Q&A Suku Bunga Dasar Kredit/ Prime Lending Rate



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/22/PBI/2001 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 14/ 10 /DPNP Jakarta, 15 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/ 9 /PBI/2004 TENTANG TINDAK LANJUT PENGAWASAN DAN PENETAPAN STATUS BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 108/PMK.08/2007 TENTANG SISTEM DEALER UTAMA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

CONTOH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM DAN DOKUMEN PERIZINAN LPIP

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 5 /PBI/2011 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENYALURAN DANA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penerbit: Bank Indonesia Jl. MH. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia. Informasi dan Order:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/POJK.05/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SEPUTAR INFORMASI MENGENAI

Pembahasan Hasil Kinerja Keuangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/23/PBI/2009 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank

Laporan Pelaksanaan. Good Corporate Governance. PT. Bank Panin Tbk. Tahun 2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

No.14/ 11 /DPM Jakarta, 21 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

Dasar-Dasar Obligasi. Pendidikan Investasi Dua Bulanan. Cara Kerja Obligasi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/10/PBI/2014 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Transkripsi:

Q&A Suku Bunga Dasar Kredit/ Prime Lending Rate Pertanyaan 1 Q : Apa tujuan dikeluarkannya aturan Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)? A : Tujuan dari dikeluarkannya kebijakan ini adalah untuk: (i) meningkatkan transparansi produk perbankan termasuk manfaat, biaya dan risikonya (ii) meningkatkan good governance dan mendorong persaingan yang sehat dalam industry perbankan melalui terciptanya disiplin pasar (market discipline) Pertanyaan 2 Q : Apa yang dimaksud dengan SBDK? A : Pada dasarnya SBDK adalah suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi Bank dalam penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah Bank. Pertanyaan 3 Q : Apa yang dimaksud dengan Suku Bunga Kredit (lending rate) dan Premi Risiko? A : Suku Bunga Kredit (lending rate) adalah hasil penjumlahan SBDK dengan Premi Risiko. Adapun premi risiko merepresentasikan penilaian bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur yang antara lain mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, jangka waktu kredit, dan prospek usaha yang dibiayai. Karenanya, lending rate yang dikenakan kepada debitur akan masing-masing berbeda antar debitur, mengingat faktor Premi Risiko yang berbeda ini. Pertanyaan 4 Q : Kenapa SE Ekstern hanya mengatur 3 segmen bisnis yakni Kredit Korporasi, Kredit Retail dan Kredit Konsumsi? A : Pembagian segmen bisnis di setiap bank berbeda-beda, namun secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu Kredit Korporasi, Kredit Retail dan Kredit Konsumsi, sehingga akan memudahkan bank di dalam memenuhi ketentuan SE Ekstern tersebut. Dalam konteks Bank CIMB Niaga: 1. Kredit Korporasi merupakan kredit yang diberikan di direktorat Corporate Banking dan High-End Commercial Banking. 2. Kredit Retail merupakan kredit yang diberikan pada unit Commercial Banking selain High-End (Special Lending dan SME).

3. Kredit Konsumsi KPR adalah Kredit Pemilikan Rumah (Mortgage) untuk tenor fixed 1 tahun pertama. 4. Kredit Konsumi Non-KPR merupakan Kredit Pemilikan Mobil (Auto Loan). Credit Card, Personal Loan/KTA, dan Microfinance dikeluarkan dari perhitungan SBDK ini. Pertanyaan 5 Q : Apa acuan dari SE Ekstern ini? A : SE Ekstern ini merupakan penjabaran dari Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah, dan PBI Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 7/50/PBI/2005. Pertanyaan 6 Q : Kapan SE Ekstern ini efektif diberlakukan? A : SE Ekstern Transparansi Informasi SBDK efektif berlaku pada tanggal 31 Maret 2011. Pertanyaan 7 Q : Bagaimana kriteria bank yang wajib mempublikasikan SBDK dan apa media/sarana publikasi tersebut? A : Bank yang pada dan/atau setelah tanggal 28 Februari 2011 berdasarkan posisi Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) mempunyai total aset Rp 10 T (sepuluh triliun rupiah) atau lebih wajib melakukan publikasi informasi SBDK dalam rupiah melalui: 1. papan pengumuman di setiap kantor bank, 2. halaman utama website bank, dalam hal bank memiliki website, dan 3. surat kabar bersamaan dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember. Jika bank tidak memiliki website, maka SBDK hanya dipublikasikan melalui papan pengumuman di setiap kantor bank dan di surat kabar bersamaan dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Apabila total aset Bank turun menjadi kurang dari Rp 10 T (sepuluh triliun rupiah), Bank tetap wajib melakukan publikasi informasi SBDK. Adapun format publikasi SBDK sebagai berikut:

Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Bank XYZ Tanggal... (% per tahun) Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Berdasarkan Segmen Bisnis Suku Bunga Dasar Kredit (prime lending rate) * untuk fixed 1 tahun pertama Kredit Korporasi Kredit Ritel Kredit Konsumsi KPR* Non KPR Keterangan: a. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) ini belum Memperhitungkan komponen premi risiko yang besarnya tergantung dari penilaian bank terhadap risiko masing-masing debitur. Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur belum tentu sama dengansbdk (dicantumkan untuk publikasi yang dilakukan melalui papan pengumuman di setiap kantor Bank, halaman utama website dalam hal bank memiliki website, dan surat kabar). b. Dalam Kredit Konsumsi non KPR tidak termasuk penyediaan dana melalui kartu kredit dan kredit Tanpa agunan (dicantumkan untuk publikasi yang dilakukan melalui papan pengumuman di setiap kantorbank, halaman utama website dalam hal bank memiliki website, dan surat kabar). c. Informasi SBDK yang berlaku setiap saat dapat dilihat pada publikasi di setiap kantor Bank dan/atau website Bank dalam hal bank memiliki website (dicantumkan hanya untuk publikasi yang dilakukan melalui surat kabar). Pertanyaan 8 Q : Bagaimana posisi data SBDK yang dipublikasikan, dan bagaimana jika terdapat perubahan SBDK yang dipublikasikan? A : Informasi SBDK yang dipublikasikan oleh Bank melalui papan pengumuman di setiap kantor bank, dan halaman utama website bank (dalam hal bank memiliki website) adalah informasi SBDK yang berlaku pada saat dipublikasikan. Jika SBDK mengalami perubahan, maka perubahan tersebut wajib dipublikasikan melalui papan pengumuman di setiap kantor bank, dan halaman utama website bank (jika bank memiliki website) paling lambat pada tanggal berlakunya perubahan SBDK tersebut. Sementara itu, informasi SBDK yang dipublikasikan oleh Bank melalui surat kabar

bersamaan dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan adalah data SBDK yang berlaku pada akhir periode Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Dalam hal publikasi melalui surat kabar, bank wajib mencantumkan keterangan yang menyatakan bahwa informasi SBDK yang berlaku setiap saat dapat dilihat pada publikasi di setiap kantor Bank dan/atau website Bank (dalam hal Bank memiliki website). Pertanyaan 9 Q : Bagaimana kriteria bank yang wajib melaporkan perhitungan SBDK ke Bank Indonesia? A : Seluruh Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional wajib menyusun laporan perhitungan SBDK dalam rupiah yang memuat rincian perhitungan masing-masing komponen SBDK. Laporan perhitungan SBDK tersebut disampaikan kepada Bank Indonesia secara triwulanan bersamaan dengan penyampaian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan. Pertanyaan 10 Q : Apakah Bank Indonesia dapat meminta laporan perhitungan SBDK diluar periode penyampaian laporan tersebut yaitu bersamaan dengan penyampaian Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember? A : Bank Indonesia dapat meminta Bank untuk menyampaikan laporan SBDK secara berkala atau sewaktu-waktu diluar periode penyampaian laporan SBDK tersebut yang tujuannya antara lain untuk keperluan surveillance.