bersamaan, maka terhadap Pegawai yang bersangkutan diberlakukan pemotongan Tunjangan berdasarkan hukuman disiplin yang paling berat. I j '-"

- 11 - (2) Dalam hal Pegawai dijatuhi hukuman disiplin dan pada bulan berikutnya kembali dijatuhi hukuman disiplin, maka terhadap Pegawai yang bersangkutan diberlakukan pemotongan Tunjangan berdasarkan hukuman disiplin yang paling berat. 15. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 20 (1) Peringatan Tertulis dan hukuman disiplin yang dijatuhkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dan sedang dijalani oleh Pegawai yang bersangkutan, dinyatakan tetap berlaku. (2) Pemotongan Tunjangan yang dilakukan terhadap Pegawai yang mendapat Peringatan Tertulis dan/ atau hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dan masih dijalani oleh Pegawai yang bersangkutan, dinyatakan tetap berlaku sesuai ketentuan sebelumnya. (3) Hukuman disiplin yang diajukan keberatan kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini dan keputusan atas keberatan ditetapkan setelah berlakunya Peraturan Menteri ini, diberlakukan pemotongan Tunjangan sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. (4) Terhadap hukuman disiplin yang diajukan banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian dan sampai dengan mulai berlakunya Peraturan Menteri m1 belum ada keputusan atas banding administratif tersebut, diberlakukan pemotongan Tunjangan sesuai ketentuan Peraturan Menteri ini. (5) Pegawai yang sedang menjalani pemberhentian sementara dari jabatan negeri dan sampai dengan mulai berlakunya Peraturan Menteri m1 masih dalam status pemberhentian sementara dari jabatan negeri, diberlakukan pemotongan Tunjangan sesuai ketentuan Peraturan Menteri ini. (6) Pegawai yang sedang menjalani cuti sakit, cuti bersalin, cuti karena alasan penting sebelum berlakunya Peraturan Menteri m1 dan saat berlakunya Peraturan Menteri ini masih menjalani cuti dimaksud, kepadanya diberlakukan pemotongan Tunjangan sesuai ketentuan sebelumnya.

MENTERIKEUANGAN - 12 - (7) Pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan yang sudah dilakukan sejak 1 Juli 2014, disesuaikan perhitungan pemotongannya berdasarkan Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini. 16. Mengubah Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V, dan Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.01/2011 tentang Penegakan Disiplin Dalam Kaitannya Dengan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan, sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III dan Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal II Peraturan Menteri 1m mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 April 2015 MENTER! KEUANGAN, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 28 April 2015 MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA, ttd. YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA TAHUN 2015 NOMOR 643 ' GIARTO R / l'o - '"7ARIPi st: - c'-/ NIP 195904201984021001

LAMP!RAN l PERA TU RAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 85 /PMK.01/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 214/PM!COl /201 l TENTANG PENEGAKAN DIS!PL!N DALAM!V\ITANNY A DENG AN TUNJANGAN KHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA DI L!NOKUNOAN KEMENTER!AN KEUANOAN PERSENTASE PEMOTONGAN TUNJANGAN BAGI PEGAWAI YANG TERLAMBAT MASUK BEKERJA TING KAT KETERLAMBATAN (TL) WAKTU MASUK BEKERJA PERSENTASE POTO NGAN TL 1 07.31 s.d. < 08.01 0,5% TL 2 08.01 s.d. < 08.31 1% TL 3 08.31 s.d. < 09.01 1,25 % TL 4 ;,:: 09.01 dan/atau tidak mengisi daftar hadir 2,5 % masuk bekerj a MENTER! KEUANGAN REP UBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO.>mvuMUI GIARTOi - NIP 19590420198 21001 - i lt., " - / <(,

LAMPJRAN II PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 85 /PMK.01/2015 TENTANG PERUSAi-JAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 214/PM!COl/2011 TENTANG PENEGAKAN O!SIPLIN DALAM KAITANNYA DENGAN TUNJANGAN KHU SUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN PERSENTASE PEMOTONGAN TUNJANGAN BAGI PEGA WAI YANG PULANG SEBELUM W AKTUNY A TINGKAT PULANG WAKTU PULANG PERSENTASE SEBELUM WAKTU (PSW) BEKERJA POTO NGAN PSW 1 16.31 s.d. < 17.00 0,5 % PSW 2 16.01 s.d. < 16.31 1% PSW 3 15.31 s.d. < 16.01 1,25 % PSW 4 < 15.31 dan/atau tidak mengisi daftar hadir 2,5 % pulang beke1j a MENTERI KEUANGAN, ttd. BAMBANG P.S. BRODJONEGORO Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA,,Bllfo, nu'-ja.u / b. 'Ll,f / ta.. /,f,; I,? KEP4VLf\ BAGIAN_.T. -KEMENTERIAN ; 1 o1,jm\jjl/i 1: t., -- I - GIAR O [F - -, NIP 19 ' 9-9 20.1 9 1001 "r1,;;i1,1i.1 j. \

LAMPIRAN Ill PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 85 /PMK.01/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEVAN GAN NO MOR 214/PMICOl/201 l TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN DALAM KAITANNYA DENGAN TUNJANGAN KHU SUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA DI LINGKiJNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN PERSENTASE PEMOTONGAN TUNJANGAN BAGI PEGAWAI YANG TERLAMBAT MASUK BEKERJA YANG BERLOKASI KERJA DI PROVINS! DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TING KAT KETERLAMBATAN (TL) WAKTU MASUK BEKERJA PERSENTASE POTO NGAN TL 1 07.31 s.d. < 08.01 0% dengan kewajiban menggan ti waktu keterlambatan TL 2 08.01 s.d. < 08.31 1% TL 3 08.31 s.d. < 09.01 1,25 % TL 4 2 09.01 dan/atau tidak mengisi daftar hadir 2,5 % masuk bekerja MENTERI KEUANGAN, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO Salinan sesuai dengan aslinya '" KEPAL $IR9RltJ&tH;JM "' - -... ;,r/.i".,.. u.b. '''-?.. KEPALA BAGIAN-'F.. KEMENTERIAN I- - \ "., L _,, 1 1 umu1 ) pfvu'' GIAR:TO t - -7 NIP 1959042-01984D21001 -,

LAMPIRAN IV PERA TU RAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 85 /PMK.01/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 214/PMK.01/2011 TENTANG PENEGAKAN D!SJPLIN DALAM KAITANNYA DENGAN TUNJANGAN KHUSUS PEMBINAAN KEUANGAN NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN PERSENTASE PEMOTONGAN TUNJANGAN BAGI PEGAWAI YANG PULANG SEBELUM WAKTUNYA YANG BERLOKASI KERJA DI PROVINS! DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TINGKAT PULANG SEBELUM W AKTU (PSW) WAKTU PULANG BEKERJA PERSENTASE POTO NGAN PSW 1 bagi yang tidak mengganti waktu keterlambatan 0,5% 16.31 s.d. < 17.00 PSW 2 16.31 s.d. < 17.00 dan tidak mengganti waktu keterlambatan 1% 16.01 s.d. < 16.31 PSW 3 16.01 s.d. < 16.31 dan tidak menggan ti waktu keterlambatan 1,25 % PSW4 15.31 s.d. < 16.01 < 16.01 dan tidak mengganti waktu keterlambatan < 15.31 dan/atau tidak mengisi daftar hadir pulang bekerja 2,5 % MENTER! KEUANGAN, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO