Kondisi AMPL. Tabel 10. Jenis dan Jumlah Fasilitas Penyediaan Air Minum. Fasilitas Jumlah Rumah Tangga Prosentase Sumur gali 37,003 61.



dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANGKA KATA SAMBUTAN

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

AKSES AIR BERSIH: TERCAPAIKAH TARGET MDG S KABUPATEN BANGKA?

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Lampiran I.19 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 19 TAHUN 2009 T E N T A N G

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KATA PENGANTAR. Pangkalan Balai, Desember 2013 KEPALA BAPPEDA DAN PM KABUPATEN BANYUASIN

RENCANA KERJA TAHUNAN PENYULUH PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN : 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 76 Tahun : 2015

BAB III TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PROFIL KABUPATEN / KOTA

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

PENDUDUK DAN TENAGA KERJA/ POPULATION AND LABOR BAB III/ CHAPTER III. Tabel Table

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

LAMPIRAN 2 RENCANA KEGIATAN UNTUK MENGIKHTIARKAN KEMUDAHAN KEGIATAN PENYULUHAN KABUPATEN BANGKA TAHUN 2013

MATRIKS PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN BANGKA TAHUN : 2013

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PEMETAAN SEGMENTASI SASARAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA

STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG

PROFIL KABUPATEN / KOTA

TARMIZI SAAT BUPATI BANGKA DISAMPAIKAN PADA ACARA SELAMAT DATANG LEMHANAS SUNGAILIAT, 2 JULI 2014

Program Kesehatan Lingkungan A. Inspeksi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM), Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik

KATA PENGANTAR. Sungailiat, Oktober 2010 Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka HERMANSYAH AH, SH PEMBINA TK.I NIP

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN TARIF PELAYANAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

DATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2001

IR.H.TARMIZI SAAT, M.M. BUPATI BANGKA

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN JANGKA MENENGAH PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM, KESEHATAN DAN SANITASI (PJM Pro-AKSi)

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia. Air sangat dibutuhkan dalam segenap aspek kehidupan manusia. Fungsi

STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN. banyak PDAM Tirta Kerta Raharja mempunyai beberapa Instalasi Pengolahan Air bersih (

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

Wonogiri, 11 Pebruari 2014

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA ARAHAN BUPATI DALAM RAPAT KERJA SKPD

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN KOTA

BAB IV TUGAS PEMBANTUAN A. TUGAS PEMBANTUAN YANG DI TERIMA DARI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I. PENDAHULUAN. aktivitas mereka sehari-hari. Air memegang peranan penting bagi kehidupan

APBD I DPKP CK APBD II DAK AM SR X 5 JIWA = JIWA (1)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN I-2016

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

BAB II. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan air, sehingga manusia tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

Dasar Hukum, Pengertian dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

Luas Wilayah Provinsi DKI Jakarta

EVALUASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SISTEM TERPUSAT DI KOTA MANADO

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 270 sampel di wilayah usaha

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA. Wahyu Endy Pratista Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST

SANITASI AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA PROGRAM SANITASI PERKOTAAN BERBASIS MASYARAKAT (SPBM) DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA TAHUN 2014

Transkripsi:

Kondisi AMPL 3.2.1. Kondisi Air Minum Pada umumnya rumahtangga di Kabupaten Bangka memiliki berbagai fasilitas air minum pribadi atau komunal seperti sumur gali, sumur pompa, air hujan, air sungai, perpipaan, PDAM dan kolong atau dam. Dari berbagai jenis fasilitas`tersebut, sebagian besar rumah tangga menggunakan sumur gali, PDAM dan air sungai. Selengkapnya jenis dan fasilitas penyediaan air minum bagi rumah tangka masyarakat tersaji pada table berikut. Tabel 10. Jenis dan Jumlah Fasilitas Penyediaan Air Minum Fasilitas Jumlah Rumah Tangga Prosentase Sumur gali 37,003 61.44 Sumur Pompa 3,738 6.21 Air Hujan 72 0.12 Air Sungai 5,657 9.39 Perpipaan 889 1.48 PDAM 7,314 12.15 Kolong/DAM 624 1.04 Lainnya 4,925 8.18 Jumlah 60,222 100 Tabel diatas memperlihatkan bahwa mayoritas rumah tangga (61,44 %) menggunakan sumur gali sebagai sumber air minum, diikuti kemudian oleh PDAM (12,15 %), air sungai (9,39%), sumur pompa (6,21%) dan sisanya memanfaatkan sumber air minum lainnya seperti air hujan, perpipaan dan kolong/dam. Di masa depan diharapkan PDAM dapat berperan lebih aktif dalam memperluas cakupan air

