KONSEP IJTIHAD WAHBAH AZ-ZUHAILI DAN RELEVANSINYA BAGI PEMBARUAN HUKUM KELUARGA DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB VII PENUTUP. Penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pendapat ulama Banjar terhadap akad nikah tidak tercatat secara resmi di

SUMBER HUKUM ISLAM 1

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER)

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : U-596/MUI/X/1997 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

Sumber sumber Ajaran Islam

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY KATA PENGANTAR

place, product, process, physical evidence

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam tradisi studi ushul fiqh dikenal lima macam hukum syar i yang

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

BAB VI PENUTUP. 1. konsep upah perspektif Hizbut Tahrir adalah sebagai berikut:

TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAB V KESIMPULAN DAN CADANGAN

Nalar Kritis Syari ah

BAB II PEMBAHASAN TENTANG MASLAHAH

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

1- Metode qawl qadim sedikit sebanyak masih dipengaruhi oleh metode ahli Hijaz

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal luas di belahan dunia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

Objektif. Topik yang akan dipelajari SIMPOSIUM 2015 METODOLOGI PENGELUARAN HUKUM DALAM ISLAM. Ciri-Ciri Syariat Islam Ustaz Sayid Sufyan b Jasin

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM

Pendidikan Agama Islam

BAB IV. Setelah dipaparkan pada bab II tentang fatwa Dewan Syariah Nasional dan

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM


PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Homaidi Hamid, S. Ag., M.Ag. Ushul Fiqh

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERILAKU SADISME DAN MASOKISME DALAM HUBUNGAN SUAMI ISTRI

HALAL, HARAM & SYUBHAT

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2

MAJELIS ULAMA INDONESIA KABUPATEN KUTAI TIMUR Sekretariat : Jl. Wahab Syahrani RT 45 Sangatta utara, Kab. Kutai Timur Telp /

Divisi Buku Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada J A K A R T A

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak sebagai hasil dari suatu perkawinan merupakan bagian yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERATURAN KAPOLRI NOMOR 1 TAHUN 2009 TERKAIT PENGGUNAAN SENJATA API PADA TUGAS KEPOLISIAN PERSPEKTIF MAS}LAH}AH MURSALAH

hukum taklifi dan contohnya

KEMASHLAHATAN UMAT DALAM RENCANA PEMBENTUKAN HOLDING BUMN DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

Signifikansi Maqashid asy-syar i Dalam Pemikiran asy-syatibi Tentang Ijtihad. Samsidar Dosen STAIN Watampone

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV ANALISIS ISTINBATH HUKUM FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER TENTANG UPAH MENGAJARKAN AL- QUR'AN. A. PerbandinganFuqahaKlasikdanFuqahaKontemporer

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90.

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

PENGARUH MODERNITAS TERHADAP HUKUM ISLAM DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

ANALISIS FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL TENTANG PEMBOLEHAN JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

FIQHUL IKHTILAF (MEMAHAMI DAN MENYIKAPI PERBEDAAN DAN PERSELISIHAN) Oleh : Ahmad Mudzoffar Jufri

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF KONSEP KEPUASAN SEBAGAI TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI MENURUT EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kepada umatnya yang beriman kepada-nya dan menjadikan Al-Quran

Transkripsi:

