Kondisi AMPL 3.2.1. Kondisi Air Minum Pada umumnya rumahtangga di Kabupaten Bangka memiliki berbagai fasilitas air minum pribadi atau komunal seperti sumur gali, sumur pompa, air hujan, air sungai, perpipaan, PDAM dan kolong atau dam. Dari berbagai jenis fasilitas`tersebut, sebagian besar rumah tangga menggunakan sumur gali, PDAM dan air sungai. Selengkapnya jenis dan fasilitas penyediaan air minum bagi rumah tangka masyarakat tersaji pada table berikut. Tabel 10. Jenis dan Jumlah Fasilitas Penyediaan Air Minum Fasilitas Jumlah Rumah Tangga Prosentase Sumur gali 37,003 61.44 Sumur Pompa 3,738 6.21 Air Hujan 72 0.12 Air Sungai 5,657 9.39 Perpipaan 889 1.48 PDAM 7,314 12.15 Kolong/DAM 624 1.04 Lainnya 4,925 8.18 Jumlah 60,222 100 Tabel diatas memperlihatkan bahwa mayoritas rumah tangga (61,44 %) menggunakan sumur gali sebagai sumber air minum, diikuti kemudian oleh PDAM (12,15 %), air sungai (9,39%), sumur pompa (6,21%) dan sisanya memanfaatkan sumber air minum lainnya seperti air hujan, perpipaan dan kolong/dam. Di masa depan diharapkan PDAM dapat berperan lebih aktif dalam memperluas cakupan air
minum. Hingga saat ini jumlah air minum yang telah disalurkan PDAM Tirta Bangka selama tahun 2006 adalah sebanyak 1.202.142 M 3 dengan jumlah pelanggan sebanyak 5.423 pelanggan. Pelanggan ini terbagi menjadi beberapa kategori yaitu: sosial umum sebanyak 40 pelanggan dengan banyaknya air 11.895 M 3, sosial khusus sebanyak 27 pelanggan dengan banyaknya air 6.479 M 3, rumahtangga A sebanyak 5.243 pelanggan dengan banyaknya air 1.104.634 M 3, instansi pemerintah sebanyak 95 pelanggan dengan banyaknya air 67.937 M 3, niaga kecil 14 pelanggan dengan banyaknya air 3.600 M 3, dan niaga besar 4 pelanggan dengan banyaknya air 7.597 M 3. Disisi lain upaya pemenuhan kebutuhan air bersih yang dilakukan melalui non PDAM, masyarakat banyak memperoleh air bersih dari berbagai sumber yang berbeda tergantung letak geografis masing-masing, yaitu melalui sumur, mata air, sungai, kolong atau Dam. Beberapa tahun terakhir dilakukan upaya bantuan pengadaan air baku bagi masyarakat yang tidak terlayani oleh PDAM antara lain melalui kegiatan pengadaan sumur gali, sumur pompa serta beberapa sumber kegiatan lainnya. Selintas, kondisi-kondisi layanan air minum berdasarkan datadata diatas memperlihatkan akses masyarakat yang cukup baik terhadap air bersih. Meskipun demikian, jika ukurannya adalah pemenuhan standar medis sanitasi, tentu saja belum seluruh masyarakat Kabupaten Bangka yang memiliki akses air bersih yang memenuhi kualifikasi. BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2007) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil Susenas tahun 2006, baru 54,14 persen masyarakat Kabupaten Bangka yang memiliki akses terhadap air bersih ini dan diperkirakan masih terdapat 45,86 persen lagi masyarakat yang belum mampu mengakses air bersih. Dalam
konteks pemenuhan target MDG,s, jumlah masyarakat yang tidak mampu mengakses air bersih dapat diturunkan hingga menjadi 50 persen dari seluruh masyarakat yang belum memiliki akses air bersih saat ini. Sehingga pada tahun 2015, ditargetkan 77,07 persen masyarakat sudah mampu mengakses air bersih dan hanya menyisakan 22,93 persen masyarakat saja yang tidak memiliki akses terhadap air bersih ini. 3.2.2. Penyehatan Lingkungan Dari sisi penyehatan lingkungan terutama yang berkaitan dengan sanitasi, masyarakat umumnya belum memiliki kesadaran yang cukup dalam penjagaan sanitasi. Hal ini terlihat dari banyaknya rumah-rumah penduduk yang belum dilengkapi dengan jamban keluarga yang sehat. Selengkapnya distribusi rumah penduduk yang dilengkapi akses jamban tersaji pada tabel berikut. Tabel 11. Distribusi KK Yang Mengakses Jamban Keluarga dan SPAL di Kabupaten Bangka Tahun 2007. Kecamatan Rumah (unit) Berjamban (%) Sungailiat 15.405 21,87 Pemali 4.355 5,11 Merawang 5.040 6,07 Belinyu 10.611 11,18 Riau Silip 3.269 2,29 Puding Besar 2.680 2,88 Bakam 3.204 1,83 Mendo Barat 9.123 0,68 Jumlah 53.687 51,91 Dari tabel diatas diketahui bahwa baru 51,91 persen rumah penduduk yang memiliki jamban keluarga. Dari jumlah ini, 39,12
