ANALISIS PERATURAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DAN LING KUNG AN HID UP. Liliana Yetta Pandi Pusat Pengkajian Keselamatan Reaktor (PPKRe) - BAPETEN



dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN

PENGEMBANGAN PERATURAN TERKAIT PERIZINAN INSTALASI NUKLIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

2 Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG TATA KERJA KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

oleh Werdi Putra Daeng Beta, SKM, M.Si

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02

Kebijakan Pengawasan Ketenaganukliran

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI

Peraturan Ketenaganukliran

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 07/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG JAMINAN KUALITAS INSTALASI NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ISSN Volume 13, Januari 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSYARATAN PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF

REVIU PERATURAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2012 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN KERUGIAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

No Penghasil Limbah Radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang mempunyai kewajiban mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah sebelum diser

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

APLIKASI JAMINAN KUALITAS PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

BAB II KAJIAN TEORITIS

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197 TAHUN 1998 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

2017, No Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URGENSI AMANDEMEN TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS

Transkripsi:

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Oesember 2003 ISSN 1693-7902 ANALISIS PERATURAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DAN LING KUNG AN HID UP Liliana Yetta Pandi Pusat Pengkajian Keselamatan Reaktor (PPKRe) - BAPETEN ABSTRAK ANALISIS PERATURAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DAN LINGKUNGAN HIDUP. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir, pemanfaatan tenaga nuklir semakin meluas di bidang penelitian, pertanian, kesehatan, industri dan lain-lain. Pemanfaatan tenaga nuklir, di samping mengandung segi positif bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, juga mempunyai potensi bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup, sehingga pemanfaatan tenaga nuklir harus berwawasan keselamatan dan lingkungan. Oleh karena pemanfaatan tenaga nuklir harus berwawasan lingkungan maka perlu diketahui jenis kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir terhadap lingkungan hidup. Dalam makalah ini disajikan tentang analisis peraturan pemanfaatan tenaga nuklir yang berhubungan dengan lingkungan berdasarkan Surat Keputusan Mentri Negera Lingkungan Hidup No. 3 tahun 2000 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan dan peraturan/ketentuan yang berhubungan dengan pemanfaatan tenaga nuklir. Kata kunci : lingkungan, pemanfaatan tenaga nuklir ABSRACT ANALYSIS OF THE NUCLEAR ENERGY UTILIZATION AND ENVIRONMENT REGULA TION. In line with the development of nuclear knowledge and technology, the utilization of nuclear energy is becoming more spread in the field of research, agriculture, health, industry etc. Besides it's positive contribution to the prosperity and welfare, the utilization of nuclear energy has the potential radiation hazard on the employee, personnel public and environment. Therefore the utilization of nuclear energy should observe on the safety and the environment. Because the utilization of nuclear energy should observe on the environment, it is necessary to recognize the kind of activities of the utilization of nuclear energy related to environment. This paper presents the analysis of the refulation for utilization of nuclear energy related to the environment based on the decree the of state minister of enviroment No.3 year 2000 on the type of businesses and/or activities which subject to environment impact analysis and regulations/provisions related to the utilization of nuclear energy. Keywords: environment, the utilization of nuclear energy 271

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Oesember 2003 ISSN 1693-7902 PENDAHULUAN Di Indonesia pemanfaatan tenaga nuklir telah meluas di bidang penelitian, pertanian, kesehatan, industri dan lain-lain saat ini terdapat 3 buah reaktor penelitian, instalasi produksi radioistop, instalasi pengolahan limbah radioaktif, iradiator, accerelator. Pemanfaataan tenaga nuklir secara positif dapat meingkatkan kesejahteraan dan kemamuran rakyat serta turnt mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Akan tetapi selain mempunyai manfaat yang cukup besar dalam berbagai aplikasi di bidang penelitian, pertanian, kesehatan, hidrologi dan lain-lain juga mempunyai potensi bahaya radiasi yang cukup besar, sehingga pemanfaatan itu harus berwawasan keselamatan dan lingkungan hidup. Pada akhir abad ke-20 kepedulian manusia terhadap lingkungan hidup semakin meningkat setelah diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janerio (Brasil) tahun 1992. Di Indonesia lingkungan hidup sudah mendapat perhatian sejak lama yaitu setelah menyadari betapa besar dampak pembangunan terhadap lingkungan apabila pembangunan dilakukan dengan tidak memperhatikan persyaratan yang ditentukan. Oleh karena hal tersebut, maka perlu diketahui kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir terhadap lingkungan. DASAR HUKUM Dasar hukum analisis peraturan pemanfaatan tenaga nuklir dan lingkungan hidup : 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1997 tentang ketenaganukliran; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan radiasi Pengion; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 64 tahun 2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir; 4. Surat keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 2000 tentang Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Keempat dasar hukum tersebut bila dicermati merupakan rangkaian yang utuh dan saling melengkapi, misal dalam penjelasan Undang-Undang No. 10/1997 menyatakan bahwa pemanfaatan tenaga nuklir harus memperhatikan asas pembangunannasional, 272

