BAB II. Konsep Pengelolaan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) tangan. Dalam bahasa Prancis terdapat kata mesnagement yang



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. yakni management, yang dikembangkan dari kata to manage, yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kuno ménagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara terminologis para pakar mendefinisikan manajemen

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Wisata Alas Pala Sangeh Kabupaten Badung yang merupakan suatu studi kasus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN OBYEK DAYA TARIK WISATA MASJID AGUNG JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BANJAR DALAM PENGELOLAAN SEKTOR PARIWISATA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II KERANGKA TEORETIK. A. Pengertian Manajemen Dakwah Wisata Religi. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Dakwah Wisata Religi perlu diurai

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB II MANAJEMEN DAN WISATA RELIGI. berarti tangan dan agere berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

BAB II KONSEP PENGELOLAAN WISATA KEAGAMAAN DI MAKAM K.H. SHALEH DARAT DAN PASRTISIPASI MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB II LANDASAN TEORITIK MANAJEMEN, KEGIATAN KEAGAMAAN DAN MASYARAKAT

TEORI HENRI FAYOL. Presented by : M Anang Firmansyah

MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

PERTEMUAN KE II GAMBARAN UMUM MANAJEMEN OLEH : M.S. HUSEIN PULUNGAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB IV ANALISIS MAKAM KH. SHALEH DARAT DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN WISATA KEAGMAAN DI KOTA SEMARANG

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR 17 TAHUN 2001

PENGELOLAAN OBJEK DAYA TARIK WISATA RELIGI DI KABUPATEN REMBANG (STUDI KASUS PASUJUDAN SUNAN BONANG)

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1970 TENTANG PERENCANAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kaitannya dengan kelangsungan hidup organisasi, karena berhasil atau

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI,

BAB II KAJIAN TEORI. mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian merupakan aktivitas ekonomi yang tidak bisa terlepas

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim :

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia ada dimuka bumi ini mereka tidak terlepas dari aktivitas

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada

Transkripsi:

17 BAB II Konsep Pengelolaan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) 2.1.Pengelolaan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) 2.1.1. Pengelolaan Kata pengelolaan berasal dari kata kerja mengelola dan merupakan terjemahan dari bahasa Italia yaitu menegiare yaitu yang artinya menangani alat-alat, berasal dari bahasa latin manus yang artinya tangan. Dalam bahasa Prancis terdapat kata mesnagement yang kemudian menjadi management. Pengelolaan dari kata kelola menurut bahasa adalah Penyelenggaraan (Poerwadarminta,1976:469). Sedangkan menurut Siswanto pengelolaan merupakan suatu aktifitas yang sistematis yang saling bersusulan agar tercapai tujuan (Siswanto, 2005 : 21). Pengelolaan dapat diartikan sebagai manajemen, manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian tersebut dalam skala aktifitas juga dapat diartikan sebagai aktifitas menerbitkan, mengatur, dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang, sehingga mampu mengemukakan, menata, dan merapikan segala sesuatu yang ada disekitarnya, mengetahui prinsip-prinsipnya serta menjadi hidup selaras dan serasi dengan yang lainnya (Munir, 2006: 9). 17

18 Menurut Terry (1953) mengartikan pengelolaan sebagai suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain. Andrew. F. Siula (1985), pengelolaan umumnya dikaitkan dengan aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien (Sobri, 2009 : 1-2). Pengelolaan berarti proses, cara, perbuatan pengelola, proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2005:534). Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen merupakan aktivitas yang mencakup perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan dan pengaturan bermacammacam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan

19 bekerja efektif untuk mencapai tujuan serta pengendalian dan pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana (Hasibuan, 2004: 41). Arti penting pengelolaan dalam konteks manajemen adalah memungkinkan sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasional secara bersama-sama. Selain itu pengelolaan memungkinkan kerjasama antar orang-orang dan individu di dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.2. Unsur-Unsur Manajemen Unsur-unsur yang terdapat dalam manajemen, menurut Manullang menyebutkan manajemen memiliki unsur-unsur yang saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan yaitu 6M +1 I meliputi : 1) Man (manusia) Manusia merupakan unsur pendukung yang paling penting untuk pencapaian sebuah tujuan yang telah ditentukan sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang kearah tujuan yang hendak dicapai. 2) Money (uang) Untuk melakukan berbagai aktifitas diperlukan uang, seperti gaji atau upah. Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang ingin dicapai bila dinilai

