PERATURAN MENTERI KESEHATAN RBPUBLIK INDONESIA NOMOR : 157IMENKES/PER/ILL/1990



dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN DAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN LINGKUNGAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 47 Tahun : 2014

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2001 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 45 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 45 TAHUN 2005 T E N T A N G

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 26 TAHUN 2015 SERI E.21 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 99 TAHUN TENTANG

MODUL 4 PENGERTIAN, PERANAN DAN PROSES AMDAL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN WALIKOTA MALANG,

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATIEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 21 TAHUN 2015 SERI E.16

WALIKOTA KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

Keputusan Menteri Perindustrian No. 150 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri Dan Izin Perluasan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 23 TAHUN 1998 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN IZIN LINGKUNGAN

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 257 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSEDUR PELAYANAN DOKUMEN LINGKUNGAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Susunan Keanggotaan Dan Tata Kerja Komisi AMDAL

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR / 69 /KUM/2012 TENTANG

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pembuatan Obat. Penerapan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LINGKUNGAN KAWASAN

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 1038/Kpts/HK.330/11/1997 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 300/Kpts-II/2003 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

AMDAL PERTAMBANGAN I. UMUM

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RBPUBLIK INDONESIA NOMOR : 157IMENKES/PER/ILL/1990 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK INDUSTRI FARMASI LINGKUNGAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. enimbang bahwa untuk melestarikan sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu dilakukan upaya pencegahan timbulnya perusakan dan pencemaran lingkungan akibat industri farmasi sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 2 ayat (l) dan pasal l4 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan: b. bahwa industri farmasi merupakan jenis industri yang membuat dan menggunakan bahan hayati dan non hayati serta mengintroduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan jasad renik, di samping itu penerapan tehnologi diperkirakan akan mempunyai potensi besar yang dapat menimbulkan dampak terhadap Iingkungan sosial dan budaya; engingat l. --). 4. bahwa analisis mengenai dampak lingkungan terhadap industri farmasi diperlukan sebagai landasan dalam mengambil keputusan di bidang perijinan industri farmasi; bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Industri Farmasi. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lernbaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068); Undang-undang Nomor I I Tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha-usaha Bagi Umum (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2475); Undang-undang Nomor 7 Tahun 1963, tentang Farmasi (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 81, Tambahan Lembarrn Negara Nomor 2580); Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976, tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3086); 5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Neqara Nomor 3215). o. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214); Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Nesara Nomor 3330):

9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Lingkungan (Lembaran Negara Negara Nomor 3338). Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Damp, Tahun 1986 Nomor 42. Tambahan Lemba:' Peraturan Pemerintah Nomor l3 Thun 1987 tentane Usaha Industri. MEMUTUSKAN Menetapkan PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTA\ ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN INDUSTRI FARMASI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Peraturan ini yang dimksud dengan : a. Analisis mengenai Dampak Lingkungan, disingkat AMDAL adalah hasil stlmenge nai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidyang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan; b. Dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakib'. kan oleh suatu kegiatan: c. Penyajian Informasi Lingkungan, disingkat PIL adalah telaah secara ga: besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, Rona Lingkung"- tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan oleh kegiatan te-' sebut dan rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya; d. Analisis Dampak Lingkungan, disingkat ANDAL adalah suatu telaah s c.:r - cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanak;- e. Penyajian Evaluasi Lingkungan, disingkat PEL adalah telaah secara garis be.,- tentang kegiatan yang sedang dilaksanakan rona lingkungan pada saat penyalritu dibuat, dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dan re-' cana tindakan pengendalian dampak negatifnya; f. Studi Evaluasi Lingkungan, disingkat SEL adalah telaah secara cermat d: mendalam tentang dampak lingkungan suatu kegiatan yang sedang dilaksanaka: g. Kerangka Acuan, disingkat KA adalah Kerangka Acuan pembuatan ANDAL -"-a. disusun bersama oleh pemrakarsa dan instansi yang bertanggung jawab b;-- rencana kegiatan yang perlu dibuat Analisis Dampak Lingkungan; h. Rencana Pengelolaan Lingkungan, disingkat RKL adalah rencana pengelola:- lingkungan yang disusun oleh pemrakarsa bagi kegiatan yang telah ditetapk. oleh Komisi; i. Rencana Pemantauan Lingkungan, disingkat RPL adalah rencana pemant.i.' an lingkungan yang disusun oleh pemrakarsa bagi kegiatan yang telah ditetar' kan oleh Komisi; j. Industri Farmasi, adalah industri obat jadi industri bahan baku obat dan per-- sahaan obat tradisional (pabrik jamu dan perusahaan jamu). k. Obat jadi adalah sediaan dalam bentuk formulasi yang digunakan untuk menlp hr:- ruhi atau menyelidiki sistim fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pen:' tapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehat": dan kontrasepsi;