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p ISSN: 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 4, No. 11 November 2019 KONSEP IJTIHAD WAHBAH AZ-ZUHAILI DAN RELEVANSINYA BAGI PEMBARUAN HUKUM KELUARGA DI INDONESIA Muhammadun Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon (IAI BBC) Email: muhammadunabdillah77@gmail.com Abstrak Wahbah az-zuhaili adalah seorang intelektual muslim di bidang hukum Islam yang lahir pada tahun 1351 H bertepatan dengan tanggal 6 Maret 1932 M di Dir Atiyah Damaskus Syria. Wahbah az-zuhaili hidup pada era kebangkitan pemikiran fikih Islam. Menurut Wahbah az-zuhaili pintu ijtihad terbuka lebar bagi setiap orang yang memiliki keahlian yang didukung dengan kecerdasan intelektual, penguasaan bahasa dan memiliki wawasan yang luas dalam menetapkan suatu produk hukum dengan dasar yang argumentatif dan penggalian sumber hukum yang otentik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsep Ijtihad yang digunakan oleh Wahbah az-zuhaili dan relevansi yang mendasar untuk diterapkan dalam pembaruan hukum keluarga di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan oleh Penulis yaitu menggunakan Penelitian Kepustakaan atau Library Research. Hasil penelitian yang didapat yakni Konsep-konsep Ijtihad yang digunakan oleh Wahbah az-zuhaili adalah qiyas, istislah dan sad az-zari ah. Pemikiran yang demikian ini merupakan inti terpenting dari ajaran agama Islam yang mempunyai cita-cita untuk merealisasikan keadilan bagi masyarakat secara menyeluruh. Adapun konsep ijtihad yang telah dikemukakan oleh Wahbah az-zuhaili memiliki relevansi yang mendasar untuk diterapkan dalam pembaruan hukum keluarga di Indonesia. Karena selaras dengan Pancasila, berpijak pada landasan kemaslahatan umum dan bersifat egalitarian. Kata Kunci: Ijtihad, Qiyas, Istislah dan Sad Az-zari ah Pendahuluan Wahbah az-zuhaili adalah seorang intelektual muslim di bidang hukum Islam yang berkebangsaan Syria. Dia lahir pada tahun 1351 H bertepatan dengan tanggal 6 Maret 1932 M di Dir Atiyah Damaskus Syria. Ayahnya bernama Syaikh Mustafa az- Zuhaili, seorang ulama penghafal al-qur an dan ahli ibadah. Dalam kesehariannya selalu memegang teguh al-qur an dan sunnah Nabi, serta hidup sebagai seorang petani dan pedagang. Sedangkan Ibunya bernama Fatimah binti Mustafa Sa adah seorang perempuan yang sangat wara dan berpegang teguh dengan ajaran agama Islam. Wahbah az-zuhaili dalam kehidupan sehari-hari banyak disibukkan dengan kegiatan mengajar, menulis, memberikan fatwa, memberikan seminar serta dialog- 104

Konsep Ijtihad Wahbah Az-Zuhaili dan Relevansinya dialog di dalam ataupun di luar Syria. Dikenal jua sebagai ulama yang memiliki pemahaman luas dalam bidang fiqh dan usul fiqh, juga mengajarkan dua bidang tersebut sebagai mata kuliah di fakultas hukum dan pasca sarjana Universitas Damaskus. Di bidang akademik, dia pernah menjabat sebagai ketua program studi fiqih Islam fakultas syari ah Universitas Damaskus. Pada tahun 1967-1970 di tempat yang sama dan juga menempati jabatan sebagai dekan. Berpengalaman juga sebagi ketua lembaga penasehat hukum pada Mu assasah al-arabiyah al-masyrafiyah al-islamiyah, serta masih banyak lagi jabatan-jabatan yang pernah dipegangnya. Wahbah az-zuhaili tidak saja memiliki peranan di bidang akademik melainkan juga memiliki peran penting di masyarakat secara langsung baik di dalam ataupun di luar tanah airnya. Di antaranya, sebagai anggota Majma Malaki untuk membahas kebudayaan Islam di Yordan. Selain itu sebagai kepala Lembaga Pemeriksa Hukum pada Syarikat Mudarabah wa Muqasah al- Islamiyyah di Bahrain dan sebagai anggota majelis fatwa tertinggi di Syria. Wahbah az-zuhaili hidup pada era kebangkitan pemikiran fikih Islam. Ia hidup segenerasi dengan Subhi Mahmasani (Lebanon), Muhammad Muslihudin (Pakistan), Faruq Abu Zaid dan Muhamad Yusuf Musa (Mesir). Pola pemikiran Wahbah az-zuhaili cenderung survivalisme. Sebagai salah satu ulama kontemporer yang sangat membenci fanatisme (ta assub) mazhab. Menurutnya segala urusan kehidupan dan hubungan sosial diantara manusia tidak akan berlangsung dengan baik menurut perspektif keadilan Tuhan dan logika manusia jika dalam pelaksanaannya tidak ditopang oleh akidah yang kuat, akhlak yang mulia dan juga sistem-sistem hukum yang komprehensif (Zuhayli, 1989). Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Penelitian Kepustakaan atau Library Research. yakni penelitian yang mengumpulkan data dan keterangan melalui bahanbahan kepustakaan (Surawardi, 2011). Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan teknik kepustakaan dengan mengumpulkan teori tentang konsep ijtihad wahbah az-zuhaili melalui buku, jurnal, ataupun hasil penelitian lainya. Dengan teori teori tersebutlah yang kemudian diuraikan dan di komparasikan sehingga dapat menjawab masalah yang ada. Metode pengumpulan data yang digunakan yakni teknik Dokumentasi (Arikunto, 2002). Yakni dengan menggunakan karya dokumentasi yang Syntax Literate, Vol. 4, No.11 November 2019 105