20 dengan uang lebih besar daripada uang yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. 3) Material Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan bahan-bahan (material), karenanya dianggap sebagai alat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan. 4) Machine (mesin) Peranan mesin sangat dibutuhkan agar proses produksi dan pekerjaan bisa berjalan efektif dan efisien. 5) Method (metode) Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan berhasil guna, manusia dihadapkan kepada berbagai alternatif atau cara melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, metode atau cara dianggap sebagai sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan. 6) Market (pasar) Bagi badan yang bergerak dibidang industri, maka sarana manajemen penting lainnya adalah pasar, tanpa adanya pasar bagi hasil produksi jelas tujuan perusahaan industri tidak mungkin akan tercapai. 7) Informasi Segala informasi yang digunakan dalam melakukan kegiatan suatu perusahaan. Informasi sangat dibutuhkan di dalam

21 manajemen. Informasi tentang apa yang sedang terkenal sekarang ini, apa yang sedang disukai, apa yang sedang terjadi di masyarakat. Manajemen informasi sangat penting juga untuk menganalisis produk yang telah dan akan di pasarkan (Manullang,2008:6). 2.1.3. Prinsip-Prinsip Manajemen Menurut Henry Fayol manajemen mempunyai 14 prinsip manajemen yang perlu diterapkan dalam pelaksanaan tugas, namun sifatnya fleksibel maksudnya tidak harus diterapkan sekaligus, melainkan disesuaikan dengan situasi yang ada. 14 prinsip manajemen adalah sebagai berikut : 1) Adanya pembagian kerja, berhubungan dengan prinsip spesialisasi dalam rangka efisiensi penggunaan tenaga kerja. 2) Wewenang dan tanggung jawab, keduanya mempunyai hubungan, sebab tanggung jawab merupakan akibat yang wajar dan timbul dari adanya wewenang. 3) Disiplin yaitu sikap menghormati perjanjian-perjanjian yang dijuruskan mencapai ketaatan pada peraturan-peraturan yang ada. Untuk itu diperlukan atasan yang baik pada semua tingkatan. 4) Kesatuan perintah, seorang pegawai hendaknya menerima perintah-perintah dari hanya seorang atasan saja.

22 5) Kesatuan jurusan, setiap kegiatan yang mempunyai sasaran sama harus mempunyai seorang kepala dan satu rencana. 6) Kepentingan perseorangan harus tunduk dan diatasi oleh kepentingan kelompok. 7) Pembayaran upah pegawai dan caranya supaya adil dan memberi kepuasan maksimum bagi pegawai dan majikan. 8) Pentingnya pembatasan wewenang mana yang dipusatkan dan mana yang dibagi-bagi kepada bagiannya. 9) Hierarki atau rantai berskala, yaitu rantaian pengawas atau suatu garis wewenang yang jelas. 10) Perlunya ketertiban, baik ketertiban material dan sosial. 11) Keadilan, supaya bawahan mau setia dan taat kepada pimpinan. 12) Stabilitas dari pegawai, supaya dapat menghemat ongkos. 13) Pada bawahan harus diberikan kesempatan mengungkapkan dan menjalankan inisiatif. 14) Esprit de corps atau kesetiaan pada kelompok, ini menunjukkan perlunya kerja sama kelompok serta perlunya komunikasi untuk mencapainya (Harbangan, 1993 :32-33).

23 2.1.4. Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut George R. Terry mendiskripsikan pekerjaan Manajer berdasarkan fungsinya yakni perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), penggerakkan (Actuating), pengendalian (Controlling) (Siswanto, 2005 : 18). 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin (Nanang, 2000 : 49). Perencanaan merupakan fungsi yang mendasar dan utama dari semua fungsi-fungsi manajemen, karena selain sebagai fungsi yang pertama dan utama, ia menentukan bagaimana fungsi fungsi manajemen lainnya akan dilaksanakan atau merupakan dasar, landasan atau titik tolak dalam melaksanakan tindakan -tindakan manajerial (Silalahi, 1996, 137). Adapun menurut Heidjrachman Ranupandojo, perencanaan ialah pengambilan keputusan tentang apa yang dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, kapan mengerjakannya, siapa yang mengerjakannya dan bagaimana mengukur keberhasilan pelaksanaannya (Ranupandojo, 1996:11). Perencanaan disini menekankan pada perencanaan