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693-7902 keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat, perlindungan terhadap lingkungan hid up, serta pemanfaatan bagi kemakmuran rakayat. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan tenaga nuklir bagi kesejahteraan hidup rakyat banyak hams dilakukan dengan upaya-upaya untuk mencegah timbulnya bahaya radiasi terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Pada penjelasan Peraturan Pemerintah No. 63/2000 menjelaskan bahwa sasaran yang ingin diwujudkan peraturan ini adalah agar setiap pemanfaatan tenaga nuklir berwawasan keselamatan dan lingkungan. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2000 menyatakan bahwa pemanfaatan tenaga nuklir selain sangat bermanfaat juga dapat menimbulkan bahaya sehingga perlu dilakukan pengawasan melalui perizinan di samping pengaturan dan inspeksi (pemeriksaan). Adapun persyaratan untuk mendapatkan izin pemanfaatan tenaga nuklir terdiri dari persyaratan umum dan khusus. Salah satu persyaratan khusus ini berhubungan dengan lingkungan hidup di mana pemohon izin wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (PP No. 64 tahun 2000 Pasa14 ayat 3). Pada Surat Keptusan (SK) Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 tahun 2000 tercantum jenis usaha dan/at au kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Di dalam SK ini tertera jenis usaha/kegiatan dalam bidang pengembangan nuklir. KEGIA T AN PEMANF AA TAN TENAGA NUKLIR DAN PERA TURAN TENT ANG LINGKUNGAN HIDUP Sebelum membahas tentang analisis peraturan pemanfaatan tenaga nuklir nuklir perlu diketahui pengertian tentang pemanfaatan dan tenaga nuklir yang didasarkan pada Undang-undang No. 10 tahun 1997. Adapun pemanfaatan(l) adalah kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir yang meliputi penelitian, pengembangan, penambangan, pembuatan, produksi, pengangkutan, penyimpanan, pengalihan, ekspor, impor, penggunaan, dekomisioning, dan pengelolaan limbah radioaktif untuk meningkatkan kesej ehateraan rakyat. Tenaga nuklir(l) adalah tenaga dalain bentuk apapun yang dibebaskan dalam proses transformasi inti, termasuk tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion. 273

Seminar Tahunan Pengawasan Pcmanfaalan Tcnaga Nuklir - Jakarta, II Dcscmbcr 2003 ISSN 1693-7902 PP No. 64 tahun 2000 merupakan pelaksaanaan Undang-undang No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, dan menggantikan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1975 tentang Izin Pemakaian Zat Radioaktif danjatau sumber radiasi lainnya. PP No. 64 tahun 2000 ini mengingat pula pada Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Seperti diketahui bahwa pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang dengan pesat dan secara meluas di belbagai bidang di Indonesia. Tenaga nuklir, di samping sangat bermanfaat juga dapat menimbulkan bahaya sehingga perlu dilakukan pengawasan melalui perizinan di samping pengaturan dan inspeksi. Pada PP No. 64 tahun 2000 ini mengatur tentang perizinan pemanfaatan tenaga nuklir di antaranya persyaratan untuk mendapatkan izin pemanafaatan tenaga nuklir. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan umum dan khusus. Pada PP No. 64 tahun 2000 pasal 4 ayat 3 butir b disebutkan bahwa persyaratan khusus yang diberlakukan terhadap instalasi yang mempunyai potensi dampak radiologi tinggi wajib memiliki AMDAL agar instalasi terse but tidak membahayakan pekerja, masyarakat maupun lingkungan. Dalam penjelasan pasal 4 ayat 1 dari PP No. 64 tahun 2000 dapat diketahui tentang jenis kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir. Kegiatan terse but adalah pemanfaatan yang berhubungan dengan sifat-sifat khusus bahan nuklir seperti D, Pu, Th dan sumber radiasi lainnya yang mengandung dampak radiologi tinggi sehingga memerlukan instalasi yang dirancang dan dibangun secara khusus, seperti iradiator, akselerator, radioterapi, produksi radioisotop dan instalasi yang sejenis lainnya. Jenis kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang terdapat dalam SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 2000 dapat dilihat Tabel I. Pada Tabel 1 tentang jenis kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir dari SK Menteri Negara Lingkungan Hidup LH No. 3 tahun 2000 untuk bahan galian radioaktif dimasukkan di bidang pertambangan dan energi, sedangkan PLTN selain dimasukkan ke dalam bidang pertambangan dan energi dimasukkan juga ke bidang pengembangan nuklir. Pada SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 2000 untuk bidang pengembangan energi terdapat pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk indikator, kemungkinan yang dimaksud indikator ini adalah iradiator, karena besaran indikator yang diharuskan memiliki AMDAL adalah be saran untuk iradiator. Pada SK ini tidak 274