Muhammadun berhubungan dengan permasalahan. Dengan kata lain, penelitian ini akan menguraikan data dan teori yang berhubungan sehingga dapat menjawab permasalahan. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Konsep Ijtihad Wahbah az-zuhaili Pembaruan dan ijtihad menurut Wahbah az-zuhaili yang dimaksud bukan berarti menjustifikasi adanya Islam kuno dan Islam baru. Menurutnya ketika berbicara tentang Islam dan syariat maka yang ada hanyalah Islam yang satu baik dimasa dahulu, kini dan akan datang. Islam menurutnya tidak menerima pembaruan dalam arti menghilangkan sebagian hukum syara yang ada dan menggantinya dengan hukum baru dengan alasan harus serasi, selaras dan sesuai dengan perkembangan akal pikiran manusia serta modernisasi. Wahbah az-zuhaili menegaskan bahwa pembaruan dalam Islam berkaitan erat dengan cara berkomunikasi, metode dakwah untuk penyebaran agama Islam, sistem pembenahan dan pemberantasan tindak kejahatan, berkaitan dengan gejolak kejiwaan manusia sesuai dengan tuntutan peradaban dan kemajuan zaman, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih serta beraneka ragam kebudayaan. Wahbah az-zuhaili menyadari bahwa modernisasi dalam segala bidang tidak menutup kemungkinan akan memunculkan inovasi baru dan industrialisasi. Namun Ia menekankan bahwa pembaharuan yang dilakukan tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah Islam. Menurutnya pintu ijtihad terbuka lebar bagi setiap orang yang memiliki keahlian yang didukung dengan kecerdasan intelektual, penguasaan bahasa dan memiliki wawasan yang luas dalam menetapkan suatu produk hukum dengan dasar yang argumentatif dan penggalian sumber hukum yang otentik. Namun demikian Wahbah az-zuhaili berpandangan bahwa ruang lingkup ijthad terbatas pada hal-hal tertentu; pertama, tidak berkaitan dengan pembahasan bidang aqidah, ibadah, akhlak dan syariat yang qat i, karena hukumnya terdapat dalam nass yang jelas dan bersifat ubudiyah semata. Kedua, sesuatu yang tidak terdapat dalam nass yang qat i atau dalilnya yang menjadi pijakan bersifat zanni. Menurut Wahbah az-zuhaili tidak boleh melakukan ijtihad pada dasar dan prinsip syariat yang hukumnya telah pasti, seperti haramnya barang yang haram, meniadakan sanksi-sanksi terhadap kesalahan yang dilakukan dengan pandangan 106 Syntax Literate, Vol. 4, No. 11 November 2019