persen diantaranya adalah rumah-rumah penduduk yang berada di wilayah kecamatan perkotaan seperti Sungailiat (21,87%), Merawang (6,07%) dan Belinyu (11,18%). Sedangkan sisanya adalah rumahrumah penduduk yang tinggal di perdesaan, yaitu Mendo Barat (0,68%), Bakam (1,83%), Puding Besar (2,88%), Riau Silip (2,99%) dan Pemali (5,11%). Kondisi ini, eksplisit memperlihatkan bahwa terdapat kecenderungan korelasi antara jumlah fasilitas pelayanan kesehatan dengan tingkat sanitasi lingkungan lingkungan. Kecamatankecamatan perkotaan dengan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih banyak cenderung memiliki tingkat sanitasi lingkungan yang lebih baik di banding masyarakat yang tinggal di kecamatankecamatan bukan perkotaan. Meskipun data cakupan jamban keluarga menunjukkan bahwa 51,94 persen rumah-rumah penduduk sudah memiliki jamban keluarga, namun indikatro PHBS, tidak hanya diukur dari kepemilikan jamban, namun juga oleh variabel-variabel lain yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan, seperti kepemilikan saluran pembuangan limbah air limbah oleh rumah tangga. Menggunakan indikator total ini, BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2007) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil Susenas tahun 2006, baru 51,43 persen masyarakat Kabupaten Bangka yang memiliki akses terhadap penyehatan lingkungan ini, sehingga diperkirakan masih terdapat 48,67 persen lagi masyarakat yang belum memiliki sanitasi lingkungan yang baik. Dalam konteks pemenuhan target MDG,s, jumlah masyarakat yang tidak mampu mengakses air bersih dapat diturunkan hingga menjadi 50 persen dari seluruh masyarakat yang belum memiliki sanitasi lingkungan. Sehingga pada tahun 2015, ditargetkan 75,76 persen masyarakat sudah memiliki lingkungan tempat tinggal
yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan dan hanya menyisakan 24,34 persen saja yang tidak memiliki lingkungan sehat. 3.2.3. Pembiayaan Investasi AMPL Kondisi per-ampl-an yang belum sepenuhnya mampu memenuhi target MGD,s tersebut, mengharuskan Pemkab Bangka melakukan perencanaan-perencanaan investasi yang berkaitan dengan air bersih atau air minum. Meskipun banyak data yang masih cenderung prediktif, namun perencanaan investasi harus tetap dilakukan dengan berdasarkan asumsi-asumsi pembiayaan yang general dan dihitung menggunakan unit cost/jiwa. Beberapa asumsi yang digunakan dalam perhitungan pembiayaan investasi ini adalah: (i) cakupan air bersih adalah 54,14 persen; (ii) cakupan sanitasi di adalah 51,43 persen; (iii) kebutuhan investasi air minum/air bersih per Rp. 1.600.000; (iv) kebutuhan investasi sanitasi per KK adalah Rp. 3.000.000; dan (v) pembiayaan investasi diperuntukkan hingga tahun 2015. Selengkapnya rincian detail kebutuhan pembiayaan investasi AMPL tersebut tersaji pada tabel berikut. Tabel 12. Prediksi Pembiayan Investasi AMPL di Kabupaten Bangka Indikator Investasi Uraian Investasi Jumlah Desa & Kec. 60 desa+9 kel= 8 Kecamatan Jumlah Penduduk 234.889 jiwa: 95.842 perkotaan + 138.827 pedesaan) Jumlah KK 60.222 KK Cakupan Bersih 54,14 % x 60.222 KK = 32.604 KK Sisa yang harus ditangani 60.222 32.604 = 27.618 KK Cakupan Sanitasi 51,43 % x 60.222 KK = 30.972 KK Sisa yang harus ditangani 60.222-30.972 = 29.250 KK Investasi Air Bersih Rp 1.600.000 x 27.618 KK = Rp. 44.188.494.720 Investasi Sanitasi Rp. 3.000.000 x 29.250 KK = Rp. 87.749.476.200 Investasi AMPL-BM Rp. 44.188.494.720 + Rp. 87.749.476.200 =Rp. 131.937.970.920 Investasi/tahun Rp. 131.937.970.920/8= Rp. 16.492.246.365 selama 2008-2015