. Bahan baku obat adalah bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi; n. Obat tradisional adalah obat yang didapat langsung dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut; r. Komisi adalah komisi analisis mengenai dampak lingkungan Departemen Kesehatan; r. Pemrakarsa adalah badan hukum yang mengajukan atau bertanggung jawab atas rencana industri farmasi baik di lingkungan pemerintah maupun swasta; r. Penyusunan AMDAL adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. BAB II RENCANA INDUSTRI DAN FARMASI Pasal 2 l) Jenis industri farmasi yang wajib membuat ANDAL atau PIL ditetapkan oleh Keputusan Menteri sebagaimana terlampir dalam lampiran I. 2) Perubahan terhadap jenis-jenis sebagaimana ayat (l) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pasal 3 tencana industri farmasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 wajib dilengkapi lengan AMDAL, apabila mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup. Pasal 4 >emberian atau penolakan ijin terhadap rencana industri farmasi diberikan Direkur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan setelah adanya Rekomendasi atas RKIlan RPL dari Komisi. Pasal 5 1) Komisi ditetapkan oleh Keputusan Menteri 2) Kedudukan, tugas pokok dan fungsi serta wewenang komisi sebagaimana dimaksud ayat (l) ditetapkan dalam Keputusan Menteri. BAB III TATA LAKSANA Bagian Pertama Penyajian Informasi Lingkungan Pasal 6 1) PIL diajukan oleh pemrakarsa kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dan selaniutnva untuk diteliti oleh komisi.

(2) Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan memberikan bukti penc: PIL dengan mencantumkan tanggal penerimaannya kepada pemrakarsa. (3) PIL disusun dengan berpedoman pada Pedoman Teknis Penyusunan PIL I- Farmasi sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan ini. Pasal 7 (1) Apabila berdasarkan hasil penilaian PIL dinyatakan Kurang Lengkap o.:- misi, maka pemrakarsa melengkapiny'a sesuai dengan petunjuk. (2) Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka F, memberikan petunjuk tentang lokasi lain, dengan kewajiban bagi per.:- untuk membuat PIL vans baru. Pasal 8 Berdasarkan hasil penilaian atas PIL, Komisi menyarankan kepada Direktur Pengawasan Obat dan Makanan perlu tidaknya dibuat ANDAL. Pasal 9 Apabila Komisi menyarankan bahwa untuk suatu rencana industri farmasr perlu dibuat ANDAL, maka pemrakarsa wajib membuat RKL dan RPL rencana industri farmasi tersebut. Bagian Kedua Kerangka Acuan Pasal 10 (l) Apabila Komisi menyarankan bahwa untuk rencana industri farmasi perlu dib,u, ANDAL maka pemrakarsa bersama Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan \lan menyusun Kerangka Acuan bagi pembuatan ANDAL, yang kemudian d.:. kan oleh Komisi. (2) Dalam menyusun Kerangka Acuan berpedoman pada Pedoman Teknis sebagr.- dimaksud dalam lamniran III Peraturan ini. Pasal 11 Apabila pemrakarsa berpendapat bahwa industri farmasinya akan menimbulkan -- pak penting terhadap lingkungan hidup, maka pemrakarsa bersama Direktur Jer.:. Pengawasan Obat dan Makanan langsung menyusun kerangka acuan bagi pemb,-- ANDAL tanpa membuat PIL terlebih dahulu. (l) Bagian Ketiga Analisis Dampak Lingkungan Pasal 12 ANDAL bersama Ringkasan diajukan oleh Pemrakarsa kepada Direktur Jen:. Pengawasan Obat dan Makanan dan selanjutnya diteruskan untuk diteliti Komisi.