Konsep Ijtihad Wahbah Az-Zuhaili dan Relevansinya lain, bertentangan dengan aqidah, mengesahkan kerusakan dan kemudaratan, membolehkan jual beli untuk barang riba, berikrar untuk diri sendiri bukan untuk orang lain, melenyapkan barang yang tidak membahayakan, meluruskan berbagai jalan yang mengarah pada kerusakan, menggugurkan had dengan lisan syubhat, memperbolehkan hak milik, tidak mengharamkan tindak kedzaliman, khianat, dengki,curang dan menghalalkan sembelihan hewan haram dan memperbolehkan memakannya, seperti haramnya bangkai, daging babi, dan sesuatu yang disembelih karena selain Allah. Selanjutnya menurut Wahbah az-zuhaili seseorang boleh berijitihad dalam bidang mu amalat, perjanjian, syarat-syarat yang mengacu pada kemaslahatan, selama tidak bertentangan dengan nas dan prinsip-prinsip syariat. Menurutnya ijtihad dalam menetapkan suatu produk hukum harus dibangun diatas fondasi syariat dan mempertimbangkan urf, adat dan maslahat. Wahbah az-zuhaili beranggapan kompleksitas masyarakat di abad 21 ini menuntut adanya ijitihad bersama. Karena ijtihad bersama pembahasannya lebih komprehensif dan representatif. Alasan inilah yang membuatnya menyuarakan adanya tajdid (pembaharuan) dalam hukum. Tujuan dari adanya pembaharuan hukum Islam untuk membuktikan sifat fleksibilitas syari at Islam dalam bidang mu amalah yang tidak bertentangan dengan an-nusus asy-syar iyyah. Sebagai ulama kontemporer yang ikut lantang menyuarakan perlu adanya gerakan pembaharuan dalam ijtihad, Wahbah az-zuhaili menempatkan al-quran dan as-sunnah pada posisi puncak dalam hirarki sumber penggalian hukum. Dia juga mengakomodasi sumber hukum lain yang meliputi ijma, qiyas, istihsan, maslahah mursalah (istislah), urf, sad az-zarai', syar'u man qablana, mazhab sahabi dan istishab. Kemudian Wahbah az-zuhaili mengklasifikasikan dua kategori sumber hukum. Pertama, sumber hukum yang tidak dapat diperdebatkan, meliputi: al- Qur an, as-sunnah, ijma dan qiyas. Kedua, sumber hukum yang debatable (memungkinkan terjadinya perdebatan) dikalangan ulama. Pada kategori sumber hukum yang debatable, Wahbah az-zuhaili menyebutkan dua istilah dalam penggalian hukum yakni istidla dan ma yattasilu ila al-istidlal (sesuatu yang dapat sampai pada istidlal). Yang termasuk kategori istidla antara lain; al-talazum baina al- Syntax Literate, Vol. 4, No.11 November 2019 107