24 secara implisit, mengandung arti penentuan tujuan, pengembangan kebijakan, program, sistem dan prosedur, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan adalah proses kegiatan pengambilan keputusan yang mengandung peramalan masa depan tentang fakta, kebutuhan organisasi yang berhubungan dengan program kegiatan yang akan dilaksanakan se-efisien mungkin. Jadi, perencanaan harus dapat menggariskan segala tindakan organisasi agar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuhdan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang, 2007 : 60). Fungsi organizing adalah fungsi pimpinan untuk menetapkan dan mengatur kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan, mengadakan pembagian pekerjaan, menempatkan orang-orang yang berwenang pada kesatuankesatuan organisatoris atau departemen serta menetapkan

25 batas-batas wewenang yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas masing-masing (Harbangan,1993:83). Artinya fungsi pengorganisasian yang menghasilkan organisasi bukanlah dan tidak boleh dijadikan sebagai tujuan. 3. Pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan atau penggerakan dapat diartikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis (Siagian, 1992: 128). Pelaksanaan atau penggerakan (actuating), dilakukan setelah sebuah organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai kebutuhan unit /satuan kerja yang dibentuk. Diantara kegiatannya adalah melakukan pengarahan, bimbingan dan komunikasi. Pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga, mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2005: 95).

26 Jadi, dalam sebuah organisasi, fungsi penggerakan merupakan fungsi manajerial yang teramat penting karena secara langsung berkaitan dengan manusia yang memiliki segala jenis kepentingan dan kebutuhan masing-masing. 4. Pengawasan (Controlling) Controlling atau pengawasan merupakan fungsi manajerial dasar yang sengaja didesain untuk maksudmaksud tertentu sesuai dengan tujuan kontrol yang diharapkan, sehingga manajer dapat mengetahui efektivitas sumber-sumber informasi yang ada dalam organisasinya, efektivitas aktifitas kelompok, serta efektivitas aktifitas setiap individu anggota organisasinya (Sujak, 1990: 307). Fungsi pengawasan adalah suatu proses untuk mengamati pekerjaan yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu, dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang dapat segera mengadakan perbaikan dari penyimpangan, sesaat atau beberapa saat sesudah penyimpangan terjadi. Tujuan utama dari pengaawasan untuk mencari dan memberitahu kelemahan-kelemahan yang dihadapi, dimaksud untuk menghindarkan pengertian negatif (Harbangan, 1993 : 105 106).

27 Kegiatan pengontrolan dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan-penyimpangan dari pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan dan sekaligus melakukan tindakan perbaikan apabila penyimpangan sudah terjadi dari apa yang sudah direncanakan. Dengan demikian, kegiatan pengontrolan mengusahakan agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang ditentukan dalam rencana. Oleh karena itu, pengontrolan dimaksudkan agar tujuan yang dicapai sesuai dengan atau tidak menyimpang dari rencana yang telah ditentukan (Silalahi, 1996: 296-297). 2.2. Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Wisata berasal dari bahasa sansekerta VIS yang berarti tempat tinggal masuk dan duduk. Kemudian kata tersebut berkembang menjadi Vicata dalam bahasa Jawa Kawi kuno disebut dengan wisata yang berarti berpergian. Kata wisata kemudian memperoleh perkembangan pemaknaan sebagai perjalanan atau sebagian perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (Khodiyat & Ramaini, 1992: 123). Perjalanan mubah (yang tidak mengakibatkan dosa), maka dibenarkan oleh agama. Bahkan mereka yang melakukannya mendapat keringanankeringanan dalam bidang kewajiban agama, seperti kebolehan menunda puasanya, atau menggabung dan mempersingkat rakaat shalatnya (Shihab, 2007: 352). Tetapi yang terpuji, dari satu perjalanan, adalah yang sifatnya

28 seperti apa yang ditegaskan dalam salah satu ayat yang memerintahkan melakukan perjalanan, yaitu: )الحج 64: ) أ ف ل م ي س ي ر و اف ي ال أ ر ض ف ت ك ى ن ل ه م ق ل ى ب ي ع ق ل ى ن ب ه اأ وآذ ان ي س م ع ى ن ب ه اف أ و ه ال ات ع م ى ال أ ب ص ار و ل ك ه ت ع م ى ال ق ل ى ب ال ت ى ف ي الص د و ر Artinya: Maka apakah mereka {tidak sadar) sehingga (seharusnya) mereka berjalan di muka bumi lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya yang buta bukan mata, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada (QS. al-hajj: 46). Wisata adalah suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian perjalanan wisata dapat dikatakan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu (Suwantoro, 2004 : 3). Menurut Undang undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara (Ismayanti, 2010 : 3). Menurut Fandeli (2001) wisata adalah perjalanan atau sebagai kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