(2) Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan memberikan bukti penerimaan ANDAL dengan mencantumkan tanggal penerimaannya kepada pemrakarsa. (3) ANDAL disusun sesuai dengan Pedoman Tehnis sebagaimana dimaksud dalam lampiran IV Peraturan ini. Pasal 13 ( I ) Keputusan tetang Persetujuan atau Penolakan ANDAL oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan didasarkan atas hasil rekomendasi Komisi. (2) Apabila ANDAL ditolak, maka pemrakarsa memperbaikinya sesuai dengan petunjuk Komisi dan mengajukan kembali untuk mendapatkan persetujuan. Pasal 14 (1) Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka Komisi menolak rencana industri farmasi. (2) Terhadap keputusan penolakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1 ) pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada Menteri dengan tembusan kepada Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. (3) Menteri memberi keputusan atas pcrnyataan keberatan pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) setelah menerima pertimbangan dari Menteri Negara kependudukan dan Lingkungan Hidup. Bagian Keempat Rencana Pengelolaan Lingkungan Pasal 15 Apabila ANDAL telah mendapat persetujuan, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL bagi industri farmasai yang bersangkutan. Pasal 16 (1) Pemrakarsa mengajukan RKL kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dan selanjutnya diteruskan untuk diteliti oleh Komisi; (2) Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan memberikan bukti penerimaan RKL dengan mencantumkan tanggal penerimaannya kepada pemrakarsa; (3) Apabila RKL dinyatakan kurang sempurna oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan hasil penilaian Komisi, maka pemrakarsa menyempurnakan dan mengajukan kembali RKL tersebut sesuai dengan petunjuk Komisi. (4) Keputusan persetujuan atas RKL oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dapat diberikan dengan ar4'.! te;yd persvs' ''1rr' (5) RKL disusun dengan berpedoman pada Pedoman Teknis sebagaimana'dimaksud dalam lampiran V Peraturan ini.

(l) Bagian Kelima Rencana Pemantauan Lingkungan Pasal 17 Pemrakarsa mengajukan RPL bagi Industri Farmaasi yang bersangkutan r.: Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dan selanjutnaya ciit.':, unruk diteliti oleh Komisi. (2) Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan memberikan bukti penc: RPL dengan mencantumkan tanggal penerimaannya kepada pemrakarsa (3) Apabila RPL dinyatakan kurang sempurna oleh Direktur Jenderal Pens. Obat dan Makanan berdasarkan hasil penilaian Komisi, maka penr:" menyempurnakan dan mengajukan kembali RPL tersebut sesuai dengan p: - Komisi. (4) RPL disusun dengan berpedoman pada Pedoman Teknis sebagaimana d'- - dalam lamoiran VI Peraturan ini. Bagian Keenam Batas dan tenggang waktu Pasal 18 Batas dan tenggang waktu pelaksanaan AMDAL ditentukan sebagai berikut (1) Keputusan tentang persetujuan atau penolakan ANDAL disampaikan pemrakarsa selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari setelah a'l' diterima. (2) Keputusan terhadap persetujuan atau penolakan PIL, RKL, RPL dt:"::'- kepada pemrakarsa selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah -, penerimaan. (3) Keputusan terhadap perbaikan AMDAL yang telah disarankan dis'r:': kepada pemrakarasa selamabt-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah p.':- AMDAL tersebut diterima. (4) Apabila menyampaikan keputusan kepada pemrakarsa dalam jangka *4. - sebut belum disampaikan, maka AMDAL atau perbaikan AMDAL r e: - sangkutan dinyatakan telah mendapat persetujuan. (5) Terhadap Keputusan penolakan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pemrakar.' mengajukan keberatan kepada Menteri selambat-lambatnya 14 (empat be1,' sejak diterimanya keputusan penolakan. (6) Keputusan tentang pernyataan keberatan sebagaimana dimaksud dalam ',' - diberikan selambat-lambatnya 30 (tiga pulu) hari sejak keputusan atas Pr': diterima dan merupakan keputusan terakhir. Bagian Ketujuh Tata Cara Pengajuan AMDAL Pasal 19 Tata cata pengajuan AMDAL oleh Pemrakarsa atau Penanggung Jawab indu. masi ditetapkan oleh Komisi setelah berkonsultasi dengan Direktorat..I: - yang terkait.