Muhammadun hukmaini min gairi ta yini illah, istishab al-hal, syaru man qablana, al-istihsan, almasalih al-mursalah. Sedangkan yang termasuk ma yattasilu ila al-istidlal adalah qaul as-sahabi, al- urf dan sad azzarai'. Wahbah az-zuhaili juga mengklasifikasikan dalil menjadi dalil naqliyyah (dalil yang bersumber pada wahyu) dan aqliyah (berdasarkan atas rasionalisasi). Yang termasuk dalil naqliyyah menurutnya adalah al-kitab, as-sunnah, al-ijma, al- urf, syar u man qablana dan mazhab sahabi. Sedangkan yang termasuk dalil aqliyah adalah qiyas, maslahah mursalah, istihsan, istishab, sad az-zara'i. Masing-masing dalil tersebut menurutnya saling melengkapi antara satu dengan yang lain. Baginya ijitihad tidak akan bisa diterima tanpa bersandar pada asas-asas dalil aqliyyah dan dalil naqliyyah. Dalam pembentukan hukum, dalil-dalil tersebut ada yang berdiri sendiri seperti al-qur an, al-hadis, ijma dan sumber hukum lain yang berhubungan dengannya meliputi istihsan, urf, dan mazhab sahabi. Begitu pula ada yang tidak berdiri sendiri yakni al-qiyas. B. Pembaruan Hukum Islam di Indonesia Hukum Islam masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Dalam hal ini ditemui perdebatan panjang antara para ahli sejarah dalam menentukan: tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Salah satu pendapat menyebutkan, bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui anak benua India pada sekitar abad ke-12 M dan berkembang pertama kali di kawasan pantai Nusantara. Sementara pendapat lain mengasumsikan bahwa Islam sudah berkembang di Nusantara pada sekitar abad-abad awal Hijriyah (sekitar abad ke-7 dan ke-8 M), yang datang melalui Malabar dan tidak tertutup pula kemungkinan bahwa Islam dibawa langsung dari semenanjung Arabia. Kendati demikian, dalam seminar masuknya Islam ke Indonesia, yang diselenggarakan tahun 1969 dan 1978 disimpulkan, bahwa Islam datang langsung dari Arabia pada abad pertama Hijri atau abad ke-7 Masehi (Azra, 1994). Islam sudah menyebar secara luas di nusantara pada sekitar abad ke-13 M pada waktu itulah tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam pertama, seperti Samudra Pasai, Gresik, yang disusul dengan sejumlah kerajaan Islam yang lain, seperti Demak, Mataram, Cirebon, Banten, Ternate, Sumbawa, Kalimantan Selatan, Kutai, 108 Syntax Literate, Vol. 4, No. 11 November 2019

Konsep Ijtihad Wahbah Az-Zuhaili dan Relevansinya Pontianak, Surakarta, Palembang dan sebagainya. Sebagai wilayah pemerintahan Islam, hukum yang diberlakukan di kerajaan-kerajaan Islam awal itu adalah hukum Islam, khususnya fikih mazhab Syafi i, dan jika terdapat hukum adat, maka hukum adat yang masih dilestarikan adalah hukum adat yang menempatkan syariat Islam terlihat dari sejumlah pepatah dan petitih adat yang menempatkan syariat Islam sebagai dasar bagi adat yang berkembang dalam masyarakat, seperti terlihat pada petitih adat minangkabau: Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (Adat bersendi syara, bersendi kitabullah). Ini berarti adat dan hukum Islam saling menguatkan.adat yang demikianlah yang disebut Adat Sebenar Adat (Agama, 1985). C. Beberapa Ijtihad Wahbah az-zuhaili Dalam Hukum Keluarga 1. Makna kufu hanya menyangkut agama dan kesiapan untuk menikah 2. Calon istri boleh mengajukan syarat tertulis ke pengadilan agar calon suami setelah menikah tidak melakukan poligami 3. Suami Rujuk Harus disertai Ucapan, Perbuatan dan Niat D. Konsep Ijtihad Wahbah az-zuhaili dan Relevansinya Dengan Pembaruan Hukum Keluarga di Indonesia Dari kajian di atas terlihat bahwa dalam bidang muamalah Wahbah az- Zuhaili lebih banyak berpegang kepada tiga metode ijtihad, yakni qiyas, istislah, dan sad az-zari ah yang dipegang. Bertolak dari prinsip demikian, Wahbah az-zuhaili memandang bahwa segala bentuk tindakan dalam hukum keluarga bisa dibenarkan. Hal demikian ini dapat diberikan selama tidak terdapat unsur kerugian, penganiyaan dan bahaya. Sebab, ketiga hal tersebut secara langsung akan berdampak pada terancamnya kemaslahatan umum al-maslahah al- ammah yang harus dipelihara kelestariannya. Lalu, untuk mengantisipasi munculnya tiga bentuk gangguan di atas, Wahbah az-zuhaili menempatkan sad az-zari ah sebagai dasar untuk menetapkan berbagai ketentuan yang bersifat preventif. Dari ketiga konsep ijtihad yang dipakai oleh Wahbah az-zuhaili di atas terlihat bahwa secara umum mengacu kepada terwujudnya kemaslahatan dalam masyarakat. Dari itu, penulis cenderung melihat bahwa landasan yang paling mendasar dari pemikiran Wahbah az-zuhaili di bidang hukum keluarga ialah ke arah realisasi kemaslahatan umum dan menghindarkan dari segala kerusakan. Landasan Syntax Literate, Vol. 4, No.11 November 2019 109

