BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
2014 MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahan kajian (materi) PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia (bermoral). Sebab bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali, yang berasal dari luar maupun dari dalam. Tujuan. pembangunan sebagaimana dimuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembangunan nasional. Senada dengan isi undang-undang RI No. 20

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

A. Latar Belakang Penelitian

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN PAI PADA PROGRAM AKSELERASI DI SD AR-RAFI BALEENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses dari penambahan ilmu, baik secara langsung maupun tidak, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah untuk melahirkan manusia-manusia baru yang memiliki jati diri dan membentuk karakter bangsa. Menurut Budiningsih (2005, hal. 1) Pendidikan pada dasarknya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari lahir hingga meninggal, manusia harus senantiasa belajar tentang lingkungan sekitarnya, menyesuaikan dirinya dengan perkembangan zaman yang semakin hari semakin dinamis, dari sini bisa kita pahami bahwa pendidikan telah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia agar bisa bersaing dalam masyarakat. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu untuk mempersiapkan kehidupannya. Menurut Pendapat Maunah (2009, hal. 5), pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Sedangkan menurut Marimba sebagaimana telah dikutip oleh Andry (2010, hlm. 20) pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses penambahan ilmu pengetahuan dan kegiatan yang dilakukan di sekolah maupun 1

di luar sekolah yang ditujukan pada peserta didik agar menjadi bekal dalan kehidupan dan masa depannya. 2

3 Mengenai masalahah pendidikan, di Indonesia sendiri menurut Kesuma dan Hendriyani (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 219) sudah terdapat undang-undang yang mengaturnya secara lengkap diantaranya ialah pasal 31 Undang-Undang dasar 1945, Ayat 1 yang berbunyi Setiap warga negara berhak mendapatkan pedidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Penyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap anak memilki hak untuk mendapatkan pendidikan termasuk juga mereka yang memiliki kekurangan (tunarungu). Hal ini sebagaimana Undang-Undang sisdiknas no. 20 tahun 2003. Dengan membiarkan mereka belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dapat menambah wawasan mereka dan mengembangkan kecakapan komunikasi dengan orang lain. Dengan mengamati setiap pembicaraan orang lain, untuk anak tunarungu hal tersebut dijadikan bahan pembelajarannya tentang komunikasi. Selain itu mereka juga belajar mengenai emosi dan membangun kecakapan emosional mereka. Dengan memasukkan anak ke sekolah itu akan meningkatakan kemampuan mereka dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, khususunya belajar membaca dan menulis, agar mereka dapat berkomunikasi denga orang yang tidak mengerti bahasa isyarat. Menurut Mangungsong (Dalam Anggraeni, 2014, hlm 26) Anak berkebutuhan khusus adalah Anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, prilaku sosial dan emosional, kemanpuan berkomunikasi sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional. Anak yang memiliki gangguan pendengaran menurut Effendi (2010, hal. 57) merupakan salah satu kategori anak yang memiliki kebutuhan khusus. Penyandang kelainan pendengan atau tunarungu, yaitu seorang yang mengalami kehilangan kemampuan pendengaran, baik sebagian (hard of hearing) maupun keseluruhan (deaf). Kelainan dalam percakapan sehari-hari di masyarakat awam sering diasumsikan sebagai orang yang tidak mendengar sama sekali atau tuli. Hal itu didasarkan pada anggapan bahwa kelainan pendengaran dapat mengurangi fungsi pendengaran. Kekurangan anak tuna rungu tak hanya gangguan pendengaran saja, kemapuan berbicara pun juga dipengaruhi seberapa sering ia mendengar pembicaraan, oleh karena itu anak tuna rungu juga mengalami kesulitan dalam berbicara.

4 Meskipun secara perundang-undangan sudah diatur secara jelas mengenai kesempatan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia (WNI), namun pada kenyataannya anak yang memiliki kebutuhan khusus masih kesulitan mengakses pendidikan yang layak dan setara. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti yanag diungkapkan oleh wibisono (2014, hal. 98) sebagai berikut: Beberapa faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus mengalami kesulitan untuk mengakses pendidikan yang layak dan setara diantaranta sekolah memberikan kriteria kesehatan yang sejatinya membedakan anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti kesehatan fisik. Sebagian besar pula menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak membutuhkan pendidikan formal. Selain itu dikarenakan kondisi ekonomi anak berkebutuhan khusus. Terlebih jika seseorang yang memiliki keterbatasan tersebut seorang muslim maka pendidikan agama islam perlu diberikan. Hal tersebut sudah sangat jelas terdapat dalam Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1 dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Pendidikan Agama (Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Unversitas Pendidikan Indonesia, 2010, hlm. 226). Pendidikan agama Islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan suatu alat untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekilah yang bersangkutan. Pendidikan agama juga mempunyai peran dominan agar hidupnya tetap stabil dan terarah pada jalan yang benar. Menyadari betapa pentingnya peran gama bagi kehidupan umat manusia, maka penanaman nilainilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan atau kewajiban, yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakt. Pendidikan Agama yang dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu melaksanakan syariat Islam khusunya shalat. Selain itu, pendidikan agama juga sangat penting sebagai pondasi keagamaan agar dalam menjalankan kehidupan, anak didik termasuk juga anak cacat mempunyai benteng kuat sera bisa menjadi manusia

