BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Felis domestica yang terdiri dari bermacam ras. Kondisi kucing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar.

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terlibat pada daerah janggut. Infiltrasi terberat sering pada regio ocipital dan

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

Proses Pembuatan Madu

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

BAB III METODE PENELITIAN

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

1. PENDAHULUAN. Ekstraksi senyawa antosianin dan fenolik dari sumber tanaman telah banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan berbagai asam amino, DHA dan unsur-unsur lainnya yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Pengeringan Untuk Pengawetan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi cacing usus masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di

HASIL DAN PEMBAHASAN

merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

MIKROBIOLOGI BAKTERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metamorfosis sempurna, pipih bilateral, tidak mempunyai sayap, mempunyai alat

BAB I PENDAHULUAN. Hall, 2008). Kolestrol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur

Infestasi pinjal dan infeksi Dipylidium caninum Linnaeus pada kucing liar di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor, Kecamatan Dramaga

EKTOPARASIT PADA KUCING (Felis Domestica, Linnaeus 1758) DI KOTA PEKANBARU

Infestasi pinjal dan infeksi Dipylidium caninum (Linnaeus) pada kucing liar di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor, Kecamatan Dramaga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

BAB I PENDAHULUAN. senyawa yang lebih sederhana seperti peptida dan asam amino. Enzim protease

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

Menambah Pengetahuan Tentang Parasitologi. Editor : Atika Rahmalia

Rickettsia prowazekii

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

3. PEMBAHASAN 3.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Bayam

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. Protein adalah suatu zat gizi yang sangat penting bagi tubuh karena

2 TINJAUAN PUSTAKA. Umbi Iles-iles. Umbi Walur

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-9) 1. Identitas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia/Kimia

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

Kehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan. Aspek kimia dalam tubuh - 2

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada tepung adalah kapang, khamir, dan bakteri. Bakteri yang biasa

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

BAB IV. HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Biologi merupakan Ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENYEDIAAN SPESIMEN AWETAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI Oleh : Satino, M.Si

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

MANAGEMEN PENGENDALIAN PEST

BAB I PENDAHULUAN. energi, vitamin dan mineral untuk melengkapi hasil-hasil pertanian. Salah

SMA Negeri 1 Nunukan Selatan METABOLISME. Pertemuan 2. Oleh. SUPARMUJI, S.Pd

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing merupakan hewan peliharaan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Jenis kucing yang sering dipelihara oleh masyarakat Indonesia adalah Felis domestica yang terdiri dari bermacam ras. Kondisi kucing yang hidup bebas, kotor dan tidak terawat secara benar dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit, antara lain flea allergic dermatitis (FAD) dan Dipylidiasis (Maharani, et. al., 2015). FAD merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan pinjal (Siphonaptera) dengan gejala klinis pruritus dan papula pada kulit dan infeksi Dipyllidium caninum pada inang definitif dikenal sebagai penyakit Dipylidiasis (Maharani, et. al., 2015). Dipylidiasis tersebar di seluruh dunia dan umumnya terjadi pada kucing, sehingga kesehatan kucing menjadi sangat penting diperhatikan mengingat ektoparasit pada kucing dapat berdampak buruk bagi pemilik (Bashofi, et. al., 2014). Ctenocephalides felis merupakan ektoparasit dari ordo siphonoptera dengan ciri bentuk tubuh gepeng, sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah kebelakang dan rambut keras, tidak memiliki sayap, memiliki tungkai panjang dan koksa-koksa besar. C. felis dapat dilihat seperti butiran pasir diantara bulu kucing dan biasanya dapat ditemukan pada daerah yang berbulu lebat seperti bagian leher (Hinkle, 2003). Salah satu upaya mencegah penyakit penyebab ektoparasit C. felis dengan memperhatikan kebersihan kucing secara baik dan identifikasi hospes 1