Muhammadun pemikiran demikian, menurut penulis, merupakan inti terdalam dari ajaran Islam sebagai agama yang berkeinginan untuk merealisasikan keadilan bagi segenap umat manusia, karena agama merupakan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan di masyarakat (Lala, 2017). Demikian pula sesuai dengan tabiat manusia itu sendiri secara universal. Oleh sebab itu, konsep demikian senantiasa selalu relevan untuk diterapkan kapan dan di mana saja. Bertolak dari konsep demikian, segala bentuk aktifitas yang menyangkut pola hubungan dalam hukum keluarga senantiasa mengacu kepada terwujudnya kemaslahatan umum di masyarakat. Dalam penerapan konsep tersebut Wahbah az- Zuhaili menggunakannya secara cerdas, sehingga hukum yang dihasilkan di samping memiliki landasan yang kokoh, juga bersifat egalitarian, dinamis dan universal dapat dirasakan masyarakat secara menyeluruh. Dari kajian tentang pembaruan hukum Islam di Indonesia dapat disimpulkan bahwa pembaruan tersebut menampakkan dua bidang yang saling terintegrasi dan terinterkoneksi, yaitu adanya pembaruan di bidang pemikiran hukum dengan pembaruan dalam bidang kodifikasi hukum Islam sebagai perundangan negara yang mampu mengikat setiap warganya. Dalam bidang pertama terlihat kemajuankemajuan yang senantiasa berkembang, terutama karena dipicu oleh dua faktor: Pertama,sisi internal karena dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan sosial yang sangat dinamis, sehingga mendorong para ulama dan cendekiawan berpikir untuk memberikan jawaban atas problematika yang senantiasa ada. Kedua, sisi eksternal karena komunikasi umat Islam Indonesia dengan negara lain, sehingga terjadi interaksi dalam bidang pemikiran di kalangan ulama dan cendekiawan, yang berakibatkan pada munculnya pemikiran untuk meninjau kembali rumusan para mujtahid klasik untuk disesuaikan dengan suasana dan kondisi dewasa ini. Dalam ranah pemikiran hukum, selama ini telah muncul berbagai bentuk pemikiran yang mengarah pada upaya untuk mampu menempatkan hukum Islam sebagai hukum yang aplikatif dan senantiasa berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dari itu, lahirlah pemikiran-pemikiran dalam bentuk musyawarah, tarjih, fikih Indonesia, reformulasi fikih, reinterpretasi hukum Islam serta reaktualisasi ajaran Islam. Upaya-upaya tersebut sebenarnya telah diusung oleh Wahbah az-zuhaili dengan bentuk seruan agar para ulama melakukan ijtihad hukum, 110 Syntax Literate, Vol. 4, No. 11 November 2019