29 Industri pariwisata secara berkelanjutan meneliti kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan agar industri dapat menyediakan sarana dan prasarana sesuai keinginan wisatawan. Fasilitas inti yang dibutuhkan oleh wisatawan adalah transportasi meliputi angkutan udara, darat, air. Angkutan udara digunakan oleh wisatawan untuk menginginkan kenyamanan dan cepat karena alat angkut udara dapat menjangkau jarak yang jauh dan waktu tempuh panjang serta mampu mengangkut penumpang dan barang. Sedangkan transportasi darat kegiatan wisata membutuhkan transportasi darat baik berupa mobil, maupun bus, truk, taksi, dan kereta. Angkutan darat memberikan beberapa manfaat karena bersifat fleksibel, memberikan kenyamanan pribadi. Transportasi darat dapat mencapai daerah yang sulit bahkan area yang terpencil sekalipun, dan berfungsi sebagai alat transportasi, sarana rekreasi, dan akomodasi serta mampu mengangkut penumpang dan bagasi. Sedangkan transportasi air memberikan pengalaman dan kesan tersendiri, angkutan laut mampu mencapai pulau-pulau kecil (terutama yang tidak dapat dicapai oleh alat transportasi lain) dan menggunakan sumber daya alam (perairan). Sarana akomodasi sangat dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata, karena kegiatannya membutuhkan waktu lebih dari 1 hari.sehingga seluruh akomodasi umumnya menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dilengkapi dengan makan dan minum serta jasa lain dalam wujud yang seragam. Beragam jenis daya tarik wisata memberikan peluang kunjungan yang lebih banyak dan dibutuhkan. Keanekaragaman telah melahirkan potensi

30 daya tarik wisata memerlukan perhatian dari pihak pengelola baik dalam menggali potensi maupun untuk melestarikan sehingga tercipta pariwisata yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Usaha daya tarik wisata sangat diperlukan dalam menciptakan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dari industri pariwisata. Daya tarik merupakan fokus utama dari industri pariwisata (Ismayanti,2010 :72). Daya tarik wisata juga disebut objek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka objek daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata. Daya tarik wisata itu harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungannya dan kesinambungannya terjamin. Adapun daya tarik wisata sebagai berikut : a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna.

31 b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, dan tempat hiburan (Ismayanti, 2010 : 148). Upaya mengefektifkan pengelolaan dan pengembangan obyek maupun kawasan-kawasan wisata perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dengan mengantisipasi berbagai pengembangan dilingkungan internal maupun eksternal yang ada, termasuk didalamnya kecenderungan maupun tren pariwisata dalam konteks global (Suryono, 2005: 1). Dalam pengelolaan ODTW keagamaan memerlukan beberapa hal yang harus dilakukan antara lain : 1) Perlu pembentukan forum rembug masyarakat setempat untuk membahas pengembangan ODTW tematis keagamaan/ziarah muslim dengan tepat memperhatikan potensi kekayaan budaya lokal yang ada. 2) Untuk pengembangan ODTW tematis ini, perlu dilengkapi dengan pembuatan rencana induk pengembangan (master plan). RTBL (Rencana tata Bangunan dan Lingkungan) dan dibahas secara lintas sektoral. Termasuk pula persyaratan-persyaratan teknis untuk pendirian suatu bangunan (Building code). 3) Untuk pengelolaannya, perlu dikembangkan pula Collaborative Management antara Instansi-Instansi yang berkepentingan (lintas sektor) dengan maksud untuk tetap menjaga kelestarian sejarah dan budaya yang ada.