5 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur. Permasalahan lainnya adalah anak yang memiliki kebutuhan khusus mempunyai cara belajar yang berbeda dari anak yang lainnya, fenomena yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa guru di sekolah tidak dipersiapkan untuk menjadi seorang konselor terlebih lagi konselor bagi anak berkebutuhan khusus, denga demikian pula program yang khusus dirancang bagi anak berkebutuhan khusus agar tidak terjadi kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Johnsen dan Kjorten (Dalam Mahmud, 2003, hlm. 26-27) mengemukakan syarat minimal kemampuan atau keterampilan yang harus dimiliki oleh guru spesialis adalah: Memahami pendidikan luar biasa ditinjau dari segi filosofis, historis, maupun peraturan-peraturan resmi yang mendasarinya, karakteristik-karakteristik siswa, asesmen, diagnosis dan evaluasi, materi dan proses belajar mengajar, perencanaan dan pengelolaan lingkungan, belajar mengajar, keterampilan dalam prilaku siswa dan interaksi sosial, komunikasi, kerjasama dan kolaborasi, dan profesionalisme serta etika pelaksanaanya. Anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak yang normal sehingga pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian lebih dalam pendidikan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti membutuhkan sumber dan informasi lebih mengenai pembelajaran PAI bagi siswa tunarungu. Oleh karena itu peneliti, tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul mengenai MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA TUNARUNGU (Studi Desktiftif Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agam Islam Pada Siswa Tunarungu di SMPBLN-B Cicendo kota Bandung Tahun Ajaran 2016-2017) B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut yaitu tidak sesuainya antara perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui undang-undang dengan pelaksanaan oleh guru dilapangan. Guru beranggapan bahwa kemampuan siswa berkebutuhan khusus tidak bisa ditingkatkan lagi sehingga banyak guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus tidak sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah.

6 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah: Bagaiman Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tuna Rungu Di SMPBLN-B Cicendo Kota Bandung Adapun secara khusus dan operasional, masalah-masalah tersebut yang menjadi fokus dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaa sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama islam pada siswa tunarungu di SMPBLN-B Cicendo? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di SMPBLN-B Cicendo? 3. Bagaimanakan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di SMPBLN-B Cicendo? D. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu. Adapun secara khusus dan operasional, penelitian ini pertujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui dan menganalisis perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di SMPBLN-B Cicendo 2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan agama islam pada siswa tunarungu di SMPBLN-B Cicendo 3. Menganalisis evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di SMPBLN-B kota Bandung. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran model pembelajaran pendidikan agam Islam (PAI) pada siswa tunarungu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu. 2. Manfaat Praktis

7 Penyusunan berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia seperti: a. Bagi civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukan untuk para calon guru pendidikan agama Islam khususnya, dan umum bagi seluruhnya. b. Bagi mahasiswa Progaram Ilmu pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan tema skripsi ini. c. Bagi lembaga yang diteliti dapat memberikan masukan bagi penyelenggaraan pendidikan atau sekolah, guru-guru pendidikan agama Islam dan pembuat kebijakan dalam penyususnan kurikulum pendidikan agama Silam dan pelakasanaan kegiatan pembelajaran pendidikan agama islam pada anak berkebutuhan khusus. d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami proes pembelajran pendidikan agama islam pada anak berkebutuhan khusus. e. Bagi penulis, penelitian ini sebagai acuan untuk memperluas pemikiran dan pengalaman penulisan karya ilmiag sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk mengatasi kesuilitan belajar yang dialaman oleh anak berkebutuhan khusus. F. Struktur Organisasi Skripsi Agar pembahasan dalam penelitian ini mengaragkan kepada maksud yang sesuai dengan judul, maka pembahasan ini penulis menyusun menjadi lima bab dengan rincinan sebagai berikut: 1. BAB I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematikan penulisan. 2. BAB II membahas tentang tinjauan teoritis mengenai model pembelajaran, konsep pendidikan, dan teori yang berhubungan dengan model pembelajaran pendidikan agama islam pada anak berkebutuhan khusus dan siswa tunarungu.

8 3. BAB III membahas lokasi dan subjek penelitian, pendekatan yang digunakan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan uji keabsahan data. 4. BAB IV membahas hasil penelitian yaitu perencanaan pendidikan agama Silam, pelasanaan pendidikan agama islam, dan evaluasi pendidikan agama Isalm di SMPBLN-B Cicendo tahun ajaran 2016-2017 5. BAB V membahas kesimpulan dan rekomendasi dari seluruh aspek pendidikan agama islam yang dilaksanakan di SMPBLN-B Cicendo tahun ajaran 2016-2017.