Konsep Ijtihad Wahbah Az-Zuhaili dan Relevansinya tidak hanya mengandalkan hasil ijtihad para mujtahid terdahulu yang telah ribuan tahun mereka rumuskan. Dewasa ini, dalam kondisi perubahan sosial yang semakin cepat karena dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimikian pesat, seruan demikian masih tetap relevan dikarenakan keterbatasan teksteks hukum agama dan ketidakterbatasan problematika manusia. Prinsip ijtihad Wahbah az-zuhaili dalam bidang hukum Islam yang berlandaskan pemikiran mewujudkan kemaslahatan umum bagi masyarakat merupakan prinsip yang paling relevan untuk diterapkan dalam rangka pembaruan hukum keluarga. Penulis katakan relevan didasarkan atas tiga pemikiran hukum, yaitu: 1. Konsep ijtihad yang dikemukakan Wahbah az-zuhaili selaras dengan nilai-nilai luhur pancasila dan telah disepakati sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. 2. Konsep ijtihad yang dipaparkan oleh Wahbah az-zuhaili berpijak pada landasan kemaslahatan umum. Prinsip demikian sesuai dengan sendi-sendi hukum yang berlaku di Indonesia, yang memprioritaskan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 3. Konsep ijtihad yang ditawarkan Wahbah az-zuhaili bersifat egalitarian, dinamis dan universal. Prinsip demikian sesuai dengan dinamika masyarakat Indonesia sekarang ini yang sedang mengalami perkembangan yang demikian pesat. Dengan konsep hukum yang demikian niscaya segenap permasalahan masyarakat dapat dipecahkan secara posedural dan profesional. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh penulis tentang konsep-konsep yang digunakan untuk ijtihad oleh Wahbah az-zuhaili dalam kajian hukum keluarga, serta tentang adanya relevansi yang mendasar dari konsep ijtihad tersebut bagi pembaruan hukum keluarga di Indonesia. Maka penulis menyimpulkan kajian sebagai berikut ini: 1. Konsep-konsep Ijtihad yang digunakan oleh Wahbah az-zuhaili adalah qiyas. Dia berpendapat bahwa qiyas adalah sebagai upaya pemahaman nass yang eksplisit. Karena itulah tidak semua bentuk qiyas dapat dipakai dalam menetapkan suatu Syntax Literate, Vol. 4, No.11 November 2019 111

Muhammadun hukum. Di samping itu pula dia juga memakai konsep istislah yang sesuai maksud syara, tidak bertentangan dengan dalil qat i serta dapat diterima oleh akal sehat. Konsep berikutnya yang dijalankan adalah sad az-zari ah, karena merupakan upaya menghindarkan pada sesuatu perbuatan yang diharamkan. Upaya preventif ini penting untuk menjaga orang atau sekelompok orang supaya tidak terjerumus pada tindakan yang dilarang oleh agama Islam. Ketiga konsep ijtihad ini diterapkan oleh Wahbah az-zuhaili atas dasar pemikiran untuk mewujudkan kemaslahatan umum dan menghindarkan segala kerusakan. Pemikiran yang demikian ini merupakan inti terpenting dari ajaran agama Islam yang mempunyai cita-cita untuk merealisasikan keadilan bagi masyarakat secara menyeluruh. 2. Konsep ijtihad yang telah dikemukakan oleh Wahbah az-zuhaili memiliki relevansi yang mendasar untuk diterapkan dalam pembaruan hukum keluarga di Indonesia. Hal ini dikarenakan: Pertama, semua konsep ijtihad yang digunakan selaras dengan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber yang disepakati berlakunya di negara kesatuan republik Indonesia. Kedua, konsep ijtihad yang dijalankan berpijak pada landasan kemaslahatan umum, yang diakui sebagai prinsip dan landasan hukum yang berlaku di Indonesia dengan mengutamakan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. Ketiga, konsep ijtihad yang terapkan bersifat egalitarian, dinamis dan universal sehingga dinilai sebagai prinsip hukum yang dapat dijadikan pedoman untuk semua waktu dan tempat baik sekarang maupun yang akan datang. 112 Syntax Literate, Vol. 4, No. 11 November 2019

Konsep Ijtihad Wahbah Az-Zuhaili dan Relevansinya BIBLIOGRAFI Agama, D. (1985). Kenang-Kenangan Seabad Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam Direktorat. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Azra, A. (1994). Jaringan ulama: Timur Tengah dan kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII: melacak akar-akar pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Mizan. Lala, A. (2017). Analisis Tindak Pidana Penistaan Agama Dan Sanksi Bagi Pelaku Perspektif Hukum Positif Di Indonesia. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 28 39. Surawardi, S. (2011). Konsep Pendidikan Islam Menurut Abudin Nata. AL FALAH, 11(20), 265 308. Zuhayli, W. (1989). Al-fiqhu al-islami wa adillatuh. Dar al-fikr. Syntax Literate, Vol. 4, No.11 November 2019 113