2016 STUDI DESKRIPTIF PROFIL KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP SALMAN AL-FARISI BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang diciptakan dengan dibekali berbagai potensi. Manusia juga merupakan makhluk yang dinamis, dalam arti makhluk yang selalu berubah. Manusia selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik bagi dirinya. Segala bentuk usaha dalam rangka menunjang terwujudnya keinginan tersebut manusia lakukan. Salah satunya yaitu dengan pendidikan. Pendidikan menurut Syaefuddin (2011, hlm 6) merupakan suatu wadah/ suatu upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mewujudkan keinginan manusia (tugas yang dibebankan manusia). Dengan pendidikan tentunya potensi-potensi yang dimiliki akan berkembang, sehingga mampu menjembatani manusia menuju keinginan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan bertujuan untuk mewujudkan keinginan manusia. Dengan kata lain tujuan dari pendidikan adalah untuk mewujudkan keinginan manusia. Setiap manusia tentunya mempunyai keinginan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, namun dapat dipastikan bahwa setiap keinginan tersebut merupakan keinginan yang terbaik. Jika hal tersebut dikaitkan dengan pendidikan maka dapat diambil kesimpulan setiap masyarakat memiliki rumusan tujuan pendidikan yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi disebabkan dasar falsafah atau pandangan hidup masyarakat yang berbeda, namun dapat dipastikan bahwa setiap tujuan pendidikan yang dirumuskan suatu masyarakat merupakan rumusan tujuan pendidikan yang terbaik. Adapun Djaelani (2013, hlm. 100) tujuan pendidikan di Indonesia dirumuskan berdasarkan pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila, yang kemudian diturunkan ke dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang 1

2 berbunyi:pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

2 potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan yang baik tidak akan berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Oleh karena itu, segala sesuatu yang menunjang kelancaran pelaksanaan pendidikan harus dirancang dan dipersiapkan sebaik mungkin. Menurut Arifin (2012, hlm. 1) dalam sistem pendidikan di negara kita atau pun di negara lain terdapat suatu komponen penting yang memiliki peran besar dalam mencapai tujuan pendidikan, yaitu kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan juga jenjang pendidikan Jika dianalogikan sebuah jalan raya, kurikulum merupakan petunjuk arah dimana berfungsi membantu para pengendara (pendidik) membawa penumpangnya (peserta didik) menuju tempat yang ingin dituju (tujuan pendidikan). Oleh karena itu kurikulum memiliki peran yang begitu penting dalam pendidikan. Dengan adanya kurikulum tersebut dapat menjadi gambaran serta pedoman bagi pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan terarah. Manusia adalah makhluk dinamis yang syarat akan perkembangan serta kemajuan. Maka pendidikan yang merupakan suatu wadah bagi pengembangan manusia pun harus dinamis dan berkembang menyesuaikan perkembangan manusia. Begitupun komponen-komponen di dalamnya termasuk kurikulum harus dirancang menyesuaikan perkembangan manusia. Sevagai mana pendapat Arifin (2012, hlm. 2) bahwa kurikulum harus bersifat dinamis, dalam arti kurikulum harus mengalami perubahan menyesuaikan dengan perkembangan manusia. Lebih dari itu harus menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selaras dengan Hamalik (2014, hlm. 18) berpendapat bahwa dalam kurikulum disusun dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik, kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu

3 pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Dalam sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia telah tercatat bahwa kurikulumnya selalu mengalami perubahan, terbukti hingga sekarang telah mengalami 10 kali perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan tujuan agar kurikulum yang dimiliki bangsa kita selalu update dan sesuai dengan perkembangan dan kondisi masyarakat. Mengenai kondisi masyarakat Indonesia saat ini ternyata sedang dilanda beberapa masalah terutama yang berkaitan dengan moral atau akhlak bangsa. Hal tersebut dibuktikan dengan beredarnya beberapa berita yang mengungkap terjadinya perilaku-perilaku negative dimasyarakat. Berdasarkan kondisi ini, maka perbaikan moral arau akhlak bangsa merupakan aspek yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini. Kaitannya dengan pendidikan, maka kurikulum pendidikan di Indonesia harus disusun untuk menjawab persoalan tersebut. Kurikulum pendidikan Indonesia yang dikenal dengan kurikulum nasional, telah dirancang di dalamnya mata pelajaran/bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). PAI merupakan mata pelajaran yang dipandang penting terutama dalam membina moral atau akhlak peserta didik, sebagaimana Depdiknas (Gunawan, 2013, hlm 206) ditegaskan bahwa Pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, peserta didik tentang agama, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah Swt,. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Begitu pentingnya, PAI diselenggarakan hampir di setiap jenjang pendidikan baik pendidikan dasar, umum maupun perguruan tinggi. Hal ini dilakukan dengan harapan mampu mengatasi permasalah mengenai moral atau akhlak. Namun realita PAI saat ini di lapangan, ternyata masih memiliki banyak kelemahan. Munculnya permasalahan dekadensi moral di kalangan pelajar,