32 4) Adapun pola-pola kerjasama lintas sektor yang harus dikembangkan untuk pengelolaan ODTW ini adalah dengan semangat 4(empat) M : a. Mutual respect (saling menghormati) b. Mutual trust (saling percaya) c. Mutual responsibility (saling bertanggung jawab) d. Mutual benefit (saling memperoleh manfaat) (Suryono, 2005: 11). Ada 4 faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam pengelolaan wisata keagamaan yaitu lingkungan eksternal, sumber daya dan kemampuan internal, serta tujuan yang akan dicapai. Suatu keadaan, kekuatan, yang saling berhubungan dimana lembaga atau organisasi mempunyai kekuatan untuk mengendalikan disebut lingkungan internal, sedangkan suatu keadaan, kondisi, peristiwa dimana organisasi atau lembaga tidak mempunyai kekuatan untuk mengendalikan disebut lingkungan eksternal. Kaitan antara wisata religi dengan aktivitas dalam adalah tujuan dari wisata ziarah itu sendiri (RD.Jatmiko, 2003:30). 2.2.1. Manfaat dan Tujuan Wisata Religi Islam memberikan kesempatan kepada umatnya untuk berwisata religi agar dari sana tumbuh kesadaran akan kesementaraan hidup di dunia. Dengan berziarah atau berwisata religi diharapkan tumbuh intropeksi diri. Adapun manfaat dari wisata religi, yaitu : a) Mengingat kematian Sebagai manusia kita akan ingat mati, dari kesadaran itu diharapkan mendapatkan dorongan untuk mempersiapkan bekal

33 bagi kehidupan setelah mati, dan akan menambah keimanan sehari-hari seperti shalatnya menjadi rajin, sedekahnya bertambah banyak, suka menolong fakir miskin, dan peduli kepada anak yatim. b) Menambah amal shaleh Sebagai manusia dapat mengambil ketaladan dari Rasulullah, para sahabat, alim ulama, para wali Allah, dan orang-orang shaleh lainnya, sudah tentu banyak sifat, sikap, dan tindakan yang ditiru, dari kekhusyukan shalatnya, sikap adilnya, suka mengaji, suka menulis, suka menolong sesama, dan hal baik lainnya dapat ditiru manusia untuk menambah amal shaleh (Munawir,2010:34). Tujuan wisata religi mempunyai makna yang dapat dijadikan pedoman untuk menyampaikan syiar islam di seluruh dunia, dijadikan sebagai pelajaran, untuk mengingat ke-esaan Allah. Mengajak dan menuntun manusia supaya tidak tersesat kepada syirik atau mengarah kepada kekufuran (Ruslan, 2007:10). Wisata religi selain untuk mendapatkan ketenangan batin, berziarah juga termasuk sebagian dari tujuan wisata religi. Kunjungan yang dilakukan orang Islam ke tempat tertentu yang dianggap memiliki nilai sejarah. Namun seringkali ziarah dihubungkan dengan kegiatan mengunjungi pemakaman atau ziarah ke kubur dengan cara mendoakan orang yang sudah meninggal serta

34 berziarah dapat meningkatkan diri sendiri akan kematian (Mufid, 2007:82). 2.2.2. Fungsi Wisata Religi Selain tujuan dan manfaat wisata religi juga mempunyai fungsi antara lain : 1) Untuk aktivitas luar dan didalam ruangan perorangan atau kolektif, untuk memberikan kesegaran, semangat hidup baik jasmani maupun rohani. 2) Sebagai tempat ibadah, sholat, dzikir, dan berdoa. 3) Sebagai salah satu aktivitas keagamaan. 4) Sebagai salah satu tujuan wisata-wisata umat Islam. 5) Sebagai aktivitas kemasyarakatan. 6) Untuk melakukan ketenagan lahir dan batin. 7) Sebagai peningkatan kualitas manusia dan pengajarannya (ibroh). Wisata religi dilakukan dalam rangka mengambil ibrah atau pelajaran dan ciptaan Allah atau sejarah peradaban manusia untuk membuka hati sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa hidup di dunia ini tidak kekal. Wisata pada hakikatnya adalah perjalanan untuk menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah, implementasinya dalam wisata kaitannya dengan proses dakwah dengan menanamkan kepercayaan

35 akan adanya tanda-tanda kebesaran Allah sebagai bukti ditunjukkan berupa ayat-ayat dalam al-qur an. 2.2.3. Bentuk-bentuk Wisata Religi Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus, biasanya berupa tempat yang memiliki makna khusus : 1. Masjid sebagai tempat pusat keagamaan dimana masjid digunakan untuk beribadah sholat, i tikaf, adzan dan iqomah. 2. Makam dalam tradisi Jawa, tempat yang mengandung kesakralan makam dalam bahasa Jawa merupakan penyebutan yang lebih tinggi (hormat) pesarean, sebuah kata benda yang berasal dan sare (tidur). Dalam pandangan tradisional, makam merupakan tempat peristirahatan (Suryono, 2004: 7). 3. Candi sebagai unsur pada jaman purba yang kemudian kedudukannyadigantikan oleh makam.