minum. Hingga saat ini jumlah air minum yang telah disalurkan PDAM Tirta Bangka selama tahun 2006 adalah sebanyak 1.202.142 M 3 dengan jumlah pelanggan sebanyak 5.423 pelanggan. Pelanggan ini terbagi menjadi beberapa kategori yaitu: sosial umum sebanyak 40 pelanggan dengan banyaknya air 11.895 M 3, sosial khusus sebanyak 27 pelanggan dengan banyaknya air 6.479 M 3, rumahtangga A sebanyak 5.243 pelanggan dengan banyaknya air 1.104.634 M 3, instansi pemerintah sebanyak 95 pelanggan dengan banyaknya air 67.937 M 3, niaga kecil 14 pelanggan dengan banyaknya air 3.600 M 3, dan niaga besar 4 pelanggan dengan banyaknya air 7.597 M 3. Disisi lain upaya pemenuhan kebutuhan air bersih yang dilakukan melalui non PDAM, masyarakat banyak memperoleh air bersih dari berbagai sumber yang berbeda tergantung letak geografis masing-masing, yaitu melalui sumur, mata air, sungai, kolong atau Dam. Beberapa tahun terakhir dilakukan upaya bantuan pengadaan air baku bagi masyarakat yang tidak terlayani oleh PDAM antara lain melalui kegiatan pengadaan sumur gali, sumur pompa serta beberapa sumber kegiatan lainnya. Selintas, kondisi-kondisi layanan air minum berdasarkan datadata diatas memperlihatkan akses masyarakat yang cukup baik terhadap air bersih. Meskipun demikian, jika ukurannya adalah pemenuhan standar medis sanitasi, tentu saja belum seluruh masyarakat Kabupaten Bangka yang memiliki akses air bersih yang memenuhi kualifikasi. BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2007) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil Susenas tahun 2006, baru 54,14 persen masyarakat Kabupaten Bangka yang memiliki akses terhadap air bersih ini dan diperkirakan masih terdapat 45,86 persen lagi masyarakat yang belum mampu mengakses air bersih. Dalam

konteks pemenuhan target MDG,s, jumlah masyarakat yang tidak mampu mengakses air bersih dapat diturunkan hingga menjadi 50 persen dari seluruh masyarakat yang belum memiliki akses air bersih saat ini. Sehingga pada tahun 2015, ditargetkan 77,07 persen masyarakat sudah mampu mengakses air bersih dan hanya menyisakan 22,93 persen masyarakat saja yang tidak memiliki akses terhadap air bersih ini. 3.2.2. Penyehatan Lingkungan Dari sisi penyehatan lingkungan terutama yang berkaitan dengan sanitasi, masyarakat umumnya belum memiliki kesadaran yang cukup dalam penjagaan sanitasi. Hal ini terlihat dari banyaknya rumah-rumah penduduk yang belum dilengkapi dengan jamban keluarga yang sehat. Selengkapnya distribusi rumah penduduk yang dilengkapi akses jamban tersaji pada tabel berikut. Tabel 11. Distribusi KK Yang Mengakses Jamban Keluarga dan SPAL di Kabupaten Bangka Tahun 2007. Kecamatan Rumah (unit) Berjamban (%) Sungailiat 15.405 21,87 Pemali 4.355 5,11 Merawang 5.040 6,07 Belinyu 10.611 11,18 Riau Silip 3.269 2,29 Puding Besar 2.680 2,88 Bakam 3.204 1,83 Mendo Barat 9.123 0,68 Jumlah 53.687 51,91 Dari tabel diatas diketahui bahwa baru 51,91 persen rumah penduduk yang memiliki jamban keluarga. Dari jumlah ini, 39,12