4 seperti tauran, narkoba, dll. menjadi hal yang mengindikasikan kurang optimalnya pelaksanaan PAI di lapangan. Muhaimin (2009, hlm. 27) berpendapat bahwa kelemahan-kelemahan PAI terjadi disebabkan beberapa hal diantaranya; pendidikan agama Islam masih dipandang sebagai mata pelajaran yang mengurusi persoalan ritual dan spiritual, sementara kehidupan ekonomi, politik, seni budaya, dan IPTEKS dianggap urusan duniawi yang harus digarap oleh bidang lain. Kemudian dalam konteks system pembelajaran PAI titik lemahnya terletak pada komponen metodologi, seperti: 1) kurang bisa merubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. 2) kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non agama. 3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya, dan/atau bersifat statis akontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai yang hidup dalam keseharian. Tidak hanya itu peneliti berasumsi bahwa kelemahan-kelemahan PAI saat ini muncul akibat dari kurangnya upaya pengembangan kurikulum PAI di sekolah-sekolah. Asumsi ini diperkuat dengan pendapat Towaf (Muhaimin, 2009, hlm. 27) yang berpendapat bahwa kurikulum PAI yang dirancang di sekolah saat ini memiliki informasi yang kurang, tetapi guru PAI seringkali terpaku padanya, sehingga menimbulkan pembelajaran yang monoton. Padahal kurikulum yang diberikan dari pusat masih bersifat umum dan masih perlu diberikan pengembangan sesuai dengan kondisi sekolah terkait. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa kurikulum memiliki peran yang penting dalam sistem pendidikan yaitu sebagai alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan, begitupun dalam PAI, kurikulum mempengaruhi dari ketercapaiannya tujuan dari diselenggarakannya PAI. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum PAI dalam rangka mengasilkan kurikulum PAI yang baik harus terus dilakukan dengan harapan mampu mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

5 Menurut hasil pra survei ke berbagai sekolah, saat ini muncul lembagalembaga pendidikan baru yang memberikan inovasi-inovasi baru serta ciri khas tertentu dalam sistem pendidikannya. Sekolah Menegah Pertama Salaman Al-Farisi (SMP SAF) merupakan salah satu contoh lembaga pendidikan yang memiliki inovasi serta ciri khas tertentu, yaitu dengan memberikan perhatian lebih terhadap pengamalan nilai-nilai Islam dalam sistem pembelajarannya. SMP SAF berada dibawah yayasan pendidikan Salman Al Farisi. Sistem pembelajaran yang digunakan pada sekolah ini yaitu full day school. Lembaga pendidikan baru dengan ciri khas seperti ini memiliki penekanan serta ruang yang besar terhadap pengembangan kurikulum PAI. Sebagaimana diberitakan dalam media online SMP SAF bahwa materi PAI dilakukan perluasan. Lembaga pendidikan SMP SAF menurut penulis merupakan lembaga pendidikan yang menarik. Sistem pembelajaran serta kurikulum yang digunakan berbeda dengan yang digunakan pada sekolah umumnya. Berdasarkan hal tersebut, menjadi suatu hal yang melatar belakangi serta menggerakkan peneliti untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai kurikulum PAI di SMP SAF, yang kemudian akan dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul STUDI DESKRIPTIF PROFIL KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP SALMAN AL-FARISI. B. Rumusan Masalah Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana profil kurikulum PAI SMP Salman Al-Farisi. Adapun secara khusus dan operasional, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan kurikulum PAI di SMP Salman Al-Farisi? 2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum PAI di SMP Salman Al-Farisi? 3. Bagaimana evaluasi kurikulum PAI di SMP Salman Al-Farisi?

6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, fokus tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana profil kurikulum PAI SMP Salman Al- Farisi Bandung. Adapun secara khusus dan operasional, penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis perencanaan kurikulum PAI di SMP Salman Al-Farisi. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum PAI di SMP Salman Al-Farisi. 3. Untuk mengetahui evaluasi kurikulum PAI di SMP Salman Al-Farisi. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, diharapkan dapat menghasilkan manfaat dari penelitian ini. Manfaat penelitian ini dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan tambahan informasi serta memberikan sumbangan bagi pengembangan teori dan praktik kurikulum PAI. 2. Manfaat praktis Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berhubungan dengan pendidikan, diantaranya: a. Bagi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan dapat memeberikan gambaran mengenai kurikulum PAI di sekolah-sekolah. b. Bagi guru PAI, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam mengembang kurikulum PAI di sekolah. c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru mengenai kurikulum PAI di SMP Salman Al-Farisi Bandung. d. Bagi penulis, penelitian ini merupakan latihan dan rasa keingin tahuan penulis mengenai pengembangan kurikulum PAI di di SMP Salman Al-Farisi bandung. e. Harapannya dapat menambah wawasan bagi penulis sehingga memiliki pengetahuan yang lebih luas.

7 E. Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. BAB II Merupakan kajian teoritis yang meliputi konsep BAB III BAB IV BAB V kurikulum, pengembangan kurikulum, dan pendidikan agama Islam. Merupakan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi dan partisispan, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Merupakan temuan dan pembahasan penelitian. Merupakan simpulan dan rekomendasi.