BAB IV KEDALUARSA DAN GUGURNYA KEPUTUSAN PERSETUJUAN ANDAL. RKL DAN RPL Pasal 20 (l) Keputuan persetujuan ANDAL, RPL dan RKL dinyatakan kedaluarsa, apabila rencana industri farmasi tidak dilaksanakan dalam jangka waktu lima tahun sejak ditetapkannya keputusan tersebut. (2) Apabila ANDAL, RKL dan RPL dinyatakan kedaluarsa, maka untuk melaksanakan rencana industri farmasi pemrakarsa wajib mengajukan permohonan baru, dengan persyaratan sesuai dengan peraturan ini. (3) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Komisi memutuskan : a. ANDAL dan/atau RKL dan/atau RPL yang pernah disetujui dapat sepenuhnya dipergunakan kembali atau; b. ANDAL dan/atau RKL dan/atau RPL wajib diperbaharui Pasal 21 (l) Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan lingkungan yang sangat mendasar akibat peristiwa atau karena kegiatan lain, sebelum rencana industri farmasi dilaksanakan. (2) Apabila keputusan tentang ANDAL dinyatakan gugur, maka untuk melaksanakan rencana atau meneruskan kegiatannya pemrakarasa wajib membuat ANDAL berdasarkan Rona Lingkungan baru menurut tata laksana sebagaimana diatur dalam peraturan ini. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 22 Pendidikan, latihan, penelitian dan pengembangan analisis mengenai dampak lingkungan industri farmasi dilaksanakan oleh unit kerja yang bersangkutan bekerja sama densan Komisi. Pasal 23 Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dapat membatu pemrakarsa pengusaha golong-an ekonomi lemah untuk membuat AMDAL. Pasal 24 (1) Pembinaan dan Pengawasan di tingkat Pusat dilaksanakan oleh Direktur Jenderal di lingkungan Departemen Kesehatan sesuai bidang tugas masing-masing: (2) Pembinaan dan Pengawasan di tingkat Wilayah dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah setempat.