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693-7902 disebutkan untuk kegiatan instalasi radioterapi, akselerator, dan instalasi lainnya yang menggunakan radiasi pengion yang mempunyai dampak radiologi tinggi. Tabell. Jenis Rencana Usahalkegiatan yang memerlukan AMDAL dalam Bidang Pertambangan dan Energi dan Bidang Pengembangan Nuklir(2) No. Jenis Rencana Usahalkegiatan Besaran I. I Bidang Pertambangan dan Energi A. Pertambangan Umum 1. Luas perizinan Luas daerah terbuka untuk pertambangan 2. Tahap eksploitasi produksi a. batubara/gambut b. bijih primer c. bijih sekunder/endapan alluvial d. bahan galian bukan logam atau bahan galian golongan C e. bahan galian radioaktif, termasuk pengolahan, penambangan dan pemurman f. bahan galian timbel, termasuk pengolahan, penambangan dan pemumlan 3. Tambang di laut 4. Melakukan submarine tailing disposal 5. Malakukan pengolahan biji dengan proses sianida untuk menghindari bukaan lahan terlalu luas Raw of Material > 5000 Ha dan atau ~ 100 Ha (kumulatif/th) ::: 1.200.000 ton (ROM) ::: 1.000.000 ton (ROM) ::: 1.200.000 ton (ROM) ::: 600.000 ton (ROM) B. Ketenagalistrikan 1. Transmisi 2. PLTD/PL TG/PL TU/PL TGU 3. PLTA dengan tinggi/bendung/ 4. bendungan PLTA dengan luas genangan 5. PLTP 6. PLTN 7. Pusat listrik dari jenis lain ::: 150kV ::: 100 MW ::: 15 m atau :::200 Ha ::: 55 MW ::: 5 MW 275

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Dcsembcr 2003 ISSN 1693-7902 No. Jenis Rencana Usaha/kegiatan Besaran II. Bidang Pengembangan Nuklir 1. Pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir a. reaktor daya (PL TN) b. reaktor penelitian Semua instalasi Daya ~ 100 kwt 2. Pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non reaktor a. fabrikasi bahan bakar nuklir b. pengolahan dan pemumian uranium c. pengolahan limbah radioaktif d. indikator (kategori II sid IV) e. produksi radioisotop Produksi ~ 50 ton eb/tahun Produksi ~ 100 ton yc/tahun Semua instalasi Aktivitas surnber :::: 37.000 TBq (IOO.OOOCi) Semua instalasi Pada PP No. 64 tahun 2000 masih belum menyebutkan tentang reaktor penelitian, reaktor daya, instalasi pengolahan limbah radioaktif, instalasi bahan galian nuklir, fabrikasi bahan bakar nuklir, instalasi pengolahan dan pemumian uranium dan instalasi penyimpanan bahan bakar bekas. Dalam PP ini hanya menjelaskan kegiatan untuk pemanfaatan yang berhubungan dengan sumber radiasi pengion. Untuk kegiatan yang belurn dijelaskan dalam PP No. 64 tahun 2000, BAPETEN sedang menyusun rancangan peraturan pemerintah untuk rekator nuklir dan instalasi nuklir non reaktor, di mana dalam PP tersebut akan mencakup kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang belum ada dalam PP No. 64 tahun 2000. KESIMPULAN Dari analisis kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang berdasarkan PP No. 64 tahun 2000 dan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 2000 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 2000 belum mencakup seluruh kegiatan pemanfaatan nuklir, misal: kegiatan pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non reaktor untuk kegiatan yang menggunakan radiasi pengion yang mempunyai dampak radiologi tinggi (akselerator, radioterapi dan lain-lain). 276