2 perantara bagi penyakit. Kepentingan mempelajari sediaan preparat C. felis tidak hanya memberi informasi kepada tenaga laboratorium, tetapi juga membantu dalam memberikan diagnosis penyakit terhadap gangguan yang ditimbulkan (Saputra, 2013). Pembuatan preparat merupakan tindakan atau proses penyiapan spesimen menjadi media yang siap diawetkan untuk penelitian atau pemeriksaan, sehingga pembuatan preparat tidak hanya melalui satu tahapan (Widiyanti, 2013). Ketidaklayakan preparat awetan dapat terjadi karena terdapat kesalahan pada tahap pembuatan preparat antara lain bagian tubuh spesimen menjadi buram, bagian-bagian dari tubuh spesimen rusak atau hilang, serta preparat awetan tidak bertahan dalam jangka waktu yang lama (Widiyanti, 2013). Pembuatan preparat awetan diawali dengan perendaman KOH 10%, dehidrasi, clearing dan mounting. KOH merupakan larutan yang dapat menipiskan eksoskeleton yang merupakan pembungkus keras pada permukaan tubuh. Penyusun eksoskeleton serangga berupa kitin yaitu senyawa amino polisakarida berbentuk polimer gabungan yang dapat berikatan dengan protein. Proses deproteinasi akan memecah ikatan peptida pada molekul protein sehingga pemecahan ikatan peptida dalam protein tersebut akan menyebabkan eksoskeleton menipis (Soedarto, 2011). Pembuatan preparat awetan C. felis dengan perendaman KOH 10% selama 24 jam dapat menipiskan eksoskeleton sehingga diperoleh preparat awetan dengan kualitas baik tetapi kurang efisien karena membutuhkan waktu yang lama (Fatihiyah, 2006). Penipisan kitin dapat dipercepat dengan pemanasan KOH 10% pada suhu 80 C selama 30 menit (Karami, 2012). Proses pemanasan dapat merusak ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar menyebabkan energi kinetik

3 pada asam amino meningkat dan bergerak sangat cepat sehingga memutus ikatan peptida menjadi asam amino yang lebih sederhana. Pecahnya ikatan peptida dalam protein menyebabkan eksoskeleton serangga menipis (Rahmawati, 2011). Pembuatan preparat awetan dipengaruhi oleh beberapa macam teknik dan perlakuan yang berbeda untuk memperoleh hasil preparat yang berkualitas baik. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan KOH 10% dengan pemanasan dan tanpa pemanasan terhadap kualitas preparat awetan C. felis. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perbandingan KOH 10% dengan pemanasan dan tanpa pemanasan terhadap kualitas preparat awetan C. felis? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui perbandingan KOH 10% dengan pemanasan dan tanpa pemanasan terhadap kualitas preparat awetan C. felis 1.3.2 Tujuan khusus a. Memeriksa kualitas preparat C. felis dengan dipanaskan KOH 10% b. Memeriksa kualitas preparat C. felis tanpa pemanasan KOH 10% c. Menganalisis perbandingan KOH 10% dengan pemanasan dan tanpa pemanasan terhadap kualitas preparat awetan C. felis 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Penelitian

4 Menambah dan meningkatkan wawasan serta kemampuan ilmu pengetahuan peneliti dalam bidang parasitilogi khususnya mengenai perbandingan KOH 10% dengan pemanasan dan tanpa pemanasan terhadap kualitas preparat awetan C. felis.. 1.4.2 Instansi Memberikan informasi kepada tenaga laboratorium Universitas Muhammadiyah Semarang, tentang pemilihan metode yang tepat dalam pembuatan preparat dan sebagai bahan media pembelajaran mengenai perbandingan KOH 10% dengan pemanasan dan tanpa pemanasan terhadap kualitas preparat awetan C. felis. 1.4.3 Ilmu Pengetahuan Menambah pengetahuan yang sangat bermanfaat khususnya berkaitan dengan perbandingan KOH 10% dengan pemanasan dan tanpa pemanasan terhadap kualitas preparat awetan C. felis.

5 1.5 Orisinilitas Penelitian Tabel 1. Orisinalitas Penelitian No Nama Judul Hasil 1 Arya Iswara dan Fitri Nuroini, 2017. 2 Emmy Auliawati, 2013 Variasi Konsentrasi KOH dan Waktu Clearing Terhadap Kualitas Preparat Awetan Pediculus humanus capitis Kualitas Sediaan Permanen Pediculus humanus capitis Dengan Variasi Waktu Perendaman Dalam KOH 10% Kualitas sediaan preparat baik ditunjukkan pada variabel waktu clearing 15, 25, 60 menit pada perendaman KOH konsentrasi 10%, 15%, 20% Perendaman dalam KOH 10% selama 5 jam menghasilkan 8 sediaan permanen dengan kualitas baik dan 2 kualitas buruk, 10 jam menghasilkan 9 sediaan permanen dengan kualitas baik dan 1 kualitas buruk, 15 jam menghasilkan seluruh sediaan permanen dengan kualitas baik. Ketiga perlakuan (perendaman dalam KOH 10% selama 5 jam, 10 jam, 15 jam) menunjukkan perbedaan hasil yang tidak bermakna Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel penelitian dan objek yang digunakan untuk penelitian. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penipisan eksoskeleton (pemanasan dan tanpa pemanasan KOH 10%). Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah Ctenocephalides felis.