Pasal 25 (l) Setiap rencana industri farmasi yang perlu dibuatkan AMDAL kan oleh Komisi wajib diumunr (2) PIL, ANDAL, RKL dan RPL serta keputusan mengenai masing-masing hal tersebu bersifat terbuka untuk umum. (3) Sifat keterbukaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (l) dan (2) dilaksanaka: dalam bentuk peranserta masyarakat dengan mengemukakan saran dan pemikira: secara lisan dan/atau tertulis kepada Komisi sebelum keputusan tentang perr. berian ijin terhadap rencana industri farmasi diberikan. (4) Bagi rencana industri farmasi yang menyangkut rahasia negara, ketentuan sebagar mana dimaksud dalam ayat (l), (2), dan (3) tidak berlaku. Pasal 26 Salinan PIL, ANDAL, RKL, RPL bagi industri farmasi serta keputusan masing-masin. mengenai hal tersebut disampikan kepada : a. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup; b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setempat; c. Para Eselon I di lingkungan Departemen Kesehatan; d. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi setempat. Pasal 27 (1) Laporan pemantauan lingkungan dan evaluasinya yang dilakukan oleh pemrakar.' sesuai dengan RPL disampikan kepada : a. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup; b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setempat; c. Para eselon I di lingkungan Departemen Kesehatan; d. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan propinsi setempat. (2) Laporan pemantauan lingkungan dan evaluasinya serta pengawasan RPL dan RKL yang dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi walidisampaikan kepada : a. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup; b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I setempat; c. Para Eselon I di lingkungan Departemen Kesehatan. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 28 (1) Biaya pelaksanaan kegiatan Komisi dibebankan kepada anggaran Departeme: Kesehatan. (2) Biaya untuk membuat PIL, Kerangka acuan bagi pembuatan ANDAL, RKL dan RPL begitu pula biaya pembuatan PEL, SEL, kerangka Acuan bagi pembuatan SEL serta RPL dan RKL-nya yang merupakan bagian dari biaya industri farmasi yan_: direncanakan maupun yang sudah berjalan menjadi beban pemrakarsa atau penangun-: iawabnva.

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka setiap industri farmasi yang telah ditelah disetujui sesuai dengan ketentuan perun- buat PIL dan/atau ANDAL-nYa serta dangan yang berlaku, dianggap telah memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan ini. Pasal 30 ( I ) Untuk industri farmasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 peraturan 1nl yang sedang dilaksanakan pada saat berlakunya peraturanini belum dibuat AMDALnya, penanggung jawab industri farmasi, wajib membuat PEL dan mengajut annyi kepada Direktur Jenderal Pengawasan obat dan Makanan dan selanjutnya diteruskan untuk diteliti oleh Komisi. (2) Apabila dari penilaian atas PEL industri farmasi sebagaimana dimaksud dalam ' uyut ( I ) disimpulkan bahwa industri farmasi tersebut menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, maka penanggung jawabnya wajib membuat -SgI- Aun mengajukan kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dan selanjutnya diteruskan untuk ditelii oleh Komisi' (3) Ketentuan tentang tatalaksana, pembinaan, pengawasan dan pembiayaan PIL' Kerangkap Acuan bagi pembuatan ANDAL, RKL, dan RPL sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, berlaku pula terhadap tatalaksana, pembinaan' pengawasan dan pembiayaan PEL, KA bagi pembuatan sel, PEL, RPL dan RKL bagi Industri farmasi yang sedang dilaksanakan' Segala sesuatu yang bersifat ditetaokan tersendiri. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 teknis yang belum cukup diatur dalam Peraturan ini akan Pasal 32 Peraturan Menteri Kesehatan ini mulai belaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pegundangan Peraturan Menteri Kesehatan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia' Ditetapkan di Pada tanggal : J A K A R T A : 25 Maret 1990 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA' cap & ttd. Dr. ADHYATMA' MPH.

LampiTan I : PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR I lstlmenkes/perllllll990 TANGGAL 25 Maret L990 I. JENIS INDUSTRI FARMASI YANG WAJIB MEMBUAT AMDAL a. Jenis industri farmasi yang wajib membuat Penyajian Informasi Lingkun-eanlPenyajian Evaluasi Lingkungan adalah Industri obat jadi (Industri Formulasi Obat) dan Pabrik Jamu. b. Jenis Industri yang wajib membuat Analisis Dampak Lingkungan atai- Studi Evaluasi Lingkungan adalah Industri Bahan Baku Obat. Ditetapkandi : JAKARTA Pada tanggal : 25 Maret 1990 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA cap & ttd. Dr. ADHYATMA. MPH.