persen diantaranya adalah rumah-rumah penduduk yang berada di wilayah kecamatan perkotaan seperti Sungailiat (21,87%), Merawang (6,07%) dan Belinyu (11,18%). Sedangkan sisanya adalah rumahrumah penduduk yang tinggal di perdesaan, yaitu Mendo Barat (0,68%), Bakam (1,83%), Puding Besar (2,88%), Riau Silip (2,99%) dan Pemali (5,11%). Kondisi ini, eksplisit memperlihatkan bahwa terdapat kecenderungan korelasi antara jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dengan tingkat sanitasi lingkungan lingkungan. Kecamatankecamatan perkotaan dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih banyak cenderung memiliki tingkat sanitasi lingkungan yang lebih baik di banding masyarakat yang tinggal di kecamatankecamatan bukan perkotaan. Meskipun data cakupan jamban keluarga menunjukkan bahwa 51,94 persen rumah-rumah penduduk sudah memiliki jamban keluarga, namun indikatro PHBS, tidak hanya diukur dari kepemilikan jamban, namun juga oleh variabel-variabel lain yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan, seperti kepemilikan saluran pembuangan limbah air limbah oleh rumah tangga. Menggunakan indikator total ini, BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2007) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil Susenas tahun 2006, baru 51,43 persen masyarakat Kabupaten Bangka yang memiliki akses terhadap penyehatan lingkungan ini, sehingga diperkirakan masih terdapat 48,67 persen lagi masyarakat yang belum memiliki sanitasi lingkungan yang baik. Dalam konteks pemenuhan target MDG,s, jumlah masyarakat yang tidak mampu mengakses air bersih dapat diturunkan hingga menjadi 50 persen dari seluruh masyarakat yang belum memiliki sanitasi lingkungan. Sehingga pada tahun 2015, ditargetkan 75,76 persen masyarakat sudah memiliki lingkungan tempat tinggal

yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan dan hanya menyisakan 24,34 persen saja yang tidak memiliki lingkungan sehat. 3.2.3. Pembiayaan Investasi AMPL Kondisi per-ampl-an yang belum sepenuhnya mampu memenuhi target MGD,s tersebut, mengharuskan Pemkab Bangka melakukan perencanaan-perencanaan investasi yang berkaitan dengan air bersih atau air minum. Meskipun banyak data yang masih cenderung prediktif, namun perencanaan investasi harus tetap dilakukan dengan berdasarkan asumsi-asumsi pembiayaan yang general dan dihitung menggunakan unit cost/jiwa. Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan pembiayaan investasi ini adalah: (i) cakupan air bersih adalah 54,14 persen; (ii) cakupan sanitasi di adalah 51,43 persen; (iii) kebutuhan investasi air minum/air bersih per Rp. 1.600.000; (iv) kebutuhan investasi sanitasi per KK adalah Rp. 3.000.000; dan (v) pembiayaan investasi diperuntukkan hingga tahun 2015. Selengkapnya rincian detail kebutuhan pembiayaan investasi AMPL tersebut tersaji pada tabel berikut. Tabel 12. Prediksi Pembiayan Investasi AMPL di Kabupaten Bangka Indikator Investasi Uraian Investasi Jumlah Desa & Kec. 60 desa+9 kel= 8 Kecamatan Jumlah Penduduk 234.889 jiwa: 95.842 perkotaan + 138.827 pedesaan) Jumlah KK 60.222 KK Cakupan Bersih 54,14 % x 60.222 KK = 32.604 KK Sisa yang harus ditangani 60.222 32.604 = 27.618 KK Cakupan Sanitasi 51,43 % x 60.222 KK = 30.972 KK Sisa yang harus ditangani 60.222-30.972 = 29.250 KK Investasi Air Bersih Rp 1.600.000 x 27.618 KK = Rp. 44.188.494.720 Investasi Sanitasi Rp. 3.000.000 x 29.250 KK = Rp. 87.749.476.200 Investasi AMPL-BM Rp. 44.188.494.720 + Rp. 87.749.476.200 =Rp. 131.937.970.920 Investasi/tahun Rp. 131.937.970.920/8= Rp. 16.492.246.365 selama 2008-2015