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Descmbcr 2003 ISSN 1693-7902 2. Dalam PP No. 64 tahun 2000 hanya mencakup kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang menggunakan radiasi pengion yang mempunyai dampak radiologi tinggi, belum mencakup kegiatan pemnafaatan tenaga nuklir untuk reaktor nuklir, instalasi nuklir non reaktor maupun eksploitasi bahan galian nuklir. Dalam hal ini BAPETEN sedang menyusun rancangan PP tentang reaktor nuklir dan instalasi nuklir non reaktor 3. Antara SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 2000 dengan PP No. 64 tahun 2000 ada keterkaitan yang berhubungan dengan lingkungan hidup, oleh karena itu BAPETEN dalam menyusun rancangan PP hendaknya mengikutisertakan personil dari kementerian lingkungan hidup sehingga peraturan yang diterbitkan dari dua institusi ini saling mendukung dan mengikat. DAFT AR PUST AKA 1. Undang-undang Republik Indonesia No.1 0 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran; 2. Surat keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 tahun 2000 tentang Jenis Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi' Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 3. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 63 tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan radiasi Pengion; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 64 tahun 2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir. DISKUSI Pertanyaan (Nur Tri Harjanto, P2TBU - BATAN) 1. SK Menteri KLH tahun 2000 sudah berjalan ± 3 tahun. Sejauhmana BAPETEN telah melaksanakan pengkajian terhadap SK tersebut diterapkan melalui peraturan BAPETEN terhadap instalasi nuklir? Kapan akan diterapkan? 277

Scminar Tahllnan pcngawasan Pcmanfaatan Tenaga NlIklir - Jakarta, 11 Dcscmbcr 2003 ISSN 1693-7902 2. Penyusunan AMDAL ini untuk instalasi yang akan dibangun atau instalasi yang sudah beroperasi, atau keduanya? Bagaimana dengan instalasi yang telah memiliki izin operasi? Bagaimana kaitannya dengan LAK? Jawaban (Liliana Yetta Pandi, PPKRe - BAPETEN) 1. BAPETEN telah menerapkan SK Menteri KLH nomor 3 tahun 2000 tentang kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus membuat AMDAL, dan AMDAL merupakan salah satu pernyataan khusus dalam pengajuan izin operasi. 2. Penyusunan AMDAL dilakukan untuk instalasi yang sudah beroperasi maupun yang belum beroperasi, untuk instalasi yang sudah memiliki izin operasi BAPETEN akan meminta pengusaha instalasi nuklir saat akan memperpanjang izin. Kaitannya dengan LAK terdapat satu bab yang berhubungan dengan lingkungan Pertanyaan (Sumarbagiono, P2PLR - BAT AN) PP nomor 64 tahun 2000 belum mencakup pemanfaatan tenaga nuklir untuk reaktor nuklir, instalasi nuklir, instalasi nuklir non reaktor maupun ekploitasi bahan galian nuklir, padahal justru ketiga hal tersebut merupakan pemanfaatan Mengapa hal ini bisa terjadi. utama tenaga nuklir. 1. Apakah merupakan kelalaian atau memang direncanakan secara bertahap penyusunannya? 2. Apa konsekuensinya bila ketiga hal tersebut tercakup dalam PP? Jawaban (Liliana Yetta Pandi, PPKRe - BAPETEN) 1. Hal in bukan merupakan kelalaian, BAPETEN merencanakan dan bertahap dalam menyusun PP dan SK yang merupakan "break down" dari UU nomor 10 tahun 1997, apa yang telah diatur dalam UU nomor 10 tahun 1997 diperinci dalam PP dan SK. 2. Konsekuensinya pengusaha instalasi nuklir harus melaksanakan yang ditentukan dalam UU nomor 10 tahun 1997 jika PP dan SK belum ada, danjuga dapat mengacu pada peraturan internasional. Dalam hal ini BAPETEN melakukan sosialisasi perizinan dan peraturan. 278